Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. (Dwi Maryanti
dkk,2011)

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat
hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat
menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak.
Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras, dan
keterlambatan tumbuh-kembang. (YBP-SP,2006)

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya.
Ancaman jiwa berupa kematian tidak dapat diduga secara pasti walaupun dengan
bantuan alat-alat medis modern sekalipun sering kali memberika gambaran berbeda
terhadap kondisi bayi saat lahir. (YBP-SP,2006)

Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis memiliki kemampuan
dan keterampilan standart, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang dapat
dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan sebagai
profesional ahli. (YBP-SP,2006)

Salah satu penyebab kegawatdaruratan pada bayi baru lahir adalah sebagai
berikut :

1. BBLR
2. Asfiksia
3. Prematur
4. Hipotermi

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengkajian kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus
2. Diagnosa kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus
3. Penatalaksanaan asuhan kegawatdaruratan pada kasus :
a. Asfiksia
b. BBLR
c. Prematur
d. Hipotermi
4. Pendokumentasian asuhan kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan
metoda SOAP

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengkajian kegawatdaruran pada BBL dan
neonatus
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui diagnosa kegawatdaruratan pada BBL dan
neonatus
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan asuhan kegawatdaruratan
pada kasus :

a. Asfiksia
b. BBLR
c. Prematur
d. Hipotermi
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui pendokumentasian asuhan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal dengan metoda SOAP

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengkajian Kegawatdaruran Pada BBL dan Neonatus

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat di terapkan dengan


metode SOAP yang tersusun berdasarkan pola fikir manajemen asuhan kebidanan.
(Desi H, 2012)

S ( data subjektif )
Data subjektif( S ), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan.
Menurut Helen Varney langkah pertama ( pengkajian data ). (Desi H, 2012)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien yang


diperoleh melalui anamnesa.
Pada pasien yang bisu, di bagian data di belakang huruf “S”, di beri tanda
huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna
wicara. (Desi H, 2012)

O ( data objektif )
Data objektif ( O ) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan.
Menurut Helen Varney pertama (pengkajian data).
Merupakan pendokumentasian hasil pengumpulan data kilen yang di peroleh
melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. (Desi H, 2012)

A ( assesment )
A (analysis/assesment) merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi ( kesimpulan ) dari data subjektif dan objektif. (Desi H, 2012)
Analisis/assesment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah kedua,ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal
berikut ini :
 diagnosis/masalah kebidanan

3
 diagnosis/masalah potensial, serta
 perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis/masalah potensial.

P ( planning )
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.
Rencana asuhan ini bertunjuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya Meskipun secara istilah, P
adalah planning atau perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga
merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain,
P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manejemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh. B. (Desi H, 2012)

2.1.1 Pengkajian kegawatdaruran pada BBL dan neonatus meliputi

1. Data Subjektif
2. Data Objektif

1. Data Subjektif

 Berisi identitas (biodata) meliputi : nama bayi, jenis kelamin, tanggal/jam lahir,
anak ke, dan alamat
 Identitas orang tua meliputi : Nama Ibu dan Ayah, Umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, dan alamat (Desi H, 2012)

2. Data Objektif

Tanggal dan Pukul


 Anamnesa meliputi :
- riwayat kehamilan sekarang (TM I, TM II, TM III)
- riwayat persalinan sekarang meliputi :

4
a. Persalinan ditolong oleh
b. Tempat bersalin
c. Kala I,II,III,IV)
d. Keadaan air ketuban
e. Waktu pecahnya ketuban
f. Jenis persalinan
g. Lilitan tali pusat
h. Episiotomi

a. Pengkajian Setelah Lahir


Pengakajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari
kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu dengan penilaian APGAR,
meliputi : (Desi H, 2012)
Tanda 0 1 2
Appearance Biru, pucat tungkai Badan pucat,muda Semuanya merah
biru
Pulse Tidak teraba <100 >100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas /lumpuh Gerakan Aktif/fleksi tungkai
sedikit/fleksi tungkai baik/ reaksi melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat
Sumber : (Desi H, 2012)

Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan angka 0,1 dan 2,
nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut :

Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik (vigrous baby)

Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan


tindakan resusitasi

Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan


resusitasi segera sampai ventilasi. (Desi H, 2012)

5
b. Pengkajian keadaan fisik
Data subyektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan, antara lain :
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji adalah :
1.Faktor genetik
2.Faktor meternal (ibu)
3.Faktor antenatal
4.Faktor perinatal (Desi H, 2012)

Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain :

1) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan
normal berkisar 33-35 cm, lingkar dada 30,5-33 cm, panjang badan 45-50 cm, berat
badan bayi 2500-4500 gram. (Desi H, 2012)

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap
lingkungan. (Desi H, 2012)

a) Suhu bayi

Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C pada pengukuran diaxila.

b) Nadi

Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.

c) Pernafasan

Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernafasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.

d) Tekanan darah

Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk di ukur secara akurat. Rata-rata
tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/64 mmHg.

3) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to too)

Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai dari:

6
a) Kepala

Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengidentifikasikan yang preterm, moulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase. Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus,
sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini
diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi
akibat dehidrasi. (Desi H, 2012)

Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma,


perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan
congenital seperti :anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya. (Desi H, 2012)

b) Telinga

Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu
(Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat
berhubungan dengan abnormalitas ginjal. (Desi H, 2012)

c) Mata

Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa
adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian
sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil
berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang
kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina. (Desi H, 2012)

Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina,


adanya secret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmiadan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down. (Desi H, 2012)

7
d) Hidung atau mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.bibir
dipastikan tidak adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflek hisaf bayi
harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan. Kaji benttuk dan lebar hidung, pada
bayi cukup bulan lebarnya harus lebih 2,5 cm. (Desi H, 2012)

Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. (Desi H, 2012)

e) Leher

Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakhialis.lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. (Desi H,
2012)

Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan
kulit yang berlebihan dibagian belakang leher menunjukan adanya kemungkinan
trisomi 21. (Desi H, 2012)

f) Dada

Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara
baik pada laki-laki maupun perempuan terlihat membesar.karena pengaruh hormone
wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotorik, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika.pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas perlu diperhatikan.
(Desi H, 2012)

g) Bahu, lengan dan tangan

Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan
adanya plidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang
hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa

8
adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan
luka dn perdarahan. (Desi H, 2012)

h) Perut

Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menagis, perdarahan tali pusat.
Perut hrus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
beernafas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat
hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena hepato- splenomegali
atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten. (Desi H, 2012)

i) Kelamin

Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya vrniks dan smegma (kelenjar
kecil yang terletak dibawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada
lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris
normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu
disebut juga psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai hymen. Pada bayi laki-laki
rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum. Meatus
urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan dorsal. Hipospadia
untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis. (Desi H, 2012)

j) Ekstermitas atas dan bawah

Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi ddengan baik dengan gerakan yang
simetris. Refleks menggengam normalnya ada. Kelemahan otot parsial atau komlet
dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada.
Ekstermitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi
femoralis dan pedis normalnya ada. (Desi H, 2012)

k) Punggung

Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda


abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis atau
kolumna vertebrata. (Desi H, 2012)

9
l) Kulit

Verniks ( tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan tubuh bayi),
warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan adanya
lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan. (Desi H, 2012)

m) Refleks

Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap
tidak berubah samapai dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang
menunjukan imaturitas neurologis, refleks-refleks tersebut akan hilang pada tahun
pertama. Tidak adanya refleks-refleks ini menandakan masalah neurologis yang serius.
(Desi H, 2012)

2.2 Diagnosa Kegawatdaruratan Pada BBL Dan Neonatus

Pada diagnosa kegawatdaruratan pada BBL dan neonatus terdiri dari :

a. Diagnosa
b. Data Subjektif
c. Data Objektif

2.2.1 Diagnosa
Pada diagnosa ini biasanya berisikan misalnya : Bayi Ny “M” umur 0 hari
dengan asfiksia ringan

2.2.2 Data Subjektif


Untuk data subjektif informasi yang diberikan oleh klien atau pasien
contohnya : Ibu infmengatakan baru saja melahirkan anaknya, dan
bayinya menangis lemah

2.2.3 Data Objektif


Didalam data objektif ini data yang didapat dari pemeriksaan yang dilakukan
oleh bidan terhadap bayi baru lahir misalnya :

10
Denyut jantung janin : > 100

- Pernafasan : lemah, menangis lemah

- Otot : gerak aktif

- Reaksi terhadap rangsangan : menyeringai

- Warna kulit : badan merah ekstremitas biru

- MO : 39 cm

- FO : 34 cm

- SOB : 35 cm

- BB lahir : 2700 gram

- RR : 30 x/menit

- Suhu : 35 o C

Masalah : Gangguan kebutuhan O2

Ds : Ibu mengatakan nafasnya ()

Do : - Keadaan umum cukup

- Ekstremitas : ekstremitsa biru badan merah RR 30 x/menit

2.3 Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan pada Asfiksia

2.3.1 Pengertian

Asfiksia adalah keadaan dimana BBL tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir (Desi H, 2012)

Jadi, asfiksia neonatorum adalah keadaan BBL yang tidak dapat bernafas
dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.

11
2.3.2 Tanda- Tanda dan Gejala
 Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
 Warna kulit kebiruan
 Kejang
 Penurunan kesadaran
 Apgar score dibawah 7
 Hipoksia
 Denyut jantung <100*/menit (Asuhan Persalinan Normal, 2007)

2.3.3 Penatalaksanaan

Tindakan pada bayi asfiksia disebut resustasi BBL:

Tindakan Umum:

 Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi


dan selimut tubuh bayi
 Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang
datar.
 Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm
 Bersihkan jalan nafas: kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lender
mudah mengalir, hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut,
apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
 Rangsang reflek pernafasan: lakukan rangsangan taktil dengan cara
menyentil telapak kaki bayi dan mengusap usap punggung bayi.
 Nilai pernafasan jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama
6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung >100*/menit, nilai warna kulit jika
merah/ sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung <100*/menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
 Mempertahankan suhu tubuh. (Asuhan Persalinan Normal, 2007)

Tindakan Khusus:

a. Asfiksia Berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal,
dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2.

12
Tekanan O2 yang diberikan tidak 30cm H-20. Bila pernafasan spontan tidak
timbul, lakukan massase jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan
sternum 80-100 kali per menit. (Asuhan Persalinan Normal, 2007)
b. Asfiksia sedang/ringan:
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir,rangsangan nyeri) selama 30-60
detik. Bila gagal, lakukan pernafasan kodok 1-2 menit yaitu: kepala bayi
ekstensi maksimal beri Oz 1-2 liter permenit melalui kateter dalam hidung,
buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu keatas-bawah secara
teratur 20 kali permenit. (Asuhan Persalinan Normal, 2007)
c. Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi.

