Anda di halaman 1dari 20

PERBANDINGAN SISTEM KOMUNIKASI SUARA

DENGAN DATA DALAM PENERBANGAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang berkenan melimpahkan Berkah
dan Hidayahnya sehingga penulis dapat membuat paper ini dengan baik.

Masa depan bangsa ini ada ditangan kita semua. Untuk membangun negeri,
dibutuhkan generasi yang berprestasi. Kunci menjadi mahasiswa berprestasi adalah rajin
belajar dan berdoa.

Paper ini dibuat agar semua orang mengetahui bagaimana perbandingan sistem
komunikasi suara dengan sistem komunikasi data dalam penerbangan. Untuk itu, penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang yang telah membimbing
penulis untuk menyelesaikan paper ini, khususnya kepada dosen yang bersangkutan yang
telah memberi penulis tugas untuk membuat paper ini sehingga penulis dapat mengetahui
sistem komunikasi suara dan sistem komunikasi data dalam penerbangan. Penulis juga
ingin berterima-kasih kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan paper ini,
baik itu berupa bantuan material maupun bantuan non material, sehingga paper ini dapat
diterima oleh dosen yang bersangkutan.

Sebagai mahasiswa, penulis telah berusaha dengan segala kekurangan serta


pengalaman yang dimiliki untuk menyelesaikan paper ini. Penulis menyadari paper ini
jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik penulis harapkan untuk menjadikan paper
ini lebih baik lagi. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.

Malang, April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman rtthh
Halaman Judul ........................................................................................................................ i
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
Daftar Tabel .......................................................................................................................... iv
Daftar Gambar ....................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 2
2.1 Telekomunikasi ............................................................................................................. 2
2.1.1 Komponen dan Sistem Telekomunikasi................................................................. 2
2.1.2 Peran Telekomunikasi Pada Siaran Radio ............................................................. 3
2.2 AM (Amplitudo Modulation) ........................................................................................ 4
2.2.1 Analisa Gelombang AM ........................................................................................ 4
2.2.2 Indeks AM .............................................................................................................. 6
2.2.3 Frekuensi dan Tegangan Pada Gelombang AM ..................................................... 6
2.2.4 Distribusi Daya Pada Gelombang AM ................................................................... 7
2.2.5 Single Sideband ...................................................................................................... 8
2.2.6 Double Sideband .................................................................................................... 9
2.3 AM Broadcast Radio (Peniyaran Radio Berbasis Modulasi Amplitudo) ................... 11
2.3.1 Karakteristik Penyebaran Gelombang Radio ....................................................... 11
2.3.2 Sistem Siaran Radio Dengan Modulasi Amplitudo ............................................. 14
2.3.3 Regulasi Penyiaran Radio AM di Indonesia ........................................................ 17
BAB III KESIMPULAN...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 22

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Spektrum Frekuensi ............................................................................ 17


Tabel 2.2. Perbandingan berdasarkan aspek sistem perawatan ...................................... 18
Tabel 2.3. Perbandingan berdasarkan aspek sistem operasional .................................... 18
Tabel 2.4. Perbandingan berdasarkan aspek sistem peralatan ....................................... 18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komunikasi darat ke udara ............................................................................. 2


Gambar 2.2. Sifat Pancaran Radio VHF (Line of Sight) ..................................................... 4
Gambar 2.3. Sifat Pancaran Radio HF ............................................................................... 5

