Anda di halaman 1dari 48

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan kekuatan serta melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek yang mulai dilaksanakan pada

tanggal 1 Juli 2019 sampai dengan 9 Agustus 2019 di AirNav Indonesia Perum

LPPNPI Kantor Cabang Pontianak. Penulisan laporan ini merupakan bentuk akhir

dari pelaksanaan Kerja Praktek dan juga merupakan salah satu persyaratan

akademis yang harus dilaksanakan setiap mahasiswa Jurusan Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak.

Selama penyusunan laporan ini, Penulis banyak sekali menerima bantuan,

bimbingan, masukkan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Eng. Ferry Hadary, ST, M.Eng, selaku dosen pembimbing Kerja Praktek

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura.

2. Bapak Dr. Dedy Suryadi, ST.,MT, selaku Ketua Program Studi Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura.

3. Bapak Wasyudi Zufka, selaku General Manager Perum LPPNPI Kantor

Cabang Pontianak.

4. Bapak Kusmulyadi, selaku Manager Fasilitas Teknik Perum LPPNPI Kantor

Cabang Pontianak.

5. Bang Fadhlan Adly Lubis, selaku Teknisi Telekomunikasi sekaligus

pembimbing Kerja Praktek di lapangan.

i
6. Pegawai dan Karyawan Perum LPPNPI Kantor Cabang Pontianak yang

telah membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek.

7. Kedua Orang Tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi selama Kerja Praktek.

8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro yang telah membantu

dalam pembuatan laporan Kerja Praktek ini.

Penulis berharap laporan kerja praktek yang disusun dengan sebaik-baiknya

selain bertujuan untuk terpenuhinya persyaratan akademik dalam menyelesaikan

program studi di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, juga dapat bermanfaat

untuk kita semua.

Pontianak, Oktober 2019

M. Badriansyah

ii
ABSTRAK
Laporan kerja praktek ini menjelaskan kinerja komunikasi penerbangan dari
perangkat Very High Frequency Air to Ground (VHF-A/G) antara Aerodrome
Control (ADC/TOWER) maupun Approach Control Center (APP) dengan pilot di
pesawat. VHF-A/G merupakan komunikasi utama yang digunakan di pesawat,
untuk berhubungan dengan pihak luar (tower atau pesawat lain). Jika terjadi
kesalahan dalam pengaturan wilayah pada kedua ruang lingkup udara tersebut,
tidak dapat terjadi komunikasi yang diharapkan, pilot dapat kehilangan arah dalam
menentukan tujuan. Air Traffic Control (ATC) memandu seluruh kegiatan
penerbangan dengan pilot di pesawat dengan bantuan navigator. VHF A/G
memiliki batas frekuensi 118 - 137 MHz, daya yang dipancarkan antara 25 Watt
sampai dengan 50 Watt dengan ketinggian 0 - 20000 ft dan jarak jangkauan 0 - 87
Nm

iii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. viii

DAFTAR SINGKATAN .........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................1

1.2 Tujuan ................................................................................................2

1.3 Batasan Masalah.................................................................................2

1.4 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek .....................................................3

1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................4

BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah singkat AirNav Indonesia Kantor Cabang Pontianak............5

2.2 Data Umum ........................................................................................7

2.3 Struktur Organisasi perusahaan ..........................................................8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Peralatan VHF A/G ..........................................................................16

3.2 Macam-macam VHF........................................................................17

3.3 Fasilitas yang digunakan VHF A/G ................................................20

3.4 Modulasi ..........................................................................................24

3.5 Media Transmisi ..............................................................................25

iv
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik VHF-A/G ...................................................................27

4.2 Blok Diagram Interkoneksi General VHF-A/G ADC .....................28

4.3 Blok Diagram Interkoneksi General VHF-A/G APP ......................30

4.4 Rangkaian diagram blok peralatan ..................................................31

4.5 Blok Diagram Sistem Kerja Pengirim dan Penerima VHF-A/G.....33

4.6 Analisa .............................................................................................35

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN ................................................................................37

5.2 SARAN ............................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Daya yang Dipancarkan dari Antena VHF-A/G ................................... 35


Tabel 4.2 Ketinggian Wilayah Kontrol ADC/TOWER dan APP ......................... 35
Tabel 4.3 Jangkauan Kontrol Jarak Pesawat oleh ADC/TOWER dan APP ......... 36

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Managemen AIRNAV Cabang Pontianak..........8

Gambar 3. 1 VHF A/G ADC...................................................................................18

Gambar 3. 2 VHF A/G APP....................................................................................19

Gambar 3. 3 VHF ER Jakarta (Primary) Merk OTE SELEX Type D100................20

Gambar 3. 4 HF – SSB Tranceiver Merk ICOM...................................................21

Gambar 3.5 Receiver.............................................................................................21

Gambar 3. 6 Antenna Omni....................................................................................22

Gambar 3. 7 Cavity Filter........................................................................................24

Gambar 3. 8 Modulasi AM.....................................................................................25

Gambar 4. 1 Prangkat VHF A/G (Merk OTE SELEX Type D100)......................28

Gambar 4. 2 Blok Diagram Interkorelasi VHF-A/G ADC/TOWER.....................28

Gambar 4. 3 Blok Diagram Interkoneksi VHF-A/G APP......................................30

Gambar 4. 4 Blok Diagram peralatan VHF-A/G.....................................................32

Gambar 4. 5 Blok Diagram Pengirim VHF-A/G....................................................33

Gambar 4. 6 Blok Diagram Penerima VHF-A/G....................................................34

vii
DAFTAR ISTILAH

Audio Frequency : Audio Frequency adalah getaran frekuensi


yang terdengar oleh manusia dengan
standard antara 20 Hz sampai 20 KHz.

Delay : Delay merupakan waktu penundaan suatu


proses.

Frequency Modulation : Frequency Modulation adalah metode untuk


menyampaikan informasi melalui
gelombang pembawa dengan
memvariasikan frekuensi.

Ground Station : Ground Station merupakan bagian dari


sistem transmisi sinyal yang terletak dibumi
dan berfungsi sebagai stasiun terminalnya,
yaitu pengubahan sinyal baseband dan/atau
sinyal frekuensi suara, menjadi sinyal
frekuensi radio atau sebaliknya.

Intermediate Frequency : Intermediate Frequency adalah frekuensi


pembawa informasi yang bergeser sebagai
langkah antara dalam pengiriman atau
penerima informasi. Frekuensi menengah
dibuat dengan mencampurkan sinyal
pembawa informasi dengan sinyal osilator
(pembangkit generator) local.

Landing : Landing merupakan proses mendaratnya


pesawat penumpang yang membutuhkan
landasan dengan panjang landasan yang
umum digunakan berdasarkan pertimbangan
teknisi.

viii
Line Of Sight : Line Of Sight adalah suatu teknik
pentransmisian sinyal dimana antara dua
terminal yang saling berhubungan benar-
benar tidak ada obstacle yang menghalangi
(bebas pandangan) sehinggal sinyal dari
pengirim dapat langsung mengarah dan
diterima oleh penerima.

Noise : Noise dapat diartikan sebagai sifat-sifat


listrik bnyaknya bentuk-bentuk energi yang
tidak diinginkan, cenderung mengganngu
pada penerima dan membentuk sinyal yang
tidak digunakan karena bnyak gangguan
sifat listrik, maka menghasilkan noise pada
pesawat penerima.

Radio Frequency : Radio Frequency adalah tingkat osilasi


dalam kisaran 3 kHz sampai 300 GHz, yang
sesuai dengan frekuensi gelombang radio
dan arus bolak-balik yang membawa sinyal
radio.

Receiver (Rx) : Receiver berguna untuk menangkap data


yang di kirim transmitter (Tx).

Take-Off : Take-off merupakan proses lepas landas


pesawat penumpang yang membutuhkan
landasan dengan panjang landasan yang
umum digunakan berdasarkan pertimbangan
teknisi.

