TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
HILMAN MUSTOFA
1552500330
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
HILMAN MUSTOFA
1552500330
Dalam Tugas Akhir ini telah dibuat antena Quadrifillar Helix (QFH) yang
dioperasikan pada frekuensi 137 – 138 MHz dengan rentang bandwidth sebesar 1
MHz. Jenis antena ini digunakan sebagai sebagai ground station satelit cuaca
NOAA. Hasil perancangan disimulasikan dengan menggunakan software 4NEC2
untuk mengetahui apakah hasil perancangan sudah sesuai atau belum dengan
kondisi yang diinginkan. Tahap selanjutnya adalah pembuatan antena dan seluruh
pelaksanaan fabrikasi dilakukan di lab Robotic Universitas Budi Luhur dengan
bahan utama kabel rg58 dan pipa PVC sebagai penyangga. Kinerja antena
Quadrifillar Helix diamati dengan melakukan pengukuran sebanyak 2 kali. Hasil
dari pengukuran antena Quadrifillar Helix yang pertama didapatkan nilai matching
pada frekuensi 142 MHz. Terjadi pergeseran frekuensi resonan sebanyak 5 MHz
dari perancangan sebelumnya yaitu pada frekuensi 137 MHz. Hasil dari
pengukuran antena Quadrifillar Helix yang kedua didapatkan bahwa pergeseran
frekuensi antena frekuensi resonan dipengaruhi oleh balun yang dibuat, semakin
banyak dan semakin rapat lilitannya akan menghasilkan frekuensi resonan
mendekati nilai yang ditentukan pada saat perancangan.
iv
ABSTRACT
In this final task has been made the Quadrifillar Helix (QFH) antenna operated at
a frequency of 137 – 138 MHz with a bandwidth range of 1 MHz. This type of
antenna is used as a NOAA weather satellite ground station. The design results are
simulated using 4NEC2 software to determine whether the design results are
appropriate or not with the desired conditions. The next stage is the manufacture
of antennas and the entire implementation of fabrication carried out in the Robotic
lab of Budi Luhur University with the main material of rg58 cable and PVC pipe as
a buffer. The performance of the Quadrifillar Helix antenna was observed by a
measurement of 2 times. The result of the first Quadrifillar Helix antenna
measurement obtained matching value at the frequency of 142 MHz. The resonant
frequency shift occurred as much as 5 MHz from the previous design is at a
frequency of 137 MHz. Results of the antenna measurement The second
quadrifillar Helix is found that the frequency shifting of the resonant frequency
antenna is influenced by the resulting balun, the more and more tightly the more
the meeting will result in a resonant frequency approaching the specified value at
the time of Design.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas
akhir yang berjudul “Rancang Bangun Antena Quadrifilar Helix Sebagai Ground
Station Satelit Cuaca NOAA15 dan NOAA19 dengan Perangkat Rtl-Sdr” ini disusun
untuk memenuhi persyaratan kurikulum sarjana strata-1 (S-1) pada Program Studi
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur. Atas semua bantuan yang
telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan
tugas akhir ini hingga selesai, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Nana Mulyana dan Ibu Nani Juarsih, selaku orang tua penulis yang
telah membesarkan dan mendidik, serta memberikan dukungan dan doa
kepada penulis.
2. Teh wulan yang sudah membiayai kuliah seluruh biaya perkuliahan selama
ini.
3. Bapak Drs. Suwasti Broto, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Dr. Ir. Nazori AZ, M.T. selaku dekan Fakultas Teknik, Universitas Budi
Luhur.
5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Teknik Elektro, Universitas
Budi Luhur, atas ilmu, bimbingan dan bantuannya hingga penulis selesai
menyusun tugas akhir ini.
6. Shofia Noor Assyifa yang yang selalu memberikan bantuan dan dukungan
untuk menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu, juga senantiasa
menemani kapanpun.
7. Seluruh anggota Mabel Squad yang sudah berjuang bersama dari awal
sampai akhir ini.
8. Rekan-rekan di Program Studi Teknik Elektro Universitas Budi Luhur.
9. Dan seluruh rekan – rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
sudah membantu dan mendoakan penulis sejauh ini.
