DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek
dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.
(Wilkinson, Judith M., 2007: 490).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah
kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.
2.2 Etiologi
2.4 Pengkajian
1) Faktor Predisposisi
2) Faktor Presipitasi
a. Kejadian Stresfull
b. Ketegangan Hidup
Distress spiritual
Batasan karakteristik :
1. Marah
2. Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)
3. Mengungkapkan kurangnya motivasi
4. Mengungkapkan kurang dapat memaafkan diri sendiri
5. Mengungkapkan kekurangan harapan
6. Mengungkapkan kekurangan cinta
7. Mengungkapkan kekurangan makna hidup
8. Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup
9. Mengunkapkan kurangnya ketenangan (mis, kedamaian)
10. Merasa bersalah
11. Koping tidak efektif
NIC
Spiritual Support
NOC
1. Ansietas kematian
2. Konflict pembuatan keputusan
3. Koping, ketidakefektifan
4. Distress spiritual, resiko.
Kriteria hasil :
Tindakan Psikoterapeutik
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar
pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit
atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual
yang diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual
dalam kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama
yang dianut oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah
atau kegiatan spiritual lainnya.
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab
gangguan spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan
dan pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya, bantu klien
mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan.
a. Orientasi
Perawat : Assalamualaikum pak, nama saya suster Lily Puspita Rini saya
dipanggil Lily, Nama bapak siapa?
Pasien : Iya suster, nama saya Anton.
Perawat : Bapak suka dipanggil apa?
Pasien : Panggil saja saya Anton.
Perawat : Oh, baik. Saya dari Politeknik Kesehatan Depkes Tasikmalaya
Program Studi Keperawatan Cirebon yang akan merawat bapak
selama 2 minggu di sini. Bagaimana perasaan bapak pagi ini.
Pasien : Saya sedang sedih suster.
Perawat : Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah - masalah yang
bapak alami, kita ngobrol selama 30 menit ya? Dimana menurut
bapak tempat yang cocok untuk kita ngobrol?
Pasien : Di bawah pohon rindang saja suster.
Perawat : Oh disana? Mari pak kalau begitu.
b. Kerja
Sp. 2-P : Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama
yang dianut oleh pasien, fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah
sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam
kegiatan keagamaan.
a. Orientasi
b. Kerja
Perawat : Pak, sepengetahuan bapak, apa saja persiapaan sholat, baik alat
maupun diri kita?
Pasien : Pakai sarung, kopiah, dan sajadah.
Perawat : Bagus sekali! Menyiapkan kopiah, sajadah dan sarung dan sebelum
sholat bapa harus mandi dulu dan berwudlu.
Pasien : iya.
Perawat : Coba bapak sebutkan sholat lima waktu dalam sehari?
Pasien : Subuh, dzuhur, ashar, magrib, isya.
Perawat : Sholat subuh jam berapa? Bagaimana ucapannya?
Pasien : jam 4.30 wib. Ussholli fardossubkhi rok’ataini mustaqbilal kiblati
fadollillah hita’ala.
Perawat : Bagus sekali, Selain itu, bapak dapat melakukan sholat berjamaah?
Pasien : Dulu sering tapi sekarang tidak pernah.
c. Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi tentang cara-cara
mempersiapkan alat sholat dan mengerjakan sholat.
Pasien : Lebih tenang dan legah sekarang suster.
Perawat : Berapa kali sehari bapak mencoba? Mari kita buat jadwalnya, kalau
sudah dilakukan beri tanda ya!
Pasien : 3x sehari dzuhur, ashar dan magrib saja suster.
Perawat : Besok saya akan datang untuk mendiskusikan tentang perasaan
bapak dalam melakuakn sholat serta membahas kegiatan ibadah
yang lainnya.
Pasien : Iya suster terimakasih.
Perawat : Kalau begitu saya permisi dulu. Sampai jumpa besok.
Assalamualaikum.
Pasien : Wa’alaikum salam.
a. Orientasi
Perawat : Assalamualaikum, bu. Bagaimana keadaan keluarga ibu hari ini?
Ibu : Wa’alaikum salam. Alhamdulilah baik suster.
Perawat : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang masalah yang ibu hadapi
dalam merawat atau membantu anak ibu, selama 30 menit. Disini
saja yah bu!
Ibu : Iya suster silakan.
b. Kerja
Perawat : Bu, menurut ibu apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat atau
membantu anak ibu?
Ibu : Iya suster, anak saya jadi malas sholat dan tidak mau mengikuti
pengajian. Pada hal dia sangatlah rajin beribadah sebelumnya.
