Dear Hasna
Kalau lagi meriksa , tolong banget
periksain yang aku tandain pake font
merah (dibagian analisis sensitivitas
,selektivita,quitting noise sama noise
distortion juga kesimpulan hehe)
Maapin nyusahin
Percobaan Paket C
Sistem Radio Transceiver VHF-FM
Oleh:
Kelompok 4/Kelas 3NK
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.3 Landasan Teori ................................................................................................................. 2
1.3.1. VHF FM Transmitter (Pemancar) ............................................................................. 2
1.3.2. VHF FM Receiver (Penerima) .................................................................................. 6
1.4 Alat dan Komponen Yang Digunakan ............................................................................. 8
BAB II LINGKUP PEKERJAAN ........................................................................................................... 10
2.1 Mengamati blok diagram radio transceiver VHF FM (bagian penerima) ...................... 10
2.2 Mengamati blok diagram radio transceiver VHF FM (bagian pemancar). .................... 10
2.3 Mengukur spesifikasi teknis penerima ........................................................................... 10
2.4 Mengukur spesifikasi teknik pemancar .......................................................................... 10
BAB III METODOLOGI ......................................................................................................................... 11
3.1 Mengamati blok diagram radio transceiver VHF FM (bagian penerima) ...................... 11
3.2 Mengamati blok diagram radio transceiver VHF FM (bagian pemancar) ..................... 11
3.3 Mengukur spesifikasi teknis penerima ........................................................................... 12
3.4 Mengukur spesifikasi teknik pemancar .......................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................................. 20
4.1 Mengamati blok diagram radio transceiver VHF FM (bagian penerima). ..................... 20
4.2 Mengamati blok diagram radio transceiver VHF FM (bagian pemancar). .................... 24
4.3 Mengukur spesifikasi teknis penerima. .......................................................................... 26
4.4 Mengukur spesifikasi teknik pemancar .......................................................................... 28
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................................ 31
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dalam penyampaian informasi yang dihasilkan oleh radio. Oleh karena itu, dalam laporan ini
akan dibahas mengenai system kerja dari radio transceiver VHF-FM beserta spesifikasi dan
karakteristik yang dimilikinya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Sistem Radio Tranceiver VHF-FM ini adalah :
1. Memahami tentang prinsip kerja radio transceiver VHF-FM.
2. Memahami teknik pengujian pesawat penerima (receiver).
3. Memahami teknik pengujian pesawat penerima di dalam kanal (In-channal test).
4. Memahami teknik pengujian pesawat penerima di luar kanal (Out-cjannal test).
5. Memahami teknik pengujian pesawat pemancar (transmitter).
2
B. Bandwitdh yang Lebih Lebar
Saluran siar FM standar menduduki lebih dari sepuluh kali lebar bandwidth (lebar
pita) saluran siar AM. Hal ini disebabkan oleh struktur sideband non-linear yang lebih
kompleks dengan adanya efek-efek (deviasi) sehingga memerlukan bandwidth yang
lebih lebar dibanding distribusi linear yang sederhana dari sideband-sideband dalam
sistem AM.
C. Fidelitas Tinggi
Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada interval 50 Hz
sampai 15 KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi) dengan amplitudo sangat rendah,
tingkat noise yang sangat rendah, dan respon transien yang bagus sangat diperlukan
untuk kinerja Hi-Fi yang baik. Pemakaian saluran FM memberikan respon yang cukup
untuk frekuensi audio dan menyediakan hubungan radio dengan noise rendah.
Karakteristik yang lain hanya ditentukan oleh masalah rancangan perangkatnya saja,
yaitu sebagai berikut:
D. Transmisi Stereo
Alokasi saluran yang lebar dan kemampuan FM untuk menyatukan dengan
harmonis beberapa saluran audio pada satu gelombang pembawa, memungkinkan
pengembangan sistem penyiaran stereo yang praktis.