10. Yang terakhir, terima kasih untuk diriku sendiri yang telah berhasil
bertahan sejauh ini. Kamu hebat dengan apapun yang telah kamu raih
selama 22 tahun di dunia. Teruslah hidup dan berbahagia!
vi
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini. Terakhir penulis berharap,
semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.
Hilman Mustofa
vii
DAFTAR ISI
viii
2.7 Software yang digunakan ................................................................. 18
2.7.1 Penggunaan software 4NEC2 ................................................... 18
2.7.2 Penggunaan software GPredict .................................................. 19
2.7.3 Penggunaan software WXtoImage ............................................. 19
2.8 MFJ-269 Antenna Analyzer ................................................................ 20
2.8.2 Teknik Tuning .......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
4.10 Tampilan penerimaan sinyal APT ..................................................... 43
4.11 (a) Citra satelit NOAA19 visible ........................................................ 44
4.11 (b) Citra satelit NOAA19 infrared ...................................................... 44
4.12 (a) Citra satelit NOAA19 visible ......................................................... 44
4.12 (b) Citra satelit NOAA19 infrared ...................................................... 44
4.13 Citra satelit NOAA15 pada 1 juli 2019 pukul 05.10 (UTC+7) ................ 45
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuat antena
quadrifilar helix yang berfungsi sebagai receiver / ground station dari satelit
cuaca NOAA15 maupun NOAA19.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, metode penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB V PENUTUP
Berisi hasil dan kesimpulan dari Tugas Akhir yang dilakukan.
BAB II
Dasar Teori
c. Astronomi Radio
Pada astronomi digunakan pula beamwidth yang sangat kecil untuk
mendapatkan data – data obyek diluar angkasa yang relative objektif.
8
penerima harus memiliki poarisasi yang sama dengan antena standar dan
selanjutnya diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya output (Pt) yang
maksimum. Apabila pada antena standar sudah diketahui gain maksimumnya,
maka dari pengukuran diatas gain maksimum antena yang dicari dapat dihitung
dengan :
Gt (dB) = Pt (dB) – Ps (dB) + Gs (dB)
(a) Pengukuran daya output yang diterima oleh antena standar (Ps)
(b) Pengukuran daya output yang diterima oleh antena yang dites(Pt)
dengan :
Bp = bandwidth dalam persen (%)
Br = bandwidth rasio
fu = jangkauan frekuensi atas (Hz)
fl = jangkauan frekuensi bawah (Hz)
Salah satu cara untuk menentukan bandwidth dapat dilakukan dengan
mengukur lebar rentang frekuensi dengan batasan -9,54 dB (Richard C. Johnson,
2007) pada grafik return loss .
Satelit aktif ditandai dengan label Green pada tabel 2.1 menandakan
semua instrumen pada satelit tersebut dalam keadaan baik. Sedangkan warna
merah menunjukkan keadaan satelit yang tidak digunakan atau mengalami
kerusakan.
15
2.4 Balun
Balun adalah alat yang digunakan untuk menyesuaikan impedansi
antara antena dengan kabel coaxial, balun digunakan juga untuk
menghubungkan antara feeder line yang unbalance misalnya kabel coaxial
dengan antena yang balance seperti antena dipole.
Balun dapat dipandang sebagai suatu transformator untuk link kopling
antara feeder line dengan antena. Ia terdiri atas gulungan kawat diatas ferrite
(batangan atau toroidal) atau dapat juga disebut sebagai inti udara. Balun
dengan inti ferrite, harus diperhatikan pemilihan jenis ferritenya.