Transmitter (Tx) : Transmitter (Tx) berfungsi untuk mengirim


atau mengeluarkan data (sinyal) atau jalan
yang dilalui dalam mengirim data antara
pesawat dan VHF A/G.

ix
DAFTAR SINGKATAN

VHF-A/G : Very High Frequency- Air to Ground

ATC : Air Traffic Control

DME : Distance Measure Equipment

DVOR : Doppler Very High Frekuensi Omnidirectional Range

ADC : Aerodrome Control

APP : Approach Control Center

AM : Amplitudo Modulation

AF : Audio Frequency

AGC : Automatic Gain Control

RF : Radio Frequency

AFS : Aeronautical Fixed Service

AFTN : Aeronautical Fixed Telecommunication Network

AGC : Automatic Gain Control

UHF : Ultra Hight Frequency

Rx : Receiver

Tx : Transmitter

NM : Nautical Mile

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan atau Instansi baik Swasta maupun Pemerintah merupakan dunia
kerja nyata yang akan dihadapi oleh mahasiswa kelak setelah mereka
menyelesaikan studinya dari suatu jenjang pendidikan tinggi. Bertitik tolak dari
kondisi tersebut maka suatu Lembaga Penyelengara Pendidikan Tinggi perlu
memberikan suatu kesempatan kepada para mahasiswanya untuk mengenal lebih
dekat dengan dunia kerjanya tersebut dengan terjun langsung ke lapangan melalui
kerja praktek.

Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah pada semester VII
sebagai prasyarat mengambil tugas akhir. Pelaksanaan kerja praktek ini, mahasiswa
dibimbing oleh pembimbing yang berasal dari tempat pelaksanaan KP dan Dosen
pembimbing KP. Kerja Praktek dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa
mengenal dunia kerja yang nyata karena mahasiswa itu sendiri yang ikut berperan
contohnya membantu pelayanan navigasi yang di kelola oleh Perusahaan Umum
(Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia
(LPPNPI) atau disebut AirNav Indonesia Kantor cabang Pontianak. Kegiatan kerja
praktek ini dilakukan untuk membantu kepentingan suatu perusahaan atau instansi
seperti perbaikan, pemecahan masalah, maupun perencanaan dan pengawasan pada
suatu pekerjaan.

Air Nav Indonesia seperti yang kita ketahui adalah pusat pengendalian
komunikasi yang mengontrol semua penerbangan yang ada di Indonesia baik itu
bandara kecil maupun besar tidak terkecuali Bandara Internasional Supadio
Pontianak.

Seperti yang telah kita ketahui sistem komunikasi ini sangat penting dan tidak
dapat terputus dalam kondisi apapun, karena jika terputus dapat membahayakan
jalur penerbangan dan komunikasi antara ATC dengan pesawat. ATC (Air Traffic
Controll) sendiri adalah orang yang bertugas mengontrol atau mengatur Pilot
dalam lalu lintas udara dari take off hingga landing. Maka dari itu ATC
memerlukan suatu alat navigasi agar dapat berkomunikasi dengan pilot. AirNav

1
Indonesia khususnya pada bidang teknik memiliki devisi-devisi dan dinas-dinas
yang mengatur komunikasi yang terjadi di bandara. Dibutuhkan banyak pengaturan
untuk mengontrol komunikasi antar pesawat dan antar bandara.

Untuk memenuhi kebutuhan sarana telekomunikasi dengan pesawat maka Air


Nav Indonesia sendiri harus mempunyai fasilitas Telekomunikasi, fasilitas
navigasi, fasilitas Pengamatan Lalu Lintas Penerbangan, dan fasilitas otomasi.
Namun penulis sendiri karena keterbatasan waktu kerja praktek yang diberikan.
Hanya dapat mempelajari salah satu fasilitas Telekomunikasi yaitu Radio VHF
A/G. Oleh karena itu penulis akan membahas Sistem Radio Telekomunikasi VHF
A/G ADC/TOWER dan VHF A/G APP di Air Nav Indonesia Kantor Cabang
Pontianak.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pengambilan judul kerja praktek Sistem
RadioTelekomunikasi VHF A/G ADC/TOWER dan VHF A/G APP adalah sebagai
berikut:

1. Mengetahui alat-alat yang digunakan peralatan VHF A/G


2. Mengetahui dan mengerti tentang Sistem Telekomunikasi VHF A/G
ADC/TOWER dan APP
3. Diharapakan penulis dapat menguraikan dan membahas Sistem
Telekomunikasi VHF A/G ADC/TOWER dan APP

1.3 Batasan Masalah


Untuk menyederhanakan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
melakukan pengamatan dan analisa parameter, maka penulis dapat membatasi
kegiatannya yang hanya meliputi:

1. Mempelajari alat-alat yang digunakan peralatan VHF A/G


2. Mempelajari tentang tentang Sistem Telekomunikasi VHF A/G
ADC/TOWER dan APP
3. Mempelajari secara umum pembagian sektor-sektor dalam sistem
telekomunikasi VHF A/G

2
1.4 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dan Tujuan kerja praktek ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman di masyarakat.
2. Mahasiswa dapat memperoleh kesempatan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah didapat dalam perkuliahan untuk diterapkan di
lapangan.
3. Sedangkan bagi instansi tempat mahasiswa melakukan kerja praktek
dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dan mahasiswa dapat
menganalisa permasalahan yang terdapat di perusahaan tersebut.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan laporan ini


adalah:

(1) Studi Literatur


Studi literatur dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari referensi yang
berhubungan dengan sistem jaringan telekomunikasi VHF A/G
(2) Observasi
Observasi dilaksanakan dengan cara ikut melakukan kegiatan maintenance
dan perbaikan alat penunjang yang digunakan pada sistem jaringan
telekomunikasi VHF A/G
(3) Konsultasi
Mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing maupun praktisi yang
berhubungan dengan permasalahan yang di bahas dalam laporan ini.
(4) Evaluasi
Melakukan uji coba alat untuk mencari masalah yang mungkin terjadi,
jalannya alat tersebut dan melakukan perbaikan jika ada kesalahan.
(5) Menyusun laporan kerja praktek
Penyusunan laporan di lakukan untuk memberikan penjelasan berkaitan
dengan alat yang telah ada dan juga sebagai dokumentasi dari kerja praktek.

3
1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, maksud dan tujuan kerja praktek, metode
pengumpulan data, serta sistematika penulisan.

BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN


Berisi tentang profil perusahaan atau instansi tempat kerja
praktek seperti sejarah umum prusahaan, data umum
perusahaan, struktur organisasi, susunan keanggotaan, tugas
pokok manager beserta bawahannya.

BAB III LANDASAN TEORI


Berisi teori umum, peralatan radio VHF A/G, macam-
macam VHF A/G berdsarkan fungsinya, fasilitas
pendukung, Transceiver, modulasi, penerima (RX), serta
fasilitas peralatan VHF A/G di AirNav Indonesia kantor
cabang Pontianak.

BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang karakteristik radio VHF A/G, blok diagram
interkoneksi VHF A/G ADC dan APP serta penjelasannya,
blok diagram peralatan radio VHF A/G dan Analisa.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil Kerja Praktek
dan saran operasional berdasarkan temuan saat Kerja
Praktek.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

4
BAB II
PROFIL UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah singkat AirNav Indonesia Kantor Cabang Pontianak
Kota Pontianak adalah kota di Indonesia yang letaknya berada tepat di
bawah garis cakrawala khatulistiwa. Kota yang menjadi ibukota provinsi
Kalimantan Barat ini juga dilalui oleh sungai Kapuas, sungai terpanjang di
Indonesia. Luasnya yang mencapai 107 km2 dengan jumlah penduduknya sekitar
554.764 jiwa ini membuat Pontianak menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan
pemerintahan di Kalimantan Barat. Pesatnya pembangunan dan arus globalisasi tak
urung sering kali membuat banyak orang semakin membutuhkan kemajuan
transportasi yang cepat, seperti kebutuhan bandara Supadio yang terus berkembang.
Bandara Supadio, awalnya dikenal dengan Lapangan Terbang "Sei Durian"
yang diperuntukkan sebagai pangkalan TNI AU. Pada tahun 1969 nama bandara ini
diubah menjadi Pangkalan TNI AU Supadio ditandai dengan berubahnya status
menjadi Bandara tipe “B” dan memiliki 1 skuadron (18 pesawat tempur).
Supadio adalah nama salah satu prajurit perwira TNI AU yang berjasa
menumpas G 30S/PKI di Kalimantan. Komodor Udara Supadio nama lengkapnya,
ia adalah mantan Panglima Komando Wilayah Udara Kalimantan yang pertama dan
ia juga satu-satunya pilot penerbang pesawat tempur TNI AU di Kalimantan pada
saat itu. Untuk mengenang jasa penerbang tersebut TNI AU menabalkan nama
Supadio menjadi nama pangkalan udara TNI AU di Pontianak dan kini selain
menjadi bandara untuk TNI AU lapangan terbang ini juga untuk umum yang
dikelola oleh AP II.
Bandara Supadio saat ini tergolong sebagai bandara dengan aktifitas paling
sibuk di Indonesia. Tak kurang jumlah penerbangan (datang dan berangkat)
mencapai 64 kali dalam sehari dengan jumlah penumpang 1.981.000 orang yang
diangkut tahun 2011. Dengan demikian rata-rata jumlah penumpang yang diangkut
setiap penerbangan oleh setiap maskapai adalah 98 -100 orang. Tak heran sejak
2011 Bandara ini harus beroperasi sampai pukul 21..00 bahkan sampai 22.00 WIB
menanti kedatangan jadwal penerbangan yang terakhir.
Pada tanggal 16 Januari 2013 pukul 22:00 WIB, seluruh pelayanan navigasi
yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero)

5
dialihkan ke AirNav Indonesia. Sejak saat itu, seluruh pelayanan navigasi yang ada
di 26 bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura
II (Persero) dialihkan ke AirNav Indonesia, begitu juga sumber daya manusia dan
peralatannya. Termasuk di bandara Supadio Kubu Raya Kalimantan Barat.

Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi


Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau disebut AirNav Indonesia adalah suatu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha pelayanan
navigasi udara. AirNav didirikan pada 13 september 2012 melalui PP (Peraturan
Presiden) No 77 tahun 2012. Pendirian AirNav Indonesia didasari oleh dua fakta
kondisi penerbangan yaitu:
a. PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) serta
Kementrian Perhubungan yang mengelola bandara-bandara Unit
Pelayanan Teknis di seluruh Indonesia yang merangkap tugas mengelola
sector darat Bandar udara dan navigasi penerbangan.
b. Rekomendasi dari ICAO (International Civil Aviation Organization)
untuk membentuk badan atau lembaga khusus bidang navigasi
penerbangan berdasarkan ICAO USOAP (Universal Safety Oversight
Audit Program and Safety Performance) pada tahun 2005 dan tahun
2007yang menyatakan bahwa penerbangan Indonesia tidak memenuhi
syarat minimum keselamatan penerbangan.
Pada bulan September 2009 Pemerintah Indonesia merespon audit ICAO
dengan memulai rancangan PP tentang pendirian Perusahaan Umum (Perum)
Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penebangan Indonesia (LPPNPI) atau
AirNav Indonesia dan disahkan pada 13 September 2012 menjadi PP No 77 tahun
2012. Airnav Indonesia mulai melaksanakan tugasnya mengelola navigasi
penerbangan di seluruh wilayah Indonesia dimulai pada 16 Januari 2013. Dengan
berdirinya AirNav Indonesia maka, keselamatan dan pelayanan navigasi
penerbangan dapat terselenggara dengan baik karena sebelumnya pelayanan
navigasi dilayani oleh beberapa instansi yaitu UPT Ditjen Perhubungan, PT
Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero), dan Bandar udara
khusus sehingga menyebabkan adanya perbedaan tingkat kualitas pelayanan
navigasi dan tidak fokusnya penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan.

6
Untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan yang
handal dalam rangka keselamatan penerbangan harus ditetapkan tatanan navigasi
penerbangan nasional.

Penyusunan tatanan navigasi penerbangan nasional dilaksanakan dengan


mempertimbangkan:

1. Keselamatan operasi penerbangan dan kepadatan lalu lintas penerbangan


2. Efektivitas dan efisiensi operasi penerbangan
3. Standar tingkat pelayanan navigasi penerbangan yang berlaku dan
Perkembangan teknologi di bidang navigasi penerbangan.
Jenis pelayanan navigasi penerbangan meliputi:

a. Pelayanan lalu lintas penerbangan (Air Traffic Services)


b. Pelayanan telekomunikasi penerbangan (Aeronautical Telecommunication
Services).
c. Pelayanan informasi aeronautika (Aeronautical Information Services)
d. Pelayanan informasi meteorologi penerbangan (Aeronautical
Meteorological Services).

2.2 Data Umum


Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan pada Perum LPPNPI
Cabang Pontianak yang berstatus sebagai perusahaan umum.
Nama Penyelenggara Pelayanan : Perum LPPNPI

Pengelola : Perum LPPNPI Cabang Pontianak

Kelas : Internasional

Telepon : (0561) 721560

Alamat : Jalan Adi Sucipto km 15 kabupaten kubu raya

Lokasi : Pontianak

Propinsi : Kalimantan Barat

ARP : 00˚08’88.” S 109˚24’25.”E

7
Ruang Udara yang Dilayani : ADC dan APP

Jam Operasi : 06.00 s/d 24.00 WIB / 24.00 s/d 6.00 UTC

Telepon : (0561) 6729210

Fax : (0561) 6727320

AFTN Address : WIOOYOYW, WIOOZTZW, WIOOYFYW,

WIOOZIZW, WIOOZAZW, WIOOYMYW,

WIOOYSYW, WIOOZPZW.

Email : pontianak@airnavindonesia.co.id

2.3 Struktur Organisasi perusahaan


Berdasarkan Keputusan Direksi LPPNPI Nomor: PER.015/LPPNPI/X/2017
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perum Lembaga Penyelenggaraan
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor Cabang Pontianak adalah
sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Kantor
Cabang Pontianak terlihat di Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Managemen AIRNAV Cabang Pontianak

8
2. Tugas Pokok dan Fungsi sesuai Gambar 2.1
A. General Manager
General Manager Cabang Pontianak mempunyai tanggung jawab atas
terselenggaranya pelayanan navigasi penerbangan yang meliputi Pelayanan
lalu lintas penerbangan, Pelayanan komunikasi Penerbangan, Keselamatan dan
keamanan, Kesiapan fasilitas Communication, Navigation, Surveillance,
Automation (CNSA) dan Penunjang, administrasi kepegawaian, keuangan,
kehumasan dan pengadaan barang/jasa di seluruh wilayah kerja Cabang
Pontianak.

B. Manager Perencanaan dan Evaluasi Operasi


Manager Perencanaan dan Evaluasi Operasi, mempunyai tugas pokok
dan fungsi menyusun, melaksanakan dan evaluasi program bidang:
 Operasi pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi penerbangan
wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengelolaan dokumen operasi yang meliputi: standar operasional prosedur
(SOP), letter of coordination agreement (LOCA), letter of agreement
(LOA) dan manual operasi di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 ATFM dan ATS system;
 Pengelolaan sertifikasi dan rating personel pada fungsi operasi di wilayah
kerja cabang pontianak
 Pengelolaan administasi fungsi operasi diwilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengusulan kebutuhan dan fasilitas personel pada fungsi operasi diwilayah
kerja Cabang Pontianak;
 Pencatatan dan pelaporan pada fungsi operasi di wilayah kerja Cabang
Pontianak;
 Sebagai koordinator para Manager Operasi.

