Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Fisika Minyak Bumi

1. Titik Tuang
Titik Tuang (Pour Point) adalah suhu terendah dimana
minyak masih bisa dituangkan atau suhu terendah dimana
minyak bumi masih bisa mengalir oleh beratnya sendiri.
2. Warna
Minyak Bumi tidak selalu berwarna hitam, adakalanya
malah tidak berwarna sama sekali. Pada umumnya warna itu
berhubungan dengan berat jenisnya. Kalau berat jenisnya tinggi,
warna menjadi hijau kehitam-hitaman atau hitam pekat,
sedangkan kalau berat jenis rendah warna cokelat kehitam-
hitaman. Warna ini disebabkan karena berbagai pengotoran,
misalnya oksidasi senyawa hidrokarbon, karena senyawa
hidrokarbon sendiri tidak memperlihatkan warna tertentu.

3. Total Acid Number (TAN)


Tes ini untuk mengindikasikan adanya kandungan naphtanic
acid serta adanya asam anorganik. Adanya asam dapat
menyebabkan korosi pada peralatan pengilangan, serta dapat
mempengaruhi produk hasil pengilangan.
4. Berat Jenis
Berat jenis atau Specific Gravit adalah perbandingan massa
volum cairan tertentu terhadap massa air pada volum dan
temperatur yang sama. Berat Jenis atau Specific Gravity (SG)
atau 0API Gravity sering menunjukkan secara kasar kualitas
minyak bumi tersebut. Makin kecil SG minyak bumi tersebut,
makin besar 0API nya, makin bagus kualitasnya, makin tinggi
harganya atau makin ringan minyak tersebut.
5. Viskositas
Viskositas adalah daya hambatan yang dilakukan oleh
cairanuntuk mengalir pada suhu tertentu. Yaitu berupa bilangan
yangmenunjukkan mudah tidaknya suatu fluida mengalir pada
suhutertentu.
 Bila viskositas rendah→Mudah mengalir
 Bila viskositas tinggi→Sukar mengalir
Uji ditilasi bukanlah merupakan uji rutin untuk fraksi
minyak berat di dalam laboratorium

Untuk fraksi minyak berat seperti minyak bakar, residu dan


minyak pelumas uji rutin dalam lab adalah viskositas. Sehingga
minyak untuk berat, harga faktor karakterisasi seringkali
diperoleh dari korelasi antara faktor karakterisasi dengan
viskositas

Viskositas kritis kritis uap minyak dapat ditentuan dengan


persamaan :

√𝑀𝑃2/3
μ𝑐 = 7,7 1/6
𝑇𝑐

μc : viskositas kritis, M : berat molekul; Tc suhu kritis dalam


K, Pc tekanan kritis dalam atmosfer.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa makin tinggi °API
atau makin ringan minyak tersebut makin kecil viskositasnya
atau makin encer minyak tersebut, demikian sebaliknya.
Yang banyak dipakai dan palingteliti adalah alat pengukur
viskositas kinematik (kinematic visco meter). Dalam Pengukuran
dengan alat ukur yang berbeda jenis dapat menghasilkan satuan
yang berbeda pula, diantaranya:
6. Viskositas (ASTM D 445)
Viskositas Dinamik : perbandingan antara tegangan geser
yang diberikan dan kecepatan geser suatu cairan. Viskositas
Kinematik : Tahanan cairan untuk mengalir karena gaya berat
Hubungan viskositas kinematik dan dinamik : Viskositas
kinematik = viskositas dinamik/Density. Viskositas minyak bumi
dan produknya menunjukkan sifat alir dan sifat volatil minyak
bumi tersebut. Minyak bumi dan produknya dengan viskositas
tinggi berarti minyak tersebut mengandung fraksi hidrokarbon
berat (berat molekul besar) dan sebaliknya.

7. Titik Nyala (Flash Point)


Titik Nyala adalah suhu terendah dimana minyak bumi
apabila dipanaskan, sudah memberikan uapnya yang cukup
campurannya dengan udara sehingga akan menyala sekejap
apabila diberi sumber nyala api.