v
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mata kuliah telekomunikasi kita telah mempelajari berbagai materi yang
berhubungan dengan informasi dan komunikasi yang selalu mengalami perkembangan
terus-menerus. Salah satu materi yang kita pelajari dalam mata kuliah telekomunikasi
yaitu tentang sistem komunikasi, dimana sistem komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu
sistem komunikasi suara dan data. Sistem komunikasi digunakan disemua bidang yang
membutuhkan adanya interaksi dan komunikasi antar manusia, baik jarak dekat maupun
jarak jauh, salah satunya dalam bidang transportasi. Pada kesempatan kali ini, penulis
mengambil contoh sistem komunikasi dalam bidang transportasi udara. Pada bidang
transportasi udara, sistem komunikasi digunakan sebagai sarana komunikasi antara
petugas di darat dengan pilot atau sesama petugas di darat. Dari hal tersebut, penulis
ingin membandingkan sistem komunikasi suara dengan sistem komunikasi data sebagai
tolak ukur untuk menentukan sistem komunikasi mana yang lebih menguntungkan untuk
digunakan sebagai sistem komunikasi transportasi udara. Dengan adanya paper ini,
diharapkan dapat membandingkan sistem komunikasi suara dengan sistem komunikasi
data dengan benar dalam bidang transportasi udara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem komunikasi suara dalam penerbangan?


2. Bagaimana sistem komunikasi data dalam penerbangan?
3. Bagaimana perbandingan sistem komunikasi suara dengan data dalam penerbangan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui sistem komunikasi radio dalam penerbangan.


2. Mengetahui sistem komunikasi internal pada pesawat.
3. Mengetahui sistem komunikasi eksternal pada pesawat.

1
1.4 Manfaat

1. Paper ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang sistem
komunikasi dalam dunia penerbangan.
2. Paper ini dapat menjadi bahan referensi bagi pihak lain yang akan membahas materi
atau melakukan penelitian yang berhubungan dengan sistem komunikasi dalam dunia
penerbangan.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Komunikasi Radio

Komunikasi dengan menggunakan gelombang radio merupakan pengiriman


informasi lewat udara, dalam hal ini memungkinkan diadakannya komunikasi jarak jauh.
Ini berkaitan dengan komunikasi penerbangan yang pada dasarnya berfungsi mengatur
dan melaksanakan pengawasan keselamatan lalu lintas.

Gelombang radio dikelompokkan menurut rentang frekuensinya. Berikut tabel


spektrum frekuensi gelombang radio.

Tabel 2.1. Tabel Spektrum Frekuensi

Pita Frekuensi Rentang Frekuensi

Very Low Frequency (VLF) Kurang dari 30 KHz

Low Frequency (LF) 30 KHz s/d 300 KHz

Medium Frequency (MF) 300 KHz s/d 3 MHz

High Frequency (HF) 3 MHz s/d 30 MHz

Very High Frequency (VHF) 30 MHz s/d 300 MHz

Ultra High Frequency (UHF) 300 MHz s/d 3 GHz

Super High Frequency (SHF) 3 GHz s/d 30 GHz

Extreemly High Frequency (EHF) Lebih dari 30 GHz


Sumber: http://adit-tkjb.blogspot.co.id

Gelombang radio dari antena terbagi dalam tiga jenis gelombang yang meliputi:

 Gelombang tanah, yang menjalar sepanjang permukaan bumi.


 Gelombang langit, yang terpancar ke udara dan dipantulkan ke arah bumi oleh lapisan
ionosfer (layer).

18
 Gelombang angkasa, yang menjalar lurus seperti gelombang cahaya.

Gelombang VLF, LF, dan MF cenderung merambat sebagai gelombang tanah.


Sedangkan gelombang HF penjalarannya sebagai gelombang langit. Sementara itu,
gelombang radio diatas 30 MHz hanya merambat sebagai gelombang angkasa, sehingga
komunikasi radio pada daerah gelombang tersebut hanya bisa terjadi dalam keadaan Line
of Sight (LOS), yaitu antara antena pemancar dan penerima harus saling melihat.

Hampir sebagian besar sistem komunikasi beroperasi dengan cara half duplex
atau full duplex. Dalam sistem komunikasi half duplex, komunikasi terjadi secara bolak-
balik tetapi bergantian. Disini, pada satu saat hanya terjadi komunikasi dalam satu arah
saja, misalnya komunikasi menggunakan HT, radio broadcast, TV broadcast. Sementara
itu, dalam sistem komunikasi full duplex komunikasi terjadi secara bolak balik dimana
pada saat yang sama dapat terjadi komunikasi dua arah misalnya komunikasi telepon.