Tabel Penilaian Bayi menurut Apgar

Kriteria 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
napas Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik dan segera
menangis
Otot Lumpuh Fleksi sedikit Gerak aktif
ekstremitas (flaksid)
Reaksi terhadap Tidak ada Sedikit mimik Batuk/bersin
rangsangan meringis
Kulit Pucat Badan merah, Seluruhnya merah
ekstremitas biru
Sumber : (Desi H, 2012)

Catatan : Melakukan penilaian Apgar: Segera setelah lahir atau lima menit pertama
dan lima menit kedua

13
Tabel Nilai Apgar Rendah dan Tindakannya

Nilai Apgar Kondisi Tindakan


0-4 Asfiksia berat Resusitasi lengkap
5-7 Asfiksia ringan, sedang Resusitasi segera
sehingga bernapas
spontan
8-10 Bayi aterm normal Nilai yang diinginkan,
well born baby
Sumber : (Desi H, 2012)

14
Skema Penatalaksanaan

Bayi lahir

 Air ketuban tanpa


mekonium?
Perawatan rutin:
 Bernapas atau menangis?
 Tonus otot akif?  Jaga kehangatan
 Warna merah muda?  Bersihkan jalan napas
 Cukup Bulan  keringkan

Tidak

 Jaga tetap hangat


 Posisi; bersihkan jalan napas
(bila perlu)
 Keringkan stimulasi, reposisi
 Beri O2 (bila perlu)

 Evaluasi napas, frekuensi


Napas
jantung dan warna Perawatan Suportif

DJ>100

Apnea atau DJ<100 Dan merah muda

 Lakukan ventilasi tekanan positif Perawatan berkelanjutan

DJ>100

DJ<60 DJ<60 Dan merah muda


 Lakukan ventilasi
tekanan positif
Beri epinefrin
 Kompresi dada
Sumber : (Desi H,2012)

15
2.4 Penatalaksanan Asuhan Kegawatdaruratan pada Bayi Prematur

2.4.1 Pengertian

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004)

Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelumminggu ke 37, dihitung dari
mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan
memendek. (Desi H, 2012)

Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan
terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus. (Dwi Maryanti dkk,2011)

2.4.2 Karakteristik Bayi Prematur


a. Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
b. Kepala dan badan disporposional
c. Kulit tipis dan keriput
d. Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
e. Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
f. Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
g. Labia dan clitoris tampak menonjol
h. Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki (Dwi Maryanti dkk,2011)

2.4.3 Penatalaksanaan pada Bayi Prematur


 Sediakan oksigen untuk ibu selama proses persalinan agar saturasi
oksigen bagi janin pada saat lahir optimal. (Dwi Maryanti dkk,2011)
 Atur agar analgestik yang diterima ibu tetap meminum, untuk member
kesempatan pada janin bernafas sendiri dengan aktif. (Dwi Maryanti
dkk,2011)
 Pantau DJJ dan kontraksi uterus. (Dwi Maryanti dkk,2011)

16
 Observasi cairan amnion akan adanya mikonium dan ambil tindakan
yang sesuai selama persalinan untuk menghindari aspirasi mikonium
(Dwi Maryanti dkk,2011)
 Siapkan resusitasi pada janin dalam 2 menit setelah kelahiran untuk
membantu pernafasan dan mencegah asidosis ireversibel. (Dwi Maryanti
dkk,2011)
 Lanjutkan pemberian oksigen pada bayi tidak cukup bulan, bahkan
setelah resusitasi. (Dwi Maryanti dkk,2011)
 Pantau dan jaga suhu tubuh untuk mencegah stress akibat kedinginan.
(Dwi Maryanti dkk,2011)
 Pantau TTV terhadap adanya perubahan. (Dwi Maryanti dkk,2011)
 Berikan cairan intra vena dalam satu jam setelah lahir untuk mengganti
cairan dan mencegah hipoglekemi. (Dwi Maryanti dkk,2011)
 Pantau berat, gravitasi khusus, jumlah urine dan serum elektrolit untuk
meyakinkan bahwa asupan cairan telah adekuat . (Dwi Maryanti
dkk,2011)
 Ukur dan pantau pengeluaran urine dengan menimbang popok dan
periksa urine terhadap adanya keton dan glukosa selain jumlah dan
gravitas khusus. (Dwi Maryanti dkk,2011)
 Berikan nutrisi melalui selang atau botol segera ketika janin cukup stabil
untuk mentoleransi hal tersebut sehigga kerusakan vili usus dapat
dicegah. (Dwi Maryanti dkk,2011)
 Obesrvasi bayi tidak cukup bulan dengan ketat setelah pemberian
makanan per oral untuk memastikan bahwa perut yang penuh tidak
menyebabkan distress pernafasan. (Dwi Maryanti dkk,2011)
 Dorong bonding antara ibu dengan bayinya sesegera mungkin.
 Sediakan waktu untuk mengusap dan membelai, mengayun, dan
memberi stimulasi lembut dan nyaman pada bayi tidak cukup bulan.
(Dwi Maryanti dkk,2011)
 Ajarkan orang tua mengenai beberapa prosedur yang akan mereka
butuhkan untuk dilakukan di rumah. (Dwi Maryanti dkk,2011)

17
 Memberi dukungan pada orang tua dan bantu mereka mengungkapkan
perasaan dan kecemasan mereka, karena memiliki bayi tidak cukup
bulan. (Dwi Maryanti dkk,2011)

2.5 Penatalaksanan Asuhan Kegawatdaruratan pada BBLR

2.5.1 Pengertian

BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. (Dep Kes.
RI, 2001 : 122).

BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 500 gram, tanpa
memandang usian kehamilan. (Gladioostrange. Blogspot. Com).

