Anda di halaman 1dari 114

BAHAN AJAR

OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Penyusun:
Marwan, S.T.,M.Eng.Sc.,Ph.D

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2015

i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

Mata Kuliah : Operasi Sistem Tenaga Listrik


Kode Mata Kuliah : EI 337612
Penyusun : Marwan, S.T.,M.Eng.Sc.,Ph.D Nip. 1975

Buku ajar ini telah diperiksa dan disetujui untuk digunakan sebagai

Bahan kuliah bagi mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang

Makassar, 25 Oktober 2015

Menyetujui:

Ketua Program Studi Penyusun

Akhsan, S.T.,M.T Marwan, S.T.,M.Eng.Sc.,Ph.D


Nip. 196606011990031001 Nip. 197501012001121002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan buju ajar ini tentang
operasi sistem tenaga. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Akhsan, S.T.,M.T
selaku ketua program studi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap buku ajar ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai operasi sistem tenaga listrik. Buku ini
akan dipakai dikalangan sendiri program S1 Terapan program studi teknik listrik
jurusan teknik elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam buku ajar ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan buku ajar ini yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga buku ajar yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya buku ajar yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makassar, 25 Oktober 2015

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
KONTRAK PERKULIAHAN vii
GBPP xii
TINJAUAN MATA KULIAH xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Sistem Ketenagalistrikan 1
1.2 Pengertian dalam Operasi Sistem Ketenagalistrikan 2
1.3 Tujuan Operasi Sistem Ketenagalistrikan 2
1.4 Keadaan Operasi Sistem Ketenagalistrikan 4

BAB II PERSOALAN DALAM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK 6


2.1 Pengaturan Frekuensi 6
2.2 Pengaturan tegangan dalam sistem 7
2.3 Pemeliharaan Peralatan 11
2.4 Biaya Operasi 13
2.5 Gangguan Dalam Sistem 16
2.6 Perkembangan Sistem Ketenagalistrikan 19

BAB III MANAJEMEN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK 23


3.1 Perencanaan Operasi 24
3.2 Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi 41
3.3 Analisa operasi 43

iv
BAB IV OPTIMASI ALIRAN DAYA PADA UNIT PEMBANGKIT 49
4.1 Economic Dispatch 49
4.2 Metode Lagrange 52
4.3 Metode Dynamic Programming 54

BAB V OPERASI EKONOMIS SISTEM TENAGA 58


5.1 Biaya Operasi Pembangkit Thermal 58
5.2 Case 1 : Economic Dispatch dengan Mengabaikan Rugi-Rugi dan kapasitas
Generator 60
5.3 Case 2 : Economic Dispatch dengan Mengabaikan Rugi-Rugi dan Menghitung
kapasitas generator 69
5.4 Case 3 : Economic Dispatch tanpa Mengabaikan Rugi-Rugi 71

BAB VI JADWAL OPERASI UNIT PEMBANGKIT 80


6.1 Jadwal Operasi Unit Pembangkit 80
6.2 Menghitung jadwal Operasi Unit pembangkit 83

DAFTAR PUSTAKA 88

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal
Gambar 1.1. Sistem Ketenagalistrikan Diagram Satu Garis 1
Gambar 1.2. Tujuan Operasi Sistem Ketenagalistrikan 3
Gambar 1.3. Keadaan Operasi Sistem Ketenagalistrikan 5
Gambar 2.1. Hubungan antara pembangkitan dan beban terhadap frekuensi 7
Gambar 2.2 Kurva karakteristik antara biaya bahan bakar terhadap daya aktif 15
Gambar 2.3 Pertumbungan kebutuhan dan ketersediaan energi 20
Gambar 2.4. Sistem Ketenagalistrikan Sistem Kempetisi 21
Gambar 3.1 Contoh kurva karakteristik beban didaerah Queensland Australia 27
Gambar 4.1 Konfigurasi Pembagian Beban 50
Gambar 5.1. Kurva karakteristik biaya operasi bahan bakar 60
Gambar 5. 2. Contoh sebuah bus yang menghubungkan jumlah generator -ng dengan
beban 61
Gambar 6.1 Kurva hubungan antara beban sistem dengan waktu 81
Gambar 6.2 Kurva hubungan antara biaya start dengan waktu 82
Gambar 6.3 Kurva biaya bahan bakar dari unit pembangkit sebagai fungsi
beban 87

vi
KONTRAK PERKULIAHAN

Nama Mata Kuliah : Operasi Sistem Tenaga Listrik


Kode Mata Kuliah : EI 337612
Pengajar : Marwan, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.
Semester : IV (Ganjil)
Hari Pertemuan/Jam : Sesuai Jadwal Perkuliahan

1. MANFAAT MATA KULIAH

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan:

1. Dapat memahami secara umum operasi sistem ketenagalistrikan, tujuan operasi


dan persoalan-persoalan dalam operasi sistem ketenagalistrikan.
2. Dapat memahami manajemen operasi sistem tenaga yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan analisa operasi.
3. Dapat melakukan optimasi sistem pembebanan pembangkit dalam sistem
ketenagalistrikan (economic dispatch).
2. DESKRIPSI MATA KULIAH

Matakuliah ini merupakan mata kuliah inti Jurusan Teknik Elektro Program Studi
Teknik listrik. Selesai mengikuti matakuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan konsep dasar tentang operasi sistem tenaga, kendala-kendala (persoalan)
dalam operasi sistem tenaga serta manajemen operasi sistem tenaga. Selain itu pula
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui optimasi Aliran daya pada unit pembangkit
serta metode yang digunakan dan beberapa contoh kasus operasi ekonomis, dibagian
terakhir dari pembahasan ini tentang jadwal operasi unit pembangkit. Pelaksanaan
kuliah ini menggunakan ceramah, tanya jawab, demontrasi dan juga dilengkapi
dengan metode pemberian tugas secara terstruktur, dan juga dilaksanakan diskusi
dalam rangka penyelesaian tugas. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam
perkuliahan ini dievaluasi berdasarkan tugas, ujian tengah semester (UTS), ujian

vii
akhir semester (UAS). Buku sumber utama dalam perkuliahan ini Djiteng Marsudi
dengan judul buku operasi sistem tenaga listrik dan; Hadi Saadat dengan judul buku
power system analysis dan Wood, Allen J, and Bruce dengan judul buku Power
Generation Operation And Control

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Tujuan instruksional khusus yang diuraikan setiap bab sebagai berikut:


1. Menjelaskan sistem ketenagalistrikan secara umum, pengertian pengertian, tujuan
serta keadaan dalam operasi sistem ketenagalistrikan.
2. Menjelaskan persoalan-persoalan dalam operasi sistem ketenagalistrikan, seperti
pengaturan frekuensi, pengaturan tegangan dalam sistem, pemeliahraan peralatan,
baiaya operasi, gangguan dalam sistem serta perkembangan sistem
ketenagalistrikan.
3. Menjelaskan manajemen operasi sistem tenaga listrik, seperti perencanaan
operasi, pelaksanaan dan pengendalian operasi serta analisa operasi
4. Menjelaskan optimasi aliran daya pada unit pembangkit, dalam bagian ini akan
membahas tentang economic dispatch dan beberapa metode yang bisa digunakan
dalam melakukan optimasi economic dispatch.
5. Menjelaskan tentang operasi ekonomis sistem tenaga, sebelumnya dibahas
tentang biaya operasi pada pembangkit thermal kemudian membahas economic
dispatch dengan 3 case (masalah).
6. Menjelaskan tentang jadwal operasi unit pembangkit

4. STRATEGI PERKULIAHAN

Metode perkuliahan ini menggunakan metode tutorial, simulasi. Metode tutorial


dengan membahas materi secara jelas dan tuntas dengan disertai contoh-contoh
aplikasi sistem. Metode simulasi dilakukan dengan menggunakan bantuan software

viii
MATLAB untuk optimasi economic dispatch. Proses pembelajaran akan dijalankan
menggunakan metode pembelajaran aktif (active learning) serta memberikan
beberapa tugas kepada mahasiswa.

5. MATERI/BACAAN PERKULIAHAN

Buku rujukan sebagai referensi dalam bahan ajar ini adalah:


1. Hadi Saadat, Power System Analysis. 1999, New York: Kevin Kane.
2. Wood, Allen J, and Bruce., Power Generation Operation And Control. 1984. ,
New York: John Wiley & Sons, Inc.
3. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. 2006, Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Serta beberapa jurnal nasional dan internasional yang dijadikan sebagai rujukan,
seperti yang terlihat dalam daftar pustaka dibagian akhir buku ajar ini.

6. TUGAS

1. Setiap bacaan perkuliahan sebagaimana yang disebutkan pada jadwal harus sudah
dibaca sebelum mengikuti kuliah.
2. Tugas diberikan sesuai kesepakatan pada saat perkuliahan

6. KRITERIA PENILAIAN

Penilaian akan dilakukan oleh dosen dengan menggunakan kriteria sesuai dengan
Peraturan Akademik Politeknik Negeri Ujung Pandang mengenai Peraturan
Pemberian Nilai Akhir (DPNA) sebagai berikut:
Kisaran Nilai Huruf Nilai Angka
80 – 100 A 4
70 – 79 B 3
60 – 69 C 2

ix
50 – 59 D 1
0 – 49 E 0

Dalam menentukan nilai akhir, akan digunakan pembobotan sesuai peraturan


akademik sebagai berikut:
Kegiatan Bobot Nilai (%)
Tugas 20
Mid Test 30
Final Test 50

7. JADWAL PERKULIAHAN

No Minggu Topik Bahasan Keterangan

1 I Penjelasan umum meliputi: Kontrak Kontrak


Perkuliahan, TIU dan TIK Perkuliahan, GBPP,
SAP
2 II Pendahuluan sistem tenaga listrik,
Pengertian, tujuan dan keadaan operasi
sistem ketenagalistrikan,
3 III Persoalan dalam operasi sistem
ketenagalistrikan
4 IV Manajemen Operasi sistem tenaga
5 V Optimasi Aliran daya pada unit
pembangkit
6 VI Operasi ekonomis sistem tenaga seperti
biaya operasi pembangkit thermal dan
Economic dispatch: Case 1
7 VII Economic dispatch: Case 1

x
No Minggu Topik Bahasan Keterangan

8 VIII Economic dispatch: Case 2


9 IX Economic dispatch: Case 2
10 X Economic dispatch: Case 3
11 XI Economic dispatch: Case 3
12 XII Jadwal Operasi Unit Pembangkit

xi
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

JUDUL MATA KULIAH : OPERASI SISTEM TENAGA


NOMOR KODE/SKS : EI 337612/2
DESKRIPSI SINGKAT :. Matakuliah ini merupakan mata kuliah inti Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik
listrik. Selesai mengikuti matakuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar tentang operasi sistem
tenaga, kendala-kendala (persoalan) dalam operasi sistem tenaga serta manajemen operasi sistem tenaga. Selain itu pula
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui optimasi Aliran daya pada unit pembangkit serta metode yang digunakan dan
beberapa contoh kasus operasi ekonomis, dibagian terakhir dari pembahasan ini tentang jadwal operasi unit pembangkit.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
secara umum operasi sistem ketenagalistrikan, tujuan operasi dan persoalan-persoalan dalam operasi sistem
ketenagalistrikan, dapat memahami manajemen operasi sistem tenaga yaitu perencanaan, pelaksanaan dan analisa operasi
serta dapat melakukan optimasi sistem pembebanan pembangkit dalam sistem ketenagalistrikan (economic dispatch).

No Tujuan Instruksional Khusus Pokok bahasan Sub Pokok bahasan Estimasi Referensi
Waktu
1 2 3 4 5 6
Setelah mengikuti mata kuliah ini ,
mahasiswa akan dapat:
1 Menjelaskan sistem Pendahuluan 1. Sistem Ketenagalistrikan 1 x pertemuan Lihat
daftar
ketenagalistrikan secara umum, 2. Pengertian dalam Operasi
pustaka

xii
pengertian pengertian, tujuan serta 3 Tujuan Operasi
keadaan dalam operasi sistem 4.Keadaan Operasi Sistem
ketenagalistrikan. Ketenagalistrikan
2. Menjelaskan persoalan-persoalan Persoalan- 1. Pengaturan Frekuensi 1 x pertemuan Lihat
daftar
dalam operasi sistem persoalan dalam 2.Pengaturan tegangan dalam
pustaka
ketenagalistrikan, seperti pengaturan operasi sistem sistem
frekuensi, pengaturan tegangan dalam ketenagalistrikan 3. Pemeliharaan Peralatan
sistem, pemeliahraan peralatan, 4. Biaya Operasi
baiaya operasi, gangguan dalam 5. Gangguan Dalam Sistem
sistem serta perkembangan sistem 6.Perkembangan Sistem
ketenagalistrikan. Ketenagalistrikan.
3. Menjelaskan manajemen operasi Manajemen 1. Perencanaan Operasi 1 x pertemuan Lihat
operasi sistem daftar
sistem tenaga listrik, seperti 2. Pelaksanaan dan
tenaga listrik pustaka
perencanaan operasi, pelaksanaan dan Pengendalian Operasi
pengendalian operasi serta analisa 3. Analisa operasi
operasi.
4. Menjelaskan optimasi aliran daya Optimasi Aliran 1. Economic Dispatch 1 x pertemuan Lihat
daftar
pada unit pembangkit, dalam bagian daya pada unit 2. Metode Lagrange
pustaka
ini akan membahas tentang economic pembangkit 3. Metode Dynamic

xiii
dispatch dan beberapa metode yang Programming
bisa digunakan dalam melakukan
optimasi economic dispatch.
5. Menjelaskan tentang operasi Operasi ekonomis 1. Biaya operasi 1 x pertemuan Lihat
daftar
ekonomis sistem tenaga, sebelumnya sistem tenaga pembangkit thermal.
pustaka
dibahas tentang biaya operasi pada 2. Economic dispatch Case 1 x pertemuan
pembangkit thermal kemudian 1 2 x pertemuan
membahas economic dispatch dengan 3. Economic dispatch Case 2 x pertemuan
3 case (masalah). 2
4. Economic dispatch Case
3
6 Menjelaskan tentang jadwal operasi Jadwal operasi 1. Jadwal Operasi Unit 1 x pertemuan Lihat
daftar
unit pembangkit unit pembangkit Pembangkit
pustaka
2. Menghitung jadwal
Operasi Unit pembangkit

xiv
TINJAUAN MATA KULIAH

1. DESKRIPSI SINGKAT

Matakuliah ini merupakan mata kuliah inti Jurusan Teknik Elektro Program Studi
Teknik listrik. Selesai mengikuti matakuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan konsep dasar tentang operasi sistem tenaga, kendala-kendala (persoalan)
dalam operasi sistem tenaga serta manajemen operasi sistem tenaga. Selain itu pula
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui optimasi Aliran daya pada unit pembangkit
serta metode yang digunakan dan beberapa contoh kasus operasi ekonomis, dibagian
terakhir dari pembahasan ini tentang jadwal operasi unit pembangkit.

2. MANFAAT MATA KULIAH

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan:

4. Dapat memahami secara umum operasi sistem ketenagalistrikan, tujuan operasi


dan persoalan-persoalan dalam operasi sistem ketenagalistrikan.
5. Dapat memahami manajemen operasi sistem tenaga yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan analisa operasi.
6. Dapat melakukan optimasi sistem pembebanan pembangkit dalam sistem
ketenagalistrikan (economic dispatch).

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami secara


umum operasi sistem ketenagalistrikan, tujuan operasi dan persoalan-persoalan dalam
operasi sistem ketenagalistrikan, dapat memahami manajemen operasi sistem tenaga
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan analisa operasi serta dapat melakukan optimasi
sistem pembebanan pembangkit dalam sistem ketenagalistrikan (economic dispatch).

xv
4. URUTAN BAHAN AJAR

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sistem Ketenagalistrikan
1.2 Pengertian dalam Operasi Sistem Ketenagalistrikan
1.3 Tujuan Operasi Sistem Ketenagalistrikan
1.4 Keadaan Operasi Sistem Ketenagalistrikan
BAB II PERSOALAN DALAM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
3.1 Pengaturan Frekuensi
2.2 Pengaturan tegangan dalam sistem
2.3 Pemeliharaan Peralatan
2.4 Biaya Operasi
2.5 Gangguan Dalam Sistem
2.6 Perkembangan Sistem Ketenagalistrikan
BAB III MANAJEMEN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
3.1 Perencanaan Operasi
3.2 Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi
3.3 Analisa operasi
BAB IV OPTIMASI ALIRAN DAYA PADA UNIT PEMBANGKIT
4.1 Economic Dispatch
4.2 Metode Lagrange
4.3 Metode Dynamic Programming
BAB V OPERASI EKONOMIS SISTEM TENAGA
5.1 Biaya Operasi Pembangkit Thermal
5.2 Case 1 : Economic Dispatch dengan Mengabaikan Rugi-Rugi dan kapasitas
Generator
5.3 Case 2 : Economic Dispatch dengan Mengabaikan Rugi-Rugi dan Menghitung
kapasitas

xvi
generator
5.4 Case 3 : Economic Dispatch tanpa Mengabaikan Rugi-Rugi
BAB VI JADWAL OPERASI UNIT PEMBANGKIT
6.1 Jadwal Operasi Unit Pembangkit
6.2 Menghitung jadwal Operasi Unit pembangkit

xvii
HALAMAN PENYEKAT
SESI/PERKULIAHAN KE-1

TIK : Menjelaskan sistem ketenagalistrikan secara umum, pengertian


pengertian, tujuan serta keadaan dalam operasi sistem ketenagalistrikan.

Pokok Bahasan: PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat : Dalam pertemuan ini akan dibahas secara umum


tentang sistem ketenagalistrikan, pengertian dalam operasi sistem tenaga
listrik, tujuan operasi sistem tenaga listrik dan keadaan operasi sistem
tenaga.

I. Bahan Bacaan:

Buku rujukan sebagai referensi dalam bahan ajar ini adalah:


1. Hadi Saadat, Power System Analysis. 1999, New York: Kevin Kane.
2. Wood, Allen J, and Bruce., Power Generation Operation And Control. 1984. ,
New York: John Wiley & Sons, Inc.
3. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. 2006, Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Serta beberapa jurnal nasional dan internasional yang dijadikan sebagai rujukan,
seperti yang terlihat dalam daftar pustaka dibagian akhir buku ajar ini.
II. Pertanyaan Kunci:

Ketika anda membaca bahan bacaan tersebut diatas, gunakanlah pertanyaan-


pertanyaan berikut ini untuk membantu anda:
1. Jelaskan secara umum tentang sistem ketenagalistrikan serta bagian-bagian
utamanya.
2. Jelaskan beberapa pengertian dalam operasi sistem tenaga
3. Jelaskan tujuan operasi sistem tenaga listrik
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Sistem Ketenagalistrikan


Sistem tenaga listrik merupakan sebuah sistem kelistrikan yang menyalurkan
daya listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Daya listrik yang disalurkan
tersebut melalui sebuah jaringan yang disebut dengan jaringan transmisi dan
distribusi. Melalui jaringan ini daya listrik dapat dimanfaatkan oleh konsumen
berdasarkan kebutuhan masing-masing pelanggan. Dalam penyalurannya komponen-
komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya. Sehingga secara
umum sistem ketenagalistrikan dibagi atas 3 bagian utama, yaitu: pembangkit,
transmisi dan distribusi. Ketiga komponen utama tersebut dapat dijelaskan melalui
gambar berikut ini:

Gambar 1.1. Sistem Ketenagalistrikan Diagram Satu Garis


Gambar 1.1 diatas menunjukkan bahwa daya listrik yang digunakan oleh
konsumen, disalurkan melalui jaringan transmisi dan distribusi. Daya tersebut
dihasilkan oleh pembangkit yang dikoppel dengan generator. Jenis pembangkit listrik

1
yang digunakan seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik
tenaga air (PLTA) atau jenis pembangkit listrik lainnya. Melalui trafo step-up
(penaik tegangan), tegangan yang dihasilkan dari generator di naikkan kemudian
disalurkan melalui jaringan transmisi ke jaringan distribusi. Sebelum disalurkan
melalui jaringan distribusi, tegangan tersebut diturunkan kembali melalui trafo step-
down (penurun tegangan). Melalui trafo distribusi, daya listrik tersebut disalurkan
kekonsumen berdasarkan kebutuhan masing-masing pelanggan.

