TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Definisi
Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran
darah melalui sistem suplai arteri otak (Price, 2005:1110). Menurut Muttaqin
(2008:128) Cerebro Vascular Accident (CVA) bleeding merupakan pendarahan
serebral dan mungkin pendarahan subaraknoid yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadian saat melakukan
aktifitas atau saat aktif bisa juga terjadi saat istirahat.
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi
karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa
terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke
otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-
arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne,
2002: 2131)
1.1.2 Etiologi
Menurut Kowalak (2011:354) stroke secara khas terjadi karena salah satu
dari tiga penyebab berikut ini :
1) Trombosis pada arteri serebri yang memasok darah ke dalam otak atau
trombosis pembuluh darah intrakranial yang menyumbat aliran darah.
2) Emboli akibat pembentukan trombus diluar otak, seperti didalam jantung,
aorta, atau arteri karotis kominis.
3) Perdarahan dari arteri atau vena intrakranialis seperti yang terjadi karena
hipertensi, ruptur aneurisma, malformasi arteriovenosa, trauma, gangguan
hemoragik, atau emboli septik.
Sedangkan menurut Kowalak (2011:354) faktor risiko yang sudah diketahui
sebagai prediposisi stroke meliputi :
1) Hipertensi
2) Riwayat stroke dalam keluarga
3) Riwayat serangan iskemia sepintas (Transient Ischaemic Attack)
4) Penyakit jantung termasuk aritmia, penyakit arteri koronaria, Infark Miokard
Akut, kardiomiopati, dilatasi dan penyakit valvuler
5) Diabetes
6) Hiperlipidemia familial
7) Kebiasaan merokok
8) Kebiasaan minum minuman keras
9) Obesitas
10) Gaya hidup serba instant
11) Penggunaan kontrasepsi oral
1.1.3 Klasifikasi
Stroke secara khas diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke
hemoragi (Kowalak, 2011:335).
1. Stroke Iskemik
80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan penyebab pada
orang berusia usia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak
aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis
(Price, 2005:1131). erdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik
berdasarkan penyebab, yaitu:
a. Stroke Lakunar
Infark lakunar terjadi karena penyakit pembuluh halus hipertensif
dan menyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul dalam
beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama. Terdapat sindrom lakunar
yang sering dijumpai :
1. Hemiparesis motorik murni akibat infark di kapsula interna
posterior.
2. Hemiparesis motorik murni akibat infark pars anterior kapsula
interna
3. Stroke sensorik murni akibat infark talamus
4. Hemiparesis ataksik atau disartria serta gerakan tangan atau lengan
yang canggung akibat infark pons basal.
b. Stroke Trombotik Pembuluh Besar Trombosis
pembuluh darah besar dengan aliran lambat adalah subtipe kedua
stroke iskemik. Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur, saat
pasien relatif mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun.
Stroke ini sering berkaitan dengan lesi arterosklerotik yang
menyebabkan penyempitan atau stenosis di arteria karotis interna atau
yang lebih jarang dipangkal arteria serebri media atau di taut arteria
vertebralis dan basilaris.
c. Stroke Embolik
Stroke embolik diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat
misalnya stroke arteria vertebtalis atau asal embolus. Stroke yang terjadi
akibat embolus biasanya menimbulkan defisit neurologik mendadak
dengan efek maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya serangan
terjadi saat beraktivitas. Trombus ini sering bersangkut dibagian
pembuluh yang mengalami stenosis. Biasanya bekuan darah sangat
kecil, frgamen-fragmen embolus dari jantung mencapai otak melalui
areria karotis atau vertebralis.
d. Stroke Kriptogenik
Kelainan ini disebut kelainan tersembunyi dikarenakan pasien
mengalami oklusi mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa
penyebab yang jelas.