Fire Point → Suhu terendah dimana minyak bumi apabila


dipanaskan sudah memberikan uapnya yang cukup campurannya
dengan udara sehingga akan terbakarterus apabila diberi sumber
api kecil.
Autoignition Point→Suhu terendah dimana minyak bumi apabila
dipanaskan akan menyala atau terbakar atau meledak tanpa adanya
sumber api.
Smoke Point →Tinggi nyala maksimum dalam milimeter dimana
kerosen terbakar tanpa timbul asap apabila ditentukan dalam alat
standar pada kondisi tertentu.
8. Fluoresensi
Minyak Bumi mempunyai suatu sifat Fluoresensi, yaitu jika
terkena sinar ultra-violet akan memperlihatkan warna yang lain
dari warna biasa. Warna Fluoresensi minyak bumi ialah kuning
sampai kuning keemas-emasan dan kelihatan sangat hidup.
Lampu Ultra-Violet→Memudahkan kita untuk mengetahui
adanyaminyak bumi yang terdapat pada kepingbatuan dan
lumpur pemboran.

9. Indeks Refraksi
Merupakan Indeks pembiasan sinar tertentu. Minyak Bumi
memperlihatkan berbagai macam indeks fraksi dari 1,3 sampai
1,4. Perbedaan indeks refraksi tergantung dari °APInya atau berat
jenis. Makin tinggi berat jenis atau makin rendah °APInya akan
semakin tinggi pula indeks refraksinya, sedangkan makin rendah
berat jenis atau makin tinggi °API nya akan semakin rendah
indeks refraksinya.

10. Bau
Minyak Bumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang
tidak, yang biasanya disebabkan karena pengaruh molekul
aromat. Minyak Bumi yang berbau tidak sedap biasanya
terutama disebabkan karenamengandung senyawa nitrogen (N)
ataupun belerang (S). Adanya H2S juga memberikan bau yang
tidak sedap. Golongan parafin dan naften biasanya memberikan
bau yang sedap.

11. Nilai Kalori


Nilai Kalori Minyak Bumi adalah jumlah panas yang
ditimbulkan oleh 1 gr minyak bumi, yaitu dengan meningkatkan
temperatur 1 gr air dari 3,5°C sampai 4,5°C, dan satuannya
adalah kalori atau Btu atau MJ (Mega Joule). Pada umumnya
minyak bumi mempunyai nilai kalori 10000 sampai 10800
kal/gr.

12. Kadar Sulfur


Kadar sulfur minyak bumi biasanya dinyatakan dengan
%berat. Berdasarkan kadar sulfur, minyak bumi dibagi 3 macam,
yaitu

Minyak bumi dengan kadar sulfur tinggi disebut Sour


Crude, sedangkan minyak bumi dengan kadar sulfur rendah
disebut Sweet Crude. Sulfur dapat menimbulkan problem korosi
dan pencemaran lingkungan

13. Kadar Garam


Kadar garam minyak mentah dinyatakan dengan banyaknya
garam dapur (NaCl) yang terkandung di dalamnya. Garam ini
bisa menimbulkan persoalan korosi berat pada proses di kilang.
Bila kandungan garam suatu minyak melebihi dari 10 lb
NaCl/1000 bbl maka diperlukan proses penghilangan garam
(Desalting Process) sebelum minyak tersebut diproses lebih
lanjut dikilang. Proses penghilangan garam biasanya
dilaksanakan pada peralatan Desalter yang prinsip kerjanya
berdasarkan atas Elektrolisis dengan memanfaatkan tenaga
listrik.

14. Kadar Karbon


Karbon sisa setelah minyak mentah, biasanya ditentukan
dengan metode Ramsbottom (RCR) ataupun Conradson (CCR).
RCR/CCR ini hubungannya dengan kandungan bahan Asphaltis
(Asphaltene Content) dan Lube Oil Recovery. Semakin rendah
harganya, biasanya semakin bagus lube oil recoverynya.
15. Kadar Nitrogen
Nitrogen biasanya tidak dikehendaki didalam minyak
mentah, karena senyawa nitrogen bisa meracuni beberapa jenis
katalis. Biasanya kalau kadar nitrogen lebih dari 0,25% akan
diperlukan proses untuk penghilangannya.

16. Temperatur Kritis


Temperatur tertinggi dimana gas masih dapat dicairkan
dengan menggunakan tekanan. Tekanan minimum yang
diperlukan untuk mencairkan gas pada temperatur kritis disebut
tekanan kritis. Volume gas pada pada temperatur kritis dan
tekanan kritis disebut volume kritis.

17. Entalpi
Entalpi minyak bumi dan uap minyak bumi dapat ditentukan
dengan menggunakan grafik Shell Development Company.