1.2 Pengertian dalam Operasi Sistem Ketenagalistrikan


Sebelum penulis membahas tentang tujuan operasi sistem tenaga listrik, maka
penulis akan terlebih dahulu membahas tentang beberapa macam istilah yang umum
digunakan dalam mata kuliah operasi sistem ketengalistrikan, antara lain:
1. Operasi adalah pelaksana rencana yang telah dikembangkan
2. Sistem tenaga listrik adalah sistem yang menyalurkan energi listrik dari
pembangkit kekonsumen melalui sebuh jaringan transmisi dan/atau distribusi.
3. Pembangkitan tenaga listrik adalah kegiatan yang dilakukan oleh
perorangan/kelompok dalam memproduksi/menghasilkan energi listrik.
4. Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit
listrik ke sistem distribusi atau ke mkonsumen.
5. Distribusi tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari sistem transmisi
atau dari sistem pembangkitan ke konsumen.
6. Konsumen adalah setiap orang atau kelompok/organisasi dan atau badan
usaha yang menggunakan listrik.

1.3 Tujuan Operasi Sistem Ketenagalistrikan


Dalam mengoperasikan suatu sistem tenaga listrik maka ada 3 hal/faktor yang
menjadi landasan anatar lain:
1. Ekonomi (Economy)
Sistem ketenagalistrikan yang dioperasikan harus dengan daya guna yang
ekonomis dengan tetap memperhatikan nilai-nilai keandalan dan kualitas.

2
2. Keandalan (Security)
Merupakan tingkat keamanan sistem ketengalistrikan terhadap adanya
gangguan yang ditimbulkan baik dari gangguan internal maupun eksternal.
Gangguan yang terjadi sedapat mungkin bisa diatasi dengan waktu yang
singkat tanpa melakukan pemadaman atau menimbulkan kerugian lain
terhadap sistem maupun kepada konsumen sebagai pengguna listrik.
3. Kualitas (Quality)
Merupakan hasil/output dari suatu sistem ketenagalistrikan. Nilai-nilai ini
berdasarkan dengan nilai yang sudah ditetapkan oleh pihak penyedia atau
pengelolah sistem ketenagalistrikan seperti kualitas tegangan, frekuensi dan
faktor daya.
Gambar 1.2 berikut mengindikasikan gambaran yang ingin dicapai dari tujuan
operasi sistem ketenagalistrikan, sebagai berikut:

Ekonomi Keandalan

Kualitas

Gambar 1.2. Tujuan Operasi Sistem Ketenagalistrikan

Berdasarkan gambar diatas, ketiga komponen tersebut menjadi priorotas


dalam pengoperasian suatu sistem ketenagalistrikan. Ketika terjadi sebuah gangguan
baik ekternal maupun internal maka yang menjadi prioritas utama adalah keandalan
sistem. Begitupula ketika keadaan normal maka kualitas dan ekonomi menjadi
sasaran utama dalam pengoperasian sistem tenaga listrik. Demikian juga halnya
ketika sistem pengoperasian dalam keadaan normal dengan kualitas listrik yang

3
dihasilkan sudah bagus maka yang menjadi prioritas utama adalah aspek ekonomi.
Sehingga dengan demikian dari ketiga aspek tersebut tidak ada yang menjadi
priorotas utama, tergantung dari kondisi pengoperasian sistem ketengalistrikan.

1.4 Keadaan Operasi Sistem Ketenagalistrikan


Dalam pengoperasian sistem ketenagalistrikan, keadaan normal tidak
selamanya terjadi setiap saat. Gangguan dalam sistem seringkali terjadi baik yang
disebabkan oleh gangguan internal maupun eksternal. Gangguan ini bisa saja terjadi
dalam waktu yang singkat maupun dalam waktu yang cukup lama dengan tipe
gangguan yang berbeda-beda. Akan tetapi bukan berarti bahwa keadaan normal tidak
pernah terjadi dalam pengoperasiannya. Bahkan keadaan normal sebagai sasaran
utama dalam pengoperasian. Keadaan normal lebih sering terjadi dalam sebuah
sistem operasi ketenagalistrikan yang dikelolah dengan profesional. Dalam tulisan
ini ada beberapa keadaan yang mungkin terjadi pada saat operasi sistem
ketenagalistrikan, seperti diuraikan berikut ini:
1. Normal
Kondisi ini yang merupakan harapan yang dinginkan antara penyedia listrik
dengan konsumen. Pada keadaan ini keandalan sistem dapat beroperasi
dengan baik, dimana sistem keamanan dapat terpenuhi sesuai dengan standar
yang diinginkan. Konsumen dapat menggunakan energi listrik yang disuplai
oleh penyedia listrik dengan semaksimal mungkin.
2. Siaga
Pada kondisi ini, penyedia listrik masih sanggup memenuhi segala kebutuhan
listrik konsumen. Konsumen bisa menggunakan energi listrik sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Gangguan yang terjadi masih bisa diselesaikan
dengan baik oleh pihak pengelolah listrik. Hanya saja securiti sistem sudah
tidak dapat terpenuhi dengan baik. Dengan demikian pihak
penyedia/pengelolah listrik mengkategorikan keadaan ini dengan istilah siaga.

4
3. Darurat
Dalam keadaan ini, kondisi operasi sistem ketenagalistrikan mengalami
gangguan. Kendala operasi tidak dapat diatasi dengan baik. Hal ini
disebabkan karena adanya gangguan yang muncul baik itu gangguan dalam
sistem maupun diluar sistem. Sehingga konsumen tidak dapat dilayani dengan
baik.
4. Pemulihan
Kondisi ini adalah merupakan fase peralihan dari keadaan darurat menjadi
normal. Kualitas sistem tenaga listrik yang disalurkan ke konsumen berada
dalam range yang dianjurkan oleh pihak penyedia listrik, seperti tegangan,
frekuensi dan faktor daya. Sehingga pada kondisi ini konsumen sudah bisa
dilayani hanya belum bisa menggunakan listrik semaksimal mungkin.
Hubungan antara beberapa kondisi sistem ketenagalistrikan dapat dijelaskan
melalui gambar berikut ini:

Siaga

Normal Darurat

Garis Pemulihan
Kerja

Gambar 1.3. Keadaan Operasi Sistem Ketenagalistrikan

5
HALAMAN PENYEKAT
SESI/PERKULIAHAN KE-2

TIK : Menjelaskan persoalan-persoalan dalam operasi sistem


ketenagalistrikan, seperti pengaturan frekuensi, pengaturan tegangan dalam
sistem, pemeliharaan peralatan, baiaya operasi, gangguan dalam sistem serta
perkembangan sistem ketenagalistrikan.

Pokok Bahasan: Persoalan-persoalan dalam operasi sistem ketenagalistrikan


Deskripsi Singkat : Dalam pertemuan ini akan dibahas secara umum tentang
beberapa persoalan-persoalan dalam operasi sistem tenaga seperti pengaturan
frekuensi, pengaturan tegangan dalam sistem, pemeliharaan peralatan, biaya
operasi, gangguan dalam sistem dan perkembangan sistem ketenagalistrikan.

I. Bahan Bacaan:

Buku rujukan sebagai referensi dalam bahan ajar ini adalah:


1. Hadi Saadat, Power System Analysis. 1999, New York: Kevin Kane.
2. Wood, Allen J, and Bruce., Power Generation Operation And Control. 1984. ,
New York: John Wiley & Sons, Inc.
3. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. 2006, Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Serta beberapa jurnal nasional dan internasional yang dijadikan sebagai rujukan,
seperti yang terlihat dalam daftar pustaka dibagian akhir buku ajar ini.
II. Pertanyaan Kunci:

Ketika anda membaca bahan bacaan tersebut diatas, gunakanlah pertanyaan-


pertanyaan berikut ini untuk membantu anda:
1. Jelaskan secara umum tentang persoalan-persoalan dalam operasi sistem tenaga?
2. Jelaskan penyebab timbulnya persoalan-persoalan tersebut?
3. Jelaskan bagaimana cara mengatasi dari persoalan-persoalan tersebut?

1
BAB II
PERSOALAN DALAM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa dalam pengoperasian sistem


tenaga listrik, beberapa persoalan-persoalan yang muncul setiap waktu. Persoalan
tersebut disebabkan karena persoalan didalam dan diluar sistem. Seperti adanya
gangguan karena hubung singkat, jatuh tegangan dan juga jenis gangguan lainnya.
Hal ini disebabkan karena beban yang selalu berubah-ubah setiap waktu, biaya
operasional dan juga karena faktor lingkungan/alam.
Pada pembahasan ini, penulis hanya akan membahas beberapa persoalan
utama yang dihadapi oleh penyedia listrik dalam mengoperasikan sistem tenaga,
anatara lain:

2.1 Pengaturan Frekuensi.


Untuk menjaga kualitas dan kontinuitas energi listrik maka penyedia listrik
berkewajiban untuk menjaga sistem secara kontinuitas. Salah satu hal pokok yang
harus dijaga dan diperhatikan oleh penyedia listrik adalah besaran frekuensi. Besaran
frekuensi ini sangat penting karena menjadi tolak ukur akan kualitas dari sebuah
sistem ketenagalistrikan. Frekuensi sistem adalah merupakan indikator yang
digunakan untuk mengetahui bahwa besaran daya yang dibangkitkan sebanding
dengan beban dalam sistem. Kalau daya yang dibangkitkan lebih kecil dari pada
beban sistem maka nilai besaran frekuensi turun, begitupula sebaliknya bila daya
yang dibangkitkan lebih besar dari pada beban dalam sistem maka frekuensi naik.
Sehingga akan terjadi kegagalan pada unit-unit pembangkit secara beruntun yang
menyebabkan kegagalan pada sistem secara total.
Pengaturan frekuensi pada sistem tenaga pada batas yang dianjurkan bukan
hanya untuk menghindari kerusakan alat yang digunakan oleh konsumen. Dimana
peralatan yang digunakan oleh konsumen saat ini berkisar antara 50-60 Hz. Akan
tetapi hal ini maksudkan untuk menjaga kestabilan pada sistem. Kestabilan sistem

6
yang dimaksudkan adalah terciptanya keadaan yang seimbang antara pembangkitan
dan beban sehingga frekuensi sistem bisa normal. Gambar berikut mengilustrasikan
hubungan antara pembangkitan dengan beban:

Gambar 2.1. Hubungan antara pembangkitan dan beban terhadap frekuensi

2.2 Pengaturan tegangan dalam sistem


Sama halnya dengan frekuensi, tegangan merupakan salah satu indikator
kualitas sistem tenaga listrik. Tegangan listrik yang disalurkan melaui jaringan
transmisi dan distribusi ke konsumen sebagai pengguna listrik dituntut untuk sesuai
dengan standard yang diberlakukan oleh penyedia listrik. Hal ini disebabkan karena
perlalatan-peralatan yang digunakan oleh konsumen biasanya telah dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat mengkonsumsi tegangan sampai batas waktu
tertentu. Olehnya itu diperlukan pengaturan tegangan sehingga penggunaan setiap
daya dan tegangan dapat menjadi ekonomis serta aman untuk digunakan oleh
konsumen.
Kendala umum yang dihadapi dalam operasi sistem tenaga pada pengaturan
tegangan adalah besarnya tegangan pada setiap gardu induk tidak sama. Hal ini
disebabkan karena tegangan sangat dipengaruhi oleh besarnya daya reaktif. Daya
reaktif yang dibangkitkan disetiap gardu induk berebeda-beda tergantung dari
jenisnya beban yang dihadapi. Dengan demikian pengaturan tegangan ini tidak dapat

7
dipisahkan dengan besarnya daya reaktif. Besarnya daya reaktif tergantung dari jenis
beban yang ada pada satiap gardu induk. Sehingga diperlukan cara tertentu dalam
pengaturan tegangan ini pada setiap gardu induk.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengaturan tegangan disetiap
gardu distribusi [1], antara lain:
1. Menggunakan alat pengatur (kontrol) tegangan pada setiap gardu induk
2. Memasang kapasitor secara paralel (shunt capasitor) pada gardu induk
Pada gardu induk distribusi, pengaturan tegangan dilakukan dengan cara
mengatur posisi sadapan pengubahan sadapan beban (On Load Tap Changing =
OLTC) yang dilengkapi dengan pengaturan tegangan otomatis dan memasang
kapasitor shunt pada sisi sekunder transformator utama dalam gardu induk distribusi.
Olehnya itu diperlukan suatu metode yang dapat menjaga agar kinerja peralatan-
peralatan tersebut tetap ekonomis dengan tetap menjamin kualitas tegangan yang baik
[1].
Penentuan posisi sadapan berbeban dan status terhubung terputusnya
kapasitor shunt merupakan salah satu upaya untuk mengatur tegangan pada sisi
sekunder. Metode Fuzzy Dynamic Programming dengan proses forward dynamic
programming digunakan untuk menentukan posisi sadapan berbeban pada
transformator. Batasan-batasan penyimpangan tegangan sekunder jumlah maksimal
pergantian tap dan jumlah status terhubung terputusnya kapasitor shunt digunakan
sebagai pertimbangan untuk menentukan hasil yang diinginkan[1].
Fuzzy Dynamic Programming bertujuan untuk mencari kombinasi antara
posisi sadapan dan status kapasitor shunt yang optimum berdasarkan proses optimasi
sebelumnya sehingga didapat tegangan sekunder berkualitas baik dan factor daya
yang maksimal dari hasil proses pencarian posisi sadapan dan status terhubungnya
kapasitor shunt. Fuzzy Dynamic Programming melakukan pendekatan fuzzy dengan
menggunakan variabel-variabel fuzzy seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan
disesuaikan dengan operasi himpunan fuzzy yang digunakan.

8
Dalam pengaturan tegangan pada gardu induk distribusi dengan menggunakan
fuzzy dynamic programming, terdiri dari beberapa proses yang meliputi banyak
proses. Pada proses pencarian posisi sadapan dan status terhubungnya kapasitor shunt
dilakukan pada setiap jam. Terlebih dahulu ditentukan besarnya daya reaktif daya
nyata dan tegangan primer setiap jam yang telah diperkirakan dengan menggunakan
prakirakan jangka pendek. Kemudian ditentukan dan kondisi yaitu pada saat kapasitor
shunt terputus (Xi= 0) dan pada saat kapasitor shunt terhubung (Xi= 1) lalu dicari
rasio tegangan transformator ideal (tideal) untuk masing-masing kondisi, dimana
tegangan sekunder merupakan tegangan sekunder yang ingin dipertahankan (V2=1.0
pu). Lalu tentukan tiga posisi TAP (TAPoptimal, TAPoptimal-,TAPoptimal+). Sehingga rasio
tegangan sekunder actual (tactual) mendekati nilai (tideal). Nilai tactual digunakan
mendapatkan tegangan sekunder actual (V2actual). Perbedaan antara tegangan sekunder
ideal dengan tegangan sekunder actual akan menghasilkan penyimpangan tegangan
sekunder (ΔV2).
Sedangkan untuk menentukan status terhubungnya kapasitor shunt. Dicari
apakah daya reaktif hasil prakiraan lebih besar maka kapasitor shunt terhubung dan
sebaliknya, apabila lebih kecil maka kapasitor shunt terputus. Kemudian dicari nilai
factor daya (pf). Untuk mengetahui jumlah perpindahan posisi sadapan (NTAP) dan
penghubung kapasitor shunt (NC) dalam satu hari, posisi sadapan dan status kapasitor
shunt setiap jam dalam satu hari harus diketahui terlebih dahulu. Total perpindahan
posisi sadapan dapat dihitung dengan menjumlahkan hasil pengurangan posisi
sadapan pada suatu jam (TAPi)dengan posisi sadapan pada jam sebelumnya (TAPi-1)
dari jam 1 hingga 24, proses tersebut juga berlaku untuk mengetahui total
penghubungan kapasitor shunt. Setelah nilai ΔV2, pf, NTAP ,dan Nc ditentukan, nilai-
nilai tersebut ditransformasikan ke dalam ruang himpunan fuzzy, dengan memberikan
nilai-nilai keanggotaannya. Dengan nilai-nilai keanggotaan ini, maka kita dapat
mencari suatu kondisi dengan nilai obyektifitas tertinggi.
Selain dengan metode tersebut, pengaturan tegangan dalam sistem juga dpat
dilakukan berdasarkan periode beban, yaitu beban rendah dan beban puncak [2].

9
1. Pengaturan tegangan pada beban rendah
Langkah-langkah operasi yang ditempuh dalam sistem penyaluran untuk mengurangi
kelebihan-kelebihan daya reaktif pada kondisi beban rendah adalah sebagai berikut:
a. Pengoperasian reaktor dan pelepasan kapasitor
Semua reaktor yang dipasang pada gardu induk tegangan ekstra tinggi pada
periode beban rendah dalam posisi dioperasikan. Semua kapasiotr yang terpasang
pada jaringan 150 kV, 70 kV dan 20 kV dikeluarkan.
b. Pengaturan daya reaktif unit pembangkit
Semua unit pembangkit yang berskala besar pada periode beban rendah beroperasi
menyerap daya reaktif untuk mengantisipasi tegangan tinggi yang terjadi pada
sistem
c. Perubahan Konfigurasi jaringan
Jaringan sistem 500 kV dengan sirkit ganda akan dioperasikan dengan modus
operasi sirkit tunggal dengan melihat kondisi operasi real time. Pengaturan
tegangan dengan dengan modus operasi sirkit tunggal pada jaringan sistem 500 kV
akan dilakukan secara real time oleh pelaksana pengendali operasi dipusat
pengatur beban. Sedangkan sistem 150 kV dan 70 kV akan dilakukan oleh region.
Rekonfigurasi jaringan saluran kabel tegangan tinggi dan saluran udara tegangan
tinggi dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan rekonfigurasi jaringan di
saluran udara tegangan ekstra tinggi
2. Pengaturan tegangan pada beban puncak
Langkah operasi yang ditempuh dalam sistem penyaluran untuk meningkatklan
kekurangan daya reaktif pada saat terjadi beban puncak adalah sebagai berikut:
1. Pelepasan reaktor dan pengoperasian kapasitor
Reaktor yang dipasang pada gardu induk tegangan ektra tinggi pada periode ini
dalam posisi dikeluarkan. Semua kapasiotr yang dipasang disisi 150 kV, 70 kV
dan 20 kV pada periode ini dimasukkan.
2. Pengaturan daya rekatif untuk pembangkit

10
Semua unit pembangkit terutama yang berskala besar pada periode beban puncak
beroperasi memberi daya reaktif untuk mengantisipasi tegangan rendah yang
terjadi pada sistem.