2. Stroke Hemoragi
Stroke hemoragik yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari
semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami
ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang sub araknoid atau
langsung kedalam jaringan otak. Perdarahan dapat dengan cepat
menimblkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur-struktur saraf
di dalam tengkorak. ecara umum, menurut Price (2005:1120) perdarahan di
dalam tengkorak diklasifikasikan berdasarkan lokasi yaitu :
a. Perdarahan Intraserebrum (Parenkimatosa) Hipertensif
Sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi
dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh
kedalam jaringan otak. Stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intraserebrum paling sering terjadi saat pasien terjaga dan aktif,
sehingga kejadiannya sering disaksikan oleh orang lain. Perdarahan
yang terjadi langsung ke dalam ventrikel otak jarang dijumpai.
b. darahan Subaraknoid (PSA)
PSA memiliki dua kasus utama yaitu ruptur suatu aneurisma
vaskular dan trauma kepala. Kejadian ini berlangsung cepat, karena
perdarahan dapat masif dan ekstravasasi darah ke dalam ruang
subaraknoid lapisan meningen. Terdapat empat penyulit utama yaitu :
1) Vasospasme reaktif disertai infark
2) Ruptur ulang
3) Hiponatremia
4) Hidrosefalus
1.1.4 Patofisiologi
1. Patofisiologi
1. Klasifikasi ( Arief Mansoer, dkk, 2000) berdasarkan Klinik
a. Stroke Hemoragik (SH)
Stroke yang terjadi karena perdarahan Sub arachnoid, mungkin
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
tertentu, biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas atau saat
aktif. Namun bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran pasien
umumnya menurun.
b. Stroke Non Hemoragik (SNH)
Dapat berupa iskemia, emboli dan trombosis serebral, biasanya
terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi
hari. Tidak terjadi iskemi yang menyebabkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder, kesadaran pasien
umumnya baik.
2. Berdasarkan Perjalanan Penyakit
a. Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas
Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan
hilang dalam beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) sampai
beberapa jam (24 jam)
b. Stroke Involution atau Progresif
Adalah perjalanan penyakit stroke berlangsung perlahan meskipun
akut. Munculnya gejala makin bertambah buruk, proses progresif
beberapa jam sampai beberapa hari.
c. Stroke Complete
Penimbunan kolestrol yang meningkat dalam darah lemak yang sudah nekrotik
Arteri vertebra basilaris kerusakan kerusakan penurunan fungsi arteri carotis interna arteri cerebri media
Neurocerebrospinal neurologis, N, X, XII
Disfungsi N, XI N, VII, IX, XII defisic N, VII, IX, XII disfungsi N, II disfungsi N, XI
(aksesoris)
Kehilangan fungsi perubahan ketajaman proses menelan penurunan aliran darah kegagalan menggerakkan
tonus otot sensori, penghidung tidak efektif ke retina anggota gerak
Kelemahan anggota
Gerak Gangguan komunikasi Gangguan Ketidakseimbangan Resiko cedera Hambatan mobilitas
verbal sensori nutrisi kurang dari fisik
Hambatan mobilitas fisik persepsi kebutuhan tubuh
Definisi : Rentan terhadap peningkatan resiko jatuh yang dapat menyebabkan bahaya dan
gangguan kesehatan.
Faktor Resiko
NOC
NOC
NIC
Manajemen Lingkungan : Keselamatan
6486
Definisi : Memonitor dan memanipulasi lingkungan fisik untuk
meningkatkan keamanan
Aktivitas-aktivitas : Edukasi individu dan kelompok yang
Identifikasi kebutuhan keamanan beresiko tinggi terhadap bahan
pasien berdasarkan fungsi fisik dan berbahaya ada di lingkungan.
kognitif sertariwayat di masa lalu
Identifikasi lingkungan yang
membuat berbahaya
Sediakan alat untuk beradaptasi (
misal, kursi untuk pijkan dan
pegangan)
Monitor lingkungan terhadap
terjadinya perubahan status
keselamatan
Bantu pasien saat melakukan
perpindahahan lingkungan yang lebih
aman
Inisiasi dan atau lakukan program
skrining terhadap bahan yang
membahayakan lingkungan.
