Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kekuatan serta melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek yang mulai dilaksanakan pada
tanggal 1 Juli 2019 sampai dengan 9 Agustus 2019 di AirNav Indonesia Perum
LPPNPI Kantor Cabang Pontianak. Penulisan laporan ini merupakan bentuk akhir
dari pelaksanaan Kerja Praktek dan juga merupakan salah satu persyaratan
bimbingan, masukkan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
1. Dr. Eng. Ferry Hadary, ST, M.Eng, selaku dosen pembimbing Kerja Praktek
2. Bapak Dr. Dedy Suryadi, ST.,MT, selaku Ketua Program Studi Teknik
Cabang Pontianak.
Cabang Pontianak.
i
6. Pegawai dan Karyawan Perum LPPNPI Kantor Cabang Pontianak yang
7. Kedua Orang Tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan
M. Badriansyah
ii
ABSTRAK
Laporan kerja praktek ini menjelaskan kinerja komunikasi penerbangan dari
perangkat Very High Frequency Air to Ground (VHF-A/G) antara Aerodrome
Control (ADC/TOWER) maupun Approach Control Center (APP) dengan pilot di
pesawat. VHF-A/G merupakan komunikasi utama yang digunakan di pesawat,
untuk berhubungan dengan pihak luar (tower atau pesawat lain). Jika terjadi
kesalahan dalam pengaturan wilayah pada kedua ruang lingkup udara tersebut,
tidak dapat terjadi komunikasi yang diharapkan, pilot dapat kehilangan arah dalam
menentukan tujuan. Air Traffic Control (ATC) memandu seluruh kegiatan
penerbangan dengan pilot di pesawat dengan bantuan navigator. VHF A/G
memiliki batas frekuensi 118 - 137 MHz, daya yang dipancarkan antara 25 Watt
sampai dengan 50 Watt dengan ketinggian 0 - 20000 ft dan jarak jangkauan 0 - 87
Nm
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR ISTILAH
viii
Line Of Sight : Line Of Sight adalah suatu teknik
pentransmisian sinyal dimana antara dua
terminal yang saling berhubungan benar-
benar tidak ada obstacle yang menghalangi
(bebas pandangan) sehinggal sinyal dari
pengirim dapat langsung mengarah dan
diterima oleh penerima.
ix
DAFTAR SINGKATAN
AM : Amplitudo Modulation
AF : Audio Frequency
RF : Radio Frequency
Rx : Receiver
Tx : Transmitter
NM : Nautical Mile
x
BAB I
PENDAHULUAN
Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah pada semester VII
sebagai prasyarat mengambil tugas akhir. Pelaksanaan kerja praktek ini, mahasiswa
dibimbing oleh pembimbing yang berasal dari tempat pelaksanaan KP dan Dosen
pembimbing KP. Kerja Praktek dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa
mengenal dunia kerja yang nyata karena mahasiswa itu sendiri yang ikut berperan
contohnya membantu pelayanan navigasi yang di kelola oleh Perusahaan Umum
(Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia
(LPPNPI) atau disebut AirNav Indonesia Kantor cabang Pontianak. Kegiatan kerja
praktek ini dilakukan untuk membantu kepentingan suatu perusahaan atau instansi
seperti perbaikan, pemecahan masalah, maupun perencanaan dan pengawasan pada
suatu pekerjaan.
Air Nav Indonesia seperti yang kita ketahui adalah pusat pengendalian
komunikasi yang mengontrol semua penerbangan yang ada di Indonesia baik itu
bandara kecil maupun besar tidak terkecuali Bandara Internasional Supadio
Pontianak.
Seperti yang telah kita ketahui sistem komunikasi ini sangat penting dan tidak
dapat terputus dalam kondisi apapun, karena jika terputus dapat membahayakan
jalur penerbangan dan komunikasi antara ATC dengan pesawat. ATC (Air Traffic
Controll) sendiri adalah orang yang bertugas mengontrol atau mengatur Pilot
dalam lalu lintas udara dari take off hingga landing. Maka dari itu ATC
memerlukan suatu alat navigasi agar dapat berkomunikasi dengan pilot. AirNav
1
Indonesia khususnya pada bidang teknik memiliki devisi-devisi dan dinas-dinas
yang mengatur komunikasi yang terjadi di bandara. Dibutuhkan banyak pengaturan
untuk mengontrol komunikasi antar pesawat dan antar bandara.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pengambilan judul kerja praktek Sistem
RadioTelekomunikasi VHF A/G ADC/TOWER dan VHF A/G APP adalah sebagai
berikut:
2
1.4 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dan Tujuan kerja praktek ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman di masyarakat.