2.3 Pemeliharaan Peralatan


Pemeliharaan adalah suatu kegiatan terpadu yang dilakukan terhadap instalasi dan
sarana pendukungnya untuk mencegah kerusakan atau mengembalikan/memulihkan
instalasi dan sarana tersebut pada keadaan normal. Keadaan yang ingin dicapai
dengan melakukan pemeliharaan tersebut adalah [3]:
1. Mempunyai umur (masa guna) yang panjang
2. Selalu menampilkan unjuk kerja yang andal, daya mampu serta efisiensi yang
optimal
3. Tetap dalam keadaan baik dan selalu dalam keadaan siap pakai
4. Teratur, rapi dan memberikan suasana yang menyenangkan
5. Dapat mengembalikan modal/biaya yang sudah dikeluarkan dalam jangka
waktu yang tepat dan memberikan keuntungan
6. Aman terhadap petugas dan lingkungan.
Untuk mendapatkan tujuan dari pemeliharaan tersebut maka peralatan tersebut
perlu dipelihara secara periodik berdasarkan waktu yang sudah ditentukan melalui
buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik peralatan yang bersangkutan. Disisi
lain, jadwal pemeliharaan ini akan mengganggu kinerja operasi dalam sistem tenaga.
Dengan demikian perlu ada koordinasi didalam sistem sehingga jadwal pemeliharaan
tidak akan mengganggu kontinuitas daya yang didistribusikan kekonsumen.
Pemeliharaan merupakan salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan dalam
pengoperasian sistem tenaga listrik, karena dengan sistem pemeliharaan yang baik,
peralatan-peralatan pada sistem tenaga dapat beroperasi dengan baik, sehingga
kebutuhan energi listrik ke konsumen dapat terlayani dengan baik dengan tingkat
keandalan yang tinggi, selain itu harga peralatan sistem tenaga listrik yang mahal dan
investigasi yang besar dalam sistem ketenagaan listrik juga mendorong perlunya

11
pemeliharaan peralatan sistem tenaga listrik. Salah satu hal yang melatarbelakangi
perlunya pemeliharaan terhadap peralatan listrik adalah karena peralatan listrik
mempunyai peran yang menentukan dalam operasi suatu sistem, misalnya Pemutus
Tenaga Listrik (PMT) [4].
Baik buruknya pemeliharaan pada peralatan listrik dapat dilihat dari umur
peralatan listrik itu sendiri dan besar relatif beban yang ditanggung peralatan listrik
dalam operasi kerjanya. Umur operasi peralatan listrik dapat dijadikan tolok ukur
keberhasilan suatu sistem pemeliharaan, semakin lama umur operasi peralatan listrik
dapat dikatakan baik pula sistem pemeliharaan yang dilakukan, sebaliknya apabila
umur operasi peralatan listrik yang pendek menandakan sistem pemeliharaan yang
kurang baik. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya pemeliharaan, peralatan
listrik dapat bekerja lebih lama dengan performa maksimal sehingga meningkatkan
kualitas sistem tenaga listrik[4].
Berikut dijelaskan beberapa jenis-jenis pemeliharaan peralatan, sebagai berikut
[5]:
1. Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan yang
dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan
kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi
kondisi tersebut dapat diketahui gejala
kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi secara
online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini diperlukan
peralatan dan personil khusus untuk analisa. Pemeliharaan ini disebut juga
pemeliharaan berdasarkan kondisi (ConditionBase Maintenance ).
2. Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan
yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba
dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur
teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada :
Instruction Manual dari pabrik, standar-standar yang ada ( IEC, CIGRE, dll ) dan

12
pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan
berdasarkan waktu ( Time Base Maintenance ).
3. Corective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat
menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula
disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga
Curative Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau penggantian
part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana.
4. Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi
kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

2.4 Biaya Operasi


Optimisasi aliran daya merupakan salah satu masalah dalam analisa sistem
tenaga yang berperan penting dalam analisa perencanaan sistem tenaga baik dalam
pengadaan sistem yang baru maupun pengembangan sistem yang telah ada.
Optimisasi aliran daya sebagai suatu studi sistem tenaga yang memberikan banyak
informasi yang antara lain berupa sudut fasa tegangan tiap bus dalam sistem, besar
daya pembangkitan dan beban aktif maupun reaktif pada tiap bus dan informasi lain.
Aliran daya dapat juga dipakai untuk memperoleh kondisi awal pada analisa
kestabilan [6].
Dua langkah utama perhitungan optimisasi aliran daya sistem tenaga listrik
adalah perhitungan aliran daya dan optimisasi biaya operasi pembangkit sebagai
pemberi daya. Biaya bahan bakar adalah faktor utama dalam stasiun pembangkit yang
menggunakan bahan bakar fosil perlu diminimisasi melalui pembebanan ekonomis
[6].
Menurut [7] Pengoperasian sistem yang efisien sangat penting dampaknya
hingga dapat menjamin hubungan yang pantas antara biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan listrik untuk memproduksi satu kilowatt jam dengan biaya yang harus

13
dibayar oleh pelanggan. Faktor ekonomi yang dominan dalam operasi sistem tenaga
adalah biaya bahan bakar pembangkit thermal.
Biaya bahan bakar pada umumnya merupakan komponen biaya terbesar kira-
kira 60 % dari keseluruhan biaya operasi. Pengendalian biaya operasi ini merupakan
hal yang pokok, optimalisasi biaya sebesar 1% saja untuk sistem yang berskala besar
dapat menghasilkan
penghematan dalam orde milyaran rupiah pertahun[7].
Pembangkit-pembangkit yang ada saat ini sebagian besar menggunakan
pembangkit hidro dan thermis. Walaupun jenis pembangkit lain juga ikut andil
didalam membangkitkan/memproduksi energi listrik. Manajemen sistem pembagian
beban antara satu pembangkit dengan pembangkit lain harus dilakukan seefektif
mungkin untuk mendapatkan biaya operasi seminimal mungkin tanpa mengabaikan
batasan minimal pembangkitan suatu unit pembangkit listrik. Biaya operasi yang
sangat tinggi mengharuskan manajemen penyedia listrik untuk melakukan cara yang
tepat didalam mengoperasikan pembangkit-pembangkt listrik tersebut. Penghematan
biaya operasi dan produksi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pembangkit
hidro, hal ini disebabkan karena jenis pembangkit ini tidak memerlukan bahan bakar
untuk pengoperasian pembangkit.
Dalam pengoperasian pembangkit diperlukan suatu metode untuk menekan
biaya operasi suatu pembangkit. Pengoperasian unit-unit pembangkit pada pemintaan
daya tertentu dalam suatu stasiun dilakukan dengan mendistribusikan beban di antara
unit-unit pembangkit dalam stasiun tersebut[8]. unit pembangkit dalam suatu stasiun
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga diperlukan suatu penjadwalan
pengoperasian setiap unit pembangkit untuk suatu pembebanan ekonomis tertentu
pada sistem dengan mempertimbangkan kehilangan daya pada saluran transmisi.
Dengan demikian dapat diperoleh suatu pengoperasian pembangkit yang optimal
untuk menekan biaya operasi [9, 10].
Gambar berikut mengindikasikan kurva karakteristik biaya bahan bakar
terhadap daya aktif.

14
Gambar 2.2 Kurva karakteristik antara biaya bahan bakar terhadap daya aktif
Hubungan antara konsumsi bahan bakar terhadap daya yang dibangkitkan
pembangkit dirumuskan oleh persamaan berikut [10]:
Ci = α i + β i Pgi + γ i Pgi2 (2.1)
Dimana:
Ci, = konsumsi bahan bakar unit ke-i (m3/h atau liter/jam)
Pgi = daya yang dibangkitkan generator unit ke-i (kW)
α i , β i , γ i=konstanta hubungan bahan bakar dan daya yang dihasilkan uni t
ke i .
Konstanta α i , β i , γ i didapatkan dengan menentukan 3 (tiga) titik potong
seperti pada gambar diatas ini hubungan antara konsumsi bahan bakar (yi) dan daya
yang dibangkitkan atau beban (xi) yang dipikul unit pembangkit terlebih dahulu. Tiga
titik potong tersebut adalah titik x1y1 (pada beban rendah), x2y2 (pada beban
menengah) dan x3y3 (pada beban tinggi) yang ketiga titik tersebut diambil pada
sembarang titik [10]. Dengan demikian persamaan diatas menjadi:
y1 = α 1 + β 1 x1 + γ 1 x12 (2.2)
y2 = α 2 + β 2 x2 + γ 2 x22 (2.3)
y3 = α 3 + β 3 x3 + γ 3 x32 (2.4)
Ketiga persamaan tersebut disubtitusikan hingga didapatkan nilai-nilai α i , β i , γ i.
Dalam suatu sistem tenaga dengan sejumlah n pembangkit, konsumsi bahan bakar
total pembangkitan dapat dirumuskan sebagai berikut [10]:
𝑛
Ct = 𝑖=1 𝐶𝑖 (2.5)

15
dimana:
Ct = konsumsi bahan bakar total pembangkit
Ci = konsumsi bahan bakar unit ke-i pembangkit
n = jumlah unit pembangkit

2.5 Gangguan Dalam Sistem


Gangguan yang terjadi pada system tenaga listrik sangat beragam besaran dan
jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal dimana
keadaan ini dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan tenaga listrik.
Secara umum klasifikasi gangguan pada system tenaga listrik disebabkan oleh 2
faktor, yaitu:
1. Gangguan yang berasal dari system
2. Gangguan yang berasal dari luar system
Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem antara lain :
1. Tegangan dan arus abnormal.
2. Pemasangan yang kurang baik.
3. Kesalahan mekanis karena proses penuaan
4. Beban lebih.
5. Kerusakan material seperti isolator pecah, kawat putus, atau kabel cacat isolasinya.
Sedangkan untuk gangguan yang berasal dari luar sistem antara lain:
1. Gangguan-gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain. Gangguan ini
terjadi untuk sistem kelistrikan bawah tanah.
2. Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan surja petir
dapat mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat menyebabkan gangguan
hubung singkat karena tembus isolasi peralatan ( breakdown ).
3. Pengaruh lingkungan seperti pohon, binatang dan benda-benda asing serta akibat
kecerobohan manusia.
Bila ditinaju dari segi lamanya waktu gangguan, maka dapat dikelompokkan
menjadi :

16
1. Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau
dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya.
Gangguan sementara jika tidak dapat hilang dengan segera, baik hilang dengan
sendirinya maupun karena bekerjanya alat pengaman dapat berubah menjadi
gangguan permanen.
2. Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk membebaskannya diperlukan
tindakan perbaikan dan/atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut.
Untuk gangguan yang bersifat sementara setelah arus gangguannya terputus
misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh rele pengamannya, peralatan atau
saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali. Sedangkan pada
gangguan permanen terjadi kerusakan yang bersifat permanen sehingga baru bisa
dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti.
Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa
yang terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai
harga yang jauh lebih besar dari rating arus maksimum yang diijinkan, sehingga
terjadi kenaikan temperatur yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan
listrik yang digunakan.
Dalam sistem tenaga listrik tiga fasa, gangguan–gangguan arus lebih yang
mungkin terjadi adalah sebagai berikut yaitu :

a. Gangguan beban lebih (overload)


Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus menerus
berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri arus tersebut. Pada saat
gangguan ini terjadi arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan
pengaman yang terpasang.
b. Gangguan hubung singkat
Gangguan hubung singkat dapat terjadi dua fasa, tiga fasa, satu fasa ke tanah,
dua fasa ke tanah, atau 3 fasa ke tanah. Gangguan hubung singkat ini sendiri dapat
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu gangguan hubung singkat simetri dan

17
gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan yang termasuk dalam
hubung singkat simetri yaitu gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan
yang lainnya merupakan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan
ini akan mengakibatkan arus lebih pada fasa yang terganggu dan juga akan dapat
mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu.
Hampir semua gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah
gangguan tidak simetri. Gangguan tidak simetri ini terjadi sebagai akibat gangguan
hubung singkat satu fasa ke tanah, gangguan hubung singkat dua fasa, atau gangguan
hubung singkat dua fasa ke tanah.
Gangguan-gangguan tidak simetri akan menyebabkan mengalirnya arus tak
seimbang dalam sistem sehingga untuk analisa gangguan digunakan metode
komponen simetri untuk menentukan arus maupun tegangan di semua bagian sistem
setelah terjadi gangguan. Gangguan ini akan mengakibatkan arus lebh pada fasa yang
terganggu dan juga akan dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang
tidak terganggu. Gangguan dapat diperkecil dengan cara pemeliharaannya.
Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan dengan adanya gangguan hubung
singkat tersebut antara lain:
1. Rusaknya peralatan listrik yang berada dekat dengan gangguan yang
disebabkan arus-arus yang besar, arus tak seimbang maupun tegangan-
tegangan rendah.
2. Berkurangnya stabilitas daya system tersebut.
3. Terhentinya kontinuitas pelayanan listrik kepada konsumen apabila gangguan
hubung singkat tersebut sampai mengakibatkan bekerjanya CB yang biasa
disebut dengan pemadaman litrik.

C. Gangguan tegangan lebih


Gangguan tegangan lebih diakibatkan karena adanya kelainan pada sistem.
Gangguan tegangan lebih dapat terjadi antara lain karena :
1. Gangguan petir

18
2. Gangguan surja hubung, di antaranya adalah penutupan saluran tak serempak pada
pemutus tiga fasa, penutupan kembali saluran dengan cepat, pelepasan beban
akibat gangguan, penutupan saluran yang semula tidak masuk sistem menjadi
masuk sistem, dan sebagainya.

2.6 Perkembangan Sistem Ketenagalistrikan


Perkembangan sistem ketengalistrikan semakin pesat seiring dengan jumlah
pertumbuhan penduduk yang bertambah setiap saat. Hal ini disebabkan karena beban
selalu berubah sepanjang waktu dan juga selalu berkembang seirama dengan
perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan secara eksak,
sehingga perlu diamati secara terus menerus agar dapat diketahui langkah
pengembangan sistem yang harus dilakukan agar sistem selalu dapat mengikuti
perkembangan beban sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga listrik dalam
sistem[11].
Peningkatan beban listrik dengan ketersediaan daya listrik yang tidak
seimbang adalah merupakan masalah pokok yang dihadapi bukan saja oleh
pemerintah, perusahaan listrik sebagai penyedia listrik teatpi juga masyarakat sebagai
pengguna listrik. Perusahaan penyedia listrik seakan-akan tidak sanggup
meng"cover" beban listrik yang berkembang pesat ditengah-tengah masyarakat.
Kebutuhan akan energi listrik semakin hari semakin bertambah seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan serta ekonomi masyarakat
yang semakin hari semakin meningkat. Sehingga akan menyebabkan munculnya
masalah baru dalam sistem ketenagalistrikan baik dalam sistem operasi maupun
dalam penyalurannya.
Gambar berikut ini mengindikasikan perkembangan beban/kebutuhan listrik
dengan tingkat pertumbuhan energi yang tersedia. Dari gambar tersebut nampak
bahwa jarak antara tingkat kebutuhan energi dengan ketersediaan energi sangat besar.
Hal inilah yang menyebabkan penyaluran energi listrik kekonsumen tidak bisa

19
berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Selain itu pula akan
mempengaruhi tingkat pertumbuhan disektor ekonomi/industri.

Gambar 2.3 Pertumbungan kebutuhan dan ketersediaan energi


Berdasarkan hal tersebut maka penyedia listrik dituntut untuk bisa mengatasi
masalah ini. Bukan hanya dengan cara membangun pembangkit baru, sebagai
salahsatu cara yang bisa ditempuh untuk menambah energi baru. Akan tetapi
diupayakan bisa mengoptimalkan sumber energi yang sudah ada dengan mencari
inovasi-inovasi baru dalam menanggulangi krisis energi listrik. Sehingga gap yang
terjadi antara kebutuhan dan ketersediaan energi dapat dikurangi seminimal mungkin
dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lain seperti investasi, politik dan
lingkungan.
Dalam penyaluran energi listrik ke konsumen; pembangkit, transmisi dan
distribusi biasanya dikuasai oleh sebuah perusahaan yang bertanggung jawab untuk
mengoperasikan, menyalurkan dan menjual daya listrik ke konsumen. Namun dalam
dua dekade terakhir, beberapa negara maju melakukan perubahan terhadap sistem
ketenagalistrikan, seperti Australia, Amerika dan Inggeris. Hal ini didasarkan pada

20
aturan dan kebijakan masing-masing negara. Perubahan utama yang dilakukan dalam
sistem tersebut adalah dengan melibatkan pihak ketiga dalam mengoperasikan
pembangkit, transmisi dan distribusi bahkan melibatkan perusahaan berbeda dalam
proses penjualam energi listrik ke konsumen yang biasa disebut dengan "retail
company". Sistem ini dikenal dengan nama sistem ketenagalistrikan sistem kompetisi
(Competition electricity power system structure) seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2 berikut ini:

Gambar 2.4. Sistem Ketenagalistrikan Sistem Kempetisi [12]


Dalam sistem ketenagalistrikan ini, yang menjadi perbedaan utama dengan
sistem ketenagalistrikan yang lama adalah keberadaan pihak ketiga seperti "retail
company" dan "aggregator" dalam sistem. Selain itu pula keberadaan "market
operator" yang bertanggung jawab penuh terhadap sistem kelistrikan secara
keseluruhan. Biasanya market operator ini adalah gabungan dari pihak-pihak yang
ikut serta dalam menyediakan sumber energi listrik. Dalam praktreknya market
operator ini sahamnya dikuasai oleh pihak pemerintah setempat. Disamping itu pula,

21
perusahaan transmisi dan distribusi listrik yang tidak lagi hanya dikuasai oleh satu
perusahaan saja, hanya bertanggung jawab dalam menyalurkan daya listrik ke
konsumen. Penjualan listrik akan dikelolah oleh perusahaan lain yang disebut dengan
istilah "retail company". Aggregator adalah merupakan kumpulan/kelompok
konsumen yang keberadaannya dimaksudkan untuk membantu konsumen dalam
melakukan komunikasi antara antara pihak konsumen dengan pihak market operator.
Hal-hal yang bisa dikomunikasikan adalah pelayanan dan harga listrik. Tentunya
harga listrik yang dimaksud adalah adalah harga listrik produksi (electricity market)
yang juga bisa digunakan oleh konsumen dalam melakukan proses jual beli listrik.
Tujuan yang diharapkan dengan penerapan sistem kempetisi ini adalah
disamping untuk meningkatkan eifisiensi, mengurangi biaya pemeliharaan juga untuk
memberikan beberapa pilihan pada konsumen dalam menentukan sumber energi
listrik yang diinginkan [13].

22
HALAMAN PENYEKAT

SESI/PERKULIAHAN KE-3

TIK : Menjelaskan manajemen operasi sistem tenaga listrik, seperti


perencanaan operasi, pelaksanaan dan pengendalian operasi serta analisa
operasi.

Pokok Bahasan: Manajemen operasi sistem tenaga listrik


Deskripsi Singkat : Dalam pertemuan ini akan dibahas secara umum
tentang perencanaan operasi, pelaksanaan dan pengendalian operasi,
analisa operasi.

I. Bahan Bacaan:

Buku rujukan sebagai referensi dalam bahan ajar ini adalah:


1. Hadi Saadat, Power System Analysis. 1999, New York: Kevin Kane.
2. Wood, Allen J, and Bruce., Power Generation Operation And Control.
1984. , New York: John Wiley & Sons, Inc.
3. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. 2006, Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu.
Serta beberapa jurnal nasional dan internasional yang dijadikan sebagai
rujukan, seperti yang terlihat dalam daftar pustaka dibagian akhir buku ajar
ini.
II. Pertanyaan Kunci:

Ketika anda membaca bahan bacaan tersebut diatas, gunakanlah pertanyaan-


pertanyaan berikut ini untuk membantu anda:
1. Jelaskan secara umum tentang manajemen operasi sistem tenaga?
2. Jelaskan secara umum tentang perencanaan operasi?
3. Jelaskan secara umum tentang pelaksanaan dan pengendalian operasi?
4. Jelaskan secara umum tentang analisa hasil operasi?

6
BAB III
MANAJEMEN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai dalam mengoperasikan suatu


sistem tenaga listrik, yaitu ekonomi, andal dan berkualitas, maka didalam
pengeoperasiannya perlu dikelolah dengan baik dan profesional. Mengingat hal ini
bukan saja karena faktor pelayanan tetapi juga karena biaya operasi sistem
ketenagalistrikan yang sangat besar. Olehnya itu perlu dibuat suatu rencana
operasi/schedule sebelum sistem ini dijalankan dengan baik. Rencana operasi ini
menyangkut tentang rencana alokasi energi yang akan didistribusikan kekonsumen
juga rencana pemeliharaan unit-unit yang membangkitkan energi listrik serta bentuk
dan jenis rencana lain yang erat hubungannya dengan pengoperasian sistem tenaga
listrik. Sehingga diharapkan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud sesuai dengan
harapan pemerintah, penyedia listrik dan masyarakat sebagai pengguna listrik.
Untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain[8]:
a. Perencanaan Operasi
Dalam perencanaan operasi mencakup bukan saja rencana operasi itu sendiri
akan tetapi juga menyangkut analisa beban, optimasi, koordinasi pemeliharaan dan
keandalan serta mutu tenaga listrik.
b. Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi.
Pelaksanaan dari rencana operasi serta pengendaliannya apabila terjadi hal-hal
yang tidak sesuai dari rencana operasi tersebut.
c. Analisa Operasi
Setelah perencanaan dan pelaksanaan operasi maka perlu diadakan analisa
atas hasil-hasil yang telah dicapai dari sistem pengeoperasian sebagai bahan masukan,
rujukan dan perbaikan untuk perencanaan operasi selanjutnya.