2.5.2 Pentalaksanaan pada BBLR

Pemberian ASI

Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena:

 ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat


kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial
 ASI mempunyai factor pertumbuhan usus
 ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi
 Bayi kecil/berat rendah terhadap kekurangan nutrisi (Dwi Maryanti
dkk,2011)

Pengaturan suhu badan/ Thermoregulasi

Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan membutuhkan suatu


thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara: (Dwi Maryanti
dkk,2011)

 Fisiologis mengatur pembentukan atau pendistribusian panas


 Pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan
pertambahan panas

18
Terlebih dahulu akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kehilangan panas pada bayi secara umum yang penting diketahui bagi
bidan seperti beberapa cara kehilangan panas, factor predisposisi, bayi
yang beresiko kehilangan panas, stress dingin pada bayi, efek klinis
hipotermi, pencegah kehilangan panas, pencegahan hipotermi. (Dwi
Maryanti dkk,2011)

Metode Kanguru
Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir
rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang
diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Colombia pada
tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat
meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama bayi yang mengalami
BBLR dan Prematur. (Dwi Maryanti dkk,2011)

2.5.3 Komplikasi pada BBLR


a. Sindrom aspirasi mekonium
b. Asfiksia Neonatorum
c. Sindrom Disstres Respirasi
d. Penyakit membran Hialin
e. Dismatur Preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.
f. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
g. Hipotermia, hipoglikemia, anemi, gangguan pembekuan darah
h. Infeksi, retrolental fibroplasia, NEC ( necrotizing enterocolitis
i. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi kongenital.

2.5.4 Penanganan Awal BBLR


a. Keringkan secepatnya dengan handuk kering.
b. Ganti kain basah dengan kain kering.
c. Bungkus bayi dengan kain dan sebelumnya lakukan perawatan tali pusat.
d. Untuk menghangatkan beri lampu 60 watt dengan jawak minimal 60 cm
dari bayi.
e. Kemudian tutup kepala bayi dengan topi bila perlu berikan oksigen.

19
f. Tetesi ASI bila perlu dapat dilakukan sende untuk memasukkan susu /
ASI pada bayi.
g. Bila bayi dalam keadaan rentang segera berikan infuse dektrose 10 % +
bikarbonas atau natricus 1,5 % - 4 % pada hari I : 60 cc / kg / hari, pada
hari ke II : 70 cc / kg / hari.
h. Berikan antibiotika.
i. Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat menelan langsung
/ biru / tanda-tanda hypotermi berat, terangkan kemungkinan bayinya
akan meninggal.

2.6 Penatalaksanan Asuhan Kegawatdaruratan pada Hipotermi

2.6.1 Pengertian

Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti tubuh di bawah 36oC (Rutter 1999).
Saat suhu tubuh berada di bawah tingkat ini, bayi beresiko mengalami stres dingin
(Fraser & Cooper.ed, 2009). Menurut Sarwono (2002), gejala awal hipotermia apabila
suhu < 36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32oC – 36oC). Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh <32oC. Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah
36,5oC, yang terbagi atas hipotermia ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5oC,
hipotermia sedang yaitu suhu antara 32-36oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh
<32oC. (Dwi Maryanti dkk,2011)

Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit


yang berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah, yang mengakibatkan terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan
kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian. (Dwi
Maryanti dkk,2011)

2.6.2 Tanda dan Gejala

Sarwono (2002), mengklasifikasikan tanda dan gejala hipotermia pada neonatus


seperti dibawah ini :

20
1. Gejala hipotermia bayi baru lahir
 Bayi tidak mau minum/menetek
 Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
 Tubuh bayi teraba dingin
 Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema)

2. Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)


 Aktivitas berkurang, letargis
 Tangisan lemah
 Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
 Kemampuan menghisap lemah
 Kaki teraba dingin
3. Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)
 Sama dengan hipotermia sedang
 Bibir dan kuku kebiruan
 Pernafasan lambat
 Pernafasan tidak teratur
 Bunyi jantung lambat
 Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik

4. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia


 Muka, ujung kaki dan tangan berwarma merah terang
 Bagian tubuh lainnya pucat
 Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki
dan tangan (sklerema)

2.6.3 Penanganan serta Pencegahan Hipotermi

Kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai dengan keberhasilan


usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, BBL haruslah
dirawat dalam lingkungan suhu netral (Neutral Thermal Environment/NTE). NTE
adalah rentang suhu eksternal, dimana metabolisme dan konsumsi oksigen berada pada

21
tingkat minimum, dalam lingkungan tersebut bayi dapat mempertahankan suhu tubuh
normal. (Dwi Maryanti dkk,2011)

Namun, pada bayi-bayi yang mengalami hipotermia maka harus ditangani


secara cepat dan tepat. Penanganan hipotermia pada bayi, yaitu : (Dwi Maryanti
dkk,2011)
1. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal.
Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di
dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang
adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan
telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi.
Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada
dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut
sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar
berkancing depan.
3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan
ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
4. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus
diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap,
diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
5. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong
persalinan harus menunda memandikan bayi.
a. Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat >2500 gram,
langsung menangis kuat, maka memandikan bayi ditunda selama ± 24
jam setelah kelahiran. Pada saat memnadikan bayi, gunakanlah air
hangat.
b. Pada bayi lahir dengan resiko (tidak temasuk kriteria diatas), keadaan
umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir <2000 gram,
sebaiknya bayi jangan dimandikan, ditunda beberapa hari sampai
keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi stabil, bayi sudah
lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.

22
Sepuluh langkah proteksi termal untuk mencegah terjadinya hipotermia pada
bayi baru lahir :

Langkah ke 1 : Ruang melahirkan yang hangat


Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan harus cukup hangat dengan
suhu ruangan antara 25oC-28oC serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu,
ataupun dari kipas angin. Selain itu sarana resusitasi lengkap yang diperlukan untuk
pertolongan BBL sudah disiapkan.

Langkah ke 2 : Pengeringan segera


Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera
mengganti kain yang basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian diletakkan
dipermukaan yang hangat seperti pada dada atau perut ibunya atau segera dibungkus
dengan pakaian hangat.

Langkah ke 3 : Kontak kulit dengan kulit


Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah
hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada atau
perut ibu merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk mendapatkan
lingkungan suhu yang tepat.