2. Mahasiswa dapat memperoleh kesempatan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah didapat dalam perkuliahan untuk diterapkan di
lapangan.
3. Sedangkan bagi instansi tempat mahasiswa melakukan kerja praktek
dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dan mahasiswa dapat
menganalisa permasalahan yang terdapat di perusahaan tersebut.
3
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, maksud dan tujuan kerja praktek, metode
pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang karakteristik radio VHF A/G, blok diagram
interkoneksi VHF A/G ADC dan APP serta penjelasannya,
blok diagram peralatan radio VHF A/G dan Analisa.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil Kerja Praktek
dan saran operasional berdasarkan temuan saat Kerja
Praktek.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
4
BAB II
PROFIL UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah singkat AirNav Indonesia Kantor Cabang Pontianak
Kota Pontianak adalah kota di Indonesia yang letaknya berada tepat di
bawah garis cakrawala khatulistiwa. Kota yang menjadi ibukota provinsi
Kalimantan Barat ini juga dilalui oleh sungai Kapuas, sungai terpanjang di
Indonesia. Luasnya yang mencapai 107 km2 dengan jumlah penduduknya sekitar
554.764 jiwa ini membuat Pontianak menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan
pemerintahan di Kalimantan Barat. Pesatnya pembangunan dan arus globalisasi tak
urung sering kali membuat banyak orang semakin membutuhkan kemajuan
transportasi yang cepat, seperti kebutuhan bandara Supadio yang terus berkembang.
Bandara Supadio, awalnya dikenal dengan Lapangan Terbang "Sei Durian"
yang diperuntukkan sebagai pangkalan TNI AU. Pada tahun 1969 nama bandara ini
diubah menjadi Pangkalan TNI AU Supadio ditandai dengan berubahnya status
menjadi Bandara tipe “B” dan memiliki 1 skuadron (18 pesawat tempur).
Supadio adalah nama salah satu prajurit perwira TNI AU yang berjasa
menumpas G 30S/PKI di Kalimantan. Komodor Udara Supadio nama lengkapnya,
ia adalah mantan Panglima Komando Wilayah Udara Kalimantan yang pertama dan
ia juga satu-satunya pilot penerbang pesawat tempur TNI AU di Kalimantan pada
saat itu. Untuk mengenang jasa penerbang tersebut TNI AU menabalkan nama
Supadio menjadi nama pangkalan udara TNI AU di Pontianak dan kini selain
menjadi bandara untuk TNI AU lapangan terbang ini juga untuk umum yang
dikelola oleh AP II.
Bandara Supadio saat ini tergolong sebagai bandara dengan aktifitas paling
sibuk di Indonesia. Tak kurang jumlah penerbangan (datang dan berangkat)
mencapai 64 kali dalam sehari dengan jumlah penumpang 1.981.000 orang yang
diangkut tahun 2011. Dengan demikian rata-rata jumlah penumpang yang diangkut
setiap penerbangan oleh setiap maskapai adalah 98 -100 orang. Tak heran sejak
2011 Bandara ini harus beroperasi sampai pukul 21..00 bahkan sampai 22.00 WIB
menanti kedatangan jadwal penerbangan yang terakhir.
Pada tanggal 16 Januari 2013 pukul 22:00 WIB, seluruh pelayanan navigasi
yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero)
5
dialihkan ke AirNav Indonesia. Sejak saat itu, seluruh pelayanan navigasi yang ada
di 26 bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura
II (Persero) dialihkan ke AirNav Indonesia, begitu juga sumber daya manusia dan
peralatannya. Termasuk di bandara Supadio Kubu Raya Kalimantan Barat.