16
2.5 SDR
SDR yang kepanjangannya adalah Software Defined Radio, adalah suatu
konsep yang dikembangkan di Amerika Serikat yang jika ditarik ke belakang akan
sampai ke sekitar tahun 70-an. SDR ini mudahnya adalah Perangkat Radio yang
terdiri dari Hardware yang sifatnya generik RF dan dikendalikan fungsinya
melalui software. Jika dahulu kita punya hardware yang berbeda untuk
mendengarkan Radio, menonton TV, komunikasi radio dll dengan konsep SDR
cukup dengan satu hardware tetapi dengan software yang memiliki kemampuan
menjadikannya seperti yang kita inginkan. (Tomar & Bhatia, 2015)
17
Sistem yang dirancang dalam tugas akhir ini meliputi proses perhitungan
teoritis dan proses fabrikasi antena. Gambaran sistem yang dirancang seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.1. Perancangan perangkat keras pada sistem terdiri
dari perancangan antena Quadrifillar Helix (QFH). Sedangkan perangkat lunak
menjelaskan tentang rancangan desain antena, sistem akuisisi data satelit cuaca
NOAA15, dan NOAA19, dan perhitungan parameter - parameter antena untuk
mendapatkan dimensi dan desain antena QFH yang akan dibuat.
Dalam perancangan antena QFH, ada beberapa langkah penting yang
akan dilakukan guna memperoleh sebuah antena yang sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan. Beberapa langkah tersebut diantaranya adalah :
1. Penentuan jenis dan spesifikasi antena serta material yang akan
digunakan.
2. Penentuan parameter satelit NOAA15 dan NOAA19.
3. Penentuan frekuensi kerja yang akan digunakan guna untuk
melakukan perhitungan dimensi antenna.
4. Perhitungan matematis antena quadrifillar helix.
5. Simulasi desain antenna yang dirancang dengan menggunakan
software 4NEC2, dengan cara melakukan perancangan dan simulasi
antena QFH berdasarkan perbedaan rasio ukurannya dan menganalisa
antena QFH dengan rasio ukuran berapa yang memiliki desain terbaik
dan sesuai dengan parameter antena dan parameter satelit cuaca
NOAA15 dan NOAA19.
6. Pengukuran parameter – parameter seperti pengukuran frekuensi keja
antena, return loss, vswr antena dilakukan dau kali. Pengukuran
parameter yang pertama dilakukan di ORARI Cujinti, Purwakarta
dengan menggunakan alat MFJ-269 Antenna Analyzer. Dan
pengukuran yang kedua dilakukan di LAB Radar dan Antena
Universitas Indonesia dengan menggunakan Rohdez & Schwan ZVL13
Antenna Analyzer.
Gambar 3.2 hasil perhitungan dimensi antena QFH dengan kalkulator JCOPPENS
Setelah mendapat hasil dari kalkulator JCOPPENS, selanjutnya adalah
melakukan simulasi desain menggunakan aplikasi 4NEC2 agar memudahkan
dalam proses pembuatan antena pada proses fabrikasi.
3. Membuka file dan mencari file output nec yang sudah dibuat sebelumnya
4. Setelah membuka file output nec, kemudian tekan F7 atau klik Run pada
aplikasi 4NEC2 untuk melihat hasil simulasi seperti pada gambar 3.3
(a) (b)
Gambar 3.6 (a) gambar skematik 3D tampak depan
(b) gambar skematik 3D tampak atas
29
pergeseran frekuensi yang sangat jauh jika dibandingkan dengan bandwidth yang
diinginkan yaitu hanya sebesar 1 MHz pada frekuensi 137 – 138 MHz.
Pergeseran frekuensi resonan ini disepengaruhi oleh kabel feeder,
terutama pada balun yang dibuat. Berikut adalah gambaran konfigurasi balun dari
pengukuran yang telah dilakukan.
Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa balun dibuat 5 lilitan dan dibuat
rapat tanpa memiliki space antar lilitannya, dan ketika diukur dengan alat
didapatkan hasil bahwa antena resonan pada frekueni 135,9700 MHz seperti
dtunjukkan pada gambar 4.3.
Setelah beberapa kali melakukan pengukuran untuk memastikan
hasilnya, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Helix pada antena tidak mempengaruhi frekuensi resonan, hanya
mempengaruhi dalam pembentukan pola radiasi.
2. Yang mempengaruhi nilai frekuensi resonan adalah feeder cable yang
menghubungkan antena ke konektor output.
3. Pengaruh terbesar yang mempengaruhi frekuensi resonan pada feeder
output terletak pada yang dibuat.
4. Semakin banyak dan semakin rapat yang balun dibuat, maka frekuensi
akan semakin baik atau semakin mendekati frekuensi resonan yang
diinginkan begitupun sebaliknya.
Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran terkait dengan beamwidth
walaupun itu merupakan besaran yang sangat penting karena merupakan
gambaran praktis dari kinerja sebuah antenna. Pengukuran ini tidak dilakukan
karena keterbatasan alat ukur.
SdSharp dan WXtoImg. Diagram blok akuisisi data satelit cuaca NOAA15 dan
NOAA19 ditunjukkan pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Diagram blok akuisi data satelit cuaca NOAA15 dan NOAA19
Gambar 4.7 merupakan gambar diagram blok proses akuisisi data dari
satelit. Antena QFH menerima sinyal APT yang sangat lemah dari satelit.
Perhitungan desain antena dilakukan dengan menggunakan kalkulator QFH dan
proses simulasi desainnya dilakukan dengan aplikasi 4NEC2. Antena yang
dirancang (Gambar 3.6) adalah antena QFH dengan ½ rotasi, panjang gelombang
1 lambda, dan frekuensi kerja 137,5 MHz. Untuk menghubungkan antena QFH dan
RTL-SDR diperlukan beberapa konektor adaptor. Karena perangkat RTL-SDR yang
digunakan memiliki konektor MCX, antena menggunakan konektor UHF PL-289 dan
terhubung ke langsung ke RTL- SDR menggunakan konektor UHF PL-289 to MCX.
Keterangan pada diagram blok diagram proses akuisisi data satelit cuaca
NOAA15 dan NOAA19 sebagai berikut:
1. Satelit cuaca yang akan diakuisisi datanya yaitu satelit cuaca NOAA15 dan
NOAA19
2. Sensor: Sensor disini berupa antena QFH yang akan dibuat yang difungsikan
sebagai receiver dari satelit cuaca NOAA15 dan NOAA19
3. DAQ (Data Acquistion) : Proses untuk mengumpulkan data atau informasi yang
akan digunakan sebagai bahan analisa. DAQ disini berupa LNA (Low Noise
Amplifier) yang berfungsi sebagai penguat sinyal dari antena QFH, dan pada
penelitian ini pemanfaatannya diubah menggunakan balun. Dan SDR (Software
Define Radio) adalah konsep komunikasi RF untuk yang dilakukan dengan
firmware dengan pemrosesan sinyal yang dilakukan dengan hardware. LNA dan
SDR ini adalah modul hardware yang menghubungkan antena QFH dengan
Personal Computer (PC).
4. Komputer: Pada komputer ini dilakukan proses komunikasi data yang
sebenarnya. Data citra satelit didapatkan dalam bentuk sinyal APT yang
diterima oleh antenna dengan bantuan modul SDR sebagai modul penghubung
antara antenna den gan PC. Sinyal APT dari SDR diterima oleh Sound Virtual
Card dan SOX (small command-line sound utility) karena sinyal APT ini berupa
sinyal analog dalam bentuk gelombang suara. Untuk merecord dan
mendekoding data sinyal APTnya digunakan software sdsharp. Karena sinyal
APT berupa gelombang suara, maka diperlukan software untuk
42
merah. Pada sumbu Y menunjukkan besarnya kuat sinyal suara yang diterima
melalui soundcard dalam satuan dB. Sinyal yang dihasilkan kemudian diproses
dalam aplikasi Wxtoimg untuk dilakukannya proses demodulasi AM dan decoding
untuk mengubahnya ke dalam bentuk citra.
Pada proses pengujian penerimaan sinyal APT ini dilakukan pada dua
lokasi yang berbeda. Lokasi pertama di rooftop unit 7 Univeritas Budi Luhur dan
lokasi kedua dilakukan didalem ruangan tertutup yaitu di Lab Robotic Universitas
Budi Luhur. Gambar 4.11 menunjukkan pengambilan sampel data gambar satelit
NOAA 19 secara real time pada 30 juni 2019, pada 18:23:15 (UTC+7). Satelit lewat
dari selatan ke utara dengan sudut ketinggian maksimum 56 ° ke arah barat. Durasi
rekaman berlangsung selama 10 menit dan 15 detik hingga 18:33:30 (UTC+7).