23
3.1 Perencanaan Operasi
3.1.1 Rencana Operasi
Rencana operasi adalah suatu rencana mengenai bagaimana suatu sistem
tenaga listrik akan dioperasikan untuk kurun waktu tertentu. Hal ini tergantung
kepada masalah yang harus dipersiapkan maka ada beberapa macam rencana operasi
berdasarkan waktu [8], yaitu
a. Rencana Tahunan
Masalah-masalah yang penyelesaiannya memerlukan waktu kira-kira satu
tahun dicakup dalam rencana ini, misalnya rencana pemeliharaan unit-unit
pembangkit yang memerlukan persiapan satu tahun sebelumnya karena pengadaan
suku cadangnya memerlukan waktu satu tahun. Di lain pihak pemeliharaan unit-unit
pembangkit dalam sistem tenaga listrik perlu dikoordinir agar unit- unit pembangkit
yang tidak mengalami pemeliharaan dan siap operasi dapat cukup menyediakan daya
bagi beban.
Rencana Operasi tahunan juga meliputi perencanaan alokasi energi yang akan
diproduksi dalam satu tahun dalam setiap Pusat Listrik dalam kaitannya dengan
rencana pemeliharaan unit pembangkit tersebut diatas, perkiraan beban tahunan,
beroperasinya unit-unit pembangkit baru serta perkiraan hujan atau perkiraan
produksi PLTA dalam tahun yang bersangkutan. Alokasi energi yang akan diproduksi
Pusat Listrik Termis berarti pula alokasi biaya bahan bakar yang merupakan biaya
terbesar dalam Perusahaan Listrik pada umumnya demikian pula halnya pada
Perusahaan penyedia listrik Rencana pemeliharaan unit-unit pembangkit
sesungguhnya merupakan bagian dari rencana pemeliharaan peralatan secara
keseluruhan dan biaya pemeliharaan unit-unit pembangkit menelan biaya terbesar
dari biaya pemeliharaan peralatan perusahaan. Dari uraian diatas kiranya jelas bahwa
Rencana Operasi Tahunan merupakan bahan utama bagi penyusunan Rencana
Anggaran Biaya Tahunan suatu Perusahaan Listrik.

24
b. Rencana Triwulan
Rencana Operasi Triwulanan merupakan peninjauan kembali Rencana
Operasi Tahunan dengan horison waktu tiga bulan ke depan. Hal-hal yang
direncanakan dalam Rencana Operasi Tahunan tetapi ternyata setelah waktu berjalan
tidak cocok dengan kenyataan perlu dikoreksi dalam Rencana Operasi Triwulanan.
Misalnya unit pembangkit baru yang diperkirakan dapat beroperasi dalam triwulan ke
dua dari Rencana Tahunan ternyata menjelang triwulan kedua diperkirakan belum
dapat beroperasi dalam triwulan kedua.Maka sehubungan dengan hal ini perlu
dilakukan koreksi-koreksi terhadap Rencana Operasi Tahunan dalam menyusun
Rencana Operasi Triwulan kedua.
c. Rencana Bulanan
Selain merupakan koreksi terhadap Rencana Triwulanan untuk horison waktu
satu bulan ke depan, Rencana Operasi Bulanan mulai mengandung rencana yang
menyangkut langkah-langkah operasionil dalam sistem, sedangkan Rencana Operasi
Tahunan dan Triwulanan lebih banyak mengandung hal-hal yang bersifat manajerial.
Hal-hal yang bersifat operasionil yang dicakup dalam Rencana Operasi Bulanan
adalah :
1. Peninjauan atas jam kerja unit-unit pembangkit yang bersifat peaking units
terutama dalam kaitannya dengan rencana pemeliharaan. Hal ini diperlukan
untuk membuat jadwal operasi unit-unit pembangkit yang bersangkutan.
2. Alokasi produksi Pusat-pusat Listrik Termis dalam kaitannya dengan
pemesanan bahan bakar kepada perusahaan Bahan Bakar.
d. Rencana Mingguan
Dalam Rencana Operasi Mingguan tidak ada lagi hal-hal yang bersifat
manajerial karena masalah-masalah manajerial tidak mungkin diselesaikan dalam
jangka seminggu. Rencana Operasi Mingguan mengandung rencana mengenai
langkah-langkah operasional yang akan dilakukan untuk jangka waktu satuminggu
yang akan datang dengan memperhatikan pengarahan yang tercakup dalam rencana
bulanan dan mempertimbangkan perkiraan atas hal-hal yang bersifat tidak menentu

25
untuk jangka waktu satu minggu yang akan datang. Hal-hal yang bersifat tidak
menentu adalah jumlah air yang akan diterima PLTA-PLTA (pada musim hujan)
serta beban untuk 168 jam (satu minggu) yang akan datang.
Rencana Operasi Mingguan berisi jadwal operasi serta pembebanan unit-unit
pembangkit untuk 168 jam yang akan datang atas dasar pertimbangan ekonomis
(pembebanan yang optimum) dengan memperhatikan berbagai kendala operasionil
seperti beban minimum dan maksimum dari unit pembangkit serta masalah aliran
daya dan tegangan dalam jaringan.
e. Rencana Harian
Rencana Operasi Harian merupakan koreksi dari Rencana Operasi Mingguan
untuk disesuaikan dengan kondisi yang mutakhir dalam sistem tenaga listrik Rencana
Operasi Harian merupakan pedoman pelaksanaan Operasi Real Time.

3.1.2 Analisa beban Sistem


Beban listrik adalah besarnya daya listrik yang digunakan oleh pengguna
listrik. Besarnya beban listrik tergantung dari jumlah pemakaian yang dikonsumsi
oleh pengguna. Olehnya itu besarnya beban listrik dalam suatu sistem tidak bisa
dihitung secara real time. Beban listrik bisa diperkirakan berdasarkan beban listrik
sebelumnya dan perkiraan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini disebabkan karena
beban listrik tergantung dari tingkat kebutuhan masyarakat. Semakin besar kebutuhan
masyarakat maka kebutuhan akan daya listrik juga akan meningkat.
Analisa beban pada suatu sistem ketenagalistrikan sangat dibutuhkan untuk
membantu pihak pegelolah dalam menentukan rencana operasi sistem. Analisa beban
ini bisa dilakukan untuk mengantisipasi bila terjadi lonjakan/kelebihan beban pada
sistem. Analisa beban dilakukan dengan melakukan perkiraan pertumbuhan beban
baik dalam jangka waktu singkat, menengah maupun waktu lama. Perubahan beban
boleh saja terjadi dalam waktu yang singkat disebabkan karena terjadinya beban
puncak. Beban puncak tersebut terjadi karena peningkatan kebutuhan tenaga listrik
oleh pengguna.

26
Berdasarkan dari jenisnya, maka beban dapat dikategorikan menjadi dua
bagian yaitu beban puncak (peak-sesion) dan bukan beban puncak (off-peak session).
Beban puncak ini biasanya terjadi ketika pengguna listrik secara bersamaan
menggunakan listrik untuk kebutuhannya masing-masing. Biasanya ini terjadi dari
jam 17.00 sore sampai 21.00 malam. Ketika pengguna listrik bersamaan
menggunakan kebutuhan listrik dirumah-masing-masing. Tapi juga tidak menutup
kemungkinan beban puncak terjadi disiang hari, ketika pengguna listrik secara
bersamaan menggunakan peralatan air cinditinoing (AC) disiang hari pada musim
kemarau. Sedangkan off-peak session terjadi ketika lonjakan akan kebutuhan listrik
tidak terlalu meningkat. Kebutuhan listrik berada pada level/tingkatan dasar atau
menengah, seperti pada waktu-waktu biasa.
Gambar berikut ini mengindikasikan lonjakan daya pada waktu-waktu
tertentu, dimana peak-sesion terjadi. Disisi lain, off-peak session juga terjadi ketika
sebahagian masyarakat tidak menggunakan daya listrik secara bersama-sama.

Gambar 3.1 Contoh kurva karakteristik beban didaerah Queensland Australia[14]


Gambar diatas adalah salahsatu contoh perubahan beban ketika terjadi
perubahan beban dari bukan beban puncak ke beban puncak pada tanggal 11 Oktober
sampai dengan 13 Oktober 2015 di Queensland Austrlia. Berdasarkan gambar

27
tersebut diatas mengindikasikan bahwa beban puncak yang terjadi dari jam 17.00
sampai 21.00. Bahkan beban puncak juga terjadi pada jam 12.00 siang pada tanggal
13 Oktober 2015. Disisi lain off-peak sesason terjadi diluar waktu tersebut. Hal ini
berarti bahwa beban puncak itu bisa saja terjadi setiap saat ketika pemakaian energi
listrik digunakan oleh konsumen secara besar-besaran. Olehnya itu dalam operasi
sistem tenaga perlu diadakan evaluasi/analisa perkiraan beban listrik untuk
menghindari munculnya gangguan atau tidak cukupnya energi listrik yang disediakan
oleh perusahaan penyedia listrik ke konsumen.
Operasi sistem tenaga listrik yang modern biasanya berhubungan dengan
berbagai variasi prosedur perencanaan. Perencanaan operasi meliputi metodologi dan
proses pengambilan keputusan di mana suatu sistem tenaga listrik disusun untuk
memenuhi beban listrik dalam jaringan yang telah ditetapkan kriteria kinerja teknis
serta kriteria kinerja ekonomisnya. Proses perencanaan operasi harus dimulai dengan
proyeksi penyaluran beban listrik masa depan pada interval waktu tertentu, yaitu
dengan melakukan peramalan beban (load for ecasting). Peramalan beban listrik
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu peramalan beban jangka pendek (short
term load forecasting) , jangka menengah dan jangka panjang. Setiap model
peramalan beban menggunakan metode yang berbeda untuk memenuhi tujuan
spesifiknya [15] .
Peramalan beban selalu menjadi bagian penting dalam perencanaan dan
operasi sistem tenaga listrik yang efisien. Oleh karena itu peramalan beban telah
menjadi fokus penelitian di dalam negeri dan juga di luar negeri [1]. Data hasil
peramalan beban dapat digunakan sebagai acuan optimalisasi aliran daya, operasi
ekonomis sistem tenaga, unit commitment hydro-thermal dan perencanaan
pembangkitan energi listrik. Oleh karena itu sistem peramalan beban menjadi bagian
yang sangat penting, sehingga tingkat akurasinya sangat diperlukan [15].
Masalah utama dalam perencanaan adalah penentuan kebutuhan beban listrik
dimasa depan, karena energi listrik tidak dapat disimpan. Peramalan beban yang
benar akan sangat penting untuk kebutuhan investasi. Peramalan beban jangka

28
pendek menghitung estimasi beban listrik harian untuk setiap jam (bahkan per
setengah jam) dan menghitung beban puncak harian. Banyak metode yang
dikembangkan untuk melakukan peramalan beban, tetapi umumnya menggunakan
pendekatan berbagai metode statistik misalnya regresi linier, model Bob Jenkins,
eksponensial smooting dan Kalman Filter. Metode-metode diatas tidak dapat
mewakili masalah non-linier yang kompleks. Bahkan PT. PLN sebagai perusahaan
penyedia listrik masih mengadopsi metode peramalan beban konvensional yaitu
dengan pendekatan deret waktu yang dikenal dengan metode koefisien beban. Metode
tersebut masih memberikan error prediksi yang sangat besar ( rentang 8-10%)
sehingga diperlukan metode lain untuk memperkecil tingkat error prediksi tersebut
[15].
Dalam tulisan ini, berdasarkan kemungkinan waktu terjadinya maka dalam
perkiraan beban dikelompokkan menjadi 3 bagian utama [8], antara lain:

A. Perkiraan beban jangka panjang


Laju pertumbuhan jumlah penduduk seiring dengan meningkatnya
pembangunan disektor perumahan telah membawa konsekuensi logis akan
bertambahnya kebutuhan akan energi listrik. Kebijakan pemerintah yang membuat
para investor berminat untuk menanamkan modalnya dengan membangun beberapa
industri juga memberikan konstribusi besar dalam pertumbuhan kebutuhan energi
listrik. Olehnya itu sistem kelistrikan suatu daerah harus mampu mencukupi
kebutuhan akan energi listrik dimasa sekarang dan yang akan datang. Sehingga perlu
diadakan analisa perkiraan beban untuk jangka waktu yang panjang.
Peramalan beban jangka panjang adalah untuk jangka waktu satu tahun atau
lebih. Dalam perkiraan beban jangka panjang masalah-masalah makro ekonomi yang
merupakan masalah ekstern perusahaan listrik merupakan faktor utama yang
menentukan arah perkiraan beban. Faktor makro tersebut misalnya pendapatan
perkapita penduduk [8]. Dalam prediksi jangka panjang masalah-maslah makro
ekonomi (Pendapatan Domestik Regional Bruto atau PDRB) merupakan masalah

29
ekstern perusahaan listrik merupakan faktor utama yang menentukan arah prediksi
kebutuhan energi [16]. Olehnya itu perlu berkonsultasi dengan pihak pemerintah
setempat didalam menentukan arah kebijakan perusahaan listrik terkait dengan
masalah ini.
Dalam menganalisa perkiraan beban, ada dua parameter pokok dengan
menggunakan 6 variabel, seperti: parameter ekonomi dengan variabel produk
domestik regional bruto, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan parameter
listrik dengan variable rasio elektrifikasi, faktor beban, losses [16]. Berdasarkan
parameter dan variabel tersebut diatas maka kita bisa melakukan analisa perkiraan
beban untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan beberapa metode, seperti
metode regresi, neurol network (jaringan saraf tiruan), metode koefisioen beban,
dsbnya. Dalam pembahasan ini akan diberikan satu contoh analisa perkiraan beban
dengan menggunakan metode regresi, seperti pada lampiran.

B. Perkiraan beban jangka menengah


Perkiraan beban jangka menengah adalah untuk jangka waktu dari satu bulan
sampai dengan satu tahun. Poros untuk perkiraan beban jangka menengah adalah
Perkiraan Beban Jangka Panjang, sehingga perkiraan beban jangka menengah
tidaklah dapat menyimpang terlalu jauh terhadap perkiraan beban jangka panjang.
Dalam perkiraan beban jangka menengah masalah-masalah manajerial perusahaan
misalnya kemampuan teknis memperluas jaringan distribusi, kemampuan teknis
menyelesaikan proyek saluran transmisi. Masalah penyelesaian proyek ini
sesungguhnya tidak sepenuhnya merupakan masalah intern perusahaan listrik, tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern khususnya jika menyangkut masalah
pembebasan tanah dan masalah penyediaan dana. Dalam perkiraan beban jangka
panjang biasanya hanya diperkirakan beban puncak yang tertinggi yang akan terjadi
dalam sistem tenaga listrik, karena perkiraan beban jangka panjang lebih banyak
dipergunakan untuk keperluan perencanaan pengembangan sistem. Tetapi dalam
perkiraan beban jangka menengah aspek operasional yang menonjol, karena dalam

30
jangka menengah (kurang dari satu tahun) tidak banyak lagi yang dapat dilakukan
dalam segi pengembangan. Oleh karenanya perkiraan mengenai besarnya beban
minimum juga diperlukan karena beban yang rendah dapat menimbulkan persoalan
operasional seperti timbulnya tegangan yang berlebihan serta keperluan untuk
memberhentikan unit PLTU [8, 17].
Penyambungan langganan baru yang mempunyai daya tersambung dengan
nilai antara 1 sampaiu 3% dari beban puncak sistem perlu diperhitungkan dalam
perkiraan beban jangka menengah karena hal ini selain mempengaruhi beban yang
akan terjadi dalam sistem terutama perlu dianalisa dari segi aliran daya. Untuk
langganan baru dengan daya tersambung diatas 3% dari beban puncak sistem perlu
diperhitungkan dalam perkiraan beban jangka panjang karena selain masalah aliran
daya yang bakal terjadi dalam sistem juga masalah penyediaan dayanya perlu
dipersiapkan dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun) dengan perhatian khusus
[8].

C. Perkiraan beban jangka pendek.


Peramalan beban jangka pendek bertujuan untuk meramalkan beban listrik
pada jangka waktu menit, jam, hari, atau minggu. Peramalan beban jangka pendek,
memainkan peran yang penting dalam real time control dan fungsi-fungsi keamanan
dari suatu sistem manajemen energi. Sebuah peramalan beban listrik jangka pendek
yang tepat, dapat menghasilkan penghematan biaya operasional bagi produsen dan
pengoptimalan penyediaan tenaga listrik kepada konsumen. Peramalan beban listrik
jangka pendek untuk jangka waktu 1-24 jam ke depan adalah penting untuk operasi
sehari-hari dari utilitas daya. Peramalan beban ini digunakan untuk unit commitment,
energy transfer scheduling, dan load dispatch [15].
Dalam perkiraan beban jangka pendek terdapat batas atas untuk beban
maksimum dan batas bawah untuk beban minimum yang ditentukan oleh perkiraan
beban jangka menengah. Besarnya beban untuk setiap jam ditentukan dengan
memperhatikan data beban diwaktu lalu dengan memperhatikan berbagai informasi

31
yang dapat mempengaruhi besarnya beban sistem seperti cuaca dan suhu udara.
Dengan demikian perkiraan beban baik itu beban puncak maupun bukan beban
puncak dapat diketahui sebagai landasan dalam operasi sistem tenaga listrik untuk
periode yang singkat.

D. Metode Perkiraan Beban


Tenaga listrik merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Tenaga listrik
digunakan oleh beberapa sektor, antara lain sektor rumah tangga, industri, usaha
komersial, dan tempat layanan umum. Besar konsumsi listrik pada suatu rentang
waktu tidak dapat dihitung secara pasti. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan adalah
meramalkan besar konsumsi listrik. Jika besar konsumsi listrik tidak diperkirakan
maka dapat mempengaruhi ke siapan dari unit pembangkit untuk menyediakan
pasokan listrik kepada konsumen. Ketidakseimbangan daya listrik antara sisi supply
dan sisi demand dapat mengakibatkan kerugian. Pada sisi pembangkit dapat terjadi
pemborosan apabila daya yang dibangkitkan lebih besar daripada penggunaan listrik
di sisi konsumen. Pada sisi konsumen dapat terjadi pemadaman apabila daya yang
dibangkitkan lebih kecil dari kebutuhan listrik konsumen [18].
Ada beberapa metode yang sudah dipakai untuk memprakirakan beban saat
ini antara lain, metode koofisien beban, metode pendekatan linier, Fuzzy Logic (FL),
Neural Network (NN), Probabilistic Reasoning (PR), Genetic Algorithms (GA),
Multilayer Perceptron Network, Elman Recurrent Neural Network, Radial Basis
Function Network, Hopfield Model, Fuzzy Inference System, Fuzzy Neural Network,
dan lain sebagainya.
Dalam tulisan ini ada beberapa metode yang akan dijelaskan, sebagai berikut:
1. Metode Prediksi Regresi
Regresi adalah salah satu teknik statistik yang paling banyak digunakan.
Untuk metoda regresi pada kasus peramalan beban listrik biasanya digunakan
hubungan konsumsi beban dan lainya seperti faktor cuaca, jenis hari dan kelas

32
pelanggan [19]. Metode prediksi regresi dibedakan menjadi dua: regesi linier, dan
regresi non linier [16] .
1. 1. Regresi linier
Regresi linier merupakan bentuk hubungan di mana variabel bebasXmaupunvariabel
tergantungYsebagaifaktoryangberpangkatsatu. Regresilinierinidibedakanmenjadi [4]:
a) Regresi linier sederhana dengan bentuk fungsi:
Y =a+bX, …..….. …………(3.1)
b) Regresi linier berganda dengan bentuk fungsi:
Y =b0+b1X1+ …+bpXp......(3.2)
Dari kedua fungsi di atas (1dan 2); masing-masing berbentuk garis lurus (linier
sederhana) dan bidang datar (linier berganda).
1.2. Regresi Non Linier
Regresi nonlinier ialah bentuk hubungan atau fungsi di mana variabel bebas X dan
atau variabel tak bebas Y dapat berfungsi sebagai faktor atau variabel dengan pangkat
tertentu. Selain itu,variabel bebas Xdan atau variabel tak bebas Ydapat berfungsi
sebagai penyebut (fungsi pecahan), maupun variabel X dan atau variabel Y dapat
berfungsisebagaipangkat fungsi eksponen=fungsi perpangkatan. Regresi non linier
dibedakan menjadi [4]:
a) Regresi Polinomial
b) Regresihiperbola (fungsiresiprokal).
c) Regresi Eksponensial
d) Regresi Logaritmik
e) Regresifungsigeometri.
Metode regresi ini biasanya digunakan untuk perkiraan beban jangka panjang, seperti
yang diuraikan pada lampiran buku ajar ini.
2. Metode Keefisien Energi
Metode ini dipakai untuk meramalkan beban harian dari suatu sistem tenaga
listrik. Beban untuk setiap jam diberi koefisien yang menggambarkan beasrnya beban
pada jam tersebut dalam perbandingannya terhadap beban puncak. Koefisien-

33
koefisien ini berbeda untuk hari Senin sampai dengan Minggu dan untuk hari libur
bukan hari Ahad. Setelah didapat perkiraan kurva beban harian dengan metode
koefisien, masih perlu dilakukan koreksi-koreksi berdasarkan informasi-informasi
terakhir mengenai perkiraan suhu dan kegiatan masyarakat. Perkiraan beban ini bisa
juga digunakan untuk peramalan beban jangka menengah.
Langkah perkiraan beban untuk keperluan operasi dimulai dari pembuatan
kurva energi selama satu tahun yang terdiri dari 52 minggu. Kurva tahunan
merupakan suatu kurva yang dibentuk oleh energi mungguan selama satu tahun.
Kurva ini dibentuk dengan mengetahui dahulu besarnya target pembelian energi
untuk menghitung perkiraan energi tahunan disamping data energi mingguan dari
tahun-tahun sebelumnya. Pembentukan koefiesien energi mingguan selama satu tahun
dengan data operasional sebagai berikut [17, 20]:
Koef E M1 Koef E M2 Koef E M3....................Koef E M52
........(3.3)
Koef E M53 Koef E M54 Koef E M55....................Koef E M104
........(3.4)
Koef EMrk
Sehingga:
Energi mingguan tahun ke-n = Koef EMrk x Energi Tahunan yg direncanakan ...(3.5)
Dimana:
Koef E M1 adalah Koefisien energi mingguan pada minggu ke-1 untuk data
ke-n
Koef EMrk adalah Koefisien energi mingguan selama 1 tahun
3. Metode Similar-Day Approach
Pendekatan ini didasarkan kepada mencari sejarah data untuk hari dalam satu,
dua atau tiga tahun yang memiliki karakteritik serupa sampai hari perkiraan.
Karakteristik serupa termasuk cuaca, hari minggu dan tanggal. Beban dari hari yang
sama dianggap sebagai ramalan. Bahkan beban hari yang sama, ramalan bisa menjadi

34
kombinasi linear atau prosedur regresi yang dapat mencakup hari yang serupa.
Koefisien trend dapat digunakan untuk hari yang sama di tahun sebelumnya [19].