Langkah ke 4 : Pemberian ASI


Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam-jam pertama
kehidupan BBL. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi akan sangat
menunjang kebutuhan nutrisi, serta akan berperan dalam proses termoregulasi pada
BBL.

Langkah ke 5 : Tidak segera memandikan/menimbang bayi


Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah
6 jam) yaitu setelah keadaan bayi stabil. Tindakan memandikan bayi segera setelah
lahir akan menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Menimbang bayi juga
dapat ditunda beberapa saat kemudian dan dianjurkan pada saat menimbang, timbangan
yang digunakan diberi alas kain hangat.

23
Langkah ke 6 : Pakaian dan selimut bayi adekuat
Kurang lebih 25% kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi sehingga
BBL perlu beberapa lapis pakaian serta selimut, dan diberi topi untuk mencegah
kehilangan panas tersebut.

Langkah ke 7 : Rawat gabung


Bayi-bayi yang dilahirkan dirumah ataupun di rumah sakit, perlu dijadikan satu
dalam tempat tidur yang sama dengan ibunya, selama 24 jam penuh dalam ruangan
yang cukup hangat. Hal ini akan sangat menunjang pemberian ASI on demand, serta
mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di rumah
sakit.

Langkah ke 8 : Transpotasi hangat


Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau ke bagian lain di
lingkungan rumah sakit seperti di ruang rawat bayi atau di NICU, sangat penting untuk
selalu menjaga kehangatan bayi selama dalam perjalanan.

Langkah ke 9 : Resusitasi hangat


Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap hangat.
Hal ini sangat penting karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia, tubuhnya tidak dapat
menghasilkan panas yang cukup efesien sehingga mempunyai resiko tinggi menderita
hipotermia.

Langkah ke 10 : Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat


Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi (dokter,
bidan, perawat, dan lain-lain), perlu dilatih dan diberikan pemahaman tentang prinsip-
prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai hangat. Keluarga dan anggota
masyarakat yang mempunyai bayi di rumah, perlu diberikan pengetahuan dan
kesadaran tentang pentingnya menjaga agar bayinya tetap hangat.

24
2.7 Pendokumentasian asuhan kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan
metoda SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR

DENGAN ASFIKSIA SEDANG TERHADAP By. Ny. S

Tahun 2010

DATA SUBJEKTIF

Pengkajian

Identitas (Biodata)

Nama Bayi : By. Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal/Jam Lahir : 7 Juni 2010

Anak Ke : Pertama

Alamat : Tejo Agung

Anamnesa

Riwayat Kehamilan sekarang,

Trimester I : 2 kali

Trimester II : 3 kali

Trimester III : 4 kali

Riwayat Persalinan sekarang,

Kala I : 4 jam

Kala II : 30 menit

Kala III : 45 menit

25
Kala IV : 2 jam

Jumlah : 7 jam 15 menit

1. Keadaan air Ketuban : Jernih


2. Waktu pecahnya ketuban : Pukul 11.00 Wib
3. Jenis Persalinan : Spontan pervaginam
4. Lilitan Tali pusat : Tidak ada
5. Episiotomi : ada

Data Objektif

1. Penilaian bayi baru lahir :


2. Bayi bernafas megap-megap.
3. Ekstremitas biru.
4. Bayi tidak menangis.
5. Apgar score : 5.

Analisa Data

1. Diagnosa
Bayi baru lahir cukup bulan, lahir spontan pervaginam dengan asfiksia sedang.
Dasar :
a. Bayi lahir spontan pervaginam tanggal 7 Juni 2010 pukul. 11.30 WIB,
b. Bayi bernafas megap-megap,
c. Ekstremitas biru,
d. Bayi tidak menangis.
2. Masalah
Gangguan asupan oksigen.
Dasar :
a. Bayi bernafas megap-megap,
b. Ekstremitas biru,
c. Bayi tidak menangis.
3. Kebutuhan
Tindakan resusitasi

26
Perencanaan

1. Jelaskan pada keluarga keadaan bayi saat ini yaitu bayi mengalami gangguan
pernafasan dan sekaligus meminta persetujuan pada keluarga untuk melakukan
tindakan pembebasan jalan nafas (resusitasi) pada bayi.
Keluarga mengerti dengan kondisi bayinya saat ini dan setuju bidan melakukan
tindakan pembebasan jalan nafas.
2. Lakukan tindakan resusitasi
a. Menghangatkan bayi :
1) Membungkus bayi dengan kain ke-1 yang ada diperut ibu, potong tali
pusat dengan cepat, klem tali pusat berada diluar kain agar tidak terjadi
kehilangan panas bayi.
2) Memindahkan bayi terbungkus ke tempat resusitasi yang disiapkan.
b. Mengatur posisi bayi :
1) Meletakkan bayi terlentang diganjal kain setinggi 2-3 cm dibawah bahu.
2) Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi agar jalan nafas terbuka.
c. Menghisap lendir :
1) Menghisap lendir dengan Dee Lee, pada jalan nafas.
2) Menghisap lendir pada mulut dulu sedalam <5cm, hidung <3cm.
3) Menghisap lendir waktu menarik keluar Dee Lee sampai jalan nafas
bersih dari lendir
d. Mengeringkan bayi dan merangsang bayi :
1) Mengeringkan bayi dari muka, kepala, tubuh dengan sedikit rangsangan.
2) Menepuk atau sentil sedikit telapak kaki bayi.
3) Menggosok punggung, dada dan tungkai bayi dengan telapak tangan.
e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi :
1) Mengganti kain yang menyelimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan
kering yang telah disiapkan dibawah tubuh bayi.
2) Menyelimuti bayi dengan kain kering tersebut, biarkan bagian muka dan
dada sedikit terbuka.
3) Mengatur kembali posisi kepala bayi menjadi sedikit ekstensi.
f. Melakukan penilaian bayi
Menilai pernafasan bayi: normal, tidak bernafas atau megap-megap.
1) Bila bayi bernafas normal :