E. Hak komunikasi tambahan
Bandwidth yang lebar pada saluran siar FM juga memungkinkan untuk memuat
dua saluran data atau audio tambahan, sering disebut Subsidiary Communication
Authorization (SCA), bersama dengan transmisi stereo. Saluran SCA menyediakan
sumber penerimaan yang penting bagi kebanyakan stasiun radio dan sekaligus sebagai
media penyediaan jasa digital dan audio yang berguna untuk khalayak.
Diagram blok dari transmitter dalam sistem radio transceiver VHF FM dapat dilihat
seperti pada Gambar 1.1.
3
Gambar 1. 1 VHF FM Transmitter Demonstrator
Pada Gambar 1.1 ditunjukkan komponen-komponen yang menjadi penyusun dari sebuah
transmitter, untuk memahami kerja setiap blok komponennya dilakukan beberapa pengukuran
yang menjadi parameter baik atau buruknya sebuah transmitter, parameter tersebut antara lain:
A. Daya Pancar (Watt)
Ada berbagai macam jenis daya berdasarkan penggunaannya, salah satunya adalah
daya pancar. Daya pancar atau yang sering disebut juga TX power atau daya TX, daya
pancar dinyatakan dalam besaran Watt atau milliWatt, Jika kita bekerja pada frekuensi
microwave seringkali kita menggunakan besaran dBm. Daya pancar seringkali
tergantung pada kecepatan transmisi. Besarnya daya pancar akan memengaruhi besarnya
sinyal penerimaan di suatu tempat tertentu pada jarak tertentu dari stasiun pemancar.
Semakin tinggi daya pancar semakin besar level kuat medan penerimaan siaran. Namun
besarnya penerimaan siaran tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya daya pancar.
Besarnya daya pancar yang diperlukan untuk menjangkau sasaran pada jarak tertentu
dipengaruhi antara lain oleh besarnya frekuensi, ketinggian antena pemancar dan antena
penerima, profil antara lokasi pemancar dengan lokasi penerima, serta besarnya level
kuat medan yang diharapkan dapat diterima oleh pesawat penerima.
B. Frekuensi Pancar (MHz)
Pada awal penggunaan radio sebagai media penyiaran digunakan frekuensi pada
band rendah (Low Band) yaitu sekitar 500 Khz yang saat ini sering disebut sebagai
Medium Wave (MW) pada modulasi yang dinamakan Amplitudo Modulation (AM). Band
(pita) frekuensi tersebut masih digunakan oleh media penyiaran hingga saat ini. Selain
digunakan band pada frekuensi di bawah 1 Mhz, frekuensi diatas 1 MHz juga digunakan
4
sebagai media penyiaran. Band tersebut banyak disebut sebagai Short Wave (SW) karena
menggunakan gelombang pendek. Jangkauannya dapat mencapai ribuan kilometer sebab
sifat gelombang pada frekuensi tersebut dipantulkan oleh lapisan ionosfer, sedangkan
pada band MW, jarak jangkaunya hanya mencapai ratusan kilometer. Perkembangan
teknologi berikutnya mengarah pada penggunaan frekuensi diatas 50 Mhz untuk berbagai
keperluan, antara lain untuk penyiaran. Alokasi yang ditetapkan secara international
untuk penggunaan media penyiaran adalah 87 MHz-108 MHz. Pada frekuensi tersebut
modulasi yang digunakan adalah Frequency Modulation (FM). Salah satu keunggulan
penggunaan modulasi FM ini adalah suaranya bersih karena bandwidth (lebar pita
frekuensi) yang digunakan setidak-tidaknya 100 kHz. Dengan bandwidth yang lebar,
maka suara yang dihasilkan menjadi jernih.
C. Ketepatan Frekuensi (ppm)
Dari pengukuran yang telah dilakukan, error dapat diketahui selama pengiriman
dan penerimaan sinyal informasi dengan cara menghitung selisih frekuensi sinyal yang
dikirim dengan sinyal yang diterima. Error ini juga menunjukkan frekuensi di awal
(pemancar) tepat atau tidak setelah sampai di bagian penerima.