18. Titik Didih Rerata Fraksi Minyak Bumi


Banyak sifat- sifat fisis senyawa hidrokarbon murni yang
dapat di korelasikan dengan berat jenis (specific grafity) dan titik
didih normal. Berat jenis fraksi minyak bumi dengan mudah
dapat di tentukan dalam laboratorium, sedangkan titik didih
rerata yang segera dapat di peroleh dari data distilasi ASTM
adalah titik didih rerata volumetris, TDRV (volumetric average
boiling point, VABP).
Watson dan Nelson menunjukan bahwa banyak sifat-sifat
fisis fraksi minyak bumi yang tidak dapat di kolerasikan dengan
titik didih rerata volumetris, tetapi hanya dapat di kolerasikan
dengan titik didih rerata fraksi minyak bumi yang lain, seperti
titik didih rerata molal, TDRM (molal average boiling point,
MABP), titik didih rerata kubis, TDRK (cubic average boiling
point, CABP), titik didih rerata berat, TDRB (weight average
boiling point, WARP) dan titik didih rerata tengahan, TDRT
(mean average boiling point, MeABP).
Karena titik didih rerata molal, rerata berat dan rerata kubis
sukar untuk ditentukan dalam laboratorium, maka Watson dan
Nelson mencari cara untuk memperoleh hubungan antara titik
didih–titik didih rerata tersebut dengan titik didih rerata
volumetris.

19. Faktor Karakterisasi


Berdasarkan pengamatan-pengamatan fraksionisasi
minyak-minyak mentah, Watson, Nalson dan Murphy
mendapatkan bahwa berat jenis setiap fraksi kira-kira sebanding
dengan akar pangkat tiga titik didihnya dalam skala absolut pada
tekanan 1 atmosfir.
Faktor perbandingan tersebut yang merupkan indeks tingkat
keparafinan bahan minyak disebut factor karakterisasi U.O.P.
atau factor Watson yang di beri simbol K. Sehingga dapat
dituliskan bahwa:

Dimana S adalah berat jenis pada 60/600 F dan TB adalah


titik didih rerata tengahan TDRT. TB mula-mula oleh Watson
didefinisikan sebagai titik didih rerata molal TDRM, namun
dalam perkembangnya TB ini kemudian berubah menjadi titik
didih rerata kubis TDRK, dan akhirnya menjadi titik didih rerata
tengahan TDRT.
Untuk senyawa hidrokarbon murni, terlihat adanya
perbedaan harga K yang menyolok antara senyawa hidrokarbon
paraffin, naften dan aromat. Apabila K1,K2,K3 dan seterusnya
adalah factor karakterisasi senyawa hidrokarbon 1,2,3 dan
seterusnya, maka factor karakterisasi campuran senyawa
hidrokarbon dapat di hitung dengan persamaan berikut:

K= K1W1 + K2W2 + K3W3 +….


Dimana W1, W2, W3 dst adalah fraksi berat senyawa
hidrokarbon 1,2,3 dst, ternyata bahwa faktor karakterisasi
mempuyai peranan yang sangat penting untuk fraksi minyak
bumi langsung (straight run fractions) karena faktor tersebut
dapat di korelasikan dengan sifat fisis dan sifat termal fraksi .
untuk fraksi minyak bumi yang mengandung hidrokarbon
olefin, diolefin dan aromat yaitu yang berasal dari proses
rengkahan ataupun proses sintesis yang lain, faktor karakterisasi
Watson tidak dapat di korelasikan secara baik dengan sifat-sifat
fisis dan termal fraksi.

20. Panas Jenis


Panas jenis adalah panas yang di perlukan untuk menaikan
suhu satu satuan berat bahan sebesar satu derajat. Satuan panas
jenis yang biasa di pergunakan adalah kalori/(gram) (0C) dalam
system cgs dan BTU/(Ib) (0 F) dalam system inggris. Harga
numerik panas jenis adalah dalam kedua system satuan di atas
untuk sesuatu bahan. Panas jenis pada tekanan tetap harganya
lebih tinggi dari pada panas jenis pada volum tetap.
Panas jenis minyak bumi dan fraksi-fraksinya mempunyai
korelasi dengan suhu, grafitas API dan faktor karakterisasi K
menurut persamaan sebagai berikut:
Persamaan di atas menunjukan bahwa untuk fraksi minyak
bumi yang mempunyai harga K dan API gravity tertentu, panas
jenis merupakan fungsi linier dari suhu.
Menurut Watson dan Fallon, panas jenis uap minyak bumi
mempunyai korelasi dngan suhu dan faktor karakterisasi K
menurut persamaan sebagai berikut:
Cp = (0,045K-0,233) + (0,44+ 0,017K) 10 -3 t – (0, 153) 10-6t 2
Sehingga uap minyak bumi yang mempunyai faktor
karakterisasi tertentu , panas jenisnya merupakan fungsi kuadrat
dari suhunya. Panas jenis rerata uap minyak bumi dapat di
tentukan dengan di tentukan dengan rumus pendekatan sebagai
berikut:

Cp rerata = 1/6 (cp1 + 4 cpt rerata +cp2 )


Dimana :
cp1 = panas jenis uap minyak pada t1
Cp2= panas jenis uap minyak pada t2
Cpt= panas jenis pada suhu rerata, yaitu pada ½ ( t1 + t2)

21. Tegangan Muka


Tegangan muka berbagai produk minyak bumi mempunyai
daerah harga yang sempit, yaitu sekitar 24 sampai 38 dyne/cm.
Tegangan muka produk minyak bumi akan semakin naik
dengan kenaikan berat molekul.
Kenaikan suhu menurunkan tegangan muka, sehingga pada
suhu kritis tegangan muka sama dengan nol.

22. Tekanan Uap


Tekanan uap adalah tekanan di mana fase uap zat berada
pada kesetimbangan dengan fasa cair zat tersebut pada suhu
tertentu Istilah tekanan uap pada umumnya dikenakan kepada zat
murni, namun kadang-kadang digunakan untuk cairan. Tekanan
uap Reid (Reid vapor Pressure) adalah tekanan mutlak yang
diberikan oleh suatu campuran dalam lb/in2, ditentukan pada
suhu 100oF dan pada rasio uap terhadap cairan 4:1. Tekanan uap
reid digunakan untuk menentukan volatilitas bensin dan minyak
mentah.

23. Koefisien Ekspansi


Koefisien ekspansi adalah fraksi pertambahan volume
apabila satu satuan volume bahan dipanaskan sebesar satu
derajat.
Koefisien ekspansi :
Daerah grafitas API Koefisien ekspansi

0 - 14,9 0,00035

15 - 4,9 0,00040

35 – 50,9 0,00050

51 – 63,9 0,00060

64 – 78,9 0,00070

79 – 88,9 0,00080

89 – 93,9 0.00085

94 – 100 0.00090
24. Panas Laten Penguapan
Panas laten penguapan ialah panas yang diperluakan untuk
menguapkan satu satuan berat cairan pada titik didih atmosferis.
Dalam satuan inggris satuan panas laten penguapan adalah Btu/lb
dan dalam sistem satuan cgs adalah kalori/g.
Panas laten penguapan molar pada tekanan atmosferis untuk
cairan-cairan non-polar seperti cairan hidrokarbon dapat
dperkirangan dengan persamaan Kistiakowsky.

Mr = Tb [7,58 + 4,57 log Tb]

Mr = panas laten penguapan, Btu/lbmol Tb = titik didih


normal, R
Menurut Wason persamaan di atas memberikan harga panas
laten penguapan molar yang rendah untuk fraksi minyak bumi
berat. Untuk menentukan panas laten penguapan fraksi minyak
bumi pada tekanan yang lain dari tekanan atmosferis, watson
mengajukan persamaan empiris :

L = Y LB T/TB
L = panas laten penguapan absolut T
LB = Panas laten penguapan padatitik didih normal
γ =Faktor koreksi
25. Panas Pembakaran
Panas pembakaran bahan bakar minyak adalah panas
keseluruhan yang diperoleh dari pembakaran sejumlah tertentu
bahan bakar minyak yang mempunyai suhu 60oF pada waktu
pembakaran mulai terjadi, dan hasil pembakaran didinginkan ke
suhu 60o F.
Apabila pada pemakaran hasil pembakaran pembakaran uap
air yang ada senuanya mengembun, maka panas pembakaran
disebut panas pembakaran kotor (gross heating value) karena di
dalamnya termasuk juga panas yang timbul karena pengembunan
air.
Apabila uap air tidak mengembun, maka panas
pembakarannya disebut panas pembakaran bersih (net heating
value). Panas pembakaran akan naik dengan naiknya gravitas
API atau naiknya kandungan hidrogen Hubungan panas
pembakaran kotor dengan gravitas spesisfiknya diperkirakan
dengan dengan persamaan:

Panas pembakaran kotor,Btu/lb = 22,320-3,78 x S2

Untuk mendapatkan panas pembakaran bersih dari panas


pembakaran kotor, dapat digunakan hubungan berikut:
Panas pembakaran bersih, Btu/lb = panas pembakaran kotor
(Btu/lb) – 94% hidrogen
Penentuan kandungan hidrogen dalam fraksi minyak bumi
bukan merupakan pekerjaan rutin dalam lab.
Namun demikian korelasi empirik berikut ini dapat
digunakan untuk memperkirakan kandungan hidrogen dalam
fraksi minyak bumi,
Persen berat hidrogen = 14,2 +0,173 (API) -7250/Tb Tb =
titik didih rerata tengahan dalam dalam Renkin

26. Titik Kritis


Suhu kritis adalah suhu tertinggi dimana gas masih dapat
dicairkan dengan menggunakan tekanan.
Tekanan minimum yang diperlukan untuk mencairkan gas
pada suhu kritis disebut tekanan kritis. Volum pada suhu kritis
tersebut disebut volum kritis.
Pada titik kritis, yaitu pada suhu dan tekanan kritis tidak
dapat dibedakan lagi antara fasa gas dan fasa cair. Tidak terjadi
perubahan volume apabila cairan diuapkan pada titik kritis, dan
tidak diperlukan panas untuk penguapannya.
Untuk fraksi minyak bumi yang merupakan campuran dari
banyak komponen, digunakan konsep titik kritis semu (pseudo
critical point).
Menurut H,B Kay titik kritis semu didefinisikan sebagai
suhu dan tekanan kritis rerata molar komponen-komponen suatu
campuran. Titik kritis dapat digunakan untuk menentukan suhu
dan tekanan tereduksi suatu campuran yaitu perbandingan suhu
dan tekanan sebenarnya terhadap suhu dan tekanan kritisnya.
27. Densitas
Densitas didefinisikan sebagai massa yang terdapat dalam
satu satuan volum
Densitas sring dinyatakan dengan gravitas API, gravitas
spesifik atau berat jenis
Densitas minyak adalah densitas minyak relatif terhadap
densitas air pada kondisi tertentu

Keterangan tambahan
Density rendah menunjukkan kandungan parafin besar,
sebaliknya density tinggi menunjukkan kandungan aromat tinggi.
Hubungan antara antara API Gravity vs Carbon Residu : semakin
tinggi API Gravity, maka semakin rendah harga residu karbon dan
sebaliknya.
Hubungan antara antara API Gravity vs Viskositas : semakin tinggi
API Gravity, maka semakin kecil viskositas dan sebaliknya.
Hubungan antara antara API Gravity vs Kandungan Aspalten :
semakin tinggi API Gravity, maka semakin kecil Kandungan Aspalten
dan sebaliknya.
Hubungan antara antara Density vs Kandungan Sulfur : semakin
tinggi Density, maka semakin tinggi Kandungan Sulfur.
2.2. Sifat Fisik Minyak Bumi dari Berbagai Bahan Baku

1. Fuel Oil Complex I (FOC I)


Bahan baku : Arabian Light Crude
 Wujud : cair
 Kenampakan : hitam
 Bau : berbau belerang
 Spesific gravity pada 60/600F : 0,8594
 Viskositas kinematik pada 37,8 C : 6,590
0

 Viskositas kinematik pada 500C : 4,754


 Pour point : <-36 0C
 Flash point : -34 0C
 Komposisi:
 Kadar air : < 0,05 % berat
 Kadar sulfur : < 2,10 % berat
 Senyawa Hidrokarbon :  97,85 % berat
Kompleks ( C1-C70)

2. Lube Oil Complex I ( LOC I)

Bahan Baku : Residu FOC I


 Wujud : cair
 Kenampakan : hitam
 Bau : berbau aspal
 Spesific gravity at 60/60 0F : 0,9647
 Kinematic viscosity pada
37,8 0C : 868,8 CSt
60 0C : 198,2 CSt
0
100 C : 32,45 CSt