9
C. Manager Perencanaan dan Evaluasi Operasi
Manager Perencanaan dan Evaluasi Operasi dibantu oleh 3 (tiga) Junior
Manager:
a. Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Pelayanan Lalu Lintas
Penerbangan, bertugas membantu:
 Perencanaan dan evaluasi operasi pada fungsi pelayanan lalu lintas
penerbangan diwilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengelolaan dokumen operasi yang meliputi: Standar Operasional
Prosedur (SOP), Letter of Coordination Agreement (LOCA), Letter of
Agreement (LOA) dan Manual Operasi pada fungsi pelayanan lalu lintas
penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengelolaan sertifikasi dan rating personel pada fungsi pelayanan lalu
lintas penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengelolaan administrasi pada fungsi pelayanan lalu lintas penerbangan di
wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengusulan kebutuhan dan fasilitas personel pada fungsi pelayanan lalu
lintas penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pencatatan dan pelaporan pada fungsi pelayanan lalu lintas penerbangan
di wilayah kerja Cabang Pontianak.
b. Junior Manager ATFM dan ATS System, bertugas membantu:
 Pelaksanaan dankoordinasi dengan pihak terkait dalam kegiatan arus lalu
lintas penerbangan;
 Pengoperasian ATS System;
 Pelaporan data penerbangan.
c. Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Pelayanan Komunikasi
Penerbangan, bertugas membantu:
 Perencanaan dan evaluasi operasi pada fungsi pelayanan komunikasi
penerbangan di wilayah Cabang Pontianak;
 Pengelolaan dokumen operasi yang meliputi: Standar Operasional
Prosedur (SOP), Letter of Coordination Agreement (LOCA), Letter of
Agreement (LOA) dan Manual Operasi pada fungsi pelayanan komunikasi
penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;

10
 Pengelolaan sertifikasi dan rating personel pada fungsi pelayanan
komunikasi penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengusulan kebutuhan dan fasilitas personel pada fungsi pelayanan
komunikasi penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengelolaan administrasi pada fungsi pelayanan komunikasi penerbangan
di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengusulan kebutuhan dan fasilitas personel pada fungsi pelayanan
komunikasi penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak.
D. Manager Operasi
Manager Operasi, yang bertanggung jawab atas pengendalian
pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi penerbangan yang
menjalankan tugasnya secara bergiliran, meliputi:
 Mengawasi dan memeriksa pelaksanaan kegiatan pelayanan lalu lintas
penerbangan dan komunikasi penerbangan;
 Memastikan bahwa semua unit pada fungsi pelayanan lalu lintas
penerbangan dan komunikasi penerbangan beroperasi sesuai dengan
kebijakan/ peraturan, standar dan prosedur;
 Membantu investigasi terkait keluhan, insiden, kecelakaan dan
pelanggaran pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi
penerbangan;
 Menyelesaikan permasalahan operasional dan membuat rekomendasi
untuk meningkatkan pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi
penerbangan;
 Mengkoordinasikan pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi
penerbangan dengan unit - unit terkait;
 Memastikan distribusi tanggung jawab dan beban kerja dengan tepat
kepada tiap sector pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi
penerbangan;
 Melakukan evaluasi dan usulan terkait perubahan yang diperlukan pada
Standar Operasional Prosedur (SOP), fasilitas, ruang udara, personel dan
pelayanan operasional terkait fungsi pelayanan lalu lintas penerbangan dan
komunikasi penerbangan;

11
 Mengelola personel operasi yang menjadi tanggung jawabnya termasuk di
dalamnya rostering, penilaian kinerja dan peningkatan kompetensi pada
fungsi pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi penerbangan.
E. Manager Fasilitas Teknik
Manager Fasilitas Teknik, mempunyai tugas pokok dan fungsi
menyusun, melaksanakan dan evaluasi program di bidang:

 Pengelolaan pemeliharaan fasilitas CNS dan otomasi serta penunjang di


wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengelolaan ketersediaan suku cadang dan peralatan pemeliharaan fasilitas
CNS dan otomasi serta penunjang di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengadaan barang dan jasa yang terkait dengan fasilitas CNS dan otomasi
serta penunjang di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pengelolaan administrasi di bidang fasilitas CNS dan otomasi serta
penunjang di wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pencatatan dan pelaporan fasilitas CNS dan otomasi serta penunjang di
wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Sebagai koordinator para Manager Teknik.
Manager Fasilitas Teknik dibantu oleh dua (2) Junior Manager:
a. Junior Manager Fasilitas CNS dan Otomasi, bertugas membantu:
 Pengelolaan pemeliharaan fasilitas CNS dan otomasi;
 Pengelolaan ketersediaan suku cadang dan peralatan pemeliharaan fasilitas
CNS dan otomasi;
 Pengadaan barang dan jasa yang terkait dengan fasilitas CNS dan otomasi;
 Pengelolaan administrasi di bidang CNS dan otomasi;
 Pencatatan dan pelaporan fasilitas CNS dan otomasi.
b. Junior Manager Fasilitas Penunjang, bertugas membantu:
 Pengelolaan pemeliharaan fasilitas penunjang;
 Pengelolaan ketersediaan suku cadang dan peralatan pemeliharaan fasilitas
penunjang;
 Pengadaan barang dan jasa yang terkait dengan fasilitas penunjang;
 Pengelolaan administrasi di bidang fasilitas penunjang;

12
 Pencatatan dan pelaporan fasilitas penunjang.
F. Manager Teknik
Manager Teknik, bertanggung jawab atas pengoperasian fasilitas
peralatan komunikasi, navigasi, pengamatan dan otomasi serta penunjang
navigasi penerbangan yang menjalankan tugas secara bergiliran, meliputi:
 Memastikan kesiapan fasilitas navigasi penerbangan berjalan sesuai
dengan kebijakan/ peraturan, standar dan prosedur;
 Mengawasi dan memeriksa pemeliharaan berkala fasilitas navigasi
penerbangan sesuai dengan kebijakan/ peraturan, standar dan prosedur;
 Menyelesaikan permasalahan fasilitas yang menyebabkan terganggunya
pelayanan navigasi penerbangan;
 Menyiapkan data - data teknik yang diperlukan terkait investigasi, audit
dan sertifikasi;
 Mengusulkan kebutuhan peralatan pemeliharaan dan suku cadang;
 Mengusulkan fasilitas navigasi penerbangan yang lebih efektif dan efisien;
 Mengusulkan perubahan SOP terkait fungsi teknik;
 Mengelola personel teknik yang menjadi tanggung jawabnya termasuk di
dalamnya rostering, penilaian kinerja dan peningkatan kompetensi.
G. Manager Keselamatan
Manager Keselamatan, Keamanan dan Standardisasi, mempunyai tugas
pokok dan fungsi menyusun, melaksanakan dan evaluasi pelaksanaan
supervise, inspeksi serta evaluasi kualitas pelayanan meliputi pelayanan lalu
lintas penerbangan, komunikasi penerbangan, fasilitas navigasi penerbangan,
menjamin mutu keselamatan, keamanan dan kesehatan lingkungan kerja serta
kegiatan standardisasi dan sertifikasi pelayanan navigasi penerbangan yang
menjadi tanggung jawab di wilayah kerjanya sesuai dengan regulasi di bidang
keselamtan dan keamanan penerbangan.