Pemakaian frekuensi HF di dalam sistem komunikasi terbatas antara 3 MHz – 30


MHz. Frekuensi ini banyak dipakai untuk hubungan komunikasi jarak jauh, khususnya
dengan menggunakan sistem SSB (Single Side Band). Gelombang radio HF merambat
melalui udara dan kemudian dipantulkan kembali ke bumi oleh lapisan udara yang
bernama ionosfer.

Frekuensi Radio VHF berkisar antara 30 MHz-300MHz. Sistem komunikasi radio


VHF adalah simplex artinya komunikasi dengan stasiun lawan secara bergantian, hal ini
dikarenakan frekuensi radio pemancar dan frekuensi radio penerima sama. Dengan
demikian, jika ada 2 (dua) atau lebih yang memancar dan diterima oleh radio penerima
akan didengar signal yang tidak jelas atau yang disebut saling menghilangkan.

Dalam prakteknya, penggunaan radio VHF dalam sistem komunikasi didasarkan


pada:

1. Ditinjau dari segi ekonomi, yaitu bahwa daya yang dipergunakan oleh perangkat
komunikasi penerbangan yang menggunakan radio VHF tidak begitu besar.
2. Sifat dari pancaran frekuensi tersebut tidak dipantulkan oleh lapisan ionosfer di udara,
oleh karena itu hubungannya bersifat line of sight.

18
3. Kualitas suaranya lebih bersih karena tidak mudah terpengaruh gangguan cuaca dan
bentuk fisik sistem antena kompak dan kecil, dimana hal ini sangat cocok untuk
pesawat udara.

Pada umumnya, komunikasi data berhubungan dengan informasi yang disajikan


oleh isyarat digital biner. Dalam komunikasi data terjadi transmisi data yang berarti
pengiriman data antara dua buah komputer, atau antara sebuah komputer dengan
terminal.

Dalam sistem komputer, karakter-karakter disajikan dalam bentuk data yang


terdiri dari sederetan angka biner (bit). Setiap bit hanya bernilai biner 1 atau biner 0.
Pemindahan, penyimpanan, dan pengolahan data di dalam komputer atau mikroprosesor
dapat dikerjakan berdasarkan operasi 8-bit, 16-bit, ataupun 32-bit tergantung jenis
komputer yang digunakan. Setiap 8-bit disebut byte.

Cara pengiriman data, dapat dilakukan secara seri maupun paralel. Pada cara
pengiriman paralel, bit-bit yang membentuk karakter dikirimkan secara serempak
melalui sejumlah penghantar yang terpisah. Dalam proses pengiriman, diperlukan proses
handshaking untuk mengakomodasi ketepatan waktu pengiriman antara komputer dan
terminal atau periferal. Secara umum, beberapa bentuk handshaking diperlukan karena
komputer dan terminal mungkin beroperasi pada kecepatan yang berbeda. Biasanya jalur
handshaking ditambahkan untuk mengendalikan waktu yang tepat untuk pengiriman
data.

Pengiriman seri biasanya digunakan untuk sambungan dengan jarak relatif lebih
jauh. Pada pengiriman seri, bit-bit data dikirimkan secara satu per satu. Karena bit-bit
dikirimkan secara berurutan dan tidak serempak, kecepatan pemindahan data lebih
rendah dibandingkan pengiriman secara paralel. Pengiriman dimulai dari LSB dan
diakhiri dengan MSB. Setiap karakter yang dikirimkan, disajikan dengan urutan bit
tertentu sesuai dengan sandi yang digunakan. Penerima harus mencacah isyarat data yang
sama pada waktu yang tepat sebelum membentuk kembali karakter yang diterima.