27
a) Meletakkan bayi pada dada ibu dan selimuti bayi bersama ibunya.
b) Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya.
2) Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, atau menangis lemah.
Nafas bayi megap-megap, maka dilakukan ventilasi.
g. Ventilasi
1) Pasang sungkup
Memasang sungkup sehingga melindungi hidung, mulut dan dagu.
2) Lakukan ventilasi percobaan (2x)
a) Meniup pangkal tabung atau tekan balon untuk mengalirkan udara
(30 cm air) kejalan nafas bayi.
b) Melihat apakah dada bayi mengembang setelah dilakukan peniupan
(2x)

Bila dada tidak mengembung :

a) Memeriksa posisi sungkup dan pastikan udara tidak ada bocor.


b) Memeriksa posisi kepala dan bila salah, perbaiki posisinya hingga
menjadi ekstensi.
c) Memeriksa adanya sumbatan yang disebabkan oleh cairan atau lendir di
mulut. Lakukan penghisapan ulang bila ada sumbatan.
Bila dada bayi mengambang, lanjutkan tindakan ventilasi.
Dada bayi mengembang.

3. Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik


Bila bayi mulai bernafas normal :
a) Menghentikan ventilasi secara bertahap.
b) Memantau kondisi bayi secara seksama.

Bila bayi belum bernafas, lakukan ventilasi kembali.

4. Hentikan ventilasi dan melakukan penilaian setiap 30 detik, bayi bernapas sudah
tidak megap – megap, denyut jantung, nafas dan warna kulit sudah normal.
Setelah dilakukan ventilasi bayi mulai bernafas normal, maka ventilasi
dihentikan.
5. Lakukan pemantauan seksama bayi pasca resusitasi selama 2 jam.
Perhatikan tanda – tanda kesulitan bernafas bayi :

28
a) Memeriksa adanya tarikan kesulitan bernafas bayi
b) Mengamati apakah nafas bayi megap – megap
c) Menghitung frekuensi nafas bayi, apakah >30x/menit atau >60x/menit
d) Memperhatikan apakah bayi sianosis
6. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, refleks rooting, sucking dan swallowing
baik berikan bayi kepada ibunya.
a) Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit ) dan menyelimuti keduanya
b) Menganjurkan ibunya segera menyusui bayinya
c) Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang.
7. Lakukan pemeriksaan fisik 1 jam kemudian.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 7 Juni 2010 pukul 13.30 WIB

S : Ibu mengatakan merasa bahagia karena anaknya lahir dengan selamat dan sudah
menangis kuat.

O: 1. Bayi sudah menangis dengan kuat.

2. Bayi bernafas normal : 38x/menit.

3. Nadi 130x/menit.

4. Warna kulit kemerahan.

A : 1. Diagnosa

Bayi baru lahir 2 jam spontan pervaginam dengan pos asfiksia sedang.

Dasar :

a. Bayi sudah menangis dengan kuat.


b. Bayi bernafas normal : 38x/menit.
c. Nadi 130x/menit.
d. Warna kulit kemerahan.

2. Masalah

29
Untuk sementara tidak ada.

3. Kebutuhan

Pemberian Vit. K dan Hb 0

P: 1. Jelaskan pada ibu kondisi bayinya saat ini sudah membaik. Anjurkan pada ibu dan
keluarga untuk mengamati adanya tanda-tanda kesulitan bernafas pada BBL yaitu
nafas bayi megap-megap dan tarikan dinding dada.

2. Lakukan perawatan bayi baru lahir.

Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, untuk mengetahui ada tidaknya


cacat bawaan/trauma lahir.

a. Kepala : bundar, fontanel anterior datar, tidak ada moulage, tidak ada caput
succadeum, tidak ada cephalhematoma
b. Mata : simetris, pupil mata normal, sclera dan ikterik, tidak ada strabismus.
c. Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung.
d. Mulut : simetris, palatum dan gusi normal.
e. Telinga : simetris, keadaan bersih.
f. Leher : tidak ada pembesaran vena atau kelenjar, pergerakan lahir aktif.
g. Dada : tidak ada kelainan.
h. Perut : lembek tidak ada pembengkakan hati.
i. Tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti : perdarahan, keluar cairan,
bengkak dan berbau busuk.
j. Punggung : tidak ada spina bifida.
k. Genetalia : jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan.
l. Ekstrimitas atas dan bawah : simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili.
m. Antropometri :
1) Berat badan : 3700 gram
2) Panjang badan : 49 cm
3) Lingkar kepala : 34 cm
4) Lingkar dada : 31 cm
5) Lila : 11 cm
n. Refleks
1) Glabela : baik

30
2) Rooting : baik
3) Suckling : baik
4) Swallowing : baik
5) Gallans : baik
6) Graping : baik
7) Tonikneck : baik
8) Staping : baik
9) Moro : baik

Lakukan perawatan tali pusat dengan kasa steril.

Lakukan rawat gabung dengan ibu.

Berikan tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K1 1 mg IM dip aha kiri
setelah 1 jam

Berikan imunisasi Hep 0 di paha kanan IM 1 jam setelah pemberian Vit. K.

Mandikan bayi setelah 6-24 jam.

3. Berikan informasi pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.


a. Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu tidak menyusu, kejang,
mengantuk/tidak sadar, merintih, retraksi dinding dada bawah dan
sianosis(kebiruan) sentral.
b. Anjurkan ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan jika terdapat
tanda bahaya.

Ibu mengatakan mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayinya dan akan
membawa bayinya jika terdapat tanda bahaya.

4. Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk menjaga suhu lingkungan agar bayi tetap
hangat yaitu dengan melakukan bounding attachment dan jaga suhu lingkungan
sekitar.
Ibu dan keluarga akan menjaga kehangatan bayi.
5. Berikan informasi pada ibu tentang perawatan tali pusat .
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya perawatan tali pusat karena dapat
menyebabkan bayi mengalami infeksi baik pada tali pusat maupun seluruh
tubuh.

31
b. Ajarkan pada ibu tentang teknik perawatan tali pusat dengan tehknik aseptic
dan antiseptic
c. Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur 2 kali
sehari setelah mandi.
d. Observasi kemampuan ibu untuk mengulang kembali dirumah apa yang
sudah diajarkan.
e. Jelaskan pada ibu adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat yaitu adanya
tanda kemerahan, nyeri tekan dan bahu pada tali pusat.

Ibu mengatakan mengerti tentang perawatan tali pusat dan tanda-tanda infeksi
tali pusat.

6. Berikan informasi pada ibu tentang ASI eksklusif.


a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif bayi, karena
ASI merupakan makanan yang paling sesuai dengan kondisi bayi,
mengandung kekebalan alami, mempererat hubungan kasih saying ibu dan
bayi, murah, tidak merepotkan dan steril.
b. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
c. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada ibu untuk memberikan
ASI ekslusif pada bayi.

Ibu mengerti manfaat ASI ekslusif dan akan memberikan ASI ekslusif pada
bayinya.

32
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 14 Juni 2010 Pukul 08.00 WIB.

S: 1. Ibu mengatakan bayinya minum ASI dengan kuat.

2. Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif.

3. Ibu mengatakan bayinya BAB 1x/hari dan BAK 7-8x/hari.

O: 1. Bayi lahir tanggal 7 Juni 2010 pukul 11.30 WIB.

2. Keadaan umum : baik

3.Tali pusat : sudah puput

4. Tanda-tanda vital :

Pols : 129x/mnt

Temp : 36,80C

RR: 41x/mnt

Refleks hisap : baik

A: Diagnosa Bayi baru lahir 7 hari normal.

Dasar:

1. Bayi lahir tanggal 7 Juni 2010 pukul 11.30 WIB.


2. Ibu mengatakan bayinya minum ASI dengan kuat.
3. Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif.
4. Ibu mengatakan bayinya BAB 1x/hari dan BAK 7-8x/hari.
5. Tali pusat sudah puput.

Masalah

Untuk sementara tidak ada

33
Kebutuhan

Penyuluhan tentang jadwal imunisasi

P : 1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisi bayinya baik dan sehat.

Ibu mengatakan mengerti denga kondisinya saat ini.

2. Observasi keadaan umum bayi baik dan TTV yaitu :

Keadaan umum : baik

Tali pusat : masih basah

Tanda-tanda vital :

Pols : 110x/mnt

Temp : 36,80C

RR : 38x/mnt

Refleks hisap : baik

Berikan penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang pentingnya ASI ekslusif
bahwa ASI ekslusif baik bagi bayi yaitu memberikan zat antibody atau kekebalan
tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah sakit dan diberikan pada usia 0-6 bulan
tanpa makanan pendamping.

Ibu mengerti dan berjanji akan memberikan ASI ekslusif pada bayinya.

Berikan penyuluhan pada ibu tentang pentingnya personal hygine bayi ibu dan
bayi yaitu mengeringkan bagian kemaluan bayi dengan tisu sehingga tidak terjadi
iritasi atau lecet dan jangan diberikan bedak.

Ibu mengerti dan berjanji akan menjaga personal hygiene bayinya dengan baik.

34
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR

DATA SUBJEKTIF

Pengkajian

Identitas (Biodata)

Nama Bayi :

Jenis Kelamin :

Tanggal/Jam Lahir :

Anak Ke :

Alamat :

Anamnesa

Riwayat Kehamilan sekarang,

Trimester I :

Trimester II :

Trimester III :

Riwayat Persalinan sekarang,

1. Kala I :

Kala II :

Kala III :

Kala IV :

Jumlah :

2. Keadaan air Ketuban :


3. Waktu pecahnya ketuban :

35
4. Jenis Persalinan :
5. Lilitan Tali pusat :
6. Episiotomi :

Data Objektif

1. Penilaian bayi baru lahir :

Analisa Data

1. Diagnosa
2. Masalah
3. Kebutuhan

Perencanaan

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 7 Juni 2010 pukul 13.30 WIB

S : Ibu mengatakan merasa bahagia karena anaknya lahir dengan selamat dan sudah
menangis kuat.

O: 1. Bayi sudah menangis dengan kuat.

2. Bayi bernafas normal : 38x/menit.

3. Nadi 130x/menit.

4. Warna kulit kemerahan.

A : 1. Diagnosa

Bayi baru lahir 2 jam spontan pervaginam dengan pos asfiksia sedang.

Dasar :

e. Bayi sudah menangis dengan kuat.


f. Bayi bernafas normal : 38x/menit.

36
g. Nadi 130x/menit.
h. Warna kulit kemerahan.

2. Masalah

Untuk sementara tidak ada.

3. Kebutuhan

Pemberian Vit. K dan Hb 0

P: 1. Jelaskan pada ibu kondisi bayinya saat ini sudah membaik. Anjurkan pada ibu dan
keluarga untuk mengamati adanya tanda-tanda kesulitan bernafas pada BBL yaitu
nafas bayi megap-megap dan tarikan dinding dada.