6
Untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan yang
handal dalam rangka keselamatan penerbangan harus ditetapkan tatanan navigasi
penerbangan nasional.
Kelas : Internasional
Lokasi : Pontianak
7
Ruang Udara yang Dilayani : ADC dan APP
Jam Operasi : 06.00 s/d 24.00 WIB / 24.00 s/d 6.00 UTC
WIOOYSYW, WIOOZPZW.
Email : pontianak@airnavindonesia.co.id
8
2. Tugas Pokok dan Fungsi sesuai Gambar 2.1
A. General Manager
General Manager Cabang Pontianak mempunyai tanggung jawab atas
terselenggaranya pelayanan navigasi penerbangan yang meliputi Pelayanan
lalu lintas penerbangan, Pelayanan komunikasi Penerbangan, Keselamatan dan
keamanan, Kesiapan fasilitas Communication, Navigation, Surveillance,
Automation (CNSA) dan Penunjang, administrasi kepegawaian, keuangan,
kehumasan dan pengadaan barang/jasa di seluruh wilayah kerja Cabang
Pontianak.
9
C. Manager Perencanaan dan Evaluasi Operasi
Manager Perencanaan dan Evaluasi Operasi dibantu oleh 3 (tiga) Junior
Manager:
a. Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Pelayanan Lalu Lintas
Penerbangan, bertugas membantu:
Perencanaan dan evaluasi operasi pada fungsi pelayanan lalu lintas
penerbangan diwilayah kerja Cabang Pontianak;
Pengelolaan dokumen operasi yang meliputi: Standar Operasional
Prosedur (SOP), Letter of Coordination Agreement (LOCA), Letter of
Agreement (LOA) dan Manual Operasi pada fungsi pelayanan lalu lintas
penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
Pengelolaan sertifikasi dan rating personel pada fungsi pelayanan lalu
lintas penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
Pengelolaan administrasi pada fungsi pelayanan lalu lintas penerbangan di
wilayah kerja Cabang Pontianak;
Pengusulan kebutuhan dan fasilitas personel pada fungsi pelayanan lalu
lintas penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
Pencatatan dan pelaporan pada fungsi pelayanan lalu lintas penerbangan
di wilayah kerja Cabang Pontianak.
b. Junior Manager ATFM dan ATS System, bertugas membantu:
Pelaksanaan dankoordinasi dengan pihak terkait dalam kegiatan arus lalu
lintas penerbangan;
Pengoperasian ATS System;
Pelaporan data penerbangan.
c. Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Pelayanan Komunikasi
Penerbangan, bertugas membantu:
Perencanaan dan evaluasi operasi pada fungsi pelayanan komunikasi
penerbangan di wilayah Cabang Pontianak;
Pengelolaan dokumen operasi yang meliputi: Standar Operasional
Prosedur (SOP), Letter of Coordination Agreement (LOCA), Letter of
Agreement (LOA) dan Manual Operasi pada fungsi pelayanan komunikasi
penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
10
Pengelolaan sertifikasi dan rating personel pada fungsi pelayanan
komunikasi penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
Pengusulan kebutuhan dan fasilitas personel pada fungsi pelayanan
komunikasi penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
Pengelolaan administrasi pada fungsi pelayanan komunikasi penerbangan
di wilayah kerja Cabang Pontianak;
Pengusulan kebutuhan dan fasilitas personel pada fungsi pelayanan
komunikasi penerbangan di wilayah kerja Cabang Pontianak.