Dalam komunikasi, dikenal istilah kecepatan pengiriman data dengan satuan


bit/detik (bps). Pada kecepatan yang lebih tinggi, beberapa periode bit seringkali terlalu
banyak memuati jalur dan menghasilkan kondisi dimana isyarat yang diterima
menyebabkan timbulnya kesalahan pada proses pemulihan isyarat data. Karakter-

18
karakter yang dikirimkan melalui kanal komunikasi dari satu titik ke titik berikutnya.
Karakter-karakter tidak dapat dikirimkan secara langsung apa adanya, tetapi harus
disandikan lebih dulu dengan sandi yang telah dikenal. Salah satu sandi yang ada yaitu
sandi ASCII.

Pada tingkat internasional, komunikasi data mengalami persoalan dengan


timbulnya standar yang tidak sesuai antara yang satu dengan yang lain. Pada awalnya,
standar ditentukan oleh pabrik pembuatnya. Pada saat ini, hampir semua aspek
komunikasi data ditangani oleh standar internasional yang berdasarkan rekomendasi dari
ITU-T. Untuk komunikasi data yang meliputi jaringan telepon dinyatakan dengan seri V,
dan termasuk spesifikasi untuk modem, interface, peralatan test, dan kualitas jalur.

2.2. Sistem Komunikasi Dalam Penerbangan

Terdapat dua macam komunikasi dalam penerbangan, yaitu komunikasi suara dan
komunikasi data.

2.2.1. Sistem Komunikasi Suara

Sistem komunikasi dalam pemanduan lalu lintas udara ada dua macam,
yaitu: sistem komunikasi ground to ground, dan sistem komunikasi penerbangan
air to ground. Sistem komunikasi darat ke darat (ground to ground) digunakan
oleh petugas ATC (Air Traffic Controller) dengan pilot pada saat pesawat
melakukan pergerakan di darat dan komunikasi yang dilakukan antara satu bandara
dengan bandara lainnya. Demi keselamatan, setiap pergerakan-pergerakan pesawat
udara di darat, di apron maupun taxiway yang dilakukan oleh pilot di bawah
perintah ATC dari menara pengawas. Oleh sebab itu, diperlukan peralatan agar
dapat dilakukan komunikasi antara ATC dengan pilot.

Sistem komunikasi udara ke darat (air to ground) merupakan komunikasi


petugas ATC dengan pilot pada saat pesawat sedang melakukan penerbangan.
Sebagaimana sistem komunikasi darat ke darat, sistem komunikasi udara ke darat
memerlukan peralatan agar dapat dilakukan komunikasi antara ATC dengan pilot.

Kedua macam sistem komunikasi tersebut menggunakan frekuensi HF


(High Frequency) dengan pita kanal 3 MHz – 30 MHz dan VHF (Very High
Frequency) dengan pita kanal 118 MHz – 134 MHz. Perbedaan penggunaan kedua

18
jenis frekuensi di atas terdapat pada fungsi pelayanan komunikasi dengan pesawat
udara yang berada pada jarak-jarak tertentu dari bandara. Penggunaan frekuensi
VHF hanya untuk radius yang dekat dengan bandara dan penggunaannya bertujuan
untuk membantu kelancaran serta keselamatan penerbangan. Penggunaan kedua
pita frekuensi tersebut sesuai dengan ketentuan Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional atau ICAO (International Civil Aviation Organization).

Gambar 2.1. Komunikasi darat ke udara (Sumber: stpicurug.ac.id)

2.2.1.1. VHF (Very High Frequency)

Sebagaimana diketahui bahwa batas penggunaan frekuensi VHF


untuk komunikasi penerbangan adalah 118 MHz – 134 MHz. Penggunaan
sistem komunikasi dengan frekuensi ini tidak terlalu jauh jangkauannya.
Untuk dapat dilakukan hubungan komunikasi dalam sistem ini
mempunyai syarat bahwa antara pemancar dan penerima harus saling
melihat (line of sight), dikatakan demikian karena sifat pemancaran dari
VHF tidak terpantulkan oleh lapisan ionosfer melainkan akan diteruskan
(langsung).

18
Gambar 2.2. Sifat Pancaran Radio VHF (Line of Sight) (Sumber: stpicurug.ac.id)
Keterangan: Pesawat A: Dapat berkomunikasi karena pada daerah line of sight;
Pesawat B: Tidak dapat berkomunikasi.