2. Lakukan perawatan bayi baru lahir.

Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, untuk mengetahui ada tidaknya


cacat bawaan/trauma lahir.

o. Kepala : bundar, fontanel anterior datar, tidak ada moulage, tidak ada caput
succadeum, tidak ada cephalhematoma
p. Mata : simetris, pupil mata normal, sclera dan ikterik, tidak ada strabismus.
q. Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung.
r. Mulut : simetris, palatum dan gusi normal.
s. Telinga : simetris, keadaan bersih.
t. Leher : tidak ada pembesaran vena atau kelenjar, pergerakan lahir aktif.
u. Dada : tidak ada kelainan.
v. Perut : lembek tidak ada pembengkakan hati.
w. Tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti : perdarahan, keluar cairan,
bengkak dan berbau busuk.
x. Punggung : tidak ada spina bifida.
y. Genetalia : jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan.
z. Ekstrimitas atas dan bawah : simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili.
aa. Antropometri :
6) Berat badan : 3700 gram
7) Panjang badan : 49 cm
8) Lingkar kepala : 34 cm

37
9) Lingkar dada : 31 cm
10) Lila : 11 cm
bb. Refleks
10) Glabela : baik
11) Rooting : baik
12) Suckling : baik
13) Swallowing : baik
14) Gallans : baik
15) Graping : baik
16) Tonikneck : baik
17) Staping : baik
18) Moro : baik

Lakukan perawatan tali pusat dengan kasa steril.

Lakukan rawat gabung dengan ibu.

Berikan tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K1 1 mg IM dip aha kiri
setelah 1 jam

Berikan imunisasi Hep 0 di paha kanan IM 1 jam setelah pemberian Vit. K.

Mandikan bayi setelah 6-24 jam.

7. Berikan informasi pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.


c. Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu tidak menyusu, kejang,
mengantuk/tidak sadar, merintih, retraksi dinding dada bawah dan
sianosis(kebiruan) sentral.
d. Anjurkan ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan jika terdapat
tanda bahaya.

Ibu mengatakan mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayinya dan akan
membawa bayinya jika terdapat tanda bahaya.

8. Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk menjaga suhu lingkungan agar bayi tetap
hangat yaitu dengan melakukan bounding attachment dan jaga suhu lingkungan
sekitar.
Ibu dan keluarga akan menjaga kehangatan bayi.

38
9. Berikan informasi pada ibu tentang perawatan tali pusat .
f. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya perawatan tali pusat karena dapat
menyebabkan bayi mengalami infeksi baik pada tali pusat maupun seluruh
tubuh.
g. Ajarkan pada ibu tentang teknik perawatan tali pusat dengan tehknik aseptic
dan antiseptic
h. Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur 2 kali
sehari setelah mandi.
i. Observasi kemampuan ibu untuk mengulang kembali dirumah apa yang
sudah diajarkan.
j. Jelaskan pada ibu adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat yaitu adanya
tanda kemerahan, nyeri tekan dan bahu pada tali pusat.

Ibu mengatakan mengerti tentang perawatan tali pusat dan tanda-tanda infeksi
tali pusat.

10. Berikan informasi pada ibu tentang ASI eksklusif.


d. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif bayi, karena
ASI merupakan makanan yang paling sesuai dengan kondisi bayi,
mengandung kekebalan alami, mempererat hubungan kasih saying ibu dan
bayi, murah, tidak merepotkan dan steril.
e. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
f. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada ibu untuk memberikan
ASI ekslusif pada bayi.

Ibu mengerti manfaat ASI ekslusif dan akan memberikan ASI ekslusif pada
bayinya.

39
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 14 Juni 2010 Pukul 08.00 WIB.

S: 1. Ibu mengatakan bayinya minum ASI dengan kuat.

2. Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif.

3. Ibu mengatakan bayinya BAB 1x/hari dan BAK 7-8x/hari.

O: 1. Bayi lahir tanggal 7 Juni 2010 pukul 11.30 WIB.

2. Keadaan umum : baik

3.Tali pusat : sudah puput

4. Tanda-tanda vital :

Pols : 129x/mnt

Temp : 36,80C

RR: 41x/mnt

Refleks hisap : baik

A: Diagnosa Bayi baru lahir 7 hari normal.

Dasar:

6. Bayi lahir tanggal 7 Juni 2010 pukul 11.30 WIB.


7. Ibu mengatakan bayinya minum ASI dengan kuat.
8. Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif.
9. Ibu mengatakan bayinya BAB 1x/hari dan BAK 7-8x/hari.
10. Tali pusat sudah puput.

Masalah

Untuk sementara tidak ada

40
Kebutuhan

Penyuluhan tentang jadwal imunisasi

P : 1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisi bayinya baik dan sehat.

Ibu mengatakan mengerti denga kondisinya saat ini.

2. Observasi keadaan umum bayi baik dan TTV yaitu :

Keadaan umum : baik

Tali pusat : masih basah

Tanda-tanda vital :

Pols : 110x/mnt

Temp : 36,80C

RR : 38x/mnt

Refleks hisap : baik

Berikan penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang pentingnya ASI ekslusif
bahwa ASI ekslusif baik bagi bayi yaitu memberikan zat antibody atau kekebalan
tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah sakit dan diberikan pada usia 0-6 bulan
tanpa makanan pendamping.

Ibu mengerti dan berjanji akan memberikan ASI ekslusif pada bayinya.

Berikan penyuluhan pada ibu tentang pentingnya personal hygine bayi ibu dan
bayi yaitu mengeringkan bagian kemaluan bayi dengan tisu sehingga tidak terjadi
iritasi atau lecet dan jangan diberikan bedak.

Ibu mengerti dan berjanji akan menjaga personal hygiene bayinya dengan baik.

41
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

42
DAFTAR PUSTAKA

Maryanti Dwi, Sujianti, dkk.2011.Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita.Jakarta : Trans
Info Media

Prawirohardjo Sarwono.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neontal.Jakarta : YBP-SP

43

Anda mungkin juga menyukai