D. Manager Operasi
Manager Operasi, yang bertanggung jawab atas pengendalian
pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi penerbangan yang
menjalankan tugasnya secara bergiliran, meliputi:
Mengawasi dan memeriksa pelaksanaan kegiatan pelayanan lalu lintas
penerbangan dan komunikasi penerbangan;
Memastikan bahwa semua unit pada fungsi pelayanan lalu lintas
penerbangan dan komunikasi penerbangan beroperasi sesuai dengan
kebijakan/ peraturan, standar dan prosedur;
Membantu investigasi terkait keluhan, insiden, kecelakaan dan
pelanggaran pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi
penerbangan;
Menyelesaikan permasalahan operasional dan membuat rekomendasi
untuk meningkatkan pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi
penerbangan;
Mengkoordinasikan pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi
penerbangan dengan unit - unit terkait;
Memastikan distribusi tanggung jawab dan beban kerja dengan tepat
kepada tiap sector pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi
penerbangan;
Melakukan evaluasi dan usulan terkait perubahan yang diperlukan pada
Standar Operasional Prosedur (SOP), fasilitas, ruang udara, personel dan
pelayanan operasional terkait fungsi pelayanan lalu lintas penerbangan dan
komunikasi penerbangan;
11
Mengelola personel operasi yang menjadi tanggung jawabnya termasuk di
dalamnya rostering, penilaian kinerja dan peningkatan kompetensi pada
fungsi pelayanan lalu lintas penerbangan dan komunikasi penerbangan.
E. Manager Fasilitas Teknik
Manager Fasilitas Teknik, mempunyai tugas pokok dan fungsi
menyusun, melaksanakan dan evaluasi program di bidang:
12
Pencatatan dan pelaporan fasilitas penunjang.
F. Manager Teknik
Manager Teknik, bertanggung jawab atas pengoperasian fasilitas
peralatan komunikasi, navigasi, pengamatan dan otomasi serta penunjang
navigasi penerbangan yang menjalankan tugas secara bergiliran, meliputi:
Memastikan kesiapan fasilitas navigasi penerbangan berjalan sesuai
dengan kebijakan/ peraturan, standar dan prosedur;
Mengawasi dan memeriksa pemeliharaan berkala fasilitas navigasi
penerbangan sesuai dengan kebijakan/ peraturan, standar dan prosedur;
Menyelesaikan permasalahan fasilitas yang menyebabkan terganggunya
pelayanan navigasi penerbangan;
Menyiapkan data - data teknik yang diperlukan terkait investigasi, audit
dan sertifikasi;
Mengusulkan kebutuhan peralatan pemeliharaan dan suku cadang;
Mengusulkan fasilitas navigasi penerbangan yang lebih efektif dan efisien;
Mengusulkan perubahan SOP terkait fungsi teknik;
Mengelola personel teknik yang menjadi tanggung jawabnya termasuk di
dalamnya rostering, penilaian kinerja dan peningkatan kompetensi.
G. Manager Keselamatan
Manager Keselamatan, Keamanan dan Standardisasi, mempunyai tugas
pokok dan fungsi menyusun, melaksanakan dan evaluasi pelaksanaan
supervise, inspeksi serta evaluasi kualitas pelayanan meliputi pelayanan lalu
lintas penerbangan, komunikasi penerbangan, fasilitas navigasi penerbangan,
menjamin mutu keselamatan, keamanan dan kesehatan lingkungan kerja serta
kegiatan standardisasi dan sertifikasi pelayanan navigasi penerbangan yang
menjadi tanggung jawab di wilayah kerjanya sesuai dengan regulasi di bidang
keselamtan dan keamanan penerbangan.
13
Manager Keselamatan, Keamanan dan Standardisasi dibantu oleh 2
(dua) Junior Manager, yaitu:
a. Junior Manager Keselamatan Bidang Operasi dan Keamanan, bertugas
membantu:
Melaksanakan supervise, inspeksi dan evaluasi atas kualitas Pelayanan Lalu
Lintas Penerbangan, Telekomunikasi Penerbangan dan Keamanan;
Melaksanakan kegiatan standardisasi dan sertifikasi pelayanan navigasi
penerbangan bidang operasi dan keamanan.