13
Manager Keselamatan, Keamanan dan Standardisasi dibantu oleh 2
(dua) Junior Manager, yaitu:
a. Junior Manager Keselamatan Bidang Operasi dan Keamanan, bertugas
membantu:
 Melaksanakan supervise, inspeksi dan evaluasi atas kualitas Pelayanan Lalu
Lintas Penerbangan, Telekomunikasi Penerbangan dan Keamanan;
 Melaksanakan kegiatan standardisasi dan sertifikasi pelayanan navigasi
penerbangan bidang operasi dan keamanan.
b. Junior Manager Keselamatan Bidang Teknik dan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja), bertugas membantu:
 Melaksanakan supervisi, inspeksi dan evaluasi atas kualitas fasilitas
telekomunikasi penerbangan dan fasilitas penunjang serta Keselamatan dan
Kesehatan Keija (K3);
 Melaksanakan kegiatan standardisasi dan sertifikasi pelayanan navigasi
penerbangan bidang teknik dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
H. Manager Administrasi dan Keuangan
Manager Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas pokok dan
fungsi menyusun, melaksanakan dan evaluasi program dibidang:
 Pelaksanaan pengelolaan di bidang sumber daya manusia, administrasi
umum, tata usaha dan kearsipan, fasilitas kantor dan karyawan, perawatan
bangunan perkantoran beserta kebersihan lingkungan dan keindahan
kantor dan perjalanan dinas, kehumasan, pengadaan barang dan jasa di
wilayah kerja Cabang Pontianak;
 Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran cabang,
menyelenggarakan tata laksana perbendaharaan, mengelola kepemilikan
asset termasuk tanah dan bangunan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
Manager Administrasi dan Keuangan dibantu oleh 2 (dua) Junior
Manager:
a. Junior Manager Keuangan, bertugas membantu penyusunan rencana kerja
dan anggaran cabang, menyelenggarakan tata laksana perbendaharaan,
mengelola kepemilikan asset termasuk tanah dan bangunan yang menjadi
wilayah kerjanya;

14
b. Junior Manager Personalia dan Umum, bertugas membantu kegiatan yang
berhubungan dengan masalah personalia, umum dan kehumasan,
pengelolaan administrasi pengadaan barang dan jasa yang menjadi
kewenangannya dan melaksanakan tugas sebagai ketua panitia pelelangan.
I. Kepala Cabang Pembantu/Kepala Unit Pelayanan Navigasi Penerbangan
mempunyai tanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan lalu lintas
penerbangan, pelayanan komunikasi penerbangan dan Kesiapan Fasilitas
Communication Navigation, Surveillance (CNS) dan penunjang yang menjadi
kewenangannya.

15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Peralatan VHF A/G
Peralatan VHF A/G yang digunakan untuk komunikasi lalu lintas
penerbangan diklasifikasikan berdasarkan penggunaan pada ruang udara
yang menjadi kewenangan petugas pengatur lalu lintas udara yang menggunakan:
a. Aerodrome Flight Information Service (AFIS)
Pelayanan pemberian informasi kepada pesawat udara yang akan berangkat
atau datang di Bandar udara. Informasi tersebut meliputi keadaan cuaca,
keadaan fasilitas navigasi, keadaan Bandar udara itu sendiri, ada atau
tidak udara lain yang beroperasi di bandar udara dan mungkin yang
membahayakan pesawat udara yang akan datang atau berangkat di
Bandar udara tersebut serta informasi yang berkaitan lainnya. Peralatan
komunikasi untuk pelayanan di unit ini biasanya adalah VHF dan
Tranceiver.
b. Aerodrome Control (ADC)
Unit pelayanan lalu lintas yang memberikan pelayanan pengendalian ruang
udara di bandara udara termasuk pelayanan pendaratan atau pelayanan
lepas landas pesawat udara. Peralatan komunikasi yang digunakan untuk
pelayanan unit ini adalah VHF towerset.
c. Approach Control (APP)
Unit pelayanan lalu lintas udara yang memberikan pelayanan pengendalian
ruang udara jelajah. Peralatan komunikasi yang digunakan untuk
pelayanan unit ini biasanya VHF Towerset tanpa voice recorder.
d. Area Control Center (ACC)
Unit pelayanan lalu lintas udara yang memberikan pelayanan pengendalian
ruang udara jelajah. Peralatan yang digunakan untuk pelayanan adalah VHF
yang untuk memperluas cakupan biasanya menggunakan VHF extended
Range (ER) yang dioperasikan dari pesawat control.

16
e. ATIS
ATIS adalah fasilitas di bandara yang secara terus menerus menyiarkan
informasi penting seperti cuaca, R/W in use dan terminal area. Rekaman
informasi yang dibroadcast secara terus menerus dan setiap 30 menit
sekali di upgrade ini membantu untuk meningkatkan efisiensi dan
mengurangi beban kerja ATC dengan repetitive transmisi untuk informasi
penting secara rutin.
Peralatan Komunikasi Very High Frequency Air/ Ground (VHF A/G)
adalah peralatan komunikasi radio yang digunakan untuk penyampaian atau
pertukaran berita dalam bentuk komunikasi suara antara petugas pemandu lalu
lintas penerbangan udara (PPLU) atau lebih dikenal denagan Air Trafic
Controller (ATC) dengan penerbangan di pesawat udara yang terbang di
kawasan ruang udara tertentu, dalam rangka pemanduan atau pemberian
informasi.

3.2 Macam-macam VHF


3.2.1 VHF A/G ADC (Very High Frequency Aerodrome Control)
VHF Air to Ground merupakan Aeronautical Mobile Services (AMS) yaitu
peralatan komunikasi penerbangan dari darat keudara atau sebaliknya berupa
informasi penerbangan dan pengaturan pergerakan pesawat termasuk pendaratan
dan lepas landas digunakan di unit pelayanan Air Traffic Service (ATS) sebagai
sarana komunikasi dengan pilot dipesawat udara. Komunikasi mempunyai peran
penting untuk menentukan mutu/kualitas pelayanan lalu lintas udara, oleh karena
itu ketersediaan dan kehandalan peralatan harus menjadi prioritas bagi pengelola
bandara.

17
Gambar 3. 1 VHF A/G ADC
Spesifikasi VHF A/G ADC
a) Merk : PAE
b) Type : PARKAIR T6
c) Tegangan : 220 VAC
d) Frequency : 118.30 MHz
e) Call Sign : Supadio Tower
f) Power Output : 10 Watt
g) Tahun Instalasi : 2017
h) Jumlah : Dual
3.2.2 VHF A/G APP
Peralatan tranceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan untuk
komunikasi antara pilot pesawat udara dengan pemandu lalu lintas udara (unit
ATS) dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi VHF.

18
Gambar 3. 2 VHF A/G APP

Spesifikasi VHF A/G APP


a) Merk : OTE
b) Tegangan : 220 VAC
c) Frequency : 119 MHz
d) Power Output :50 Watt
e) Tahun Instalasi : 2012
f) Jumlah : Single

3.2.3 VHF A/G ER JATSC


VHF ER adalah sebuah transceiver berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan pada wilayah Indonesia yang mempunyai wilayah tanggung jawab yang
sangat luas, maka dibeberapa tempat di pasanglah peralatan VHF Extended Range
(VHF ER). VHF-ER biasa diletakkan di tempat-tempat yang jauh dari centernya.

VHF-ER sendiri mempunyai range frequency 110-156 MHz. Sistem kerja


dari VHF-ER adalah ketika PTT dipress, maka audio dari sumber akan dikirim
melalui Very Small Aparature Terminal (V-SAT) ke tiap-tiap bandara yg memiliki
VHF ER dan voice yang berasal dari V-SAT tersebut akan diteruskan ke VHF-ER

19
yang kemudian akan dipancarkan pada bandara tersebut, jadi pesawat yang
dipanggil oleh ATC dapat mendengar dan kemudian membalas.

Gambar 3. 3 VHF ER Jakarta (Primary) Merk OTE SELEX Type D100


a. Merk : SELEX D100 series
b. Power o/p : 100 W
c. Frequency : 133. 5 MHz
d. Jangkauan Pancaran : 100NM
e. Tahun Instalasi : 2010

3.3 Fasilitas yang digunakan VHF A/G

3.3.1 Tranceiver
Tranceiver adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk proses
penyampaian dan penerimaan informasi, juga didefinisikan sebagai
proses pengiriman sinyal informasi ke suatu sistem jaringan. Banyak hal
ataupun masalah yang mempengaruhi proses pengiriman sinyal. Pada dasarnya
tranceiver terdiri dari receiver, transmiter, synthesizer, dan power supply.
Control unit tranceiver berbentuk sinyal digital umumnya diproses modulasi

20
untuk menyesuaikan sinyal dengan sifat-sifat media transmisi yang akan
digunakan.