D. 1st Harmonic Rejection
Harmonisa terjadi karena banyaknya frekuensi kerja yang muncul dalam satu range
atau rentang frekuensi yang kita tentukan. Untuk itu, dilakukan seleksi frekuensi untuk
mampu menyeleksi dan menghilangkan harmonisa yang muncul dari frekuensi lain yang
tidak diinginkan.
E. Sensitivitas Mikrofon
Sensitivitas mikrofon pada sebuah pemancar merupakan hal penting untuk
diketahui agar kita mampu mengetahui baik buruknya sebuah mikrofon menerima
gelombang suara sebagai sinyal informasi yang akan dikirimkan ke bagian penerima.
F. Distorsi Audio
Dari pengukuran ditorsi, sinyal audio atau suara yang dikirimkan oleh bagian
pemancar dapat diketahui perubahan kualitas sinyal mengalami perubahan atau tidak dan
level berapa dBm distorsi tersebut terjadi.
5
1.3.2. VHF FM Receiver (Penerima)
Penerima radio merupakan salah satu pesawat elektronika yang berfungsi mengubah
sinyal modulasi gelombang radio menjadi sinyal audio/getaran suara yang dapat di dengar oleh
telinga manusia. Penerima berfungsi untuk menerima gelombang yang dipancarkan oleh
pemancar untuk kemudian memilih dan mengubahnya menjadi informasi yang dapat didengar
sesuai dengan suara yang ditangkap oleh sistem penerima. Jadi, gelombang radio adalah
sebagai pembawa informasi dari pemancar ke penerima. Semua radio mempunyai titik
minimal, dimana jika sinyal yang diterima lebih rendah dari titik minimal tersebut maka data
yang dikirim tidak dapat di terima. Titik minimal sensitifitas RX didefinisikan dalam dBm atau
Watt. Bagi sebagian besar radio, sensitifitas RX di definisikan sebagai level dari Bit Error Rate
(BER). Biasanya kita menggunakan standar BER sama dengan 10-5 (99.999%).
Diagram blok dari receiver dalam sistem radio transceiver VHF FM dapat dilihat seperti
pada Gambar 1.2.
6
Karena daya pancar sulit untuk diketahui dan sering dibatasi oleh peraturan (FCC atau
badan pemerintah). Oleh sebab itu sensitivitas menjadi spesifikasi penting untuk
mencapai jarak komunikasi maksimum. Sensitivitas didefinisikan juga sebagai besarnya
tegangan yang harus diberikan pada antena penerima agar menghasilkan keluaran
optimal pada pesawat. Kepekaan terbaik dibatasi oleh derau yang dibangkitkan di dalam
penerima, sehingga derau keluaran merupakan salah satu faktor dalam menilai kepekaan.
Dalam spesifikasi radio penerima, kepekaan (sensitivitas) didefinisikan sebagai
tegangan masuk (pembawa) minimum yang akan menghasilkan suatu perbandingan daya
sinyal ke derau (SNR = Signal to Noise Ratio) tertentu pada keluaran dari bagian IF.
Beberapa jenis detektor (terutama FM) dapat menghasilkan perbaikan dalam SNR. Pada
penerima AM, definisi lain dari kepekaan adalah “Tegangan pembawa masuk minimum
yang termodulasi 50% pada 1000 Hz yang menghasilkan SNR tertentu pada keluaran
detektor”. Dengan demikian, sensitivitas sebuah radio penerima juga ditentukan oleh
penguatan (gain) dari tingkat penguat RF dan penguat IF, serta derau thermal yang dapat
terjadi pada komponen-komponen yang digunakan khususnya pada resistor dan
semikonduktor yang digunakan.