(a) (b)
Gambar 4.11 (a) citra satelit NOAA19 visible (b) citra satelit NOAA19 infrared
Gambar 4.12 menunjukkan pengambilan sampel data gambar satelit
NOAA 19 secara real time pada 15 juli 2019, pada 16:00:15 (UTC+7) di rooftop
unit 7 Universitas Budi Luhur. Satelit lewat dari selatan ke utara dengan sudut
ketinggian maksimum 68° ke arah barat. Durasi rekaman berlangsung selama 11
menit dan 05 detik hingga 16:11:20 (UTC+7).
(a) (b)
Gambar 4.12 (a) citra satelit cuaca NOAA15 visible (b) citra satelit NOAA15
45
Gambar 4.13 citra satelit NOAA15 pada 1 juli 2019 pukul 05.10 (UTC+7)
Pada gambar 4.13 terlihat data citra satelit cuacanya hanya berupa noise,
hal ini disebabkan karena pada saat pengujian dilakukan di dalam ruangan
tertutup, dan juga ada efek keterlambatan propagasi dan pergeseran frekuensi,
yang dipengaruhi oleh lapisan ionosfer yang dalam kondisi mendung dan terlepasnya
wiring pada sambungan kabel penyangga dengan kabel yang terhubung dengan
RTL-SDR.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembuatan antena dan analisa pada Antena Quadrifilar
Helix sebagai Ground Station Satelit Cuaca NOAA15 dan NOAA19 dengan
Perangkat RTL-SDR, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil simulasi, desain antena qfh yang paling ideal adalah
antena qfh dengan rasio diameter 0.5 m dengan frekuensi pusat 137,5
MHZ dan panjang gelombang 1 lambda.
2. Pada frekuensi kerja 137,5 MHz diperoleh resistansi 44 Ω, reaktansi 11
Ω, impedansi 43,354 Ω, VSWR 1,3 dan return loss 17,563 dB.
3. Pada pegukuran parameter antena yang pertama, antena resonan pada
frekuensi 142 MHz, terjadi pergeseran frekuensi pada saat pengukuran
dengan hasil simulasi yang telah dilakukan.
4. Pergeseran frekuensi resonan dipengaruhi oleh balun yang dibuat,
semakin banyak dan semakin rapat lilitannya akan menghasilkan
frekuensi resonan mendekati nilai yang ditentukan pada saat
perancangan.
5. Antena dengan 4 balun yang renggang resonan pada frekuensi 145.920
MHz. Dan antena dengan 5 balun yang rapat resonan pada frekuensi
135.970 MHz.
6. Offset frekuensi pada SDR yang digunakan pada penelitian ini adalah
± 150 PPM (part per million) offset atau setara dengan 0,015% dari
frekuensi yang dipakai. Hal ini dikarenakan osilator kristal bawaan dari
SDR berkualitas rendah.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran, antara lain
adalah :
1. Dalam rancang bangun antena harus dilakukan pengukuran beamwidth
secara fisis dengan alat ukur tidak hanya dengan hasil simulasi saja,
karena beamwidth merupakan besaran vital dalam perancangan antena
karena beamwidth merupakan gambaran praktis dari kinerja sebuah
antena.
2. Pada saat melakukan pengukuran harus di tempat yang bebas dari
interfensi gelombang radio frekuensi lainnya, untuk mendapatkan hasil
akurat.
3. Pemilihan bahan dalam pembuatan antena harus dipertimbangkan
dengan matang, terutama kabel. Karena sangat berpengaruh terhadap
impedansi antenanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardizzone, E. et al. (2018) ‘A Low Cost Solution for NOAA Remote Sensing’,
(Diid), pp. 128–134. doi: 10.5220/0006639101280134.
Tomar, V. S. and Bhatia, V. (2015) ‘Low Cost and Power Software Defined
Radio Using Raspberry Pi for Disaster Effected Regions’, Procedia Computer
Science, 58, pp. 401–407. doi: 10.1016/j.procs.2015.08.047.
Wiryadinata, R. et al. (2018) ‘Image Data Acquisition for NOAA 18 and NOAA
19 Weather Satellites Using QFH Antenna and’, 02002, pp. 1–8. doi:
10.1051/matecconf/201821802002.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
FOTO ALAT
Foto antenna QFH yang dirancang