4. Metode Time Series


Metoda ini didasarkan pada asumsi bahwa, data memiliki struktur internal,
seperti autokorelasi, trend atau variasi musiman. Metoda ini mendeteksi dan
mengeksplorasi struktur seperti itu. Metoda ini telah dipakai sejak lama terutama
pada bidang-bidang seperti ekonomi, pemrosesan sinyal digital, serta peramalan
beban listrik. Secara khusus, ARMA (Autoregressive Moving Average), ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average), ARMAX (Autoregressive Moving
Average with Exogenous Variable), dan ARIMAX (Autoregressive Interated Moving
Average with Exogenous Variable) adalah metode yang paling sering menggunakan
time series klasik.

5. Metode Neurol Networks


Jaringan Syaraf Tiruan adalah sistem pemrosesan informasi yang dimodelkan
berdasarkan jaringan syaraf biologi. Jaringan Syaraf Tiruan melakukan peniruan
aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam sebuah jaringan syaraf biologi otak manusia.
Pada jaringan syaraf biologi terjadi berbagai aktivitas yang sangat kompleks dan
rumit. Beberapa diantaranya adalah mengingat, memahami, menyimpan, dan
memanggil kembali informasi yang pernah dipelajari. Otak manusia memiliki
struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri
dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut sinapsis. Neuron bekerja
berdasarkan impuls atau sinyal yang diberikan pada neuron. Neuron meneruskannya
pada neuron lain. Diperkirakan manusia memiliki 1012 neuron dan 6.1018 sinapsis.
Dengan jumlah yang begitu banyak, otak mampu mengenali pola, melakukan
perhitungan, dan mengontrol organ-organ tubuh dengan kecepatan yang lebih tinggi
dibandingkan komputer digital [21].
Neuron memiliki 3 komponen penting yaitu dendrit, soma dan axon. Dendrit
menerima sinyal dari neuron lain. Sinyal tersebut berupa impuls elektrik yang dikirim

35
melalui celah sinaptik melalui proses kimiawi. Sinyal tersebut dimodifikasi
(diperkuat atau diperlemah) di celah sinaptik. Berikutnya, soma menjumlahkan semua
sinyal-sinyal yang masuk. Kalau jumlahan tersebut cukup kuat dan melebihi batas
ambang (threshold), maka sinyal tersebut akan diteruskan ke sel lain melalui axon.
Frekuensi penerusan sinyal berbeda-beda antara satu sel dengan yang lain. Beberapa
metoda yang menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk peramalan beban listrik
adalah Backpropogation, Multilayer Perceptron, Kohonen Map, ANN (Artificial
Neural Networks) [22].

6. Metode Fuzzy Logic


Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial
Intelegent) yang mengemulasi kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk
algoritma yang kemudian dijalankan oleh mesin. Algoritma ini digunakan dalam
berbagai aplikasi pemrosesan data yang tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk
biner. Logika fuzzy menginterpretasikan statement yang samar menjadi sebuah
pengertian yang logis. Logika Fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi
Zadeh seorang kebangsaan Iran yang menjadi guru besar di University of California
at Berkeley pada tahun 1965 dalam papernya yang monumental. Dalam paper
tersebut dipaparkan ide dasar fuzzy set yang meliputi inclusion, union, intersection,
complement, relation dan convexity. Pelopor aplikasi fuzzy set dalam bidang kontrol,
yang merupakan aplikasi pertama dan utama dari fuzzy set adalah Prof. Ebrahim
Mamdani dan kawan-kawan dari Queen Mary College London. Penerapan kontrol
fuzzy secara nyata di industri banyak dipelopori para ahli dari Jepang, misalnya Prof.
Sugeno dari Tokyo Institute of Technology, Prof.Yamakawa dari Kyusu Institute of
Technology, Togay dan Watanabe dari Bell Telephone Labs. Himpunan fuzzy
merupakan suatu pengembangan lebih lanjut tentang konsep himpunan dalam
matematika. Himpunan Fuzzy adalah rentang nilai-nilai. Masing-masing nilai
mempunyai derajat keanggotaan (membership) antara 0 sampai dengan 1. Ungkapan
logika Boolean menggambarkan nilai-nilai “benar” atau “salah”. Logika fuzzy

36
menggunakan ungkapan misalnya: “sangat lambat”, ”agak sedang”, “sangat cepat”
dan lain-lain untuk mengungkapkan derajat intensitasnya, Logika fuzzy
menggunakan satu set aturan untuk menggambarkan perilakunya. Aturan-aturan
tersebut menggambarkan kondisi yang diharapkan dan hasil yang diinginkan dengan
menggunakan statemen IF… THEN. Suatu himpunan fuzzy A dalam semesta
pembicaraan dinyatakan dengan fungsi keanggotaan (membership function) Aμ ,
yang harganya berada dalam interval (0,1) [19].
Contoh dari beberapa metode tersebut diatas akan disajikan langsung pada
sesi pertemuan kuliah (tatap muka).

3.1.3 Keandalan Sistem


Beberapa faktor yang menentukan kualitas energi listrik yang dipakai adalah
kestabilan tegangan, frekuensi, kontinuitas pelayanan dan faktor daya. Namun dari
beberapa faktor diatas yang dirasakan jelas oleh pelanggan adalah kontinuitas
pelayanan energi listrik karena banyak keluhan dari para pelanggan mengenai sering
terjadi aliran listrik yang padam dan lama padam yang terlalu lama. Sehingga untuk
dapat melayani pelanggan dengan baik, sebuah perusahaan listrik biasnya mempunyai
standar kualitas dalam penyaluran tenaga listrik, seperti [23]:
a) Tenaga listrik arus bolak-balik yang disalurkan baik satu fasa maupun tiga fasa
mempunyai frekuensi 50 Hz, dengan penyimpangan ±0,5 Hz.
b) Pada jaringan tegangan rendah, tegangan nominalnya adalah :
o Antara fasa dengan netral : 220 volt
o Antara fasa dengan fasa : 380 volt
c) Pada jaringan tegangan menengah, tegangan nominalnya adalah 20 kV.
d) Variasi tegangan yang diperbolehkan adalah maksimum 5% nominal dan
minimum 10% nominal, baik tegangan rendah maupun tegangan menengah.
Kualitas energi listrik yang diterima konsumen sangat dipengaruhi oleh
keandalan sistem pendistribusiannya. Keandalan menggambarkan suatu ukuran
tingkat ketersediaan/pelayanan penyediaan tenaga listrik dari sistem ke

37
pemakai/pelanggan. Keandalan sistem distribusi tenaga listrik sangat dipengaruhi
oleh konfigurasi sistem, alat pengaman yang dipasang, dan sistem proteksinya.
Konfigurasi yang tepat, peralatan yang handal serta pengoperasian sistem yang
otomatis akan memberikan unjuk kerja sistem distribusi yang baik. Indeks keandalan
merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan dalam besaran probabilitas
[24].
Keandalan merupakan tingkat keberhasilan kinerja suatu sistem atau bagian
dari sistem, untuk dapat memberikan hasil yang lebih baik pada periode waktu dan
dalam kondisi operasi tertentu. Untuk dapat menentukan tingkat keandalan dari suatu
sistem, harus diadakan pemeriksaaan dengan cara melalui perhitungan maupun
analisa terhadap tingkat keberhasilan kinerja atau operasi dari sistem yang ditinjau,
pada periode tertentu kemudian membandingkannya dengan standar yang ditetapkan
sebelumnya [23].
Keandalan tenaga listrik adalah menjaga kontinuitas penyaluran tenaga listrik
kepada pelanggan terutama pelanggan daya besar yang membutuhkan kontinuitas
penyaluran tenaga listrik secara mutlak. Apabila tenaga listrik tersebut putus atau
tidak tersalurkan akan mengakibatkan proses produksi dari pelanggan besar tersebut
terganggu. Struktur jaringan tegangan menengah memegang peranan penting dalam
menentukan keandalan penyaluran tenaga listrik karena jaringan yang baik
memungkinkan dapat melakukan manuver tegangan dengan mengalokasikan tempat
gangguan dan beban dapat dipindahkan melalui jaringan lainnya. Kontinuitas
pelayanan yang merupakan salah satu unsur dari kualitas pelayanan tergantung
kepada macam sarana penyalur dan peralatan pengaman. Jaringan distribusi sebagai
sarana penyalur tenaga listrik mempunyai tingkat kontinuitas tergantung kepada
susunan saluran dan cara pengaturan operasinya. Tingkat kontinuitas pelayanan dari
sarana penyalur disusun berdasarkan lamanya upaya menghidupkan kembali suplai
setelah mengalami gangguan. Tingkatan-tingkatan tersebut antara lain[23]:

38
 Tingkat 1 : dimungkinkan berjam-jam; yaitu waktu yang diperlukan untuk
mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena gangguan.
 Tingkat 2 : padam beberapa jam; yaitu waktu yang diperlukan untuk
mengirim petugas ke lokasi gangguan, melokalisasi dan melakukan
manipulasi untuk menghidupkan sementara kembali dari arah atau saluran
yang lain.
 Tingkat 3 : padam beberapa menit; manipulasi oleh petugas yang jaga di
gardu atau dilakukan deteksi atau pengukuran dan pelaksanaan manipulasi
jarak jauh.
 Tingkat 4 : padam beberapa detik; pengamanan atau manipulasi secara
otomatis.
 Tingkat 5 : tanpa padam; dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan
otomatisasi penuh.
Umumnya jaringan distribusi luar kota (pedesaan) terdiri dari jenis saluran udara
dengan sistem jaringan radial mempunyai kontinuitas tingkat 1, sedangkan untuk
pelayanan dalam kota susunan jaringan yang dipakai adalah jenis kabel tanah dengan
sistem jaringan spindel yang mempunyai kontinuitas tingkat 2.
Lebih dari beberapa dekade, sistem distribusi kurang dipertimbangkan dari
segi keandalan ataupun pemodelan keandalan dibandingkan sistem pembangkit. Hal
ini dikarenakan sistem pembangkit memilki biaya investasi yang besar dan kegagalan
pada pembangkit dapat menyebabkan dampak bencana yang sangat luas untuk
kehidupan manusia dan lingkungannya. Parameter-parameter keandalan yang biasa
digunakan untuk mengevaluasi sistem distribusi radial adalah angka-angka kegagalan
rata-rata (λs), waktu pemadaman rata-rata (rs) dan waktu pemadaman tahunan (Us).
Dapat dinyatakan sebagai berikut[23] :
𝜆s = 𝑖 λi .......(3.6)

Us = 𝑖 𝜆iri .......(3.7)

39
𝑈s
rs = .......(3.8)
λs
Dimana
𝜆i = angka kegagalan rata-rata kemponen ke-i
ri = waktu pemadaman rata-rata komponen ke–i
Indeks keandalan yang dimaksud adalah indeks yang berorientasi pelanggan
seperti System Average Interruption Frequency Index (SAIFI), System Average
Interruption Duration Index (SAIDI), Customer Average Interruption Duration
Index(CAIDI), Average Service Availability Index (ASAI) dan Average Service
Unvailability Index (ASUI) [23, 24].

A. System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)


SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian
frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang
dilayani. Dengan indeks ini gambaran mengenai frekuensi kegagalan rata-rata yang
terjadi pada bagian-bagian dari sistem bisa dievaluasi sehingga dapat dikelompokkan
sesuai dengan tingkat keandalannya. Satuannya adalah pemadaman per pelanggan.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut [23, 25]:

𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑓𝑟𝑒𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑑


SAIFI= .......(3.9)
𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖

𝜆𝑖𝑁𝑖
SAIFI= ........(3.10)
𝑁𝑖

Dimana:
𝜆i= Angka kegagalan rata-rata/frekuensi padam
Ni= jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i

B. System Average Interruption Duration Index (SAIDI)


SAIDI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian lama
padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Dengan

40
indeks ini, gambaran mengenai lama pemadaman rata-rata yang diakibatkan oleh
gangguan pada bagian-bagian dari sistem dapat dievaluasi.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut [23, 25]:
𝐽 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑚
SAIDI= .......(3.11)
𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖

𝑈𝑖𝑁𝑖
SAIDI= ........(3.12)
𝑁𝑖

Dimana:
Ui= Angka kegagalan rata-rata/frekuensi padam
Ni= jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i
Contoh dari aplikasi SAIDI dan SAIFI ini akan dibahas pada pertemuan
kuliah (tatap muka).

3.2 Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi


Dalam mengoperasikan suatu sistem tenaga harus dilakukan dan dikendalikan
berdasarkan rencana operasi yang telah menjadi panduan pokok dalam
pelaksanaannya, seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya. Didalam
pelaksanaannya bila terjadi hal-hal yang menyimpang dari rencana operasi, misalnya
beban yang terjadi lebih tinggi daripada perkiraan beban atau terjadi gangguan unit
pembangkit sehingga keluar dari rencana operasi, maka operator sistem yang berada
diunit pengatur beban harus dapat mengatasi penyimpangan yang terjadi atas dasar
petunjuk operasi yang baku.
Pelaksanaan operasi dilakukan oleh pihak perusahaan penyedia listrik, mulai
dari operasi yang dilakukan pada waktu jangka pendek, menengah maupun panjang.
Seiring dengan perkembangan tehnologi maka sistem pelaksanaan operasi saat ini
sudah melibatkan sistem komputerisasi, seperti sistem penyaluran daya, pengecekan
gangguan dan pengoperasian pembangkit. Serta sistem operasi pada bagian-bagian
lain dalam sistem ketenagalistrikan.

41
Berdasarkan dari laporan pelaksanaan operasi maka operator bisa
membuat/menyusun suatu laporan sebagai bahan pertimbangan dalam peerencanaan
operasi berikutnya bila dikemudian hari terjadi gangguan seperti yang dialami
sebelumnya. Laporan ini harus dibuat sedetail mungkin berdasarkan keadaan/kejadian
yang ada/terjadi dilapangan pada saat pelaksanaan operasi tersebut.
Untuk mencegah dan meminimalisasi ketidakefektifan dalam kegiatan
pelaksanaan operasi maka perlu diadakan audit operasional dalam kegiatan tersebut.
Melalui audit operasional pihak manajemen perusahaan penyedia listrik dapat
mengetahui pelaksanaan kegiatan operasi, masalah yang ada dalam kegiatan tersebut
dan juga cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian auditor dapat
memberikan informasi yang diperlukan dalam membantu para pengelolah perusahaan
dalam proses pengambilan keputusan agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan
baik.
Seperti halnya dalam pelaksanaan operasi, sistem pengendalian operasi juga
sudah berdasarkan sistem komputerisasi, seperti pengendalian unit-unit pembangkit
dan sistem interkoneksi. Sehingga pelaksanaan dan pengendalian ini mudah dikontrol
dan dikendalikan oleh pihak perusahaan pengelolah listrik. Tujuan dari sistem
pengendalian dengan sistem komputerisasi ini adalah untuk memaksimalkan sistem
pelayanan juga untuk mengefektifkan sistem kerja.
Pengendalian operasi yang dilakukan dengan sistem komputerisasi saat ini
sangat membantu operator dalam menjaga kontinuitas energi listrik. Terjadinya
gangguan pada suatu titik dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Pihak
pengendali dapat secara langsung mengetahui dan menyelesaikan persoalan-persoalan
tersebut seperti gangguan internal karena terjadinya hubung singkat, arus lebih, drop
tegangan dan ketidakstabilan frekuensi. Masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan
dan dikendalikan melalui sistem pengatur beban ataupun diunit-unit pembangkit,
tergantng dimana pusat kendali tersebut berada.

42
3.3 Analisa operasi
Untuk mendapatkan gambaran singkat yang menyeluruh mengenai bagaimana
proses sistem tenaga listrik berlangsung maka akan dijelaskan secara singkat
bagaimana proses tersebut berlangsung. Laporan hasil operasi ini akan dijadikan
sebagai bahan analisa dan evaluasi operasi. Pada penjelasan sebelumnya
mengindikasikan bagaimana proses operasi sistem tenaga berlangsung dengan
berbagai usaha untuk mencapai kondisi operasi yang optimum, yaitu mencapai
kondisi operasi dengan biaya yang murah serta memperhatikan mutu dan keadilan
[11]. Walaupun pada penjelasan tersebut tidak lengkap secara keseluruhan akan
tetapi sebagian dari hal-hal pokok sudah dijelaskan.
Dalam prakteknya, analisa operasi ini sebaiknya ditempatkan pada bagian
akhir dari sebuah operasi sistem tenaga. Hanya saja, dalam tulisan ini analisa operasi
ditempatkan pada bagian ini karena merupakan bagian dari manajemen operasi sistem
tenaga. Sehingga banyak hal-hal pokok yang masih akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya.

3.3.1 Proses Operasi Sistem Tenaga Listrik


Secara singkat uraian mengenai proses operasi tersebut dijelaskan sebagai
berikut [11]:
A. Penegertian mengenai sistem tenaga listrik
Sebelum dimulai operasi sistem tenaga maka dianggap perlu untuk diketahui
beberapa pengertian dan istilah dalam operasi sistem tenaga.
B. Perkiraan beban
Bagian ini adalah merupakan manajemen operasi sistem tenaga. Ada beberapa
metode perkraan beban yang diuraikan pada penjelasan sebelumnya.
C. Jadwal Pemeliharaan
Jadwal pemeliharaan kami uraikan pada bab sebelumnya. Jadwal pemeliharaan ini
untuk setiap unit pembangkit perlu dipelihara secara rutin, disisi lain kesiapan unit
pembangkit untuk beroperasi sangat diperlukan demi keandalan operasi.