B. Selektivitas
Selektivitas merupakan kemampuan radio penerima untuk membedakan antara
sinyal yang diinginkan dan osilasi elektromagnetik yang tersebar dari berbagai macam
faktor yang menggangu penerimaan sinyal dan menolak sinyal-sinyal yang tidak
diinginkan.
Sinyal yang diinginkan dipilih berdasarkan beberapa karakteristik yang
dimilikinya. Tergantung pada karakteristik yang digunakan, seperti selektivitas
frekuensi, selektivitas amplitude, selektivitas fasa, dan selektivitas perbedaan waktu.
Selektivitas frekuensi adalah selektivitas yang banyak ditemui karena sumber-sumber
sinyal radio dirancang untuk beroperasi pada frekuensi yang berbeda (biasanya disebut
frekuensi carrier) dan dalam rentang panjang gelombang tertentu (disesuaikan dengan
pengaturan radio).
Selektivitas penerima dievaluasi oleh intensitas relatif dari sinyal yang diterima
radio eksternal, seperti stasiun radio, sinyal yang memiliki efek menganggu yang ditandai
pada penerimaan sinyal yang lemah. Biasanya disebabkan oleh pemilihan kanal yang
7
berdekatan dengan saluran selektivitas sekunder. Adjacent-channel selectivity adalah
selektivitas untuk gangguan yang terjadi dalam saluran frekuensi yang paling dekat
dengan frekuensi pembawa. Saluran sekunder yang menarik di radio penerima
superheterodyne adalah gambaran kanal yang memiliki frekuensi yang sama dengan
frekuensi tengah. Selektivitas ini biasanya terlalu rendah sehingga hasil yang diinginkan
terdistorsi oleh gangguan.
C. 20 dB Quieting
Quieting merupakan sebuah parameter yang digunakan untuk menentukan baik
buruknya kualitas suatu radio dalam hal ini VHF FM Transceiver ketika tidak dalam
keadaan tidak ada sinyal RF dan squeelch. Dalam keadaan tersebut, akan ada sinyal noise
yang keluar dari penerima tersebut. Ketika sinyal RF tanpa modulasi diterima penerima,
level noise akan berkurang. Hal ini dikarena pembatasan pada penguat IF nya pada
penerima FM, atau kerja AGC pada penerima AM.
Salah satu metoda dalam menspesifikasikan sensitivitas quieting penerima adalah
berapa besar sinyal RF yang diperlukan untuk memperoleh reduksi noise output yang
dinyatakan dalam dB. Level sensitivitas quieting yang merupakan standar adalah
seberapa besar level input RF yang diperlukan agar dapat menurunkan output noise
penerima hingga 20 dB.
D. Image Frequency Rejection
Image frequency rejection adalah perbandingan antara masukan frekuensi
bayangan dan masukan pembawa yang diinginkan, yang menghasilkan keluaran yang
sama dari tingkat pencampur (mixer). Penolakan bayangan ini biasanya dinyatakan
dalam dB. Nilai standar untuk image frequency rejection adalah sekitar -50 dB untuk
penerima komunikasi. Harga tersebut dapat berubah-ubah menurut penalaan.
8
4. Speaker Radio Analyzer
5. Modul VHF-FM Transceiver Model VD-01
6. Icomm VHF-FM Transceiver
7. Kabel BNC
8. Kabel Jumper
9. Kabel Audio
10. BNC to N Connector, N to M Connector, BNC to BNC Connector
11. T-Connector
12. Attenuator 10 dB, 20 dB, 3 dB
13. Dummy Load
14. VSWR Meter dan Watt Meter
9
BAB II
LINGKUP PEKERJAAN
Praktikum pada materi Sistem Radio Transceiver VHF-FM (Paket C) ini dilaksanakan
dalam 3 minggu dimana materi pertama dan kedua dilaksanakan pada minggu 1, materi ketiga
pada minggu 2 dan materi keempat pada minggu 3. Berikut adalah materi-materi praktikum yang
dimaksud:
10
BAB III
METODOLOGI
11
Gambar 3. 2 Diagram Blok VHF-FM Transmitter
Pengamatan pada TP1 dapat menggunakan Osiloskop untuk melihat sinyal frekuensi
audio. Kemudian pada TP2 – TP5 menggunakan connector BNC to BNC yang terhubung ke
spectrum analyzer, lalu spectrum analyzer dihubungkan ke PC agar dapat mengamati nilai
level dan ferkuensi pada aplikasi Signal Hound yang sudah terinstalasi di PC. Pada TP4 dan
TP5 harus menggunakan attenuator terlebih dahulu sebelum terhubung ke sprectrum
analyzer agar level daya masih dapat terbaca pada aplikasi Signal Hound.
12
Pada prinsipnya, pengukuran sensitivitas radio penerima dilakukan untuk
mengetahui kemampuan radio dalam menerima sinyal sebesar > 50% dari rating output
pada 12 dB SINAD. Input perangkat penerima pada VHF FM Transceiver adalah sinyal
yang dibangkitkan oleh signal generator dengan sinyal termodulasi FM berfrekuensi 134
MHz dan 3 KHz deviasi maksimum. Amplitude awal diberikan sebesar -30 dBm dan
dengan mengatur volume radio hingga kondisi maksimum.
Distortion analyzer dihubungkan ke output radio penerima pada TP 17 sehingga
telah dihasilkan sinyal audio. Atur sensitivitas distortion analyzer hingga kondisi 2/3 dari
maksimum, lalu atur lagi hingga mencapai angka 0. Atur mode function pada distortion
dan atur balance hingga jarum menunjukkan level minimum. Turunkan amplitude sinyal
input RF dari signal generator hingga memperoleh SINAD = 12 dB pada distortion
analyzer atau output audio jatuh hingga 50% dari harga rating, lihat besarnya nilai
amplitude sinyal yang diberikan pada signal generator dalam satuan microvolt.
b. Selektivitas (dB)
Lebar suatu kanal FM adalah 50 KHz, sehingga jika radio FM bekerja pada
frekuensi 134 MHz, maka terdapat 2 frekuensi bayangan yaitu frekuensi bayangan atas
sebesar 134 MHz + 25 KHz = 134,025 MHz dan frekuensi bayangan bawah sebesar
134 MHz – 25 KHz = 133,975 MHz. Oleh karena itu, atur signal generator pada
frekuensi 134 MHz, lalu pada frekuensi 134,025 MHz untuk frekuensi bayangan atas
13
dan 133,975 MHz untuk frekuensi bayangan bawah. Atur SINAD pada 12 dB. Pada
frekuensi bayangan atas, cek level daya dengan cara menaikkan dan menurunkan level
daya pada signal generator hingga adanya suara tone, lakukan juga hal yang sama
untuk frekuensi bayangan bawah. Baik pada frekuensi bayangan atas maupun pada
frekuensi bayangan bawah akan terdapat dua level daya. Bandingkan levelnya dengan
level sensitivitas untuk memperoleh level selektivitas yang sebenarnya. Perbandingan
level antara selektivitas dan sentivitas memiliki standar 80 dB.
14
4) Tala sensitivity sampai jarum pengukuran mencapai 2/3 dari nilai maksimum
dan average responding menunjukan nilai 0 dB.
Frekuensi bayangan atas yaitu FIM1 dan frekuensi bayangan bawah yaitu FIM2 didapat
dari persamaan:
FIM = FRF ± 2FIF
15
Dimana:
FIM = frekuensi bayangan atas dan bawah
FRF = frekuensi RF
FIF = intermediate frequency
Dengan FRF pada frekuensi 134 MHz dan FIF local oscillator 10.7 MHz, maka didapat:
FIM1 = FRF – 2FIF FIM1 = FRF + 2FIF
Maka, atur frekuensi pada signal generator dengan frekuensi bayangan bawah
sebesar 112.6 MHz dan frekuensi bayangan atas sebesar 155.4 MHz. Amati level pada
signal hound, seharusnya baik pada frekuensi bayangan atas maupun bawah tidak
terdapat level daya yang besar karena di-reject, level hanya akan ada pada frekuensi
RF. Pada speaker, jika terdapat saluran lain yang masuk ditandai dengan adanya suara
audio berarti ada sinyal FM VHF lain yang frekuensinya berbenturan dengan frekuensi
radio ini atau terjadi interferensi, namun jika tidak ada saluran lain yang berbenturan
maka frekuensi RF yang digunakan dalam kondisi aman dari gangguan interferensi.