3. Fuel Oil Complex II (FOC II)


Bahan Baku
A. Minyak Bumi Balida
 Wujud : cair
 Kenampakan : hitam
 Bau : berbau belerang
 Spesific gravity pada 60/600F : 0,7965
 Viskositas kinematik pada 37,80C : 2,34
 Viskositas kinematik pada 500C : 1,960
 Pour point : 9 0C
 Flash point : -32 0C

 Komposisi:
 Kadar air : < 0,05 % berat
 Kadar sulfur : < 0,06 % berat
 Kadar abu : < 0,01 % berat
 Kadar asphal : < 0,03 %berat
 Kadar malam : < 10,43 % berat
 Senyawa hidrokarbon :  89,42 % berat
Kompleks (C1-C70)

B. Minyak Bumi Odudu


 Wujud : cair
 Kenampakan : hitam
 Bau :bau belerang
 Spesific gravity pada 60/600F : 0,8650
 Viskositas kinematik pada 37,80C : 4,872
 Viskositas kinematik pada 500C : 3,713
 Pour point : -12 0C
 Flash point : -16 0C
 Komposisi :
i. Kadar air : < 0,10 % berat
ii. Kadar sulfur : < 0,22 % berat
iii. Kadar abu : < 0,01 % berat
iv. Kadar asphal : < 0,16 %berat
v. Kadar malam : < 4,57 % berat
vi. Senyawa Hidrokarbon :  94,94 %
berat
Komplek (C1-C70)

4. Lube Oil Complex II (LOC II)

Bahan Baku : Residu FOC I


 Wujud : cair
 Kenampakan : hitam
 Bau : berbau aspal
 Spesific gravity at 60/60 F
0
: 0,9647
 Kinematic viscosity pada
37,8 0C : 868,8 CSt
60 0C : 198,2 CSt
0
100 C : 32,45 CSt

2.3. Sifat Fisik Beberapa Produk Minyak Bumi


1. Bensin
Dengan spesifikasi sebagai berikut (spesifikasi dapat
berbeda tergantung bahan baku minyak mentahnya).

 Wujud/ kenampakan/ bau : cair/ kuning/ khas


bensin
 Research octane number : 88 (min)
 R.V.P at 100 F0
: 62 Kpa (max)

2. Minyak Tanah / Kerosen


Minyak tanah banyak digunakan untuk lampu minyak dan
kompor, sekarang banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin
jet (Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Kerosen dikenal sebagai
RP-1 digunakan sebagai bahan bakar roket. Pada proses
pembakarannya menggunakan oksigen cair.
Sifat fisiknya
Kerosen
 Wujud/ kenampakan/ bau : cair/ jenih/ khas minyak
tanah
 Range rantai karbon : C9 – C16
 Range titik didih : 300-550 0F
 Density 150C : 835 kg/m3 (max)
 Flash point : 38 0C (min)
 Smoke point : 15 mm (min)

3. Minyak Diesel
Jenis minyak diesel :
HSD (high speed diesel) yaitu jenis minyak diesel yang
digunakan untuk mesin-mesin dengan putaran yang tinggi
(±1000 rpm).
LSD (low speed diesel) yaitu minyak diesel yang digunakan
untuk mesin-mesin dengan putaran <1000 rpm.
Sifat pembakaran minyak diesel dinyatakan oleh angka
cetane yang menyatakan persentase cetane dalam campuran
metil naftalena (C11H10), dengan nilai antara 1 dan 100, di mana
angka 100 menunjukkan minyak diesel yang baik.

Persyaratan minyak diesel antara lain :


i. titik nyala 100o-130oC/38o -55oC.
ii. angka cetane 40
iii. kadar belerang maksimum 0,5%
iv. karbon residu maksimum 0,5%.
Sifat fisiknya antara lain :
Solar
 Wujud/ kenampakan/ bau : cair/ kuning
kecoklatan, jernih/ khas solar
 Density 15 0C : 815 kg/m3
 Cetane number : 45 (min)
 Pour point : 18 0C (max)
 Visc.kinematik pada 37,80C : 1,6 cSt (min)
 Flash point : 600C (min)

4. Minyak Pelumas
Minyak pelumas adalah bagian dari minyak bumi yang
mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada minyak gas. Tidak
setiap minyak bumi mengandung minyak pelumas, terkadang
rendah sekali sehingga sulit untuk diolah. Sifa-sifat minyak
pelumas antara lain memiliki viskositas yang tinggi
5. Zat Pelarut
Sifatnya mudah menguap, daya untuk melarutkan berbagai
macam zat serta flash point yang berkaitan dengan kemanan
dalam penggunaan untuk meminimalisir bahaya kebakaran.