43
D. Optimasi Hidro Thermis
Dengan memperhatikan aspek ekonomi sebagai salahsatu tujan operasi sistem tenaga
maka dianggap perlu untuk diadakan sistem optimasi antara sistem hidro dengan
sistem thermis. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai pemakaian bahan bakar yang
sangat minimu. Bagian ini akan dijelaskan pada bab berikutnya.
E. Operasi PLTA
Disebabkan karena katerbatasan waktu maka hal ini tidak dijelaskan dalam uraian
tulisan ini.
F. Jadwal Operasi Unit Pembangkit
Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai cara menentukan unit pembangkit
mana yang perlu dioperasikan sesuai dengan perkiraan beban agar dicapai bahan
bakar minimum. Hal ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
G. Pembagian Beban yang Ekonomis (Economic Load Dispatch)
Setelah ditentukan unit pembangkit thermis yang beroperasi, pembagian beban,
jadwal operasi harus didasari dengan perhitungan ekonominya. Hal ini akan dibahas
pada bab berikutnya.
H. Pengaturan Frekuensi
Pengaturan frekuensi ini juga dibahas pada penjelasan sebelumnya.
I. Kendala dan Gangguan
Kendala-kendala yang muncul dalam sistem operasi juga telah kami bahas pada
bagian sebelumnya dari tulisan ini.
J. Pengamanan Sistem
Berhubung karena kendala dan gangguan tidak bisa dihindari dalam operasi sistem
tenaga listrik maka perlu ada alat-alat pengaman dalam sistem sebagai proteksi aik
dipembangkit, jaringan transmisi dan distribusi maupun konsumen. Bagian ini kami
tidak uraikan secara detail pada penjelasan sebelumnya karena keterbatasan waktu.
K. Pelaksanaan dan Pnegendalian Operasi
Rencana operasi seyogyanya dibuat berdasarkan dari pertimbangan-pertimbangan
yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Pelaksanaan operasi harus sedapat

44
mungkin menuruti rencana operasi, akan tetapi bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan maka sebaiknya dikendalikan berdasarkan petunjuk baku sebagai
pedoman yang sudah ditentukan.
L. Pengaturan Tegangan
Pengaturan tegangan dalam sistem dimaksudkan untuk menjaga kualitas dari energi
listrik tersebut. Perlatan-perlatan konsumen yang digunakan dirumah atau kantor
masing-masing sudah dibuat sesuai dengan standar/aturan tegangan dalam sistem
tenaga listrik. Penjelasan tentang poin ini sudah dibahas pada bagian sebelumnya.
M. Sarana Operasi
Diperlukan sarana operasi yang memadai untuk mendukung operasi sistem tenaga
yang ekonomis, handal dan berkualitas. Pada tulisan ini tidak dibahas secara
mendetail karena keterbatasan waktu.

3.3.2 Laporan Operasi


Untuk dapat melakukan analisa kemudian melakukan evaluasi atas operasi sistem
tenaga maka perlu ada laporan mengenai operasi sistem tenaga listrik. laporan-
laporan tersebut meliputi [11]:
A. Data mengenai instalsi terpasang
Hal ini meliputi daya terpasang unit pembangkit, daya terpasang trasnformator,
panjang dan luas penampang jaringan serta data peralatan lainnya yang dianggap erat
kaitannya instalasi yang dioperasikan. Dalam laporan ini perlu digambarkan
penambahan dan penghapusan yang terjadi dalam periode laporan. Sehingga
memberikan gambaran yang mutahir mengenai daya dan kemampuan peralatan yang
terpasang dalam instalasi.
B. Laporan pemeliharaan dan Perbaikan
Laporan ini menggambarkan rencana dan relaisasi pekerjaan pemeliahraan serta
perbaikan pada bagian instalasi khususnya unit pembangkit sehingga didapat
gamabaran mengenai kesiapan instalasi secara keseluruan dalam rangka menghadapi

45
beban sistem. Dari laporan ini bisa pula dilihat apakah pekerjaan pemeliharaan
isntalasi berjalan dengan tertib atau tidak.
C. Laporan pembebanan instalasi
Laporan ini menggambarkan perkiraan beban dan realisasi beban yang terjadi dalam
sistem. Perlu dilaporkan pula beban yang tinggi misalnya diatas 80% dan beban yang
rendah misalnya dibawah 20% yang terjadi pada bagian-bagian isntalasi. Laporan
semacam ini diperlukan untuk mencegah terjadinya pembebanan lebih pada salah
satu bagian instalasi, yaitu dengan mengadakan penambahan perlatan baru, mutasi
peralatan, atau pemindahan beban selama keadaan jaringan menungkinkan.
D. Laporan produksi
Dalam operasi sistem tenaga listrik, meyediakan tenaga listrik yang seekonomis
mungkin dengan memperhatikan mutu dan keandalan meruapakan tugas utama.
Penyediaan tenaga listrik bisa didapat dari produksi pusat-pusat listrik dan dari
pembelian energi listrik dari perusahaan lain. Bahkan sistem tenaga listrik
diinterkoneksikan dengan sistem tenaga listrik negara tetangga. Sehingga proses
ekspor dan impor energi listrik bisa terjadi.
E. Laporan Mengenai Hambatan dalam Operasi
Ada beberapa hambatan yang perlu dilaporkan, seperti:
 Gangguan dalam instalasi
 Kerusakan dalam isntalasi
 Kurang siapnya personil, khususnya dalam mengoperasikan, memelihara dan
memperbaiki perlatan baru
F. Laporan Mengenai Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan bahan pokok untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik
maka hal yang menyangkut masalah bahan bakar perlu dilaporkan. Laporan mengenai
bahan bakar hendaknya meliputi:
 Persediaan dalam setiap pusat listrik thermis
 Jumlah pemakaian termasuk pemakaian spesifik

46
Jumlah pemakaian bahan bakar perlu dipalorkan karena hal ini menyangkut biaya
yang sangat besar.
G. Statistik Operasi
Laporan mengenai operasi sistem tenaga dari poin A ke F sebaiknya dilaporkan
dalam bentuk tahunan atau bulanan. Seperti jumlah gangguan harus dilaporkan setiap
bulan karena perubahan setiap bulan cukup besar. Begitupula dengan laporan-laporan
yang lainnya.
H. Laporan aliran daya
Laporan aliran daya menggambarkan aliran daya yang terjadi dalam bagian-bagian
sistem beserta tegangannya direl-rel sistem. Laporan aliran daya ini sebaiknya dibuat
untuk saat beban puncak siang dan beban puncak malam hari sehingga bisa didapat
gambaran global pembebanan dalam sistem dan mengenail profil tegangan dalam
sistem. dengan memperlihatkan laporan aliran daya dapat segera diketahui bagian-
bagian mana saja dalam sistem yang tegangannya rendah dan bagian-bagian mana
saja yang mengalami pembebanan lebih sehingga dapat dilakukan langkah-langkah
perbaikan dan pengembangan sistem yang tepat.

3.3.3 Analisa dan Evaluasi Hasil Operasi


Dalam mengoperasikan sistem tenaga maka dibutuhkan biaya yang sangat
besar, olehnya hasil operasi perlu dianalisa untuk selanjutnya menentukan langkah-
langkah yang tepat dalam perbaikan ataupun pengembangan sistem. Sehingga tujuan
operasi sistem tenaga, ekonomi, andal dan berkualitas dapat selalu terjaga dengsn
baik [11].
Seperti laporan mingguan tentang gangguan yang terjadi perlu dianalisa untuk
mengetahui penyebabnya. Hal ini dilakukan untuk bisa mengambil langkah-langkah
perbaikan untuk mengurangi jumlah gangguan. Begitupun halnya dengan laporan lain
perlu dianalisa untuk mengambil solusi yang terbaik dalam mengambil keputusan
demi untuk menjaga tujuan dari operasi sistem tenaga listrik tersebut [11].

47
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran utama dalam operasi
sistem tenaga listrik adalah dengan memproduksi tenaga listrik semurah mungkin
dengan tetap memperhatikan mutu dan keandalan, maka evaluasi operasi harus
didasarkan atas beberapa biaya operasi sistem secara keseluruhan. Sangat tidak tepat
jika biaya operasi yang dikeluarkan sangat rendah tetapi mutu dan keandalan juga
rendah. Mutu dan keandalan operasi digambarkan dengan angka-angka gangguan dan
laporan mengenai tegangan dalam sistem, khsususnya tegangan rendah. sehingga
harus ada kesesuaian antara biaya operasi dengan mutu dan keandalan[11].
Untuk dapat melakukan evaluasi seperti yang dijelaskan maka perlu dilakkan
penggabungan lapran-laporan operasi dengan laporan-laporan keuangan, misalnya
laporan rugi laba dan nerasa perusahaan [11].

48
HALAMAN PENYEKAT

SESI/PERKULIAHAN KE-4

TIK : Menjelaskan optimasi aliran daya pada unit pembangkit,


dalam bagian ini akan membahas tentang economic dispatch dan
beberapa metode yang bisa digunakan dalam melakukan optimasi
economic dispatch.

Pokok Bahasan: Optimasi aliran daya pada unit pembangkit

Deskripsi Singkat : Dalam pertemuan ini akan dibahas secara


umum tentang optimasi aliran daya pada unit pembangkit, yang
disebut dengan istilah economic dispatch serta menjelaskan secara
numeric tentang metode yang digunakan dalam melakukan optimasi.

I. Bahan Bacaan:
Buku rujukan sebagai referensi dalam bahan ajar ini adalah:
1. Hadi Saadat, Power System Analysis. 1999, New York: Kevin Kane.
2. Wood, Allen J, and Bruce., Power Generation Operation And Control.
1984. , New York: John Wiley & Sons, Inc.
3. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. 2006, Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu.
Serta beberapa jurnal nasional dan internasional yang dijadikan sebagai
rujukan, seperti yang terlihat dalam daftar pustaka dibagian akhir buku ajar
ini.
II. Pertanyaan Kunci:
Ketika anda membaca bahan bacaan tersebut diatas, gunakanlah pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk membantu anda:
1. Jelaskan secara umum tentang economic dispatch?
2. Jelaskan metode yang digunakan dalam melakukan optimasi?

21
4. Jelaskan secara umum tentang analisa hasil operasi
BAB IV
OPTIMASI ALIRAN DAYA PADA UNIT PEMBANGKIT

Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pusat
pembangkit listrik, diperlukan suatu koordinasi di dalam penjadwalan pembebanan
besar daya listrik yang dibangkitkan masing-masing pusat pembangkit listrik agar
didapatkan suatu pembebanan yang optimal atau yang dikenal dengan lebih ekonomis
[11]. Hal ini berarti dalam pembangkitan dan penyaluran energi itu harus dilakukan
secara ekonomis dan rasional.
Terdapat dua pokok permasalahan yang harus dipecahkan dalam operasi
ekonomis pembangkitan pada sistem tenaga listrik yaitu pengaturan unit pembangkit
(unit commitment) dan penjadwalan ekonomis (economic dispatch). Unit
commitment bertujuan untuk menentukan unit pembangkit yang paling optimum
dioperasikan dalam menghadapi beban yang diperkirakan untuk mencapai biaya
bahan bakar minimum [26]. Sedangkan economic dispatch digunakan untuk membagi
beban di antara unit-unit thermal yang beroperasi agar dicapai biaya bahan bakar
yang minimum [27].

4.1 Economic Dispatch


Analisis aliran daya optimal untuk meminimalkan biaya pembangkitan biasa
dikenal dengan istilah Economic Dispatch (ED). Economic Dispatch adalah
pembagian pembebanan pada unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem secara
optimal ekonomi pada harga beban sistem tertentu. Dengan penerapan Economic
Dispatch maka akan didapatkan biaya pembangkitan yang minimum terhadap
produksi daya listrik yang dibangkitkan unit-unit pembangkit pada suatu sistem
kelistrikan. Solusi dari masalah Economic Dispatch telah menjadi perhatian para
peneliti dengan berbagai metode baik secara determnistik maupun undeterministik.
Pendekatan deterministik berdasarkan matematika teknik sedangkan pendekatan
undeterministik meliputi heuristik dan teknik probabilitas. Solusi deterministik dalam

49
masalah Economic Dispatch seperti metode Lagrange, Iterasi Lamda dan Base Point.
Solusi undeterministik masalah Economic Dispatch berdasarkan pendekatan heuristik
seperti Particle Swarm Optimization, Hybrid Chaotic Particle Swarm Optimizer,
Genetic Algorithm, Ant Colony
Optimization, Metode Taguchi [28].
Penyelesaian masalah operasi ekonomis pembangkit dalam sistem tenaga
listrik yaitu menentukan unit-unit pembangkit untuk mensuplai kebutuhan beban
dengan biaya yang optimum dengan memperhatikan batas-batas daya yang
dibangkitkan. Konfigurasi sistem yang terdiri dari N pembangkit yang dihubungkan
dengan busbar untuk melayani beban listrik (PR) seperti yang ditunjukan pada
gambar 1. Input untuk unit-unit pembangkit Fi mewakili biaya dari unit tersebut.
Output masing-masing unit Pi yaitu daya listrik yang dibangkitkan [28].

Gambar 4.1 Konfigurasi Pembagian Beban [28]


Economic Dispatch adalah pembagian pembebanan pada setiap unit
pembangkit sehingga diperoleh biaya operasional tiap unit pembangkit yang
ekonomis dengan menggunakan batasan equality dan inequality constrains [29].
Fungsi biaya dari tiap generator dapat diformulasikan secara matematis sebagai suatu
fungsi obyektif seperti yang diberikan pada persamaan [28]:

𝐶𝑇 = 𝐶𝑖 (𝑃𝑖 ) (4.1)
𝑖=1

50
Dengan:
𝐶𝑇 = Besarnya total biaya pada generator/pembangkit
𝐶𝑖 (𝑃𝑖 ) = Fungsi biaya input-outpur dari generator/pembangit
𝑛 = Jumlah unit generator
Karakteristik input output pembangkit adalah karakteristik yang
menggambarkan hubungan antara input bahan bakar (liter/jam) dan output yang
dihasilkan oleh pembangkit (MW). Secara umum, karakteristik input output
pembangkit didekati dengan fungsi polinomial orde dua yaitu [28]:

𝐶𝑖 = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖 . 𝑃𝑖 + 𝛾𝑖 . 𝑃𝑖2 (4.2)

dengan :
𝐶𝑖 = Input bahan bakar pembangkit ke- i (liter/jam).
𝑃𝑖 = Output pembangkit ke- i (MW).
𝛼 𝛽𝑖 𝛾𝑖 = Konstanta input-output pembangkit ke- i .
Penentuan parameter ai, bi dan ci membutuhkan data yang diperoleh dari hasil
percobaan yang berhubungan dengan input bahan bakar Hi (rupiah/jam) dan output
pembangkit Pi (MW). Karakteristik input output unit pembangkit dapat dinyatakan
sebagai berikut [29]:
 Input dari pembangkit dinyatakan dalam :H = Mbtu/jam (energi panas yang
dibutuhkan), atau C = Rp/jam (total biaya bahan bakar).
 Sedangkan Output dari pembangkit dinyatakan dalam : P = MW (daya).
Output setiap unit generator mempunyaibatas minimum dan maksimum
pembangkitan yang harus dipenuhi(inequality constrain) yaitu [29]:

𝑃𝑖 𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑃𝑖 ≤ 𝑃𝑖 𝑚𝑎𝑥 (4.3)

dengan

51
𝑃𝑖 𝑚𝑖𝑛 , 𝑃𝑖 𝑚𝑎𝑥 adalah output daya minimum dan maksimum generator i.
Pada kesetimbangan daya, Equality constraint harus dipenuhi yaitu total daya
yang dibangkitkan oleh masing-masing unit pembangkit harus sama dengan total
kebutuhan beban pada sistem. Equality constraint kesetimbangan daya adalah [29]:

𝑃𝑖 = 𝑃𝐷 (4.4)
𝑖

dengan :
𝑃𝑖 = output masing-masing generator (MW).
𝑃𝐷 = total kebutuhan beban pada sistem (MW).
Dalam tulisan ini, ada dua metode yang akan dibahas dalam melakukan
optimasi aliran daya untuk menghitung biaya minimal dari beberapa pembangkit
dalam suatu ketenagalistrikan, yaitu Metode Lagrange dan dynamic programming

4.2 Metode Lagrange


Salah satu metoda konvensional yang umum digunakan untuk menyelesaikan
masalah optimisasi biaya atau economic dispatch adalah metoda Lagrange. Metode
Lagrange terbagi menjadi dua yaitu losses diabaikan dan losses diperhitungkan.
Dalam sistem tenaga, kerugian transmisi merupakan kehilangan daya yang harus
ditanggung oleh sistem pembangkit. Jadi kerugian transmisi ini merupakan beban
bagi sistem tenaga. Pendekatan yang khas pada metoda Lagrange untuk ditambahkan
dalam fungsi objektif disebut dengan faktor pengali Lagrange. Persamaan faktor
pengali Lagrange dituliskan pada persamaan

𝑛𝑔

ℒ = 𝐶𝑡 + 𝜆 𝑃𝐷 − 𝑃𝑖 (4.5)
𝑖=1

52
Persamaan Lagrange tersebut merupakan fungsi dari output pembangkit,
keadaan optimum dapat diperoleh dari persamaan Lagrange sama dengan nol.

𝜕ℒ 𝜕𝐶𝑡 𝜕𝑃𝐷 𝜕𝑃𝑖


= +𝜆 − =0 (4.6)
𝜕𝑃𝑖 𝜕𝑃𝑖 𝜕𝑃𝑖 𝜕𝑃𝑖

𝜕𝐶𝑡
+𝜆 0−1 =0 (4.7)
𝜕𝑃𝑖

𝜕𝐶𝑡
=𝜆 (4.8)
𝜕𝑃𝑖

Kondisi operasi ekonomi adalah:

2𝑎𝑖 𝑃𝑖 + 𝛽𝑖 𝑖 = 𝜆 (4.9)

𝑃𝑖 = 𝑃𝐷 (4.10)
𝑖=1

𝑃𝑖 𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑃𝑖 ≤ 𝑃𝑖 𝑚𝑎𝑥 (4.11)

dengan :
ℒ = Faktor pengali Lagrange
𝐶𝑡 = Total biaya pembangkitan (Rp)
𝑃𝑖 = Ouput pembangkit ke-i (MW)
𝑃𝐷 = Total kebutuhan beban pada sistem (MW)
𝛼 𝛽𝑖 𝛾𝑖 = Konstanta input pembangkit ke- i .

53
Dengan menggunakan batasan persamaan kesetimbangan daya (equality
constraint) dimana total daya yang dibangkitkan oleh masing-masing unit
pembangkit harus sama dengan total kebutuhan beban, seperti pada persamaan (4.9-
4.11)). Penggunaan batasan pertidaksamaan (inequality constraint), daya output dari
tiap unit harus lebih besar dari atau sama dengan daya minimum yang dibolehkan dan
harus juga kurang dari atau sama dengan daya maksimum yang diperbolehkan.

4.3 Metode Dynamic Programming


Richard Bellman (1940) menyatakan bahwa Dynamic Programming
digunakan untuk menggambarkan proses pemecahan masalah dimana akan dicari
keputusan terbaik dari keputusan-keputusan yang ada. Dynamic Programming adalah
sebuah metode yang termasuk dalam teori optimasi. Dynamic Programming adalah
strategi untuk membangun masalah optimal bertingkat, yaitu masalah yang dapat
digambarkan dalam bentuk serangkaian tahapan (stage) yang saling mempengaruhi.
Umumnya tiap tahapan mempunyai 4 (empat) variabel yang mempunyai pengaruh,
baik langsung maupun tidak langsung terhadap tahapan lainnya dari sistem. Adapun
empat variabel tersebut adalah sebagai berikut [7]:
1. Input untuk tahapan n, Xn, yang tergantung dari keputusan yang dibuat pada
tahapan terdahulu atau tergantung dari input asal yang tetap pada sistem, dalam
tugas akhir ini Xn = beban generator.
2. Set keputusan pada tahap n, Dn yang menentukan kondisi atau syarat operasi dari
tahapan, dalam tugas akhir ini Dn = Cn (konsumsi bahan bakar pada generator ke
n).
3. Output dari tahapan n, Xn-1 yang biasa tergantung dari input pada tahapan n dan
keputusan Dn. Output berupa beban yang akan dipikul masing-masing generator.
4. Hasil dari tahapan n yang merupakan keseluruhan biaya operasi generator. Dalam
Dynamic Programming tidak ada rumusan (formulasi) matematis standar.