Penggunaan frekuensi VHF dalam sistem komunikasi penerbangan


harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh ICAO yaitu suatu badan
yang menyelenggarakan segala hal yang berhubungan dengan
keselamatan penerbangan sipil internasional, termasuk mengatur batas
frekuensi yang harus digunakan pada sistem komunikasi penerbangan di
dunia.

Standar-standar yang ditetapkan oleh ICAO untuk peralatan


pemancar, sebagaimana tercantum dalam ICAO document diantaranya
adalah:

1. Modulasi dalam sistem komunikasi penerbangan adalah AM.


2. Antena bersifat vertical polarisation.
3. Band frekuensi berkisar antara 117,95 MHz – 136 MHz.

Tujuan dari penempatan hal-hal tersebut di atas adalah dengan


pemilihan bentuk modulasi AM untuk komunikasi dengan pesawat
terbang, maka proses penerimaan sinyal frekuensi yang pada umumnya
berupa sinyal audio (suara manusia) akan tetap stabil meskipun sasaran
dalam keadaan bergerak karena signal pemodulasinya tidak terhalang oleh
distorsi yang terjadi. Sedangkan penggunaan antena yang bersifat vertical
polarisation pada pemancar maupun penerima adalah untuk lebih
memudahkan memancarkan dan menerima sinyal terhadap objek yang
berbeda di udara, kemudian agar terjadi keseragaman hubungan

18
komunikasi penerbangan internasional maka direkomendasikan batas-
batas penggunaan frekuensi penerbangan oleh ICAO yaitu antara 117,95
MHz – 136 MHz.

Dipilihnya penggunaan frekuensi VHF dalam sistem komunikasi


penerbangan karena frekuensi ini memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Karena sifat dari pancarannya tidak dipantulkan oleh ionosfer, maka


digunakan hanya untuk mendeteksi pesawat yang berbeda di atas
horizon bumi. Untuk itu, tidak diperlukan daya pancar yang besar.
2. Komunikasi radio dengan menggunakan frekuensi VHF tidak
terganggu oleh keadaan cuaca.
3. Penggunaan antena yang sederhana dan sesuai dengan kebutuhan, tidak
memakan biaya dan tempat yang cukup besar.
4. Dengan frekuensi VHF maka interferensi yang terjadi di stasiun-stasiun
dapat ditekan sekecil mungkin.
5. Noise yang timbul lebih kecil dibandingkan komunikasi HF.

2.2.1.2. HF (High Frequency)

Frekuensi HF (High Frequency) digunakan apabila komunikasi


pesawat dengan bandara sudah tidak terjangkau lagi dengan frekuensi
VHF (Very High Frequency). Dalam hal ini, daya yang digunakan untuk
frekuensi HF lebih besar daripada daya yang dipancarkan oleh peralatan
komunikasi yang menggunakan frekuensi VHF.

Sebagai contoh, penggunaan radio HF di bandara Soekarno-Hatta


adalah sebagai sarana komunikasi untuk mendukung kegiatan FSS-1
(Flight Service Station 1) atau M-WARA (Major World Air Route Area)
dengan daya pancar 5 kW dan FSS-2 (Flight Service Station 2) atau R-
DARA (Regional Domestic Air Route Area) dengan daya pancar 1 kW.

Sifat dari HF ini dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer sehingga


jangkauannya sangat jauh. Kelemahan penggunaan frekuensi ini sangat
tergantung pada keadaan cuaca, mutu suaranya yang tidak begitu bersih,

18
dan adanya fading pada penerima yaitu terjadinya variasi kekuatan sinyal
selama sinyal diterima.

Gambar 2.3. Sifat Pancaran Radio HF (Sumber: http://www.key2study.com)

Dengan demikian jelas bahwa tujuan dilakukannya hubungan komunikasi


antara bandara dan pesawat udara adalah untuk menjaga keselamatan penerbangan
bagi pesawat yang sedang ditangani terhadap pesawat-pesawat lainnya yang berada
di jalur penerbangan tersebut dan mengatur pergerakan serta letak-letak pesawat di
bandar udara.