6. Bahan Bakar Jet


Sifatnya berkaitan dengan penyalaan dan kestabilan nyala,
pengerjaan, viskositas, kadar sulfur, dan kandungan air.

7. Bahan Bakar Pesawat Terbang


Sifat yang penting dari bahan bakar pesawat ini adalah
kemudahan menguap, serta anti ketukan.

Avtur
 Wujud/ kenampakan/ bau : cair/ jernih dan terang/
seperti bensin
 Density 150C : 775 kg/m3
 Flash point : 38 0C (min)
 Freezing point : -47 0C (max)
 Visc.kinematik pada -200C : 8,0 mm2/s (max)
 Smoke point : 25 mm (min)
8. Minyak Bakar
Merupakan campuran minyak residual dengan destilat,
untuk membedakannya dilihat dari viskositas minyaknya untuk
menentukan burner (pembakar) yang sesuai.

9. Malam
Merupakan senyawa hidrokarbon dengan atom C20-C75
dalam tiap molekulnya

10. Gemuk
Merupakan campuran minyak dan sabun pada temperatur
300-600oF, atau campuran minyak damar dan kapur pada
temperatur <125oF

11. Aspal
Berupa bitumen setengah padat berwarna hitam yang
berasal dari minyak bumi
2.4. Karakteristik Minyak Bumi
Telah dikatakan bahwa, minyak bumi terdiri dari campuran
berbagai persenyawaan kimia dari suatu golongan yang disebut
hidrokarbon. Disamping itu dalam minyak bumi terdapat persenyawaan
– persenyawaan kimia lain yang mengandung unsure – unsure oksigen,
sulfur, nitrogen, dan Logam – logam dalam jumlah kecil.
Persenyawaan hidrokarbon yang satu berbeda sifatnya dengan
persenyawaan hidrokarbon yang lain. Hal ini berhubungan dengan :
a. Perbedaan dari perbandingan banyaknya unsure karbon dan
unsure hydrogen yang terdapat didalamnya
b. Perbedaan dari susunan unsure – unsure karbon dan hydrogen
dalam molekul persenyawaan tersebut.
Berdasarkan atas susunan ( struktur ) molekul persenyawaan
hidrokarbon dapat digolongkan atas 4 jenis utama, yaitu Parafin, Olefin
(dan golongan tak jenuh lainnya), Naften dan Aromat. Dari jenis – jenis
hidrokarbon itulah yang member pengaruh terhadap sifat dan
kegunaannya. Hal ini disebabkan karena masing – masing jenis
hidrokarbon mempunyai sifat – sifat tersendiri, misalnya hidrokarbon
jenis aromatik mempunyai angka oktan tinggi dalam bensin,
mempunyai daya larut yang besar. Sedangkan sifat dari hidrokarbon
jenis paraffin sudah membeku dengan titik tuang tinggi dan sebagainya.
Sifat – sifat hidrokarbon inilah yang berpengaruh terhadap mutu
dari produk – produk minyak bumi yang berhubungan dengan
pemakaiannya yang berbeda – beda suatu jenis produk minyak bumi
yang mempunyai sifat – sifat tertentu ( disebut spesifikasi) dalam
memenuhi mutunya dan ini sebagai besar terdapat ditentukan oleh
campuran hidrokarbon yang terdapat didalamnya.

Sebagai contoh dari pengaruh dari jenis hidrokarbon itu dapat


dilihat dalam tabel.
Tabel .1.1
Karakteristik Umum Minyak Bumi
Karakteristik Minyak bumi Minyak bumi
parafinik Aromatik

Specifik Gravity 60/600 Rendah Tinggi


F

Specifik Gravity API Tinggi Rendah

Angka Oktan dari Bensin Rendah Tinggi

Titik asap dari Kerosin Tinggi Rendah

Angka Cetana dari Tinggi Rendah


Minyak diesel

Titik tuang dari minyak Tinggi Rendah


diesel

Indeks Viskositas dari


pelumas tinggi Rendah

Untuk jenis minyak bumi Naphtanik pada umumnya mempunyai sifat


di antara jenis Parafanik dan Aromatik.

Anda mungkin juga menyukai