b. Junior Manager Keselamatan Bidang Teknik dan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja), bertugas membantu:
Melaksanakan supervisi, inspeksi dan evaluasi atas kualitas fasilitas
telekomunikasi penerbangan dan fasilitas penunjang serta Keselamatan dan
Kesehatan Keija (K3);
Melaksanakan kegiatan standardisasi dan sertifikasi pelayanan navigasi
penerbangan bidang teknik dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
H. Manager Administrasi dan Keuangan
Manager Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas pokok dan
fungsi menyusun, melaksanakan dan evaluasi program dibidang:
Pelaksanaan pengelolaan di bidang sumber daya manusia, administrasi
umum, tata usaha dan kearsipan, fasilitas kantor dan karyawan, perawatan
bangunan perkantoran beserta kebersihan lingkungan dan keindahan
kantor dan perjalanan dinas, kehumasan, pengadaan barang dan jasa di
wilayah kerja Cabang Pontianak;
Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran cabang,
menyelenggarakan tata laksana perbendaharaan, mengelola kepemilikan
asset termasuk tanah dan bangunan di wilayah kerja Cabang Pontianak;
Manager Administrasi dan Keuangan dibantu oleh 2 (dua) Junior
Manager:
a. Junior Manager Keuangan, bertugas membantu penyusunan rencana kerja
dan anggaran cabang, menyelenggarakan tata laksana perbendaharaan,
mengelola kepemilikan asset termasuk tanah dan bangunan yang menjadi
wilayah kerjanya;
14
b. Junior Manager Personalia dan Umum, bertugas membantu kegiatan yang
berhubungan dengan masalah personalia, umum dan kehumasan,
pengelolaan administrasi pengadaan barang dan jasa yang menjadi
kewenangannya dan melaksanakan tugas sebagai ketua panitia pelelangan.
I. Kepala Cabang Pembantu/Kepala Unit Pelayanan Navigasi Penerbangan
mempunyai tanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan lalu lintas
penerbangan, pelayanan komunikasi penerbangan dan Kesiapan Fasilitas
Communication Navigation, Surveillance (CNS) dan penunjang yang menjadi
kewenangannya.
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Peralatan VHF A/G
Peralatan VHF A/G yang digunakan untuk komunikasi lalu lintas
penerbangan diklasifikasikan berdasarkan penggunaan pada ruang udara
yang menjadi kewenangan petugas pengatur lalu lintas udara yang menggunakan:
a. Aerodrome Flight Information Service (AFIS)
Pelayanan pemberian informasi kepada pesawat udara yang akan berangkat
atau datang di Bandar udara. Informasi tersebut meliputi keadaan cuaca,
keadaan fasilitas navigasi, keadaan Bandar udara itu sendiri, ada atau
tidak udara lain yang beroperasi di bandar udara dan mungkin yang
membahayakan pesawat udara yang akan datang atau berangkat di
Bandar udara tersebut serta informasi yang berkaitan lainnya. Peralatan
komunikasi untuk pelayanan di unit ini biasanya adalah VHF dan
Tranceiver.
b. Aerodrome Control (ADC)
Unit pelayanan lalu lintas yang memberikan pelayanan pengendalian ruang
udara di bandara udara termasuk pelayanan pendaratan atau pelayanan
lepas landas pesawat udara. Peralatan komunikasi yang digunakan untuk
pelayanan unit ini adalah VHF towerset.
c. Approach Control (APP)
Unit pelayanan lalu lintas udara yang memberikan pelayanan pengendalian
ruang udara jelajah. Peralatan komunikasi yang digunakan untuk
pelayanan unit ini biasanya VHF Towerset tanpa voice recorder.
d. Area Control Center (ACC)
Unit pelayanan lalu lintas udara yang memberikan pelayanan pengendalian
ruang udara jelajah. Peralatan yang digunakan untuk pelayanan adalah VHF
yang untuk memperluas cakupan biasanya menggunakan VHF extended
Range (ER) yang dioperasikan dari pesawat control.
16
e. ATIS
ATIS adalah fasilitas di bandara yang secara terus menerus menyiarkan
informasi penting seperti cuaca, R/W in use dan terminal area. Rekaman
informasi yang dibroadcast secara terus menerus dan setiap 30 menit
sekali di upgrade ini membantu untuk meningkatkan efisiensi dan
mengurangi beban kerja ATC dengan repetitive transmisi untuk informasi
penting secara rutin.
Peralatan Komunikasi Very High Frequency Air/ Ground (VHF A/G)
adalah peralatan komunikasi radio yang digunakan untuk penyampaian atau
pertukaran berita dalam bentuk komunikasi suara antara petugas pemandu lalu
lintas penerbangan udara (PPLU) atau lebih dikenal denagan Air Trafic
Controller (ATC) dengan penerbangan di pesawat udara yang terbang di
kawasan ruang udara tertentu, dalam rangka pemanduan atau pemberian
informasi.