Semua keperluan dari pesawat terbang, yang berhubungan dengan


keselamatan antara lain adalah izin untuk landing, take off, penentuan tempat
parkir pesawat, dan pemberian informasi seperti over flying dimana untuk
melakukan kegiatan tersebut digunakan frekuensi-frekuensi yang berlainan.

2.2.2. Sistem Komunikasi Data

Pada era CNS/ATM terjadi perubahan besar dalam hal komunikasi utama
yaitu dari komunikasi suara menjadi komunikasi data (datalink). Datalink akan
digunakan untuk menangani berita-berita yang rutin dan non decision, sehingga
akan meningkatkan efisiensi, memperkecil kesalahan, dan meningkatkan
realibilitas komunikasi. Selain itu juga memungkinkan penggunaan peralatan
dengan teknologi modern.

Dengan komunikasi data dapat dimungkinkan hubungan langsung antara


sistem (komputer) di darat dan sistem (komputer) di pesawat. Sementara itu,
pertukaran data secara digital akan menunjang otomatisasi sistem, baik di darat

18
maupun di pesawat terbang. Komunikasi suara masih akan digunakan sebagai
komunikasi non rutin (cadangan) dan dalam situasi darurat. Namun suara disini
tidak lagi berupa sinyal analog melainkan bentuk sinyal digital.

Media komunikasi yang akan digunakan sebagai datalink adalah: VHF


digital link, HF datalink, AMSS (Aeronautical Mobile Satelite Service). Media
komunikasi tersebut dengan sistem di darat akan diintegrasikan dalam suatu
jaringan yang disebut Aeronautical Telecommunication Network (ATN). Dengan
ATN diharapkan pelayanan komunikasi penerbangan menjadi bersifat global dan
seamless.

2.3. Perbandingan Sistem Komunikasi Suara dengan Komunikasi Data

Uraian tentang perbandingan antara sistem komunikasi suara dengan komunikasi


data dilakukan berdasarkan aspek-aspek pembandingnya meliputi: sistem perawatan,
sistem operasional, dan sistem peralatan. Ditinjau dari aspek perawatan dari kedua sistem
komunikasi tersebut, dihasilkan perbandingan sebagai berikut:

Tabel 2.2. Perbandingan berdasarkan aspek sistem perawatan


Komunikasi Suara Komunikasi Data
 Membutuhkan banyak teknisi untuk  Kebutuhan tenaga teknisi relatif sedikit
merawat berbagai macam peralatan. karena tidak banyak macam peralatan.
 Perlu spesialisasi bagi teknisi yang  Teknisi tidak perlu spesialisasi karena
merawat masing-masing peralatan. hanya ada satu peralatan saja.
 Sistem pemantauan operasi peralatan  Sistem pemantauan operasi peralatan
lebih kompleks. lebih sederhana.
 Memerlukan area untuk penempatan  Kebutuhan area untuk penempatan
peralatan stasiun pemancar yang luas. peralatan lebih sempit.
(Sumber: stpicurug.ac.id)

Tabel 2.3. Perbandingan berdasarkan aspek sistem operasional


Komunikasi Suara Komunikasi Data
 Menggunakan sistem komunikasi HF  Menggunakan sistem komunikasi
dan VHF. satelit.
 Dipengaruhi oleh lapisan ionosfer dan  Tidak dipengaruhi oleh lapisan
LOS. ionosfer dan LOS.