54
Dynamic Programming lebih merupakan suatu tipe pendekatan umum untuk
pemecahan masalah, dan persamaan-persamaan khusus yang akan digunakan harus
dikembangkan sesuai dengan setiap situasi individual.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode Dynamic
Programming adalah sebagai berikut :
1. Metode Dynamic Programming digunakan ketika masalah dapat dipecah menjadi
sub masalah berulang yang lebih kecil.
2. Metode Dynamic Programming digunakan ketika solusi dapat diselesaikan secara
rekursif.
3. Metode Dynamic Programming memerlukan sebuah tabel pengingat untuk
menyimpan hasil perhitungan dari sub masalah yang akan digunakan untuk
perhitungan solusi optimal secara keseluruhan.
4. Dengan adanya tabel pengingat, kita dapat mengimplementasikan algoritma secara
rekursif. Dynamic Programming dapat diaplikasikan apabila peningkatkan
biaya linear dan diskrit. Dalam menyelesaikan persoalan dengan Dynamic
Programming,kita dapat menggunakan 2 pendekatan yaitu:
a. Maju (forward atau up-down) : bergerak mulai daritahap 1, terus maju ke tahap 2,
3, .., n. Urutan variabel keputusan adalah x1, x2, ..., xn
b. Mundur(backward atau bottom-up) : bergerak mulai dari tahap n, terus mundur ke
tahap n-1, n-2, .., 2, 1. Urutan variabel keputusan adalah xn, xn-1, x2, x1.
Secara umum ada 4 langkah yang dilakukan dalam mengembangkan algoritma
Dynamic Programming:
1. Karakteristikkan struktur solusi optimal.
2. Definisikan secara rekursif nilai solusi optimal.
3. Hitung nilai solusi optimal secara maju atau mundur.
4. Konstruksi solusi optimal.
Dynamic Programming telah banyak diterapkan dalam masalah-masalah
bisnis dan industri. Seperti masalah-masalah scheduling produksi, pengendalian
persediaan, analisa network, proyek-proyek penelitian dan pengembangan, dan

55
penjadwalan operasi unit pembangkit semuanya dapat dipecahkan dengan
menggunakan programasi dinamis. Masalah-masalah ini dipecahkan dengan
menggunakan prosedur-prosedur penyelesaian programasi dinamis yang berbeda-
beda tergantung pada sifat masalah optimisasinya. Dalam Tugas Akhir ini akan
dibahas penggunaan metode Dynamic Programming untuk mencari alternatif yang
optimum berupa kombinasi unit pembangkit termis yang terbaik untuk melayani
beban tertentu agar didapat biaya bahan bakar yang minimal.
Formulasi optimisasi biaya bahan bakar dengan metode Dynamic
Programming adalah sebagai berikut:
 Bila n = 1 maka beban sistem akan diatasi oleh satusatunya unit yang ada.
 Bila n = 2 unit yang masing-masing kurva biayanya diketahui, untuk melayani
beban sistem yang tertentu besarnya dapat dicari kombinasi dan dua unit yang
ada agar dicapai biaya bahan bakar yang minimum. Dan sini bisa disusun
kurva biaya minimum untuk dua unit dalam menghadapi berbagai nilai beban
sistem.
 Bila n = 3 dengan kurva biaya bahan bakar diketahui,maka dengan cara
seperti diatas, kurva biaya minimum dua unit yang sudah didapat
digabungkan dengan kurva biaya unit ke 3 untuk mendapatkan kurva biaya
minimum dengan 3 unit dalam sistem untuk menghadapi berbagai nilai beban
sistem.
Begitu seterusnya dapat dilakukan hal yang serupa untuk unit ke-4 dan seterusnya
sampai dengan unit ke-n. Secara matematis hal ini dinyatakan sebagai berikut [7]:

𝐶𝑡 𝑃𝑑 = min 𝐶𝑛 𝑃𝑛 + 𝐶𝑛+1 (𝑃𝑑 − 𝑃𝑛 ) (4.12)

dimana:

56
𝐶𝑡 𝑃𝑑 = biaya total bahan bakar yang minimum dalam satuan biaya per satuan
waktu (rupiah perjam) untuk n buah unit pembangkit dengan beban Pd
KW.
𝐶𝑛 𝑃𝑛 = biaya bahan bakar dalam rupiah per jam untuk unit ke n dengan beban Pn
KW.
𝐶𝑛+1 (𝑃𝑑 − 𝑃𝑛 ) = biaya bahan bakar yang minimum dari (n-1) unit pembangkit
lainnya dengan beban (𝑃𝑑 − 𝑃𝑛 ) KW.
n = 0,1,2, 3,… n.
dengan batasan-batasan:
𝑃𝑛 𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑃𝑑 ≤ 𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑥 (4.13)

𝑃𝑛 𝑚𝑖𝑛 dan 𝑃𝑛 𝑚𝑎𝑥 masing-masing adalah batas kemampuan minimum dan maksimum
generator untuk memikul beban.

57
HALAMAN PENYEKAT

SESI/PERKULIAHAN KE-5

TIK : Menjelaskan tentang operasi ekonomis sistem tenaga,


sebelumnya dibahas tentang biaya operasi pada pembangkit thermal
kemudian membahas economic dispatch dengan 3 case (masalah).

Pokok Bahasan: Operasi ekonomis sistem tenaga


Deskripsi Singkat : Dalam pertemuan ini akan dibahas biaya
operasi pembangkit thermal, serta beberapa masalah economic
dispatch: Case 1, Case 2, dan Case 3.

I. Bahan Bacaan:

Buku rujukan sebagai referensi dalam bahan ajar ini adalah:


1. Hadi Saadat, Power System Analysis. 1999, New York: Kevin Kane.
2. Wood, Allen J, and Bruce., Power Generation Operation And Control.
1984. , New York: John Wiley & Sons, Inc.
3. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. 2006, Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu.
Serta beberapa jurnal nasional dan internasional yang dijadikan sebagai
rujukan, seperti yang terlihat dalam daftar pustaka dibagian akhir buku ajar ini.
II. Pertanyaan Kunci:

Ketika anda membaca bahan bacaan tersebut diatas, gunakanlah pertanyaan-


pertanyaan berikut ini untuk membantu anda:
1. Jelaskan bagaimana menghitung biaya operasi pembangkit thermal?
2. Bagaimana menyelesiakan beberapa masalah sistem optimasi economic
dispatch untuk beberapa masalah (case)?

49
BAB V
OPERASI EKONOMIS SISTEM TENAGA

5.1 Biaya Operasi Pembangkit Thermal


Faktor yang mempengaruhi kurangnya biaya pada suatu sistem pembangkit
listrik adalah efisiensi operasi dari sebuah generator, biaya bahan bakar, dan rugi-rugi
pada jaringan transmisi. Hampir semua generator yang dioperasikan dengan biaya
mahal disebabkan karena generator tersebut berada pada daerah dimana bahan
bakarnya mahal. Selain itu pula, pembangkit yang letaknya jauh dari pusat beban juga
tidak terlalu efisien karena rugi-rugi transmisi yang sangat besar. Dengan demikian
tasiun pembangkit tersebut tidak ekonomis..
Biaya operasi dari suatu sistem pembangkit tenaga listrik merupakan biaya
terbesar dalam pengoperasian suatu perusahaan pembangkit tenaga listrik. Biaya yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan listrik untuk menghasilkan energi listrik dalam
suatu sistem ditentukan oleh biaya investasi dan biaya operasi pembangkit. Biaya
bahan bakar merupakan biaya operasi pembangkit yang dioperasikan pada sistem.
Output pembangkit yang dihasilkan selalu diupayakan sama dengan besar kebutuhan
disisi beban. Perubahan kebutuhan energi listrik disisi beban akan menimbulkan
fluktuasi biaya bahan bakar, korelasi keduanya disebut input output suatu pembangkit
tenaga listrik. Penyaluran daya dari pembangkit dalam suatu sistem sangat berkaitan
dengan biaya produksi pembangkit listrik.
Biaya yang paling besar dari pembangkit listrik adalah bahan bakar. Biaya-
biaya lain adalah hanya merupakan biaya operasional yang tidak terlalu significant.
Biasanya biaya bahan bakar ini dihitung dalam $/h (dihitung dalam $/h BUKAN Rp/h
karena nilai bahan bakar dalam $) sebagai fungsi dari besarnya daya yang
dibangkitkan dalam MW. Kurva bahan bakar diasumsikan berbentuk parabola, yang
didapatkan dari persmaaan [26, 30]:
𝐶𝑖 = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖 . 𝑃𝑖 + 𝛾𝑖 . 𝑃𝑖2 (5.1)

58
Dalam pengoperasiannya, sering terjadi pertambahan atau pengurangan biaya
operasi bahan bakar disebabkan karena proses produksi atau operasi. Biaya ini
disebut dengan the incremental fuel-cost. The incrmental fuel cost ini didefinisikan
dengan [26, 30]:

𝑑𝐶𝑖
= 2𝛾𝑖 . 𝑃𝑖 + 𝛽𝑖 (5.2)
𝑑𝑃𝑖

dimana:

𝐶𝑖 = Biaya/cost operasi dalam $/h

𝑑𝐶𝑖
=Biaya/cost operasi berdasarkan daya yang dihasilkan $/MWh
𝑑𝑃𝑖

Kurva the incremental fuel-cost menggambarkan bahwa biaya operasi itu akan
bertambah seiring dengan bertambahnya daya yang dihasilkan. Seperti yang
digambarkan melalui contoh dibawah ini:

59
Plot of fuel-cost
8000

6000
$/h

4000

2000

0
0 100 200 300 400 500 600 700
Power, MW

Plot of incremental fuel-cost


11

10

9
$/MWh

5
0 100 200 300 400 500 600 700
Power, MW

Gambar 5.1. Kurva karakteristik biaya operasi bahan bakar

5.2 Case 1: Economic Dispatch dengan Mengabaikan Rugi-Rugi dan kapasitas


Generator
Persoalan economic dispatch yang sangat sederhana adalah bila rugi-rugi
transmisi diabaikan. Model ini tidak memperhitungkan sistem konfigurasi pada
jaringan dan impedansi pada saluran transmisi. Sehingga model ini diasumsikan
bahwa dalam sistem hanya terdapat satu bus dengan beberapa pembangkit serta
terhubung dengan beban, seperti yang digambarkan dibawah ini:

60
𝐶1 𝐶2 𝐶3 𝐶𝑛𝑔

𝑃1 𝑃2 𝑃3 𝑃𝑛𝑔

𝑃𝐷

Gambar 5. 2. Contoh sebuah bus yang menghubungkan jumlah generator -ng dengan
beban
Jika diasumsikan bahwa n generators dihubungkan dengan a bus dengan
mensuplay beban 𝑃𝐷 , dengan rugi-rugi transmisi diabaikan, maka total biaya 𝐶𝑡 pada
stasiun pembangkit dapat dirumuskan sebagai berikut[30]:

𝑛𝑔

𝐶𝑡 = 𝐶𝑖
𝑖=1

= 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖 . 𝑃𝑖 + 𝛾𝑖 . 𝑃𝑖2 (5.3)

Dengan batasan bahwa:


𝑛𝑔

𝑃𝑖 = 𝑃𝐷 (5.4)
𝑖=1

Dimana:
𝐶𝑡 = Besarnya total biaya pada pembangkit.
𝐶𝑖 = Besarnya biaya pada pembangkit-i
𝑃𝑖 = Output pembangkit-i (daya nyata)

61
𝑃𝐷 = Total kebutuhan beban (daya nyata)
𝑛𝑔 = total jumlah pembangkit yang dihubung secara langsung (dispatchable
generator).
Sebuah metode pendekatan untuk menambah batasan kedalam fungsi
objective dengan menggunakan bilangan pengali yang dikenal dengan sebutan
metode Lagrange mulipliers, seperti yang dituliskan dalam persamaan berikut [26,
30]:

𝑛𝑔

ℒ = 𝐶𝑡 + 𝜆 𝑃𝐷 − 𝑃𝑖 (5.5)
𝑖=1

Sebagai persyaratan untuk mendapatkan fungsi minimum adalah dimana fungsi


tersebut adalah sama dengan nol, seperti diuraikan pada kedua persamaan berikut ini:

𝜕ℒ
=0 (5.6)
𝜕𝑃𝑖

𝜕ℒ
=0 (5.7)
𝜕𝜆

Dengan demikian dari persamaan (5.6), diperoleh:

𝜕𝐶𝑡
+ 𝜆 0−1 =0 (5.8)
𝜕𝑃𝑖

Seperti diketahui bahwa:

𝐶𝑡 = 𝐶1 + 𝐶2 + ⋯ + 𝐶𝑛𝑔 (5.9)

62
Maka:
𝜕𝐶𝑡 𝜕𝐶𝑖
= = 𝜆 (5.10)
𝜕𝑃𝑖 𝜕𝑃𝑖

Sehingga nilai optimum bisa didapatkan dari :

𝑑𝐶𝑖
= 𝜆 (5.11)
𝑑𝑃𝑖
𝛽𝑖 + 2𝛾𝑖 . 𝑃𝑖 = 𝜆 (5.12)

Dimana:
i= 1,.........,ng

Dari persamaan (5.12), nilai 𝑃𝑖 dapat ditentukan seperti yang diuraikan pada
persamaan berikut:

𝜆 − 𝛽𝑖
𝑃𝑖 = (5.13)
2𝛾𝑖

Dari persamaan (5.13) dapat diketahui hubungan yang diberikan sebagai persamaan
koordinat sebagai fungsi 𝜆. Sehingga persamaan ini dapat diselesaikan dengan cara
iterasi. Nilai 𝜆 dapat diketahui dengan mensubtitusikan nilai 𝑃𝑖 pada persamaan (5.13)
kepersamaan (5.4), seperti yang digambarkan melalui persamaan berikut ini:

𝑛𝑔
𝜆 − 𝛽𝑖
= 𝑃𝐷 (5.14)
2𝛾𝑖
𝑖=1

Dengan demikian nilai 𝜆 dapat dihitung melalui:

63
𝑛𝑔 𝛽𝑖
𝑃𝐷 + 𝑖=1 2𝛾
𝑖𝑖
𝜆= (5.15)
𝑛𝑔 1
𝑖=1 2𝛾
𝑖

Penyelesaian pengiriman daya nyata yang optimal dari pembangkit dengan


mengabaikan rugi-rugi daya dapat dilakukan secara analisis. Namun demikian jika
rugi-rugi daya diperhitungkan harus diselesaikan secara iterasi maka metode yang
digunakan adalah dengan sistem iterasi. Sistem ini berdasarkan metode gradien
seperti yang dituliskan melalui persamaan dibawah ini [30]:

𝑓 𝜆 = 𝑃𝐷 (5.16)

atau dapat dituliskan menjadi:

𝑛𝑔
𝜆 − 𝛽𝑖
𝑓 𝜆 = = 𝑃𝐷 (5.17)
2𝛾𝑖
𝑖=1

Berdasarkan persamaan (5.17) bila ditulis dengan menggunakan deret Taylor orde ke-
1, maka nilai (𝜆)(𝑘) dapat diketahui [30]:

(𝑘)
(𝑘)
𝑑𝑓(𝜆)
𝑓(𝜆) + ∆𝜆(𝑘) = 𝑃𝐷 (5.18)
𝑑𝜆

𝑃𝐷 − 𝑓(𝜆)(𝑘)
∆𝜆(𝑘) = (𝑘)
(5.19)
𝑑𝑓(𝜆)
𝑑𝜆

64
𝑛𝑔 (𝑘)
(𝑘)
𝑃𝐷 − 𝑖=1 𝑃𝑖
∆𝜆 = (𝑘)
(5.20)
𝑑𝑓(𝜆)
𝑑𝜆

∆𝑃(𝑘)
∆𝜆(𝑘) = (𝑘)
(5.21)
𝑑𝑓(𝜆)
𝑑𝜆

∆𝑃(𝑘)
∆𝜆(𝑘) = (𝑘)
(5.22)
𝑑𝑃𝑖
𝑑𝜆

∆𝑃(𝑘)
∆𝜆(𝑘) = (5.23)
1
2𝛾𝑖

Sehingga:

𝜆(𝑘+1) = 𝜆(𝑘) + ∆𝜆(𝑘) (5.24)

dan

𝑛𝑔

∆𝑃 (𝑘)
= 𝑃𝐷 − 𝑃𝑖 (𝑘) (5.25)
𝑖=1

Proses iterasi ini akan berlanjut terus hingga nilai ∆𝑃(𝑘) lebih kecil dari
nilai itersi yang sudah ditentukan. Seperti biasa untuk iterasi pertama dengan
menggunakan nilai 1 = 𝜆1 . Kemudian dilanjutkan keproses iterasi berikutnya, seperti
penjelasan berikut ini:
1. Diasumsikan bahwa iterasi pertama adalah 1, disebut dengan 𝜆1

65
2. Gunakan persamaan:

(1) 𝜆(1) − 𝛽𝑖
𝑃𝑖 = (5.26)
2𝛾𝑖

Untuk menghitung total daya pada iterasi pertama


3. Perhatikan, jika besarnya daya sebanding dengan dengan beban atau lebih kecil
dari nilai akurasi yang sudah ditetapkan maka nilai optimasi sudah diperoleh. Jika
tidak maka proses iterasi berikutnya harus dilakukan. Untuk menentukan
besarnya perbedaan daya dengan beban digunakan persamaan (5.25)
4. Jika proses ini dilanjutkan, maka hitung kembali nilai

(1)
∆𝑃(1)
∆𝜆 = (5.27)
1
2𝛾𝑖
kemudian proses iterasi kedua dilanjutkan dengan:

𝜆(2) = 𝜆(1) + ∆𝜆(1) (5.28)

Proses ini berlanjut smapai 3 kali sampai dengan nilai convergence tercapai.
Contoh Soal:
1. Biaya bahan bakar untuk tiga unit pembangkit diberikan dengan persamaan:
𝐶1 = 500 + 5.3 𝑃1 + 0.004𝑃12
𝐶2 = 400 + 5.5 𝑃1 + 0.006𝑃22
𝐶3 = 200 + 5.8 𝑃1 + 0.009𝑃32
Total beban adalah 𝑃𝐷 = 800 MW; Rugi-rugi transmisi dan kapasitas daya generator
diabaikan. Tentukanlah optimal dispatch and total biaya dalam $/h.
a. Dengan metode analisa Lagrange
b. Gambarkan grafiknya

66
c. Dengan metode iterasi
Penyelesaian:
a. Dari persamaan (5.15) diatas bahwa nilai 𝜆 dapat diketahui:

5.3 5.5 5.8


800 + 0.008 + 0.012 + 0.018
𝜆=
1 1 1
+ +
0.008 0.012 0.018

800 + 1443.0555
𝜆=
263.8889

𝜆 = 8.5 $/MW -Jam

Subtitusikan harga 𝜆 diatas kepersamaan (5.13) sehingga dapat dihitung daya optimal
sebagai berikut:
8.5 − 5.3
𝑃1 = = 400 MW
2(0.004)

8.5 − 5.5
𝑃2 = = 250 MW
2(0.006)

8.5 − 5.8
𝑃3 = = 150 MW
2(0.009)
b. Cara menggambar grafik akan dibahas langsung pada sesi pertemuan kuliah,
program yang akan dipakai untuk menggambar adalah MATLAB
c. Penyelesaian dengan menggunakan metode iterasi maka harga 𝜆 harus
diasumsikan terlebih dahulu, dalam hal ini nilai 𝜆 = 6.0 $/MW-jam. Dengan
menggunakan persamaan (5.13) maka dapat diperoleh nilai:
(1) 6 − 5.3
𝑃1 = = 87.5000 MW
2(0.004)

67
(1) 6 − 5.5
𝑃2 = = 41.6667 MW
2(0.006)

(1) 6 − 5.8
𝑃3 = = 11.1111 MW
2(0.009)

Dengan nilai 𝑃𝐷 = 800 MW, maka dari persamaan (5.23) dan (5.25) didapatkan nilai:
∆𝑃(1) = 800 − 87.5 + 41.6667 + 11.1111 = 659.7222 MW

659.7222
∆𝜆(1) =
1 1 1
+
2(0.004) 2 0.006 2(0.009)

659.7222
∆𝜆(1) =
263.8888

∆𝜆(1) = 2.5 $/MW-jam


Sehingga nilai 𝜆 baru adalah 6+2.5 $/MW-jam = 8.5 $/MW-jam
Proses selanjutnya, iterasi kedua ditentukan dengan:
(2) 8.5 − 5.3
𝑃1 = = 400 MW
2(0.004)

(2) 8.5 − 5.5


𝑃2 = = 250 MW
2(0.006)

(2) 8.5 − 5.8


𝑃3 = = 150 MW
2(0.009)
Dengan nilai
∆𝑃(2) = 800 − 400 + 250 + 150 = 0 MW

68
Jadi daya optimal yang dikirim dari masing-masing stasiun pembangkit dan biaya
tambahan adalah:
𝑃1 = 400 MW

𝑃2 = 250 MW

𝑃3 = 150 MW

𝜆 = 8.5 $/MW-jam

Biaya total bahan bakar didapat dari persamaan (5.3) adalah:

𝑪𝒕 = 500 + 5.3 400 + 0.004(400)2 + 400 + 5.5 250 + 0.006(250)2 + 200 +


5.8 150 + 0.009(150)2 = 6682.5 $/jam

Untuk lebih memudahkan dalam menghitung maka akan digunakan Matlab yang
akan dibahas langsung pada saat tatap muka.