17
Gambar 3. 1 VHF A/G ADC
Spesifikasi VHF A/G ADC
a) Merk : PAE
b) Type : PARKAIR T6
c) Tegangan : 220 VAC
d) Frequency : 118.30 MHz
e) Call Sign : Supadio Tower
f) Power Output : 10 Watt
g) Tahun Instalasi : 2017
h) Jumlah : Dual
3.2.2 VHF A/G APP
Peralatan tranceiver (pemancar dan penerima) yang digunakan untuk
komunikasi antara pilot pesawat udara dengan pemandu lalu lintas udara (unit
ATS) dalam bentuk suara yang bekerja pada frekuensi VHF.
18
Gambar 3. 2 VHF A/G APP
19
yang kemudian akan dipancarkan pada bandara tersebut, jadi pesawat yang
dipanggil oleh ATC dapat mendengar dan kemudian membalas.
3.3.1 Tranceiver
Tranceiver adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk proses
penyampaian dan penerimaan informasi, juga didefinisikan sebagai
proses pengiriman sinyal informasi ke suatu sistem jaringan. Banyak hal
ataupun masalah yang mempengaruhi proses pengiriman sinyal. Pada dasarnya
tranceiver terdiri dari receiver, transmiter, synthesizer, dan power supply.
Control unit tranceiver berbentuk sinyal digital umumnya diproses modulasi
20
untuk menyesuaikan sinyal dengan sifat-sifat media transmisi yang akan
digunakan.
21
Fungsi dasar RX:
Karakteristik RX:
3.3.3 Antena
Peralatan ini digunakan untuk memancarkan atau menerima sinyal
informasi. Berbagai macam jenis antena seperti antena yagi, antena dipole, antena
broadband dan antena omni.
22
Antena adalah sistem pemancar terbagi menjadi dua bagian yaitu:
Antena HF
Antena VHF
Cavity Filter, yang berguna untuk menyaring frekuensi yang diinginkan dan
menekan atau menghilangkan frekuensi yang tidak diinginkan. Sehingga frekuensi-
frekuensi yang diinginkan saja yang dapat melewati filter ini. Dengan kata lain filter
ini disebut Band Pass Filter (BPF).
23
Gambar 3. 7 Cavity Filter
3.4 Modulasi
Modulasi adalah proses dimana sinyal informasi dari sumber diubah
kebentuk sinyal lain yang sesuai dengan saluran transmisi yang tersedia. Modulasi
juga digunakan untuk menentukan menekan pengaruh derau.
Efisiensi pemkaian lebar pita frekuensi pada proses modulasi sinyal yang
dikirim biasanya dinaikkan. Sinyal base band atau sinyal pemodulasi ditumpahkan
pada sinyal pembawa carrier pada frekuensi yang jauh lebih tinggi daripada
komponen frekuensi teringgi sinyal. Base band sinyal pembawa adalah sinyal
sinusoidal yang mepunyai parameter itu bias diubah sesuai dengan perubahan
sinyal base band, karena itu pada sistem digital dikenal dengan tiga parameter yaitu
amplitude, frekuensi, dan phasa. Salah satu dari tiga parameter itu bisa diubah
sesuai dengan perubahan sinyal base band, karena itu pada sistem digital dikenal
tiga macam modulasi. Bila modulasi sinyal amplitude mempunyai hubungan linier
dengan sinyal pemodulasi maka diperoleh modulasi amplitude (AM).
24
Gambar 3. 8 Modulasi AM
Fungsinya yaitu untuk membawa aliran bit data dari satu komputer ke
komputer lainnya, maka dalam pengiriman data memerlukan media transmisi yang
nantinya akan digunakan untuk keperluan transmisi. Setiap media mempunyai
karakteristik tertentu, dalam bandwitch, delay, biaya dan kemudahan istalasi serta
pemeliharaannya.