NIC
Pencegahan Jatuh
6490
Definisi : melaksanakan pencegahan khusus dengan pasien yang
Memiliki resiko cedera karena jatuh
Definisi: keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan
terarah
pergerakan 208
Definisi : kemampuan untuk bisa bergerak bebas di tempat dengan atau tanpa alat
keseimbangan 1 2 3 4 5 NA
koordinasi 1 2 3 4 5 NA
cara berjalan 1 2 3 4 5 NA
gerakan otot 1 2 3 4 5 NA
gerakan sendi 1 2 3 4 5 NA
kinerja trasfer 1 2 3 4 5 NA
berlari 1 2 3 4 5 NA
melompat 1 2 3 4 5 NA
merangkat 1 2 3 4 5 NA
berjalan 1 2 3 4 5 NA
bergerak dengan mudah 1 2 3 4 5 NA
NOC
Definisi : ROM aktif pada semua sendi dengan gerakan atas inisiatif sendiri
rahang 1 2 3 4 5 NA
leher 1 2 3 4 5 NA
punggung 1 2 3 4 5 NA
jari (kanan) 1 2 3 4 5 NA
jari (kiri) 1 2 3 4 5 NA
jempol (kanan) 1 2 3 4 5 NA
jempol (kiri) 1 2 3 4 5 NA
siku (kanan) 1 2 3 4 5 NA
siku (kiri) 1 2 3 4 5 NA
bahu (kanan) 1 2 3 4 5 NA
bahu (kiri) 1 2 3 4 5 NA
lutut (kanan) 1 2 3 4 5 NA
lutut (kiri) 1 2 3 4 5 NA
panggul (kanan) 1 2 3 4 5 NA
panggul ( kanan) 1 2 3 4 5 NA
panggul (kiri) 1 2 3 4 5 NA
NIC
Detinisi :menfasilitasi penggunaan postur dan pergerakan dalam aktifitas sehari hari untuk
mencegah kelelahan dan ketegangan atau injuri muskuloskeleta
kaji komitmen pasien untuk belajar bantu untuk menghindari duduk dalam
dan menggunakan postur [tubuh] yang posisi yang sama dalam jangka waktu
benar yang lama
kaloborasi dengan fisioterapi dalam instrusikan pasien untuk menggerakan
mengembangkan peningkatan kaki terlebih dahulu kemudian badan
mekanika tubuh, sesuai indikasi ketika muali berjalan dari posisi berdiri
kaji pemahaman pasien mengenai gunakan prinsip mekanika tubuh ketika
mekanisme tubuh dan latihan ( mis., menagani pasien dan memindahkan
mendemostrasikan kembali teknik peralatan
melakukan aktifitas/latihan yang bantu pasien atau keluarga untuk
benar) mengidentifikasi latihan postur [ tubuh]
informasikan kepada pasien tentang yang sesuai
struktur dan fungsi tulang belakang bantu pasien untuk memilih aktifitas
dan postur yang optimal untuk pemanasan sebelum memulai latihan atau
bergerak dan menggunakan tubuh memulai pekerjaan yang tidak dilakukan
edukasi pasien tantang pentingnya secara rutin sebelumnya
postur [tubuh] yang benar untuk bantu pasien melakukan latihan fleksi
mencegah kelelahan, ketegangan atau untuk menfasilitasi mobilisasi pumggung
injuri sesuai indikasi
edukasi pasien mengenai bagaimana edukasi pasien atau keluarga tentang
menggunakan postur [ tubuh] dan frekuensi dan jumplah pengulangan
mekanika tubuh untuk mencegah setiap latihan
injuri saat melakukan berbagai monitoring perbaikan postur [tubuh]
aktifitas mekanika tubuh pasien
kaji kesadara pasien tentang berikan informasi tentang kemungkinan
abnormalitas muskulokeletanya dan penyebab nyeri otot atau sendi
efek yang mungkin timbul pada
jaringan otot dan postur
edukasi dalam penggunaan matras/
tempat duduk atau bantal yang lembut
jika di indikasi
instrusikan untuk menghindari tidur
dengan posisi terlungkup
bantu untuk mendesmotrasikan posisi
tidur yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th edition.
Singapura : Elsevier
Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke : Waspadai Ancamannya. Jakarta: Andi Publisher.
Moorhead, Sue, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th edition.
Singapura : Elsevier
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
System Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinia proses-proses penyakit. Alih
bahasa : Brahm U. 2006. Jakarta: EGC.
Tarwoto, 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Bandung:
Sagung Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI