Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja
Praktek hingga penyelesaian laporan Kerja Praktek ini. Sesuai dengan prosedur
Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara, setiap mahasiswa/i
diwajibkan melaksanakan Kerja Praktek pada industri maupun perusahaan sesuai
dengan subkonsentrasi masing-masing yang memenuhi persyaratan Kerja Praktek.
1
8. Rekan-rekan mahasiswa di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulisan laporan ini,
serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan kerja
praktek sampai rampungnya laporan ini.
Penulis menyadari laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna.
Segala saran dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan
tangan terbuka. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Salam Hormat,
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan Kerja Praktek...............................................................................2
1.3 Manfaat Kerja Praktek.............................................................................2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..............................................................3
1.5 Batasan Masalah......................................................................................3
1.6 Metodologi Kerja Praktek.......................................................................3
1.7 Sistematika Penulisan Laporan................................................................4
3
3.3 Alokasi Frekuensi..................................................................................23
3.4 Propagasi Gelombang Radio.................................................................24
3.5 Sistem Transmisi Radio VHF/UHF.......................................................24
3.6 Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio................................................25
3.7 Monitoring Frekuensi............................................................................25
3.8 Stasiun Monitoring................................................................................27
3.8.1 Stasiun Monitoring Tetap (Fixed)................................................27
3.8.2 Stasiun Monitoring Bergerak.......................................................28
3.9 Kriteria Pelanggaran Penggunaan Frekuensi Radio..............................29
3.10 Hukum yang Mengatur Penggunaan Frekuensi Radio..........................30
3.11 Gangguan Frekuensi Radio...................................................................30
3.12 Antena VHF/UHF.................................................................................33
4.1 Pengenalan Tentang Peraturan Penggunaan Frekuensi Radio..............36
4.2 Mengamati Spektrum Frekuensi Radio.................................................36
4.3 Gangguan Spektrum Frekuensi Radio...................................................39
4.4 Peralatan................................................................................................43
4.5 Penanganan Gangguan di Lapangan.....................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
7
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan pada kesempatan ini adalah :
1. Pemahaman terhadap ilmu di bidang telekomunikasi yang telah dimiliki
selama masa perkuliahan.
2. Mengenal ruang lingkup Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
3. Mengenal, mengamati, dan mempelajari cara kerja system
monitoring spectrum frekuensi radio di Balai Monitoring Spektrum
Frekuensi Radio Kelas I Medan.
4. Menambah wawasan mengenai manajemen frekuensi, pengukuran
Emisi, Bandwith, Radio Regulation, dan system monitoring
otomatis.
5. Memahami penggunaan perangkat elektronik yang mendukung
proses monitoring, serta pengenalan system penanganan kasus atau
penertiban di bidang pemancar dan sinyal frekuensi.
6. Mengetahui pengalokasian spektrum frekuensi radio
2
b. Mendapat masukan dari laporan kerja praktek yang dilakukan
mahasiswa tentang penerapan konsep-konsep teknologi
telekomunikasi yang ada di perusahaan.
3. Bagi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
a. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.
b. Merupakan sumber masukan untuk perbaikan sistem kerja dan metode
yang ada di perusahaan.
3
1.7 Sistematika Penulisan Laporan
Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam penulisan laporan kerja
praktek kali ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dilakukannya kerja praktek, tujuan dan
manfaat kerja praktek baik bagi mahasiswa, universitas dan
perusahaan, waktu dan tempat dilaksanakannya kerja praktek, batasan
masalah dan metode penulisan dan sistematika penulisan laporan kerja
praktek.
BAB II : BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS I
MEDAN
Berisi tentang sejarah singkat Balai Monitor, wilayah kerja Balai
Monitor, kegiatan operasi di Balai Monitor, struktur organisasi Balai
Monitor, Visi dan Misi Balai Monitor, dan kebijakan mutu Balai
Monitor.
BAB III : MONITORING SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
Berisi tentang landasan teori dan penjelasan secara umum tentang
proses monitoring spektrum frekuensi radio terutama di kota Medan.
BAB IV : KEGIATAN SELAMA KERJA PRAKTEK DI BALAI
MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI KELAS I MEDAN
Berisi tentang daftar kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek di
Balai Monitor Medan dan berisi penjelasan bagaimana memonitoring
frekuensi radio.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang simpulan dan saran bagi penulis dan Balai Monitor
Kelas I Medan.
4
BAB II
PROFIL BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS I
MEDAN
5
dipimpin oleh Soesilo Soedarman. Dan pada masa Pemerintahan Presiden
Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno dibentuk Kabinet Pembangunan VI
dimana Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dijabat oleh Joop Ave yang
dibentuk pada tanggal 17 Maret 1993 dan diselesaikan pada tanggal 14 Mei 1998.
Pada tanggal 16 Maret 1998 s/d 21 Mei 1998 kabinet pemerintahan Indonesia
membentuk Kabinet Pembangunan VII di masa Pemerintahan Presiden Soeharto
dan Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie yang masa jabatannya paling
singkat. Masa bakti kabinet ini seharusnya berakhir pada tahun 2003, namun
karena terjadi demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan massal 1998 akibat krisis
ekonomi yang melanda Indonesia yang berujung pada pengunduran diri Soeharto
dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan diangkatnya B.J. Habibie sebagai
pejabat presiden dalam situasi darurat, mengakibatkan kabinet ini menjadi
demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan Indonesia dilanjutkan
oleh Kabinet Reformasi Pembangunan. Pada tahun 1998, Departemen Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi dibubarkan dimana Pariwisata menjadi dibawah Menteri
Pariwisata, Seni, dan Budaya dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
kembali ke Departemen Perhubungan. Pada tahun 1998, Era Reformasi Direktorat
Jenderal Pos dan Telekomunikasi membentuk Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melakukan tugas Pengawasan
dan Pengendalian Penggunaan Spekrum Frekuensi Radio sebagai reinkarnasi dari
Bidang Pengendalian Frekuensi Radio pada masa Kantor Wilayah Pariwisata, Pos
dan Telekomunikasi.
Pada tanggal 23 Mei 1998 s/d tanggal 20 Oktober 1999, kabinet pemerintahan
Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie membentuk Kabinet Reformasi
Pembangunan. Kabinet ini terdiri dari sejumlah Menteri Koordinator, sejumlah
Menteri Pimpinan Departemen, sejumlah Menteri Negara, Sekretaris Negara, dan
Jaksa Agung. Pada tanggal 26 Oktober 1999 s/d 09 Agustus 2001, kabinet
pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil
Presiden Megawati Sukarnoputri membentuk Kabinet Persatuan Indonesia. Ketika
Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI pada tahun 1999, Departemen
Penerangan dan Departemen Sosial dibubarkan. Dalam penjelasan yang diberikan
secara terbuka pada sidang paripurna DPR, pada pertengahan November 1999,
6
Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa pembubaran itu dilakukan semata-mata
untuk efisiensi dan perampingan kabinet pemerintahan, sekaligus dalam rangka
implementasi sepenuhnya UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah. Selain itu
juga pada tahun tersebut, Lembaga Sensor Film yang tadinya dikelola oleh
Departemen Penerangan dialihkan ke lingkungan Departemen Pendidikan, yang
nantinya setahun kemudian dialihkan kembali ke Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata.
Abdurrahman Wahid pun membentuk Badan Informasi Komunikasi Nasional
(BIKN) sebagai lembaga pengganti Departemen Penerangan (Keppres 153 tahun
1999), dengan Keapal BIKN setara Eseleon 1a. Dengan ditetapkannya Keputusan
Presiden tersebut, seluruh aset dan personil eks Dep. Penerangan Tingkat Pusat
dialihkan kepada Badan Informasi dan Komunikasi Nasional, kecuali aset dan
personil Direktorat Televisi, TVRI Stasiun Pusat Jakarta, Balai Pendidikan dan
Pelatihan Televisi Jakarta, Direktorat Radio, Stasiun Raido Republik Indonesia
Nasional Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Radio Jakarta, Balai Elekronika
dan Laboratorium Radio Jakarta, dan Maintenance Center Jakarta. Dalam rangka
pelaksanaan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
eks instansi vertikal Dep. Penerangan termasuk seluruh aset dan personilnya
dialihkan menjadi Perangkat/Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, kecuali
TVRI Stasiun Daerah, TVRI Stasiun Produksi, TVRI Sektro dan Satuan
Transmisi, Stasiun Radio RI Regional I dan II, Multimedia Training Center
Yogyakarta, serta Maintenance Center Medan dan Ujung Pandang.
Pada tanggal 10 Agustus 2001 s/d 20 Oktober 2004, kabinet pemerintahan
Indonesia pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah
Haz membentuk Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini diumumkan pada 9
Agustus 2001. Pada masa kepemimpinan Presiden Magawati, dibentuk
Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi pada tahun 2001. Saat itu yang
ditunjuk sebagai Menteri Negara adalah Syamsul Mu’arif. Selain itu juga
dibentukalah Lembaga Informasi Nasional (LIN). LIN mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pelayanan informasi nasional. Selain
itu, saat itu wewenang Kominfo dalam hal konten penyiaran dialihkan ke lembaga
independen baru bernama Komisi Penyiaran Indonesia yang didirikan melalui UU
7
No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Berdasarkan UU tersebut juga, status TVRI
serta RRI diubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen,
netral, tidak komersial dan melayani masyarakat. Kantor Berita Antara diubah
juga menjadi Perusahaan Umum (Perum).
Pada tanggal 21 Oktober 2004 s/d 20 Oktober 2009, kabinet pemerintahan
Indonesia pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad
Jusuf Kalla membentuk Kabinet Indonesia Bersatu I. Ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menjabat pertama kali sebagia Presiden, ia menggabungkan
Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, Lembaga Informasi Nasional,
dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi yang berasal dari Departemen
Perhubungan dan ditambahkannya Direktorat Jenderal baru yaitu Direktorat
Jenderal Aplikasi Telematika. Lembaga Informasi Nasional dipecahnya menjadi
dua yaitu Dijen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi dan Badan
Informasi Publik. Hasil seluruh penggabungan ini bernama Departemen
Komunikasi dan Informatika (Depkominfo). Pada tahun 2008 juga dibentuk mitra
baru Kominfo yaitu Komisi Informasi yang dibentuk berdasarkan UU No. 14
tahun 2008 mengenai Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang baru untuk
Internet yaitu UU No. 11 tahun 2008 mengenai Informasi dan Transaksi
Elektronik dan amanah untuk penyehatan PT. Pos Indonesia melalui UU No. 38
tahun 2009 tentang Pos juga mewarnai Depkominfo tahun-tahun ini.
Pada tahun 2009 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin
kabinet Indonesia Bersatu II, Depkominfo diubah menjadi Kementerian
Komunikasi dan Infomartika, dengan dipecahnya Ditjen Pos dan Telekomunikasi
menjadi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika serta Ditjen Sumber Daya
Perangkat Pos dan Informatika. Ditjen Aplikasi Telematika berubah nama
menjadi Ditjen Aplikasi Informatika. Sedangkan Ditjen Sarana Komunikasi dan
Diseminasi dan Badan Informasi Publik dilebur kembali menjadi Direktorat
Jenderal Informasi Komunikasi Publik. Struktur ini masih berlaku sampai saat ini.
Pada awal tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Medan berubah menjadi Balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Medan sebagai perpanjangan tangan Direktorat
8
Jenderal Pos dan Telekomunikasi telah berubah menjadi Direkorat Jenderal
Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika sampai sekarang.
2.2.2 Misi
1. Meningkatkan pemerataan pelayanan pengguanan frekuensi radio
keseluruh pelosok pedesaan.
2. Meningkatkan iklim usaha dan peran serta masyarakat.
3. Meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat.
4. Mendorong optimalisasi kemajuan Iptek yang tepat guna.
9
2.3 Struktur Organisasi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I
Medan
10
Kepala Balai Monitor Kelas I
Ir. M. Saleh
Kelompok Jabatan
Fungsional
11
Tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut :
1. Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan
perencanaan dan program, urusan keuangan, kepegawaian,
ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan hubungan masyarakat.
2. Seksi Pemantauan dan Penertiban mempunyai tugas melakukan
pengamatan, deteksi lokasi sumber pancaran, pemantauan, penertiban,
penyidikan pelanggaran terhadap penggunaan spektrum frekuensi radio
dan standar perangkat pos dan informatika, pengukuran serta validasi
data penggunaan spektrum frekuensi radio.
3. Seksi Sarana dan Pelayanan mempunyai tugas melakukan penyampaian
Izin Stasiun Radio dan Surat Pemberitahuan Pembayaran Biaya Hak
Pengguna Frekuansi, pendampingan penyelesaian piutang Biaya Hak
Pengguna frekuensi radio, pelayanan pengaduan masyarakat terhadap
gangguan spektrum, pelaksanaan, perbaikan, dan pemeliharaan
perangkatmonitor frekuensi radio, serta pelaksanaan ujian amatir radio.
12
6. Memonitor kuat medan atau level dari suatu dinas pelayanan,
apakah telah memenuhi level minimum ketentuan yang berlaku.
7. Melakukan observasi suatu band frekuensi tertentu dalam rangka
penyelidikan-penyelidikan masalah teknik maupun yang bersifat
ilmiah.
8. Melakukan monitoring atas permintaan dari negara lain.
13
2. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan sarana dan prasarana stasiun monitoring frekuensi radio.
3. Rencana kegiatan koordinasi yang bersifat nasional dan internasional.
14
BAB III
MONITORING SPEKTRUM FREKUENSI RADIO
b. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya tidak memerlukan medium (zat perantara). Artinya
gelombang ini bisa merambat dalam keadaan bagaimanapun tanpa
memerlukan medium. Contohnya adalah gelombang cahaya yang terus
ada dan tidak memerlukan zat perantara.
15
Gambar 3.1 Gelombang Tranversal
b. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya
sejajar dengan arah getarannya. Bentuk getarannya berupa rapatan dan
renggangan (Dapat dilihat pada gambar di bawah).
16
bunyi, di udara yang dirambati gelombang ini akan terjadi rapatan dan
renggangan pada molekul-molekulnya, dan saat ada rambatan molekul-
molekul ini juga bergetar. Akan tetapi getaranya hanya sebatas gerak
maju mundur dan tetap di titik keseimbang, sehingga tidak membentuk
bukit dan lembah.
2. Dibiaskan (refraksi)
Pada optika era optik geometris, refraksi cahaya yang dijabarkan dengan
Hukum Snellius, terjadi bersamaan dengan refleksi gelombang cahaya
tersebut, seperti yang dijelaskan oleh persamaan Fresnel pada masa
transisi menuju era optik fisis. Tumbukan antara gelombang cahaya
dengan antarmuka dua medium menyebabkan kecepatan fase gelombang
cahaya berubah. Panjang gelombang akan bertambah atau berkurang
dengan frekuensi yang sama, karena sifat gelombang cahaya yang
transversal (bukan longitudinal). Pengetahuan ini yang membawa kepada
penemuan lensa dan refracting telescope. Refraksi di era optik fisis
dijabarkan sebagai fenomena perubahan arah rambat gelombang yang
17
tidak saja tergantung pada perubahan kecepatan, tetapi juga terjadi karena
faktor-faktor lain yang disebut difraksi dan dispersi.
Contoh terjadinya refraksi yang sangat umum dijumpai adalah seperti
ilustrasi gambar ..... Dengan adanya perbedaan indeks bias antara udara
(1,0003) dan air (1,33) di dalam sebuah mangkok, sebuah benda lurus
seperti pensil atau sedotan akan tampak seperti patah dengan kedalaman
air yang tampak lebih dangkal.
Gambar Refraksi
3. Dipadukan (interferensi)
Perpaduan gelombang terjadi apabila terdapat gelombang dengan
frekuensi dan beda fase saling bertemu. Hasil interferensi gelombang akan
18
ada 2, yaitu konstruktif (saling menguatkan) dan destruktif (saling
melemahkan). Interferensi Konstruktif terjadi saat 2 gelombang bertemu
pada fase yang sama, sedangkan interferensi destruktif terjadi saat 2
gelombang bertemu pada fase yang berlawanan.
4. Dibelokkan/disebarkan (Difraksi)
5. Dispersi Gelombang
19
Dispersi adalah penyebaran bentuk gelombang ketika merambat melalui
suatu medium. Dispersi tidak akan terjadi pada gelombang bunyi yang
merambat melalui udara atau ruang hampa. Medium yang dapat
mempertahankan bentuk gelombang tersebut disebut medium nondispersi.
20
polarisasi, dan sebaliknya, akan terserap jika arah gelombang tidak sesuai
dengan arah polarisasi celah tersebut.
c
λ=
f
Dimana:
λ : panjang gelombang
c : cepat rambat gelombang (300.000km/s atau 3x108 m/s)
f : frekuensi gelombang
21
Frekuensi adalah ukuran jumlah gelombang per satuan detik. Frekuensi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
1
f=
T
Dimana:
f : frekuensi (Hz)
T : perioda (s)
n
f=
t
Dimana :
f : frekuensi (Hz)
n : jumlah getaran
t : waktu (s)
22
kode tersendiri sebelum melakukan transmisi. Beberapa varian dari CDMA adalah
W- CDMA, B-CDMA, TD-SCDMA dan lainnya. Saat ini penggunaan sistem
nirkabel sudah berada pada generasi ketiga (3G) dan telah diambang generasi
keempat (4G), bahkan di beberapa negara telah dimulai layanan pelanggan yang
berbasis 4G, di bawah ini disampaikan tabel perkembangan sistem nirkabel,
sampai dengan generasi ketiga (3G).
Di Indonesia penyelenggara telekomunikasi selular telah mencapai jumlah 9
operator pemilik izin penggunaan spektrum frekuensi radio (Mobile Network
Operator – MNO) dan beberapa operator yang tidak memiliki izin penggunaan
spektrum frekuensi radio. Dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang
menjadi penyelenggara telepon selular dan telepon fixed wireless (telepon tetap
tanpa kabel) dan meningkatnya pemakai internet yang diselenggarakan oleh
Internet Service Provider (“ISP”) melalui jaringan nirkabel dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio, maka kebutuhan akan spektrum frekuensi radio semakin
meningkat pula.
Saat ini pemisahan antara penyelenggara telekomunikasi dengan
penyelenggara jasa internet sudah sulit untuk dilakukan, karena terjadi trend
penyatuan atau konvergensi (convergence) di antara penyelenggaraan
layananlayanan tersebut. Konvergensi yang terjadi bukan hanya antara
penyelenggaraan telekomunikasi dengan penyelenggaraan internet, tetapi juga
dengan penyelenggaraan penyiaran. Konvergensi penyelenggaraan layanan
telekomunikasi, internet dan televisi yang terjadi sekarang ini sering disebut
dengan istilah “tripleplay”.
Spektrum frekuensi radio adalah sumber daya yang terbatas, karena hanya
spektrum frekuensi tertentu saja yang dapat digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan telekomunikasi, penyiaran dan juga internet. Keterbatasan
tersebut mengharuskan pemerintah untuk melakukan pengaturan yang cukup ketat
dalam pemanfaatan sumber daya ini. Meskipun tidak tertutup kemungkinan
terjadinya perkembangan teknologi di masa yang akan datang yang menyebabkan
spektrum frekuensi radio dapat dimanfaatkan secara lebih luas sehingga tidak lagi
merupakan sumber daya yang terbatas, namun sampai „saat ini‟ sumber daya
tersebut masih terbatas.
23
3.3 Alokasi Frekuensi
Alokasi frekuensi yaitu pencantuman pita (band) frekuensi tertentu dalam
daftar alokasi frekuensi dengan maksud untuk penggunaan oleh satu atau lebih
dinas komunikasi radio teresterial, dinas komunikasi radio ruang angkasa atau
dinas radio astronomi berdasarkan persyaratan tertentu. Alokasi juga dapat
diberlakukan untuk pembagian lebih lanjut band frekuensi tersebut untuk setiap
jenis band-nya.
24
3.5 Sistem Transmisi Radio VHF/UHF
Rambatan pada jalur-jalur VHF dan UHF diantara 30 MHz dan 3GHz
terjadi dalam ragam troposferik. Penggunaan utama dari komunikasi dua arah
pada jalur-jalur VHF dan UHF adalah komunikasi antara sebuah stasiun induk
(base stasion) dan beberapa unit mobil yang ditempatkan pada
kendaraankendaraan, kapal-kapal atau pesawat terbang pada jalur frekuensi 30-
470 kHz.
Penerapan-penerapan khas adalah komunikasi antara menara pengawas
dengan pesawat udara (Control-Tower-to-Aircraft) pada bandar-bandar
udara,pemadam kebakaran, pengawasan kapal di pelabuhan-pelabuhan,
kepolisian, operasi medan bagi angkatan bersenjata, dan lain-lain. Oleh karena
sistem ini bekerja pada frekuensi di atas 30 MHz, jangkauan kerjanya terbatas
20 pada garis pandang dan stasiun induk atau ditambah lagi sejauh itu jika
digunakan sebuah stasiun pengulang.
Halangan-halangan yang besar seperti misalnya bukit-bukit atau
gedunggedung yang tinggi didaerah perkotaan akan menimbulkan bayangan-
bayangan dan pola-pola pemantauan yang aneh, sehingga membuat lingkupan
menyeluruh untuk daerah itu dan kemudian akan menyulitkan stasiun induk.
Untuk memperluas horizon secara teknis, antena stasiun induk ditempatkan di
puncak suatu bukit atau gedung yang tinggi untuk mendapatkan tinggi tambahan.
Di dalam spektrum tersedia sejumlah saluran-saluran terbatas yang
ditetapkan, umumnya terletak pada jalur 148 MHz, 174 MHz, 450 MHz sampai
470 MHz. Pengoperasian FM biasanya lebih disukai dan jarak antara saluran
maksimum yang diizinkan untuk fasilitas ini secara berangsur-angsur telah
dikurangi dari 120 kHz sampai yang 150 kHz, sehingga lebih banyak saluran yang
dapat ditempatkan. Untuk mengatasi sempitnya jalur yang digunakan, maka
pemancar-pemancar dan penerima-penerima harus sangat stabil dan menjaga
frekuensi kerjanya dalam batas ± 5 bagian persejuta.
25
1. Pengguna pemilik izin alokasi pita spektrum frekuensi (MNO)
2. Pengguna bukan pemilik izin alokasi pita spektrum frekuensi (MVNO)
3. Pengguna frekuensi bebas
26
Pengaturan bandwith diperlukan untuk mendapatkan hasil komunikasi
yang baik dan menghindari interferensi terhadap kanal-kanal radio yang
berdekatan.sebab komunikasi radio tergantung pada kanal transmisi dalam sebuah
medium bersama yang disebut "angkasa".Saat permintaan akan kebutuhan
komunikasi radio semakin kecil, pengaturanyang teliti tidak lagi menjadi hal
utama dalam interferensi terhadap kanal-kanalradio yang berdekatan.
Occupied Bandwidth (lebar pita yang diperlukan) yaitu digunakan untuk
menyatakan sifat-sifat dari spektrum suatu emisi atau kelas emisi dalam
penggunaan bandwidth. Definisi ini tidak hanya mencakup pertimbangan dari
keseluruhan masalah spektrum radio dan juga peraturan-peraturan tentang
pembalasan penggunaan bandwidth oleh suatu emisi. Prinsip-prinsip Occupied
Bandwidth adalah sebagai berikut:
1. Bandwidth yang diperlukan harus ditentukan pada nilai yang minimal.
Dalam hal ini dipakai komponen-komponen elektronika yang sesuai
dengan nilai bandwith, baik pada pesawat pengirim dan penerima
untuk menjamin komunikasidengan hasil yang lebih baik oleh kedua
koresponden (misalnya batas frekuensiyang diperbolehkan dalam
hubungan telepon dan telegraf) pada keadaan teknistertentu.
2. Bandwidth yang digunakan oleh dinas dan organisasi nasional maupun
internasional yang beroperasi diawasi oleh Balai Monitoring. Emisi
bandwidth yang diduduki tidak boleh melebihi dari yang telah ditentukan
agar tidak menimbulkan interferensi. Penggunaan konsep ini merupakan
cara yang sangat berguna untuk menjamin pembatasan pancaran energi di
luar bandwidth yang diperlukan.
3. Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan bandwidth
adalah sebagai berikut:
a. Pentingnya membatasi interferensi terhadap kanal-kanal yang
berdekatan sekecil mungkin.
b. Faktor-faktor teknis dan praktis dari rekayasa pemancar.
c. Pembatasan bentuk atau distorsi dari sinyalnya sesuai dengan nilai
yang diizinkan.
27
3.8 Stasiun Monitoring
Stasiun monitoring mempunyai tugas untuk memonitor dan mengamati
spektrum frekuensi radio, serta mengidentifikasi stasiun-stasiun radio untuk
dibuat sebuah catatan atas kegiatan penyiaran stasiun tersebut. Pengoperasian dari
alat ini tergantung dari pengaduan masyarakat ataupun rutinitas dari Balai
Monitoring. Stasiun monitoring dan pengukuran frekuensi radio dibagi menjadi
dua bagian. yaitu:
28
pancaran yang tidak dapat dikerjakan dengan mudah oleh stasiun tetap, baik
jumlah parameter yang akan diukur atau kepadatan spektrum. Ini dipakai
terutama untuk monitor frekuensi diatas 30 Mhz, dimana pemancar dengan
power rendah, antena diarahkan dan karakteristik propagasi tertentu yang
tidak mungkin diukur secara efektif oleh stasiun tetap. Stasiun bergerak
dibagi menjadi dua unit , yaitu unit monitoring pengukuran dan unit Direct
Finder (pencari lokasi). Tugas unit monitoring dan pengukuran dan stasiun
bergerak adalah :
1. Mengamati pancaran-pancaran frekuensi radio didaerah
masingmasing sesuai dengan kemampuan pengamatan terhadap
daerah spektrum frekuensi dari stasiun mobil yang bersangkutan.
2. Mendeteksi pancaran-pancaran radio tertentu.
3. Mengadakan penelitian-penelitian terhadap frekuensi yang
diamati.
4. Mengadakan penelitian propagasi frekuensi radio.
Kekurangan stasiun Monitor Bergerak terutama untuk pengukuran
sebagai berikut:
1. Pengukuran Kuat Medan (Field Stength)
Stasiun bergerak tidak dapat digunakan untuk mengukur keadaan
elektromagnetik dikarenakan keterbatasan pada alat ukur.
2. Menentukan Lokasi Pemancar Tak Dikenal
Stasiun bergerak mengalami kesulitan pada daerah yang jarak
spektrumnya berdekatan dan pemancar ilegal tidak beroperasi
secara terus menerus.
3. Monitor Dinas Bergerak
Dinas stasiun bergerak yang menggunakan power rendah dan
selalu berpindah tempat dan kondisi operasinya, maka sangat sulit
untuk dimonitor emisinya oleh stasiun tetap.
29
1. Tidak memiliki izin operasi.
2. Memiliki izin frekuensi tetapi:
a. Frekuensi yang digunakan melebihi batas frekuensi yang telah
ditetapkan.
b. Daya pancar yang digunakan tidak sesuai dengan izin operasi.
c. Kesalahan operasi yang disebabkan karena penggunaan frekuensi dan
kelas emisi yang salah.
d. Pemancar yang dalam pengoperasiannya mengganggu pemancar lain
yang sah karena adanya kerusakan perangkat atau gangguan lainnya.
e. Untuk Jenis pemakaian Frequency Share, pengoperasian penangkal
diluar jam operasi atau izin lokasi yang telah ditetapkan.
f. Bandwidth yang digunakan melebihi batas yang telah ditentukan.
3.10 Hukum yang Mengatur Penggunaan Frekuensi Radio
Hukum yang mengaur tentang penggunaan frekuensi radio adalah sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi
2. PP Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
3. PP Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio
dan Orbit Satelit
4. Permen Kominfo Nomor 4 Tahun 2015 tentang Ketentuan Operasional
dan Tata Cara Perizinan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio
30
radio. Interferensi yang dapat diterima (Accepted Interference) yaitu interferensi
yang nilainya lebih tinggi dari interferensi yang diperbolehkan dan telah disetujui
oleh dua administrasi atau lebih tanpa merugikan administrasi lainnya.
Interferensi yang merugikan (harmful interference) adalah interferensi yang
membahayakan fungsi dari suatu dinas navigasi radio atau dinas-dinas
keselamatan lainnya. Interferensi ini sangat menurunkan mutu sinyal,
menghalangi ataupun berulangkali memutuskan hubungan suatu dinas komunikasi
radio yang beroperasi berdasarkan Peraturan Radio.
Ada bermacam-macam sumber gangguan dalam komunikasi radio, antara
lain:
31
2. Interferensi Kanal Sama (Co-Channel Interference)
Interferensi kanal sama sering terjadi pada sistem seluler yaitu karena
adanya refuse frekuensi (pengulangan penggunaan frekuensi). Sinyal
yang diterima oleh penerima bukan hanya berasal dan pemancar di pusat
seluler, dimana penerima tersebut berada tetapi juga dari pemancar yang
berasal dari sel yang menggunakan kanal frekuensi yang sama. Selain
teriadi pada sistem seluler, interferensi kanal sama juga dapat terjadi
karena penggunaan frekuensi yang sama oleh pemancar/stasiun yang sah
lainnya dari dalam atau pun luar negeri.
5. Intermodulasi
Intermodulasi adalah hasil dari dua frekuensi atau lebih pada perangkat
yang tidak linier yang berupa gelombang-gelombang baru yang
frekuensinya berbeda termasuk harmonisa gelombang masukan tersebut.
6. Harmonisa
Harmonisa adalah gangguan yang disebabkan adanya kenaikan frekuensi
secara tiba-tiba. Kenaikan frekuensi ini biasanya sebesar kelipatannya.
Harmonisa disebabkan oleh karena filter yang dipakai pada pemancar
32
kurang bagus. Untuk menghindari hal itu maka nilai kelipatan 29 dari
frekuensi yang dioperasikan sengaja dikosongkan dengan maksud
memberi ruang bila terjadi harmonisa.
8. Fading
Fading didefinisikan sebagai fluktuasi daya di penerima yang disebabkan
karena interferensi atau superposisi gelombang-getombang multipath di
penerima yang memiliki fasa yang berbeda-beda. Ada dua macam fading,
yaitu:
a. Log Normal Fading Terjadi pada daerah berbukit-bukit atau banyak
gedung-gedung tinggi.
b. Rayleighl Fading Terjadi karena sinyal yang dalang dari pemancar ke
penerima melalui lebih dari satu lintasan (misalnya untuk daerah
perkotaan).
33
frekuensi radio yang dipancarkannya. Antena setengah gelombang sangat popular
karena mudah dibuat dan mampu memancarkan gelombang radio secara efektif.
Macam-macam antena VHF/UHF digolongkan sebagai berikut:
1. Antena Omnidirectional
34
Gambar Pola Radiasi Antena Omnidirectional
(a) (b)
Gambar 3.11 Antena Omnidirectional discone (a) bentuk fisik (b) pola radiasi
Sebuah Antena discone adalah versi dari antena biconical dimana salah
satu kerucut digantikan oleh disk. Biasanya dipasang secara vertikal,
dengan disk dibagian atas dan kerucut dibagian bawahnya. Antena discone
memiliki rentang frekuensi minimal 1 hingga 10. Sebuah antena discone
terdiri dari tiga bagian utama yaitu disk, kerucut, dan isolator.
Disk : Disk harus memiliki diameter 0,7 kali semperempat panjang
gelombang frekuensi terendah antena. Titik umpan antena
berada di pusat cakram. Biasanya diberi dengan kabel
coaxcial 50 ohm, dengan pusat konduktor terhubung ke disk,
dan konduktor luar ke kerucut.
Kerucut : Panjang kerucut harus seperempat panjang gelombang
frekuensi terendah antena. Sudut kerucut umumnya dari 25o
hingga 45o.
Isolator : Disk dan kerucut harus dipisahkan oleh isolator.
35
(a) (b)
Gambar 3.12 Antena log periodic (a) bentuk fisik (b) pola radiasi
Antena ini didasarkan pada elemen dipole. Seperti ditunjukkan dalam
ilustrasi, antena itu sebenarnya terdiri dari satu set dipole, semuanya aktif,
bervariasi dalam ukuran dari terkecil di depan semakin memebesar di
bagian belakang. Biasanya, antena ini dibuat dengan terminal antena yang
terletak di bagian depan (pada dipol terpendek). Gambar 3.12 (a)
menunjukkan instalasi khusus. Fitur utama dari antena ini adalah, pertama-
tama sifat broadband, dan kedua gain rasio front-to-back yang relatif
tinggi. Fitur terakhir ini jelas dalam pola radiasi khusus yang ditunjukkan
pada gambar.
(a) (b)
Gambar 3.12 Antena GPS (a) bentuk fisik (b) pola radiasi
36
stabil bahkan putus, maka diperlukan antena penguat sinyal GPS agar
bernavigasi dengan lancar tanpa mengalami ganggua
2. Antena Directional
Antena jenis ini merupakan jenis antena dengan narrow beamwidth, yaitu
punya sudut pemancaran yang kecil dengan daya lebih terarah, jaraknya jauh
dan tidak bisa menjangkau area yang luas, antena directional mengirim dan
menerima sinyal radio hanya pada satu arah, umumnya pada fokus yang
sangat sempit, dan biasanya digunakan untuk koneksi point to point, atau
multiple point, macam antena direktional seperti antena grid, dish
“parabolic”, yagi, dan antena sectoral. Antena Directional ada bermacam-
macam, antara lain:
a. Antena Parabola
Antena parabola adalah sebuah antena berdaya jangkau tinggi yang
digunakan untuk komunikasi radio, televisi dan data dan juga untuk
radiolocation (RADAR), pada bagian UHF and SHF dari spektrum
gelombang elektromagnetik. Panjang gelombang energi (radio)
elektromagnetik yang relatif pendek pada frekuensi-frekuensi ini
menyebabkan ukuran yang digunakan untuk antena parabola masih
dalam ukuran yang masuk akal dalam rangka tingginya unjuk kerja
respons yang diinginkan baik untuk menerima atau pun memancarkan
sinyal. Antena parabola berbentuk seperti piringan. Antena parabola
dapat digunakan untuk mentransmisikan berbagai data, seperti sinyal
37
telepon, sinyal radio dan sinyal televisi, serta beragam data lain yang
dapat ditransmisikan melalui gelombang. Fungsi antena parabola yang
umum diketahui oleh masyarakat di Indonesia adalah sebagai alat
untuk menerima siaran televisi satelit.
38
FIFA dll, sedangkan beam saluran tersebut mampu meluber ke negara
lain.
b. Antena Yagi
Antenna Yagi adalah jenis antena radio atau televise yang
diciptakan oleh Hidetsugu Yagi dan Dr. Shintaro Uda. Antenna Yagi
digunakan secara luas dan merupakan salah satu antenna dengan
desain paling sukses dan banyak digunakan untuk aplikasi RF direktif.
Antenna Yagi digunakan untuk menerima atau mengirim sinyal radio.
Antenna ini dulu banyak digunakan pada Perang Dunia Ke-2 karena
antenna ini mudah dibuat dan tidak terlalu ribet.
Antena Yagi adalah antenna directional, artinya dia hanya dapat
mengambil atau menerima sinyal pada satu arah (yaitu depan), olek
karena itu antenna ini berbeda dengan antenna dipole standar yang
dapat mengambil sinyal sama baiknya dalam setiap arah. Antenna
Yagi biasanya memiliki Gain sekitar 3-20 dB.
Kelebihan dan kekurangna antena yagi dapat kita lihat pada tabel :
39
frekuensi tinggi
c. Antena Horn
Antena Horn merupakan salah satu antena yang digunakan secara
luas. Antena muncul dan digunakan pada awal tahun 1800-an.
Walaupun sempat terabaikan pada thaun 1900-an, antena horn
akhirnya digunaka kembali pada tahun 1930-an. Antena horn banyak
digunakan sebagai pemancar untuk satelit dan peralatan komunikasi
hampir diseluruh dunia. Antena horn merupakan passed array gain
antena. Penggunaan antena horn yang sangat meluas dikarenakan
kemudahan dalam pembuatannya, kekuatan gain yang besar, VSWR
yang rendah, bandwidth yang relatif besar, tidak berat serta
kemampuan daya total dalam memancarkan gelombang
elektromagnetik sehingga antena horn ini banyak dipakai.
40
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DI BALAI MONITOR SPEKTRU FREKUENSI
RADIO KELAS I MEDAN
41
Medan yang merupakan Stasiun Master Slave Phase III Radio Monitoring
System (RMS), di Stasiun Monitoring Tetap L-HF dan Slave V-UHF
Tanjung Morawa, di Stasiun Slave V-UHF Binjai, dan di Stasiun SlaveV-
UHF Percut.
Penempatan keempat titik slave ini bertujuan untuk memantau
pengunaan frekuensi di Provinsi Sumatera Utara dan mencari gangguan
frekuensi dengan lebih mudah. Adapun pencarian gangguan frekuensi
tersebut dilakukan dengan menggunakan alat Direction Finder, yang ada di
masing-masing slave. Ketika keempat Direction Finder di masing-masing
slave diaktifkan, maka titik keberadaan gangguan frekuensi akan lebih
mudah diketahui. Metode ini disebut Metode Biring/ Triangulasi.
(a) (b)
Gambar 4.1 (a) Tower Stasiun Tetap dan (b) Software Pengendali Stasiun Tetap
42
a. Daerah jangkauannya luas tetapi tidak dapat menentukan letak dari
lokasi pemancar baik yang terganggu maupun tidak terganggu.
b. Tidak dapat menentukan secara pasti penyebab dari gangguan yang
terjadi pada pemakaian frekuensi.
43
c. Mengadakan penelitian-penelitian terhadap frekuensi yang diamati.
d. Mengadakan penelitian propagasi frekuensi radio.
44
Pelaksana penanganan gangguan frekeunsi radio adalah Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Monitor Spektrum Frekuensi Radio yang mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan dan pengendalian dibidang penggunaan spektrum frekuensi radio
yang meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitoring,
penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi monitoring
frekuensi radio, penyusunanrencana dan program, penyediaan suku cadang,
pemeliharaan dan perbaikan perangkat, serta urusan ketatausahaan dan
kerumahtanggaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, UPT Monitor Spektrum Frekuensi Radio
menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan
perangkat monitor spektrum frekuensi radio
2. Pelaksanaan pengamatan, deteksi lokasi sumber pancaran,
pemantauan/monitor spektrum frekuensi radio
3. Pelaksanaan kalibrasi dan perbaikan perangkat monitor spektrum
frekuensi radio
4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Unit Pelaksana Teknis
Monitor Spektrum Frekuensi Radio;
5. Koordinasi monitoring spektrum frekuensi radio
6. Penertiban dan penyidikan pelanggaran terhadap penggunaan spektrum
frekuensi radio
7. Pelayanan/pengaduan masyarakat terhadap gangguan spektrum frekuensi
radio
8. Pelaksanaan evaluasi dan pengujian ilmiah serta pengukuran spektrum
frekuensi radio.
45
Prosedur Penanganan Gangguan Frekuensi Radio diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor 087/DITJRN/2007 tentang
Prosedur Penanganan Gangguan Spektrum Frekuensi Radio, yang mengatakan
antara lain pengaduan gangguan spektrum frekuensi radio dilaporkan kepada UPT
Balai/Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio setempat. Hal-hal penting lainnya
yang diatur dalam Peraturan Dirjen Postel tersebut adalah mengenai
pengelompokan gangguan spektrum frekuensi radio, prosedur penanganan
spektrum frekuensi radio, penyelesaian dan pelaporan penanganan gangguan.
Pelaksanaan penanganan gangguan spektrum frekuensi radio dilalukan
berdasarkan skala prioritas dan atau sifat dari gangguan. Proses respon terhadap
penanganan gangguan disampaikan kepada pelapor paling lambat 1 (satu) hari
kerja sejak diterimanya pengaduan penanganan gangguan berat dan 7 (tujuh) hari
kerja bagi gangguan ringan. Prosedur penanganan gangguan dapat kita lihat pada
gambar dibawah ini.
46
Gambar 4.3 Prosedur Penanganan Gangguan
47
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran spektrum frekuensi
radio adalah sebagai berikut :
1. Spectrum Analyzer
Spectrum Analyzer (SPA) merupakan alat yang cukup penting dan sering
digunakan oleh beberapa orang di masa sekarang ini. Terlebih lagi untuk
mereka yang sering melakukan pointing antena. Karena spektrum
analyzer sendiri memiliki fungsi untuk :
a. Mengukur sinyal trasmisi (mengarahkan antena parabola ke satelit
yang akan digunakan).
b. Perencanaan dan pengujian rangkaian frekuensi.
c. Melakukan pengetesan performa alat transmisi satelit dan quality dan
kontrol.
d. Mengukur modulasi, distorsi, dan juga dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kebisingan.
48
Bentuk gelombang kotak (square wave) dan gelombang bergigi
Saat ini ada dua merk dan tipe alat ukur spectrum analyzer yang
digunakan di Balmon Kelas I Medan yaitu Anritsu MS2720T dan Egilent
N9918A yang dapat dilihat pada Gambar
(a) (b)
Gambar (a) Anritsu MS2720T dan (b) Egilent N9918A
49
Gambar Anritsu MS2720T (depan)
50
Gambar Tampilan Spektrum Analyzer
1 Informasi waktu
2 Ringkasan data, nilai penanda aktif
3 Tampilan pengukuran
4 Indikator daya Baterai
5 Mode Instrumen
6 Tombol Sub Menu
7 Menu utama
8 Informasi hasil pengukuran
9 Informasi Pengaturan
2. Antena
Beberapa antena yang digunakan di Balai Monitor Kelas I Medan ini ialah
:
51
Gambar
3. Connector
Gambar Connector
52
Gambar 4.4 Pengukuran Frekuensi
Teknisi Balai Monitoring menggunakan sebuah spektrum analyzer Anritsu
MS2720T dan antena log periodic untuk mencari sumber gangguan. Pada
kasus ini disimpulkan bahwa salah satu warga menggunakan repeater yang
akhirnya mengganggu frekuensi operator tersebut.
53
kunjungan ke bandara dan melakukan pengecekan untuk mendapatkan
penyebab gangguan tersebut.
54
radio bahwa frekuensinya telah melebar sehingga berdampak ke perangkat
komunikasi Bandara Polonia. Kemudian teknisi stasiun radio mengarahkan
pihak Balmon ke ruang pengontrolan stasiun radio tersebut dan pihak Balmon
melakukan penurunan daya.
Gambar 1 Spektrum Pita Frekuensi Siaran FM Gambar 2 Spektrum Pita Frekuensi Penerbangan
(88 MHz-108 MHz) (108-117,975MHz)
Gambar 3 Spektrum Pita Frekuensi Penerbangan Gambar 4 Spektrum Pita Frekuensi Penyiaran TV
(117,975 MHz-137 MHz) (174MHz-230MHz)
55
Gambar 5 Spektrum Pita Penyiran TV (478 – 606 MHz )
Gambar 3 Spektrum Pita Frekuensi Siaran AM Gambar 4 Spektrum Pita Frekuensi Amatir
(535 KHz-1605,5 KHz) (700 KHz-7200 KHz)
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Unit Pelaksana Teknik (UPT) atau Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang
penggunaan spektrum frekuensi radio yang meliputi kegiatan pengamatan,
detekesi sumber pancaran, monitoring, penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah,
pengukuran, koordinasi monitoring frekuensi radio, penyusunan rencana dan
program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan perangkat, serta
urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Selain itu, Balmon juga melakukan
pemantauan terhadap spektrum frekuensi radio, termasuk pengukuran parameter
teknis, pendeteksi sumber pancaran dengan menggunakan sarana dan prasarana
sistem stasiun monitoring frekuensi radio, baik stasiun tetap maupun stasiun
bergerak.
Kegiatan observasi pendudukan kanan dan pengukuran frekuensi radio adalah
kegiatan yang dilakukan untuk pengamatan, penelitian terhadap suatu pita
spektrum frekuensi radio baik yang telah dipergunakan maupun yang akan
dipergunakan dengan mengggunakan perangkat monitor. Selain itu juga untuk
mencegah masalah interferensi dan gangguan penggunaan kanal yang tidak
memiiki izin (illegal).
Alat ukur spektrum analyzer berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidaknya
penyimpangan frekuensi pada kanal frekuensi. Jika terdapat penyimpangan
frekuesni, makan akan dilakukan penindakan/penertiban frekuensi tersebut oleh
pihak Balmon. Pendudukan/penggunaan kanal frekuensi harus mendapatkan surat
izin yang disebut Izin Stasiun Radio (ISR). Izin tersebut dapat diberikan jika
sudah memiliki izin Tepat penyelanggara Penyiaran (IPP) setelah lulus dalam
Evaluasi Uji Coba Siaran (EUCS).
57
5.2 Saran
Saran selama kegiatan kerja praktek yaitu :
1. Menghubungkan antara database dengan daftar kanal-kanal dirasa sangat
perlu, agar saat melakukan monitoring frekuensi radio tidak perlu
mencocokannya secara manual.
2. Saat menangani masalah laporan kanal frekuensi yang terganggu,
seharusnya pihak Balmon didampingi oleh pihak yang berwajib (Polisi)
agar penindakan bisa langusng dilakukan.
3. Penambahan alat pendeteksi sumber frekuensi pengganggu sangat
diperlukan, agar saat melakukan pencarian sumber pengganggu frekuensi
tidak perlu lagi dengan cara memeriksa setiap lantai dan setiap ruangan.
58
DAFTAR PUSTAKA
59