Media transmisi merupakan suatu jalur fisik antara transmitter dan receiver
dalam sistem transmisi data. Media transmisi dapat diklasifikasikan sebagai guided
(terpandu) atau unguided (tidak terpandu). Kedua-duanya dapat terjadi dalam
25
bentuk gelombang elektromagnetik. Dengan media yang terpandu, gelombang
dipandu melalui sebuah media padat seperti kabel tembaga terpilin (twisted pair)
kabel koaxial dan serat optik. Atmosfer dan udara adalah contoh dari unguided
media, bentuk transmisi dalam media ini disebut sebagai wireless transmission.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
VHF A/G merupakan radio pemancar bekerja secara terus menerus 24 jam
per hari berfungsi sebagai media komunikasi antara pilot di pesawat terbang dengan
Air Traffic Controll (ATC) pada jangkauan tertentu. ATC akan menghubungi
pesawat untuk memberi atau menanyakan suatu informasi dan pesawat akan
menjawab atau memberitahukan kepada ATC secara bergantian melalui indikator
jarak dari antena DVOR yang disebut Distance Measure Equipment (DME).
Ketinggian APP pada 10.000 ft – 20.000 ft dan ADC/Tower 0 ft – 10.000 ft.
Pesawat yang terbang ada pada ketinggian diatas ± 15.000 ft atau di atas awan
dengan daya pancar 100 Watt.
27
Gambar 4. 1 Prangkat VHF A/G (Merk OTE SELEX Type D100)
GD. TOWER
RECEIVER TRANSMITTER
OPERATOR
IDF
TX/RX
IDF
MDF
MDF
VSCS
MER (GD.OPSTEK)
28
Di dalam gedung ADC/TOWER terdapat dua ruangan yang berperan
penting dalam melakukan kontrol komunikasi darat ke udara maupun udara ke
darat. Ruangan pertama adalah ruang alat, diantaranya terdapat antena pemancar
dan penerima yang terhubung ke IDF. Intermediate Distribution Frame (IDF
berupa kron distribusi (terminal).
VHF -A/G TX dan RX terhubung ke beberapa alat lain, yaitu VSCS dan
Voice Recorder maka dari itu VHF-A/G dihubungkan secara paralel dengan kabel
di alat (VSCS dan Voice recorder) pada IDF. Selain itu dapat mempermudah
instalasi penggunaan di radio pemancar dan penerima VHF-A/G.
Kemudian, IDF di ruang alat terhubung dengan IDF di ruang kedua yaitu
ruangan ATC, fungsinya untuk mempermudah operator mengontrol komunikasi
dengan pesawat tanpa harus melakukannya di ruang alat. IDF ini berskala lebih dari
MDF, baik dari segi fisik panel maupun pelayanan distribusinya, karena hanya
melingkupi pembagian area atau blok tertentu sesuai dengan struktur bangunan itu
sendiri misalnya pada hotel dibagi ke sub back area, guest area, office area, area per
level gedung dan khususnya pada area penerbangan.
Dari IDF ruang alat terhubung dengan Main Distribution Frame (MDF)
adalah frame/panel utama untuk terminasi/penyambungan instalasi PABX. Pada
frame/panel ini terdapat sistem terminasi instalasi sebelum di distribusikan ke
pembagian instalasi telepon gedung. Dalam panel MDF, pembagian -pembagian
inti disusun, salah satunya dari perangkat radio pemancar VHF - A/G ke alat-alat
yang berhubungan, yaitu Voice Switching and Control system (VSCS) dan recorder.
Dari MDF ruang alat di gedung ADC/TOWER, terhubung dengan MDF digedung
Main Equipment Room (MER) memiliki fungsi yang sama. MER merupakan
tempat pendinginan seluruh alat-alat komunikasi penerbangan beroperasi selama
24 jam. Seluruh kegiatan komunikasi penerbangan dapat terdengar melalui
peralatan diruangan ini.