Pewat : Apakah hal tersebut terjadi setelah gempa atau akibat tsunami yang
lalu. Oh, jadi masalah yang ibu hadapi adalah susah memberitahu
dan mengajak dia untuk sholat lima waktu ya?
Ibu : Benar suster. Sekarang dia susah banget untuk di ajak sholat
semenjak kejadian stunami itu.
Perawat : Bagaimana dengan kegiatan keagamaan lainnya, apakah anak ibu
mau melakukannya?
Ibu : Tidak suster, dia males malesan saja di rumah. Diemm saja
Perawat : Jadi ibu kewalahan menasehati agar dapat melakukan ibadah dan
ini terjadi sesudah tsunami.
Ibu : Iya, saya sudah angkat tangan menyuruh dia untuk sholat.
Perawat : Ibu, biasanya kalau ada kejadian bencana seperti gempa tsunami,
kadang seseorang akan mengalami kejadian seperti itu anak ibu
tersebut. Oleh karena itu mari saya bantu ibu untuk bersama-sama
dan merawat anak ibu ya.
Ibu : Iya suster. Apa yang harus saya lakukan?
Perawat : Bu cara untuk membantu anak ibu yang malas sholat adalah dengan
selalu mengingatkan, mengajak atau memberi contoh solat pada
waktu sholat telah tiba. Selain itu ibu menyiapkan perlengkapan
sholat untuk anak ibu misalnya kopiah, sarung dan sajadah. Lalu bu
bersama-sama satu keluarga melakukan sholat berjamah ya? Jangan
lupa mengajak anak-anak untuk bersama-sama sholat berjamaah.
Bila perlu ajak anak ibu untuk menjadi imam.
Ibu : Oh, begitu yah suster. Ings’allah saya akan melakukannya.
Perawat : Iya bu. Setelah sholat ibu ajak anak ibu untuk berdoa semoga diberi
kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi masalah akibat adanya
bencana alam yang dialami tersebut.
Ibu : Iyah suster
Perawat : Jangan lupa, agar ibu mengigatkan anak ibu untuk sholat Jum’at
berjamaah di masjid bersama warga lainnya. Ya bu yah?
Ibu : Siap suster.
Perawat : Kemudian, ibu jangan segan-segan untuk meminta nasehat dan
bantuan kepada ustadz setempat. Saya yakin mereka akan dengan
senang hati membantu ibu dan terutama memberi nasehat
keagamaan kepada anak ibu.
Ibu : Iya suster
Perawat : Sudah bisa mengerti cara merawat dan membantu anak ibu yang
mengalami masalah tersebut. Dengan demikian, ibu bisa membantu
agar dia aktif dan rajin sholat lima waktu serta mengikuti pengajian,
ya kan bu?
Ibu : Terimakasih suster atas nasehat ya.
c. Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi tentang
masalah-masalah yang ibu hadapi dalam merawat anak ibu?
Ibu : Lebih tenang suster dan semangat untuk mengajak anak saya sholat
lima waktu.
Perawat : Bisa ulangi kembali apa saja cara untuk masalah yang ibu hadapi
dalam merawat anak ibu tersebut?
Ibu : Dengan cara menasehati, mengajak dan selalu mengigatkan untuk
selalu beribadah suster.
Perawat : Bagus sekali bu, ibu sudah mengetahui semua permasalahan yang
terjadi ya?
Ibu : Iya suster.
Perawat : Kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum.
Ibu : Terimakasih bayak suster atas bantuannya. Wa’alaikum salam.
B. Manipulasi Lingkungan
1. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
3. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.
2.9 Evaluasi
A. Kemampuan Pasien
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Pasien mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
3. Pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang
diyakininya.
4. Pasien mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau
penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
5. Pasien aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
6. Pasien ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
B. Kemampuan Keluarga
1. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan
masalah spiritual.
2. Mengetahui proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi oleh pasien.
3. Mengetahui tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah spiritual.
4. Melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan.
C. Kemampuan Perawat
1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
2. Mampu membantu pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan
pikiran tentang gangguan spiritual.
3. Mampu membantu pasien dan keluarga mengembangkan skill untuk
mengatasi masalah atau perubahan spiritual.
4. Mampu membantu pasien dalam melakukan kegiatan spiritual atau
keagamaan serta aktif dalam kegiatan sosial keagamaan.
5. Memberikan reinforcement bila keluarga melakukan hal – hal yang positif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah - masalah
fisik atau psikososial yang dialami.
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga, teman
dan tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung proses
penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain obat yang di
berikan di rumah sakit.
3.2 Saran
a. Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien distress spiritual.
c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress spiritual.
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan distress
spiritual.
e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien
dengan distress spiritual.
f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan distress
spiritual.
DAFTAR PUSTAKA