Gambar 3. 4 HF – SSB Tranceiver Merk ICOM

3.3.2 Receiver (Rx)


Pada peralatan penerimaan terdapat peralatan demodulasi yaitu peralatan
yang digunakan untuk merubah sinyal dari bentuk gelombang elektro magnetik
menjadi gelombang informasi.

Gambar 3.5 Receiver

21
Fungsi dasar RX:

1. Reception : menerima sinyal yang dipancarkan TX


2. Tioselection : memilih dari salah satu flex
3. Detection : memisahkan sinyal carrier dan sinyal informasi
4. Reproduction : merubah sinyal listrik menjadi gelombang suara

Karakteristik RX:

1. Sensitivity : kemampuan menangkap sinyal yang lemah kemudian di


rubah
2. Selectivity : kemampuan untuk menolak sinyal yang tidak di inginkan
3. Fatality : kemampuan untuk menerima sinyal secara utuh.

3.3.3 Antena
Peralatan ini digunakan untuk memancarkan atau menerima sinyal
informasi. Berbagai macam jenis antena seperti antena yagi, antena dipole, antena
broadband dan antena omni.

Gambar 3. 6 Antenna Omni

22
Antena adalah sistem pemancar terbagi menjadi dua bagian yaitu:

 Antena HF
 Antena VHF

Fungsi utama antena memancarkan gelombang radio dan menangkap


gelombang radio, antena juga berfungsi untuk mengubah gelombang radio
menjadi gelombang suara. Pada antena VHF A/G sifat pemancarnya adalah
line of Side (LOS) sehingga pada jarak yang sangat jauh antena ini tidak
dapat digunakan, frekuensi kerjanya antara 30 MHz - 300 MHz. Keuntungan
penggunaan VHF A/G kualitas suara yang dihasilkan baik, power yang
dibutuhkan tidak terlalu besar, noise yang ada pada antena VHF juga kecil, dan
antena efisien.

Pada antenna HF gelombang radio dibagi menjadi dua bagian yaitu :


1. Sky Wave pancarannya diarahkan keudara bebas dan dipantulkn oleh lapisan
ionosfer kembali ke bumi
2. Ground Wave dibagi menjadi :
 Space wave yaitu Pancaran sejajar dengan permukaan tanah tetapi
tidak menyentuh tanah.
 Survace Wave yaitu Tidak dapat untuk komunikasi jarak jauh karena
diserap tanah.
 Ground Reflected Wave yaitu Pancaran yang disampaikan ke ionosfer
dipantulkan kembali ke bumi.
3.3.4 Cavity Filter
Peralatan ini digunakan untuk meredam interference pada receiver repeater
yang ditimbulkan stasiun radio lain ataupun transmite dari repeater itu sendiri,
adalah dengan menggunakan filter receiver. Penggunaan cavity filter ini sangat
membantu meredam interference, sehingga stasiun amateur yang dengan daya kecil
dapat diterima dengan baik.

Cavity Filter, yang berguna untuk menyaring frekuensi yang diinginkan dan
menekan atau menghilangkan frekuensi yang tidak diinginkan. Sehingga frekuensi-
frekuensi yang diinginkan saja yang dapat melewati filter ini. Dengan kata lain filter
ini disebut Band Pass Filter (BPF).

23
Gambar 3. 7 Cavity Filter

3.4 Modulasi
Modulasi adalah proses dimana sinyal informasi dari sumber diubah
kebentuk sinyal lain yang sesuai dengan saluran transmisi yang tersedia. Modulasi
juga digunakan untuk menentukan menekan pengaruh derau.
Efisiensi pemkaian lebar pita frekuensi pada proses modulasi sinyal yang
dikirim biasanya dinaikkan. Sinyal base band atau sinyal pemodulasi ditumpahkan
pada sinyal pembawa carrier pada frekuensi yang jauh lebih tinggi daripada
komponen frekuensi teringgi sinyal. Base band sinyal pembawa adalah sinyal
sinusoidal yang mepunyai parameter itu bias diubah sesuai dengan perubahan
sinyal base band, karena itu pada sistem digital dikenal dengan tiga parameter yaitu
amplitude, frekuensi, dan phasa. Salah satu dari tiga parameter itu bisa diubah
sesuai dengan perubahan sinyal base band, karena itu pada sistem digital dikenal
tiga macam modulasi. Bila modulasi sinyal amplitude mempunyai hubungan linier
dengan sinyal pemodulasi maka diperoleh modulasi amplitude (AM).

24
Gambar 3. 8 Modulasi AM

Keunggulan modulasi AM yaitu AM boros akan daya pemancar tetapi


hemat dalam penggunaan frekuensi dan penerima pada AM sederhana. Modulasi
frekuensi terjadi apabila yang dimodulasi adalah frekuensi dari gelombang
pembawa. Modulasi fasa terjadi apabila yang diubah-ubah adalah fasanya.

3.5 Media Transmisi


Sinyal yang akan diperoleh diperalatan pemancar harus disalurkan ketempat
tujuan melelui suatu media transmisi (channel) pada media transmisi ini sinyal
merambat dalam bentuk gelombang elektromagnetik dengan kecepatan maksimum
300.000 KM/detik selama perambatan, karena sifat media yang tidak ideal maka
akan mengalami redaman pergeseran fasa.

Fungsinya yaitu untuk membawa aliran bit data dari satu komputer ke
komputer lainnya, maka dalam pengiriman data memerlukan media transmisi yang
nantinya akan digunakan untuk keperluan transmisi. Setiap media mempunyai
karakteristik tertentu, dalam bandwitch, delay, biaya dan kemudahan istalasi serta
pemeliharaannya.

Media transmisi merupakan suatu jalur fisik antara transmitter dan receiver
dalam sistem transmisi data. Media transmisi dapat diklasifikasikan sebagai guided
(terpandu) atau unguided (tidak terpandu). Kedua-duanya dapat terjadi dalam

25
bentuk gelombang elektromagnetik. Dengan media yang terpandu, gelombang
dipandu melalui sebuah media padat seperti kabel tembaga terpilin (twisted pair)
kabel koaxial dan serat optik. Atmosfer dan udara adalah contoh dari unguided
media, bentuk transmisi dalam media ini disebut sebagai wireless transmission.

26
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik VHF-A/G


Very High Frequency Air to Ground (VHF-A/G) adalah komunikasi utama
yang digunakan di pesawat, untuk berhubungan dengan pihak luar (tower atau
pesawat lain). Komunikasi VHF A/G dapat dipakai untuk komunikasi suara (voice)
maupun data. Sama seperti komunikasi HF, komunikasi VHF A/G menggunakan
gelombang radio sebagai perantaranya. Frekuensi yang dipergunakan untuk
komunikasi VHF A/G adalah 118.000 MHz sampai 136.975 MHz. Komunikasi
VHF A/G bekerja secara line of sight. Hal ini dikarenakan gelombang VHF A/G
tidak dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Oleh karena itu komunikasi VHF
A/G hanya dapat dipakai untuk komunikasi dalam jarak pendek.Untuk mendukung
operasi pesawat, diperlukan beberapa ground station VHF A/G.

VHF A/G merupakan radio pemancar bekerja secara terus menerus 24 jam
per hari berfungsi sebagai media komunikasi antara pilot di pesawat terbang dengan
Air Traffic Controll (ATC) pada jangkauan tertentu. ATC akan menghubungi
pesawat untuk memberi atau menanyakan suatu informasi dan pesawat akan
menjawab atau memberitahukan kepada ATC secara bergantian melalui indikator
jarak dari antena DVOR yang disebut Distance Measure Equipment (DME).
Ketinggian APP pada 10.000 ft – 20.000 ft dan ADC/Tower 0 ft – 10.000 ft.
Pesawat yang terbang ada pada ketinggian diatas ± 15.000 ft atau di atas awan
dengan daya pancar 100 Watt.