29
4.3 Blok Diagram Interkoneksi General VHF-A/G APP
GD. OPSTEK
RECEIVER TRANSMITTER
OPERATOR
IDF
TX/RX
IDF
MDF
VSCS
30
Cara pengontrolan ADC/TOWER dan APP pada pesawat berbeda, pada
wilayah ADC/TOWER dapat dilakukan kontrol secara langsung dengan pesawat
hanya memastikan keadaan landasan sudah siap untuk pendaratan pesawat
sedangkan pada wilayah APP pengontrolan pesawat terjadi pada navigasi VOR-
DME. Hal ini disebabkan karena jarak jangkauannya jauh, sehingga pesawat yang
akan mendarat harus melalui titik acuan lebih dahulu yaitu pada VOR-DME yang
berbeda lokasi dengan ATC. Tujuannya supaya navigator dapat mengarahkan pilot
menuju APP dalam proses take off. Setelah itu, diambil alih oleh pengontrol APP.
Pada bagian VHF receiver, terdiri dari 2 unit dimana masing masing unit
terdapat power supply dan sebuah splitter yang berfungsi untuk membagi sinyal
yang berasal dari antenna ke kedua unit receiver. Sebuah unit antenna receiver
terpasang dimana jarak yang di perasyaratkan adalah 200 meter dari antenna
transmitter, hal ini untuk menjaga agar transmitter beroprasi, sinyal yang
dipancarkan tidak masuk ke unit receiver secara berlebihan yang akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sub unit amplifikasi, pengaturan jarak
bisa diperpedek dengan penambahan suatu RF relay diantaranya antenna receiver
VHF A/G receiver, sehingga dengan penambahan relay ini, pada saat transmitter
broprasi relay akan memutus koneksi antara antenna dengan receiver. Dari receiver
terdapat koneksi audio ke remote control unit melalui audio control, audio control
berfungsi untuk memilih fungsi koneksi audio yang sebelumnya telah diproses oleh
receiver, apakah digunakan secara local atau secara romote .
31
200 m
FILTER Splitter
Lightning
protection
Control
Unit
32
4.5 Blok Diagram Sistem Kerja Pengirim dan Penerima VHF-A/G
Sumber Penguat
Audio AF
ciri buffer
33
AM dan sinyal keluarannya dikuatkan dengan penguat RF yaitu berfungsi
memperkuat sinyal frekuensi tinggi yang dihasilkan osilator RF dan diterima oleh
antena untuk dipancarkan ke antena penerima dipesawat.
AGC 1
speaker
Osilator AGC 2
Lokal
34
4.6 Analisa
ADC/Tower APP
Daya (Watt) 25 – 30 30 – 50
ADC/Tower APP
Ketinggian (ft) 0 – 10000 10000 – 20000
Ketinggian (km) 0 - 3.048 3,048 – 6,096
Keterangan: 1 ft = 0.0003048 km
35
Tabel 4.3 Jangkauan Kontrol Jarak Pesawat oleh ADC/TOWER dan APP
ADC/Tower APP
Jarak (Nm) 0 – 40 40 – 87
Jarak (km) 0 – 74,08 74,08 – 161,124
Keterangan: 1 Nm = 1.852 km
36
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Frekuensi yang digunakan untuk melakukan suatu komunikasi antara ATC
dengan pilot baik dalam posisi lepas landas, di udara maupun pendaratan
diatur pada frekuensi 118 – 137 MHz.
2. Pada ketinggian 0 – 10000 ft pengontrolan pengontrolan kinerja komunikasi
dari ATC terhadap VHF A/G di wilayah ADC/TOWER dapat dilakukan,
sedangkan pada ketinggian lebih dari 10000 ft hingga 20000 ft pengontrolan
di ambil alih oleh APP.
3. Batas jarak jangkau kontrol komunikasi yang dapat terjadi yaitu pada 0 - 40
Nm untuk wilayah ADC/TOWER dan 40 – 87 Nm untuk wilayah APP.
4. Daya yang dipancarkan oleh antena VHF-A/G ke pesawat ketika berada di
wilayah ADC/TOWER kisaran 25-30 Watt dan ketika pesawat berada di
wilayah APP kisaran 30-50 Watt.
5.2 SARAN
37
DAFTAR PUSTAKA
Hendra. peralatan Alat bantu pendaratan (ILS) Instrument Landing System. Laporan
OJT Diploma III Teknik Telekomunikasi Dan Navigasi Udara: Akademi Teknik
Bandung.
Applications.
38