16
Menghubungkan port antenna pada radio FM-VHF Transceiver ke dalam port TX
power meter. Pada power meter hubungkan dummy load ke port antenna. Dummy load
berfungsi sebagai pengganti antenna agar frekuensi tidak memancar ke ruang bebas dan
menggangu frekuensi saluran lain. Pengukuran daya dilakukan saat bagian PTT
transceiver ditekan. Kemudian melakukan proses pembacaan pada layar power meter
dengan melihat pergerakan jarum pada bagian daya forward di bagian kiri SWR meter
dengan satuan watt.
17
Dimana:
FRF = frekuensi RF yang di set pada radio VHF-FM transceiver
FP = frekuensi pancar yang terbaca pada modulation analyzer
Transmission Test Set diatur pada mode TX lalu frekuensi diatur pada transmission
test. Alat ini berfungsi untuk pensintesis gelombang sinus yang yang merupakan
pengganti suara manusia. Dari port TX pada transmission test set dihubungkan ke port
mic in pada PTT ICOMM FM-VHF. Port out yang berfungsi sebagai port antenna
dihubungkan ke attenuator 40 dB dikarenakan daya pancar pada radio cukup besar yang
dikhawatirkan akan merusak alat ukur. Lalu pada port output dari attenuator dihungkan
ke port input spectrum analyzer, dan spectrum analyzer dihubungkan ke PC agar nilai
level terbaca di aplikasi Signal Hound.
Untuk melihat tampilan 1st harmonic rejection pada layar komputer, menggunakan
fitur Trace > Harmonics pada aplikasi Signal Hound, kemudian akan terlihat sinyal 1st
harmonic rejection dari sinyal radio intercom tersebut dalam satuan dBc.
18
e. Sensitivitas mikrofon (dBm) dan Distorsi audio (%)
Untuk pengukuran sensitivitas mikrofon, dengan menekan PTT pemancar dan
atur level sumber audio hingga modulation analyzer menunjukan deviasi 60% deviasi FM
(30% AM, biasanya pada frekuensi 1 KHz). Catat level output sumber audio yang
diperlukan untuk memperoleh deviasi ini.
Berikut ini adalah blok diagram dan setup pengukuran untuk mengukur
sensitivitas mikrofon dan distorsi audio.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
TP8 Sinyal ini merupakan sinyal
output dari osilator Kristal
sebelum masuk ke multiplier
X9 yang memiliki level -27,8
dBm pada frekuensi 13,70625
MHz.
21
TP11 Sinyal ini merupakan spectrum
sinyal IF yang difilter oleh
BPF untuk membatasi
spectrum yang tidak
diinginkan dari proses mixer.
Penguatan level sinyal IF
terjadi setelah melewati
Amplifier menjadi -23,1 dBm.
22
TP15 Sinyal ini merupakan spectrum
sinyal hasil filter melalui BPF
455 kHz untuk dikuatkan
melalui amplifier sehingga
level sinyal menjadi -29,8
dBm.
23
4.2 Mengamati blok diagram radio transceiver VHF FM (bagian pemancar).
Tabel 4. 2 Data hasil pengamatan bagian pemancar
No. TP Respons Penjelasan
24
TP3 Dengan sinyal informasi yang
(MOD) dimodulasi pun frekuensi
sinyal carrier dan daya dari
output phase modulator tidak
berubah, dan lebih besar dari
sideband.