Alat VHF-A/G yang berada dipesawat dapat mengalami kerusakan, artinya


komunikasi yang terjadi antara ATC dengan Pilot tidak berjalan dengan baik yang
bisa disebabkan karena perangkat, maupun gangguan dari luar yang muncul. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil pengecekan readibility berupa level dari 1 sampai
dengan 5 yang dapat terbaca oleh pilot. Semakin tinggi level readability, maka
semakin baik kualitas/kinerja alat VHF-A/G, apabila semakin rendah level
readability, maka semakin buruk kualitas/kinerja alat tersebut.

27
Gambar 4. 1 Prangkat VHF A/G (Merk OTE SELEX Type D100)

4.2 Blok Diagram Interkoneksi General VHF-A/G ADC

GD. TOWER

RUANG ALAT RUANGAN ATC

RECEIVER TRANSMITTER
OPERATOR

IDF
TX/RX
IDF

MDF

MDF

VSCS

MER (GD.OPSTEK)

Gambar 4. 2 Blok Diagram Interkorelasi VHF-A/G ADC/TOWER

28
Di dalam gedung ADC/TOWER terdapat dua ruangan yang berperan
penting dalam melakukan kontrol komunikasi darat ke udara maupun udara ke
darat. Ruangan pertama adalah ruang alat, diantaranya terdapat antena pemancar
dan penerima yang terhubung ke IDF. Intermediate Distribution Frame (IDF
berupa kron distribusi (terminal).

VHF -A/G TX dan RX terhubung ke beberapa alat lain, yaitu VSCS dan
Voice Recorder maka dari itu VHF-A/G dihubungkan secara paralel dengan kabel
di alat (VSCS dan Voice recorder) pada IDF. Selain itu dapat mempermudah
instalasi penggunaan di radio pemancar dan penerima VHF-A/G.

Kemudian, IDF di ruang alat terhubung dengan IDF di ruang kedua yaitu
ruangan ATC, fungsinya untuk mempermudah operator mengontrol komunikasi
dengan pesawat tanpa harus melakukannya di ruang alat. IDF ini berskala lebih dari
MDF, baik dari segi fisik panel maupun pelayanan distribusinya, karena hanya
melingkupi pembagian area atau blok tertentu sesuai dengan struktur bangunan itu
sendiri misalnya pada hotel dibagi ke sub back area, guest area, office area, area per
level gedung dan khususnya pada area penerbangan.

Dari IDF ruang alat terhubung dengan Main Distribution Frame (MDF)
adalah frame/panel utama untuk terminasi/penyambungan instalasi PABX. Pada
frame/panel ini terdapat sistem terminasi instalasi sebelum di distribusikan ke
pembagian instalasi telepon gedung. Dalam panel MDF, pembagian -pembagian
inti disusun, salah satunya dari perangkat radio pemancar VHF - A/G ke alat-alat
yang berhubungan, yaitu Voice Switching and Control system (VSCS) dan recorder.
Dari MDF ruang alat di gedung ADC/TOWER, terhubung dengan MDF digedung
Main Equipment Room (MER) memiliki fungsi yang sama. MER merupakan
tempat pendinginan seluruh alat-alat komunikasi penerbangan beroperasi selama
24 jam. Seluruh kegiatan komunikasi penerbangan dapat terdengar melalui
peralatan diruangan ini.

29
4.3 Blok Diagram Interkoneksi General VHF-A/G APP

GD. OPSTEK

RUANGAN MER RUANGAN APP

RECEIVER TRANSMITTER
OPERATOR

IDF
TX/RX
IDF

MDF

VSCS

Gambar 4. 3 Blok Diagram Interkoneksi VHF-A/G APP


Di dalam gedung Opstek (Operasional Technique) terdapat dua ruangan.
Ruangan pertama adalah Main Equipment Room (MER), merupakan ruang seluruh
alat komunikasi penerbangan beroperasi. Interkoneksinya dari VSCS terhubung ke
MDF, supaya memudahkan operator dalam memilih alat yang akan digunakan.
MDF merupakan panel utama untuk terminasi/penyambungan instalasi PABX.
Peralatan mampu pindah secara otomatis ke peralatan standby bila terjadi
kerusakan pada peralatan main dan dapat pindah secara remote bila diperlukan.
Peralatan VHF dapat dikendalikan/remote dari desk operator atau communication
desk melalui display VSCS Peralatan VHF harus terintegrasi dengan VSCS dan
Digital Voice Recorder.

Pada panel ini terdapat sistem terminasi instalasi sebelum di distribusikan


ke pembagian instalasi telepon gedung kemudian dihubungkan ke IDF TX RX. IDF
TX RX berupa kroon distribusi (terminal) untuk disambungkan ke antenna
pemancar dan penerima VHF-A/G. IDF yang berada di ruang MER dihubungan
dengan IDF yang berada di ruangan kedua yaitu ruang APP, untuk memudahkan
operator mengontrol dan melakukan komunikasi dengan pesawat.

30
Cara pengontrolan ADC/TOWER dan APP pada pesawat berbeda, pada
wilayah ADC/TOWER dapat dilakukan kontrol secara langsung dengan pesawat
hanya memastikan keadaan landasan sudah siap untuk pendaratan pesawat
sedangkan pada wilayah APP pengontrolan pesawat terjadi pada navigasi VOR-
DME. Hal ini disebabkan karena jarak jangkauannya jauh, sehingga pesawat yang
akan mendarat harus melalui titik acuan lebih dahulu yaitu pada VOR-DME yang
berbeda lokasi dengan ATC. Tujuannya supaya navigator dapat mengarahkan pilot
menuju APP dalam proses take off. Setelah itu, diambil alih oleh pengontrol APP.

4.4 Rangkaian diagram blok peralatan


Dalam oprasionalnya sesuai ATC Station for CAA Indonesia KG 946,
dijelaskan bahwa sistem pada pearalatn VHF A/G beroprasi pada tegangan listrik
220 VAC dengan kelengkapan mounting rack berukuran 19 inci, dimana bagian
belakang terdapat pintu yang digunakan untuk penempatan terminal-terminal
internal dan konektor-konektor yang meghubungkan bagian satu dengan bagian
yang lain.

Pada bagian VHF receiver, terdiri dari 2 unit dimana masing masing unit
terdapat power supply dan sebuah splitter yang berfungsi untuk membagi sinyal
yang berasal dari antenna ke kedua unit receiver. Sebuah unit antenna receiver
terpasang dimana jarak yang di perasyaratkan adalah 200 meter dari antenna
transmitter, hal ini untuk menjaga agar transmitter beroprasi, sinyal yang
dipancarkan tidak masuk ke unit receiver secara berlebihan yang akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sub unit amplifikasi, pengaturan jarak
bisa diperpedek dengan penambahan suatu RF relay diantaranya antenna receiver
VHF A/G receiver, sehingga dengan penambahan relay ini, pada saat transmitter
broprasi relay akan memutus koneksi antara antenna dengan receiver. Dari receiver
terdapat koneksi audio ke remote control unit melalui audio control, audio control
berfungsi untuk memilih fungsi koneksi audio yang sebelumnya telah diproses oleh
receiver, apakah digunakan secara local atau secara romote .

31
200 m

FILTER Splitter

Lightning
protection

Main Stanby Main Stanby Power


VHF Tx VHF Tx
VHF Rx VHF Rx suply

Main Stanby Switch Over Circuit

Audio Control Audio Control Connector


Interference

Control
Unit

Gambar 4. 4 Blok Diagram peralatan VHF-A/G


Transmitter ke antenna melalui cavity filter untuk memfilter sinyal agar
harmoniknya tidak tertransmisikan, relay yang terkoneksi antara transmitter dan
filter yang digunakan untuk pemilihan unit transmitter yang beroperasi oleh switch
over. Unit switch over akan menswitch secara otomatis dari unit transmitter utama
ke unit cadangan jika unit mati. Transmitter jika terhubung ke remote control unit,
melalui audio control dan PTT command. Audio control digunakan untuk
pemilihan audio secara lokal atau remote, sedangakan PTT command akan
memberikan transmit kepada transmitter.