18
 Jangkauan terbatas.  Jangkauan luas (global).
 Banyak kendala jika diterapkan pada  Untuk daerah oceanic tidak
daerah oceanic. mengalami kendala.
 Kemungkinan salah dalam  Kemungkinan salah komunikasi
berkomunikasi karena adanya sangat kecil, karena tidak dipengaruhi
perbedaan dialek. oleh dialek.
 Selama penerbangan, pilot banyak  Selama penerbangan, pilot tidak
berbicara dengan petugas ATC. banyak berbicara (soundless).
(Sumber: stpicurug.ac.id)

Tabel 2.4. Perbandingan berdasarkan aspek sistem peralatan


Komunikasi Suara Komunikasi Data
 Tiap jenis komunikasi memerlukan  Seluruh sistem komunikasi
seperangkat peralatan sehingga diintegrasikan dalam satu peralatan,
dengan banyak sistem (VHF dan HF yaitu GPS receiver yang telah
serta cadangannya) memerlukan dilengkapi dengan sistem FMS
banyak stasiun pemancar darat. (Flight Management Sistem).
 Untuk menambah jangkauan  Dengan penggunaan sistem
komunikasi memerlukan stasiun komunikasi satelit, jangkauan
pemancar pengulang (repeater). komunikasi tidak bermasalah.
 Dibutuhkan daya yang besar untuk  Hanya membutuhkan beberapa
mengoperasikan tiap peralatan. stasiun bumi.
 Lebih banyak menggunakan sistem  Seluruh sistem menggunakan
analog. teknologi digital.
(Sumber: stpicurug.ac.id)

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sistem komunikasi penerbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu sistem


komunikasi suara dan sistem komunikasi data. Pada sistem komunikasi suara jenis
frekuensi yang digunakan adalah HF dan VHF, dimana VHF lebih tahan noise
dibandingkan dengan HF. Tetapi Jangkauan VHF lebih sempit dibandingkan dengan HF,
karena sifat dari frekuensi HF dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer sehingga
jangkauannya sangat jauh. Berbeda dengan sistem komukasi suara, sistem komunikasi
data dikembangkan sebagai usaha untuk mengurangi kemungkinan kesalahan yang dapat
terjadi pada komunikasi suara. Namun, pesawat tetap dilengkapi dengan peralatan
komunikasi suara sebagai cadangan saat terjadi keadaan darurat. Perbandingan sistem
komunikasi suara dengan sistem komunikasi data dalam penerbangan diantaranya yaitu:

1. Sistem komunikasi suara menggunakan komunikasi VHF dan HF yang dipengaruhi


oleh ionosfer dan LOS. Sedangkan, sistem komunikasi data menggunakan komunikasi
satelit, sehingga tidak dipengaruhi oleh ionosfer dan LOS.
2. Dalam sistem komunikasi suara kemungkinan besar terjadi kesalahan komunikasi
akibat dialek. Sedangkan, sistem komunikasi data kemungkinan kesalahan tersebut
kecil sekali.

3.2. Saran

Sangat diperlukan sekali kesabaran, ketekunan, ketelatenan, dan kerja keras untuk
mempelajari sistem komunikasi suara dan sistem komunikasi data dalam penerbangan.
Hal ini dikarenakan sulitnya mencari referensi yang membahas materi tersebut secara
jelas dan lengkap. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja keras dan kesabaran untuk mencari
referensi dan harus selalu ingat (beriman) kepada Allah karena kita hanyalah manusia
biasa yang tanpa bantuannya tidak dapat berbuat apa-apa.

21
DAFTAR PUSTAKA

Margono, Totok Warsito. 2018. Perbandingan sistem komunikasi suara dengan data dalam
pemanduan lalu lintas udara. Jurnal ilmiah langit biru, 2, 23 – 32.
Koswara, Rudi. “HF (High Frequency Communcation)”. 7 Maret 2018.
http://myelectronicnote.blogspot.co.id/2017/03/hf-high-frequency-communication.html.
Koswara, Rudi. “VHF (Very High Frequency Communcation)”. 7 Maret 2018.
http://myelectronicnote.blogspot.co.id/2017/03/vhf-very-high-frequency-
communication.html.
Bahar, Abdullah. “HF dan VHF pada pesawat udara”. 7 Maret 2018.
https://abdullahbahar.wordpress.com/2012/09/18/hf-dan-vhf-pada-pesawat-udara-2/.

20

Anda mungkin juga menyukai