Tanpa Modulasi Frekuensi = 11.16
MHz Level daya = 4.4 dBm
25
4.3 Mengukur spesifikasi teknis penerima.
a. Sensitivitas (µV at 12 dB SINAD)
Hasil pengukuran sensitivitas pada radio VHF FM Transceiver adalah:
Tabel 4. 3 Hasil Pengukuran Sensitivitas Radio VHF FM Transceiver
Frekuensi (MHz) Level sinyal
(dBm) (µV)
134 MHz -100 2,24
Frekuensi yang digunakan menghasilkan nilai sensitivitas 2.24 µV, karena sebuah penerima
dapat dikatakan bagus ketika nilai sensitivitasnya < 1 µV untuk 13/12? dB SINAD maka
radio tersebut dinyatakan kurang baik dalam hal sensitivitasnya.
b. Selektivitas (dB)
Pengukuran selektivitas dilakukan pada frekuensi FRF ± 25 kHz.
1) Frekuensi 134 MHz + 25kHz = 134.025 MHz
26
dijadikan sebagai parameter kualitas radio dalam hal selektivitasnya, dimana radio yang
baik memiliki selisih level daya lebih besar dari 80 dB dan berdasarkan hasil
pengukuran, dapat disimpulkan bahwa radio memiliki kondisi selektivitas yang baik
karena memiliki selisih level daya sebesar 100 dB untuk kedua nilai frekuensinya.
Image frequency atau frekuensi bayangan merupakan frekuensi yang tidak diinginkan karena
dapat menimbulkan interferensi. Sehingga diperlukan image frequency rejection supaya tidak
terdapat interferensi akibat adanya frekuensi bayangan tersebut. FM VHF Transceiver yang
digunakan memiliki band frekuensi 128 MHz hingga 174 MHz sedangkan frekuensi kerja yang
digunakan adalah 134 MHz yang berarti masuk dalam band frekuensi tersebut. FIM1 atau
frekuensi bayangan bawah (lower) adalah sebesar 112.6 𝑀𝐻𝑧 dan FIM2 atau frekuensi bayangan
atas (upper) sebesar 155.4 MHz.
27
Gambar 4. 1 Grafik Frekuensi Bayangan
Frekuensi bayangan atas terletak didalam band frekuensi sedangkan frekuensi bayangan bawah
terletak di luar band frekuensi radio tersebut. Dari hasil pengukuran image frequency rejection,
kedua frekuensi bayangan tersebut tidak mengganggu karena tidak adanya sinyal lain yang
masuk pada frekuensi tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai ketepatan frekuensi yang didapat sebesar 17.16
ppm, sedangkan nilai ketepatan frekuensi yang baik adalah sebesar ± 20 ppm. Maka,
radio VHF-FM transceiver yang digunakan masih dapat digunakan dan memilki
28
ketepatan frekuensi yang cukup baik.
29
Tabel 4. 5 Sensitivitas mikrofon
Level Daya Deviasi frekuensi
(dBm) (KHz)
-50 0,778
-45 1,25
-40 1,9
-35 3
-30 3,96
-25 4,54
-20 4,72
-15 4,82
-10 4,84
-5 4,9
0 4,91
titik sensitivitas mikrofon. Besar distorsi audio yang didapatkan adalah ?%. Nilai
standar untuk distori audio yang baik adalah sebesar 5% sehingga hasil yang diukur
30
BAB V
KESIMPULAN
Untuk distorsi audio dapat dikatakan baik jika tidak melebihi 5%, maka
pada hasil pengukuran dapat dikatakan kurang baik karena hasil yang
didapatkan sebesar 8%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem radio transceiver VHF FM secara keseluruhan
masih dapat bekerja dengan baik, walaupun terdapat beberapa spesifikasi yang hasil
pengukurannya tidak tepat. Namun, nilai tersebut masih dapat ditoleransi dan masih dapat
digunakan dengan baik.
31
32