32
4.5 Blok Diagram Sistem Kerja Pengirim dan Penerima VHF-A/G

Osilator Buffer Modulator Penguat


stage AM RF

Sumber Penguat
Audio AF

Gambar 4. 5 Blok Diagram Pengirim VHF-A/G


Osilator adalah suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan sejumlah
getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitudo yang konstan.
Rangkaian osilator sederhana terdiri dari dua bagian utama, yaitu Penguat
(Amplifier) dan Umpan Balik (Feedback) dihubungkan dengan Buffer Stage
(penyangga/penyaring) sinyal masukan agar sesuai dengan karakteristik kerja
penguat yang berfungsi menguatkan arus sinyal keluaran dari osilator.

ciri buffer

a) Daya outputnya kecil.


b) Impedansi input tinggi yang pembebanan yang rendah dari tingkat
sebelumnya.
c) Impedansi output rendah.
d) Jika buffer tidak digunakan, maka transfer daya dari tingkat sebelumnya ke
tingkat selanjutnya tidak akan maksimum.

Selanjutnya, dari buffer masuk ke modulator AM, terjadi proses


menumpangkan sinyal informasi ke sinyal pembawa (carrier) sehingga amplituda
gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan simpangan (tegangan)
sinyal informasi, amplituda sinyal pembawa diubah-ubah secara proporsional
terhadap amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap.
Sumber audio yang dikuatkan dengan penguat AF dihubungkan pula ke modulator

33
AM dan sinyal keluarannya dikuatkan dengan penguat RF yaitu berfungsi
memperkuat sinyal frekuensi tinggi yang dihasilkan osilator RF dan diterima oleh
antena untuk dipancarkan ke antena penerima dipesawat.

AGC 1

Penguat Penguat Detektor Penguat


Mixer AM
RF IF Suara

speaker

Osilator AGC 2
Lokal

Gambar 4. 6 Blok Diagram Penerima VHF-A/G


Antena akan menangkap getaran atau sinyal yang membawa/berisi
informasi yang dipancarkan oleh pemancar. Sinyal tersebut akan dikuatkan oleh
penguat RF untuk menguatkan daya Radio Frequency/frekuensi tinggi (RF) yang
berisi informasi sebagai hasil modulasi pemancar asal. Setelah diperkuat, getaran
RF dicatukan ke mixer. Mixer akan mencampurkan sinyal RF dengan frekuensi
osilator lokal, sehingga diperoleh frekuensi intermediet (IF). Penguat IF berfungsi
untuk menguatkan Frekuensi Intermediet sebelum diteruskan ke blok detektor. IF
merupakan hasil dari pencampuran sinyal antara RF dengan osilator lokal.
Kemudian dihubungkan ke detektor yaitu untuk mengubah frekuensi IF menjadi
frekuensi informasi. Dengan cara ini, unit detektor memisahkan antara sinyal
pembawa RF dengan sinyal informasi pada Audio Frequency (AF). Penguat suara
AF berfungsi untuk menyearahkan sinyal AF serta meningkatkan level sinyal audio
dan kemudian diteruskan penguat AF ke suatu pengeras suara atau speaker untuk
mengubah sinyal atau getaran listrik berfrekuensi AF menjadi getaran suara yang
dapat didengar oleh telinga manusia. AGC Detector (Automatic Gain Control/
Pengendali Penguatan Otomatis) berfungsi untuk mengatur tegangan output secara
otomatis agar tetap stabil.

34
4.6 Analisa

4.6.1 Daya yang dipancarkan dari antena VHF-A/G ke Pesawat


Daya yang dipancarkan oleh antena VHF-A/G ke pesawat ketika berada
pada wilayah ADC/TOWER adalah kisaran 25 - 30 Watt. Daya 25 - 30 Watt
diperoleh ketika pesawat, terbang pada jarak tertentu menjauhi antena pemancar
dan masih berada di wilayah ADC/TOWER. Sedangkan daya yang dipancarkan
oleh VHF-A/G ke pesawat ketika berada di wilayah APP adalah 30 - 50 Watt. Hal
ini disebabkan karena wilayah APP berada pada lapisan udara troposfer.

Tabel 4.1 Daya yang Dipancarkan dari Antena VHF-A/G

ADC/Tower APP
Daya (Watt) 25 – 30 30 – 50

4.6.2 Ketinggian pesawat yang di kontrol ADC/TOWER dan APP


Pengontrolan kinerja komunikasi oleh ATC pada VHF-A/G dapat dilakukan
di wilayah ADC/TOWER dan APP. Ketika pesawat berada pada ketinggian mulai
dari 0 ft yaitu masih berada di landasan atau di Apron (garasi pesawat) hingga
altitude 10000 ft akan dikontrol ADC/TOWER. Altitude untuk pesawat, terbang
pada ketinggian diatas 10000 ft hingga 20000 ft di control oleh APP.

Tabel 4.2 Ketinggian Wilayah Kontrol ADC/TOWER dan APP

ADC/Tower APP
Ketinggian (ft) 0 – 10000 10000 – 20000
Ketinggian (km) 0 - 3.048 3,048 – 6,096
Keterangan: 1 ft = 0.0003048 km

4.6.3 Jangkauan Kontrol Jarak Pesawat oleh ADC/TOWER dan APP


Pengontrolan VHF-A/G dapat dilakukan di wilayah ADC/TOWER dan
APP ketika pesawat berada pada jarak jangkauan mulai dari 0 Nm hingga 40 Nm
hanya untuk wilayah ADC/TOWER. Pada jangkauan lebih dari 40 Nm hingga 87
Nm kendali kontrol sudah dialihkan oleh APP.

35
Tabel 4.3 Jangkauan Kontrol Jarak Pesawat oleh ADC/TOWER dan APP

ADC/Tower APP
Jarak (Nm) 0 – 40 40 – 87
Jarak (km) 0 – 74,08 74,08 – 161,124
Keterangan: 1 Nm = 1.852 km

36
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Frekuensi yang digunakan untuk melakukan suatu komunikasi antara ATC
dengan pilot baik dalam posisi lepas landas, di udara maupun pendaratan
diatur pada frekuensi 118 – 137 MHz.
2. Pada ketinggian 0 – 10000 ft pengontrolan pengontrolan kinerja komunikasi
dari ATC terhadap VHF A/G di wilayah ADC/TOWER dapat dilakukan,
sedangkan pada ketinggian lebih dari 10000 ft hingga 20000 ft pengontrolan
di ambil alih oleh APP.
3. Batas jarak jangkau kontrol komunikasi yang dapat terjadi yaitu pada 0 - 40
Nm untuk wilayah ADC/TOWER dan 40 – 87 Nm untuk wilayah APP.
4. Daya yang dipancarkan oleh antena VHF-A/G ke pesawat ketika berada di
wilayah ADC/TOWER kisaran 25-30 Watt dan ketika pesawat berada di
wilayah APP kisaran 30-50 Watt.
5.2 SARAN

Pada saat pelaksanaan kerja praktek, penulis ada melihat beberapa


perangkat radio telekomunikasi yang melewati masa pemakaian. Dikhawatirkan
terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, sebaiknya alat-alat yang melewati batas
pemakaian segera diremajakan kembali agar proses komunikasi penerbangan tetap
lancar.

37
DAFTAR PUSTAKA

Adisty Hanny Asri, Lita Lidyawati. Analisis Kinerja VHF-A/G Tower/ADC

dengan VHF-A/G APP di Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung. jurnal

Jurusan Teknik Elektro: Institut Teknologi Nasional Bandung.

Hendra. peralatan Alat bantu pendaratan (ILS) Instrument Landing System. Laporan

OJT Diploma III Teknik Telekomunikasi Dan Navigasi Udara: Akademi Teknik

Dan Keselamatan Penerbangan Medan.

Primayuda permana. Laporan praktek kerja sistem radio komunikasi penerbangan

Bandara Soekarno Hatta. Jurusan Teknik Elektro: Universitas Komputer Indonesia

Bandung.

Manual Book. SELEX Comunications. DT100. Multimode Transmitter for ATC

Applications.

38

Anda mungkin juga menyukai