5.3 Case 2: Economic Dispatch dengan Mengabaikan Rugi-Rugi dan


Menghitung kapasitas Generator
Untuk stabilitas sistem, idealnya keluaran daya dari generator seharusnya
tidak melebihi keperluan operasi sehingga daya dari generator tersebut berada pada
batas minimum dan maximum. Namun masalahnya adalah bagaimana memperoleh
hasil daya nyata untuk setiap statiun pembangkit yang optimal? Sehingga fungsi
objectif misalnya biaya produksi total seperti yang didefinisikan pada persamaan
(5.3) diatas sesuai dengan batasan yang diberikan oleh persamaan (5.4) dan ketentuan
seperti yang dituliskan dalam persamaan berikut [30]:

𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑃𝑖 ≤ 𝑃𝑖 (𝑚𝑎𝑥 ) (5.29)

69
Dimana:
𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) = Kapasitas daya nyata minimum pembangkit-i
𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) = Kapasitas daya nyata maximum pembangkit-i
i = 1,....,ng
Syarat Kuhn-Tucker melengkapi syarat Langrangian untuk mengikuti
ketentuan ketidaksamaan. Syarat-syarat untuk pengiriman daya nyata yang optimal
dari pembangkit dengan mengabaikan rugi-rugi daya adalah sebagai berikut [30]:

𝑑𝐶𝑖
= 𝜆 Untuk 𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑃𝑖 ≤ 𝑃𝑖 (𝑚𝑎𝑥 ) (5.30)
𝑑𝑃𝑖

𝑑𝐶𝑖
≤ 𝜆 Untuk 𝑃𝑖 = 𝑃𝑖 (𝑚𝑎𝑥 ) (5.31)
𝑑𝑃𝑖

𝑑𝐶𝑖
≥ 𝜆 Untuk 𝑃𝑖 = 𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) (5.32)
𝑑𝑃𝑖

Cara perhitungan numeriknya sama dengan sebelumnya. Untuk menghitung nilai


lamda dan daya pada masing-masing pembangkit. Jika daya berada diluar batasan
maka disebut dengan istilah pegged. Sehingga generator tidak bisa lagi berpartisipasi
dalam proses optimasi.
Untuk lebih jelasnya akan diberikan melalui contoh soal-soal dibawah ini:

Contoh soal:
2. Tentukan optimal dispatch dan total biaya dalam $/h untuk masing-masing
pembangkit seperti contoh 1 diatas dengan total beban 975 MW dengan kapasitas
generator sebagai berikut:
200≤ 𝑃𝑖 ≤ 450

70
150≤ 𝑃𝑖 ≤ 350
100≤ 𝑃𝑖 ≤ 225
Dengan asumsi bahwa nilai 𝜆(1) = 6
Pembahasan soal-soal ini akan disampaikan pada sesi pertemuan kuliah.

5.4 Case 3: Economic Dispatch tanpa Mengabaikan Rugi-Rugi


Dalam menghitung optimasi economic dispatch, rugi-rugi transmisi dapat
diabaikan jika pembangit/generator dan beban berada pada jarak lokasi yang tidak
jauh. Akibatnya biaya operasi pembangkit itu sama dengan incremental cost. Dalam
hal ini dianggap bahwa tidak ada penambahan biaya/pengurangan baiaya untuk
operasi. Namun demikian untuk sistem operasi tenaga yang besar, dimana jarak
antara pembangkit dengan beban sangat jauh maka rugi-rugi transmisi sangat besar.
Sehingga rugi-rugi transmisi menjadi salahsatu faktor utama yang memberikan
dampak/akibat dalam melakukan optimasi economic dispatch.
Secara praktek, akibat dari rugi-rugi transmisi maka total rugi-rugi transmisi
dapat didefinisikan sebagai fungsi kuadrat dari besarnya keluaran daya generator.
Seperti yang digambarkan melalui persamaan berikut[30]:

𝑛𝑔 𝑛𝑔 𝑛𝑔

𝑃𝐿 = 𝑃𝑖 𝐵𝑖𝑗 𝑃𝑗 + 𝐵0𝑖 + 𝑃𝑖 + 𝐵00 (5.33)


𝑖=1 𝑗 =1 𝑖=1

𝐵𝑖𝑗 =Loss keefisient (diasumsikan konstant)


Pengiriman daya nyata yang optimal dari pembangkit bertujuan untuk
memperkecil biaya pembangkit secara keseluruhan, dimana fungsi biaya keseluruhan
dari pembangkit adalah seperti persamaan berikut ini [30]:
𝑛𝑔

𝐶𝑡 = 𝐶𝑖 (5.34)
𝑖=1

= 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖 . 𝑃𝑖 + 𝛾𝑖 . 𝑃𝑖2 (5.35)

71
Seperti diketahui bahwa keluaran daya dari pembangkit diperleh dari persamaan
jumlah total beban dan rugi-rugi daya seperti yang dijelaskan melalui persamaan
berikut ini [30]:

𝑛𝑔

𝑃𝑖 = 𝑃𝐷 + 𝑃𝐿 (5.36)
𝑖=1

Dimana:
𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑃𝑖 ≤ 𝑃𝑖 (𝑚𝑎𝑥 ) (5.37)

𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) = Daya nyata minimum


𝑃𝑖 (𝑚𝑎𝑥 ) = Daya nyata maximum
Dengan menggunakan metode Lagrange Multiplier dan menambahkan beberapa
parameter lainnya, maka didapatkan persamaan sebagai berikut [30]:

𝑛𝑔 𝑛𝑔

ℒ = 𝐶𝑡 + 𝜆 𝑃𝐷 + 𝑃𝐿 − 𝑃𝑖 + 𝜇𝑖(𝑚𝑎𝑥 ) 𝑃𝑖 − 𝑃𝑖(𝑚𝑎𝑥 )
𝑖=1 𝑖=1
𝑛𝑔

+ 𝜇𝑖(𝑚𝑖𝑛 ) 𝑃𝑖 − 𝑃𝑖(𝑚𝑖𝑛 ) (5.38)


𝑖=1

Dengan 𝜇𝑖(𝑚𝑎𝑥 ) =0 jika 𝑃𝑖 < 𝑃𝑖 (𝑚𝑎𝑥 ) dan 𝜇𝑖(𝑚𝑖𝑛 ) =0 jika 𝑃𝑖 > 𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) .

Fungsi minimum dapat diperoleh jika variable-variabel tersebut sama dengan


nol, seperti persamaan berikut ini [30]:

72
𝜕ℒ
=0 (5.39)
𝜕𝑃𝑖
𝜕ℒ
=0 (5.40)
𝜕𝜆

𝜕ℒ
= 𝑃𝑖 − 𝑃𝑖 (𝑚𝑎𝑥 ) = 0 (5.41)
𝜕𝜇𝑖(𝑚𝑎𝑥 )

𝜕ℒ
= 𝑃𝑖 − 𝑃𝑖 (𝑚𝑖𝑛 ) = 0 (5.42)
𝜕𝜇𝑖(𝑚𝑖𝑛 )

Persamaan (5.41) dan (5.42) mengindikasikan bahwa 𝑃𝑖 tidak boleh melebihi


ketentuan dari batasan minimum dan maximum, dan jika 𝑃𝑖 berada pada batasan
dimana 𝜕𝜇𝑖(𝑚𝑎𝑥 ) = 𝜕𝜇𝑖(𝑚𝑖𝑛 ) = 0. Maka fungsi the Kuhn-Tucker menjadi seperti
fungsi Langrangian seperti yang dijelaskan pada materi sebelumnya [26, 30].

𝜕𝐶𝑡 𝜕𝑃𝐿
+𝜆 0+ −1 =0 (5.43)
𝜕𝑃𝑖 𝜕𝑃𝑖

dengan

𝐶𝑡 = 𝐶1 + 𝐶2 + ⋯ + 𝐶𝑛𝑔 5.44

Maka

𝜕𝐶𝑡 𝜕𝐶𝑖
= (5.45)
𝜕𝑃𝑖 𝜕𝑃𝑖

Sehingga untuk kondisi pengiriman optimum didapatkan suatu persamaan sebagai


berikut:

73
𝜕𝐶𝑖 𝜕𝑃𝐿
+𝜆 =𝜆 (5.46)
𝜕𝑃𝑖 𝜕𝑃𝑖
Dimana
i= 1,2,3....,ng

𝜕𝑃𝐿
Bentuk persamaan disebut dengan istilah incremental transmission loss (kenaikan
𝜕𝑃𝑖

rugi-rugi daya pada saluran transmisi). Kondisi kedua diberikan pada persamaan
(5.40) dengan [30]:

𝑛𝑔

𝑃𝑖 = 𝑃𝐷 + 𝑃𝐿 (5.47)
𝑖=1

Persamaan tersebut (5.47) merupakan persamaan pembatas untuk pembebanan


Persamaan (5.46) dapat disusun kembali menjadi satu persamaan berikut:

1 𝑑𝐶𝑖
=𝜆 (5.48)
𝜕𝑃𝐿 𝑑𝑃𝑖
1−
𝜕𝑃𝑖
atau
𝑑𝐶𝑖
𝐿𝑖 =𝜆 (5.49)
𝑑𝑃𝑖
dimana
i= 1,2,3....,ng

Dengan 𝐿𝑖 adalah disebut dengan penalty faktor dari pembangkit-i yang dapat
dituliskan dalam bentuk persamaan [30]:

74
1
𝐿𝑖 = (5.50)
𝜕𝑃
1− 𝐿
𝜕𝑃𝑖

Dengan demikian dampak dari rugi-rugi transmisi adalah penalty pactor yang
nilainya tergantung dari lokasi pembangkit. Persamaan (5.49) menunjukkan biaya
minimum yang didapatkan ketika incremental cost setiap pembangkit dikalikan
dengan penalty faktor adalah sama dengan semua pembangkit.
Biaya untuk the incremental cost seperti yang dgambarkan pada persamaan
(5.2) dan biaya the incremental transmission loss dari persamaan (5.33), diberikan
persamaan [30]:

𝑛𝑔
𝜕𝑃𝐿
=2 𝐵𝑖𝑗 𝑃𝑗 + 𝐵𝑜𝑖 (5.51)
𝜕𝑃𝑖
𝑗 =1

Dari persamaan (5.51) disubtitusikan ke persamaan (5.46) dan menghasilkan suatu


persamaan:

𝑛𝑔
𝜕𝐶𝑖
+ 2𝜆 𝐵𝑖𝑗 𝑃𝑗 + 𝐵𝑜𝑖 𝜆 = 𝜆 (5.46)
𝜕𝑃𝑖
𝑗 =1

Kemudian bila dari persamaan (5.46) diatas disubtitusikan kepersamaan (5.2) akan
menghasilkan persamaan:

𝑛𝑔

𝛽𝑖 + 2𝛾𝑖 𝑃𝑖 + 2𝜆 𝐵𝑖𝑗 𝑃𝑗 + 𝐵𝑜𝑖 𝜆 = 𝜆 (5.47)


𝑗 =1

atau

75
𝑛𝑔
𝛾𝑖 1 𝛽𝑖
+ 𝐵𝑖𝑖 𝑃𝑖 + 𝐵𝑖𝑗 𝑃𝑗 = 1 − 𝐵𝑜𝑖 − (5.48)
𝜆 2 𝜆
𝑗 =1

Pengembangan persamaan (5.48) diatas untuk semua pembangkit menghasilkan


persamaan-persamaan linear dalam bentuk matriksnya, yaitu sebagai berikut:

𝛾1 𝛽𝑖
+ 𝐵11 𝐵12 … 𝐵1𝑛 𝑔 1 − 𝐵𝑜1 −
𝜆 𝑃1 𝜆
𝛾2 𝛽𝑖
𝐵21 + 𝐵22 … 𝐵2𝑛 𝑔 𝑃2 1 − 𝐵𝑜1 −𝜆
⋮ =
𝜆 (5.49)
⋮ ⋮ ⋱ ⋮ ⋮ ⋮
𝛾𝑛 𝑔 𝑃𝑛 𝑔
𝐵𝑛 𝑔 1 𝐵𝑛 𝑔 2 … + 𝐵𝑛 𝑔 𝑛 𝑔 1 − 𝐵𝑜1
𝛽
− 𝜆𝑖
𝜆

atau dalam bentuk:

𝐸𝑃 = 𝐷 (5.50)

Pengiriman daya nyata optimal dari pembangkit dimana harga 𝜆 didapat dari
hasil perhitungan dengan harga estimasi awal ditentukan, sehingga persamaan linear
berganda yang diberikan pada persamaan (5.50) dapat diselesaikan. Proses
perhitungan ini dilanjutkan dengan menggunakan metode gradien. Harga 𝑃𝑖 pada
persamaan (5.49) dapat dicari secara iterasi seperti berikut ini [30]:

(𝑘)
(𝑘)
𝜆 𝑘 1 − 𝐵𝑜𝑖 − 𝛽𝑖 − 2𝜆(𝑘) 𝑗 ≠1 𝐵𝑖𝑗 𝑃𝑗
𝑃𝑖 = (5.50)
2 𝛾𝑖 + 𝜆(𝑘) 𝐵𝑖𝑖

Subtitusikan harga 𝑃𝑖 pada persamaan (5.50) ke persamaan (5.47) akan


menghasilkan:

𝑛𝑔 (𝑘)
𝜆 𝑘 1 − 𝐵𝑜𝑖 − 𝛽𝑖 − 2𝜆(𝑘) 𝑗 ≠1 𝐵𝑖𝑗 𝑃𝑗 (𝑘)
= 𝑃𝐷 + 𝑃𝐿 (5.51)
2 𝛾𝑖 + 𝜆(𝑘) 𝐵𝑖𝑖
𝑖=1

atau

76
(𝑘)
𝑓(𝜆)(𝑘) = 𝑃𝐷 + 𝑃𝐿 (5.52)

Bila persamaan (5.52) dikembangkan dengan deret Taylor pada titik operasi 𝜆 𝑘
dengan mengabaikan bentuk orde yang lebih tinggi maka akan menghasilkan [30]:

(𝑘)
(𝑘)
𝑑𝑓(𝜆) (𝑘)
𝑓(𝜆) + ∆𝜆(𝑘) = 𝑃𝐷 + 𝑃𝐿 (5.53)
𝑑𝜆

atau:
∆𝑃(𝑘)
(𝜆)(𝑘) = (𝑘)
(5.54)
𝑑𝑓(𝜆)
𝑑𝜆

∆𝑃(𝑘)
(𝜆)(𝑘) = (𝑘)
(5.55)
𝑑𝑃𝑖
𝑑𝜆

Dengan

𝑛𝑔 (𝑘) 𝑛𝑔 (𝑘)
𝜕𝑃𝑖 𝛾𝑖 1 − 𝐵𝑜𝑖 + 𝐵𝑖𝑖 𝛽𝑖 − 2𝛾𝑖 𝑗 ≠1 𝐵𝑖𝑗 𝑃𝑗
= (5.56)
𝜕𝜆 2 𝛾𝑖 + 𝜆(𝑘) 𝐵𝑖𝑖 2
𝑖=1 𝑖=1

Sehingga

𝜆(𝑘+1) = 𝜆(𝑘) + ∆𝜆(𝑘) (5.57)

dan

77
𝑛𝑔
(𝑘) (𝑘)
∆𝑃(𝑘) = 𝑃𝐷 + 𝑃𝐿 − 𝑃𝑖 (5.58)
𝑖=1

Pada persamaan (5.58) diatas dapat dicapai jika ∆𝑃(𝑘) lebih kecil dari suatu
ketelitian yang telah ditentukan sedangkan rugi-rugi daya dinyatakan seperti berikut
[30]:

𝑛𝑔

𝑃𝐿 = 𝐵𝑖𝑖 𝑃𝑖2 (5.59)


𝑖=1

Dengan menggunakan 𝐵𝑖𝑗 = 0 dan 𝐵00 = 0, maka penyelesaian persamaan (5.50)


adalah:

(𝑘) 𝜆(𝑘) − 𝛽𝑖
𝑃𝑖 = (5.60)
2(𝛾𝑖 + 𝜆 𝑘 𝐵𝑖𝑖 )2

Akhirnya persamaan (5.56) menjadi [30]:

𝑛𝑔 (𝑘) 𝑛𝑔
𝜕𝑃𝑖 𝛾𝑖 + 𝐵𝑖𝑖 𝛽𝑖
= (5.61)
𝜕𝜆 2(𝛾𝑖 + 𝜆 𝑘 𝐵𝑖𝑖 )2
𝑖=1 𝑖=1

Contoh Soal:
3 Biaya bahan bakar dalam satuan $/jam untuk tiga stasiun pembangkit thermal
diberikan:
𝐶1 = 200 + 7.0 𝑃1 + 0.008𝑃12
𝐶2 = 180 + 6.3 𝑃2 + 0.009𝑃22

78
𝐶3 = 140 + 6.8 𝑃3 + 0.008𝑃32

Dengan 𝑃1 𝑃2 dan 𝑃3 adalah dalam satuan MW, keluaran masing-masing


pembangkit dengan batasan sebagai berikut:
10 MW≤ 𝑃𝑖 ≤ 85 MW
10 MW≤ 𝑃𝑖 ≤ 80 MW
10 MW≤ 𝑃𝑖 ≤ 70 MW
Dalam kasus ini rugi-rugi daya nyata diasumsikan dengan:
2 2 2
𝑃𝐿((𝑝𝑢 ) = 0.0218𝑃1(𝑝𝑢 ) + 0.0228𝑃2(𝑝𝑢 ) + 0.0218𝑃3(𝑝𝑢 )

Dimana koefisien rugi-rugi daya dispesifikasikan dalam satuan per unit dengan
dasar/base 100 MVA. Tentukan pengiriman daya optimal dari masing-masing
generator sedangkan total beban 150 MW.

Penyelesaian soal ini akan dibahas pada sesi pertemuan kuliah.

79
HALAMAN PENYEKAT

SESI/PERKULIAHAN KE-6

TIK : Menjelaskan tentang jadwal operasi unit pembangkit

.
Pokok Bahasan: Jadwal operasi unit pembangkit
Deskripsi Singkat : Dalam pertemuan ini akan dibahas secara umum
tentang jadwal operasi unit pembangkit dan menghitung jadwal operasi
unit pembangkit

I. Bahan Bacaan:

Buku rujukan sebagai referensi dalam bahan ajar ini adalah:


1. Hadi Saadat, Power System Analysis. 1999, New York: Kevin Kane.
2. Wood, Allen J, and Bruce., Power Generation Operation And Control.
1984. , New York: John Wiley & Sons, Inc.
3. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. 2006, Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu.
Serta beberapa jurnal nasional dan internasional yang dijadikan sebagai
rujukan, seperti yang terlihat dalam daftar pustaka dibagian akhir buku ajar
ini.
II. Pertanyaan Kunci:

Ketika anda membaca bahan bacaan tersebut diatas, gunakanlah pertanyaan-


pertanyaan berikut ini untuk membantu anda:
1. Jelaskan secara umum tentang jadwal operasi unit pembangkit.
2. Jelaskan bagaimana cara menghitung jadwal operasi unit pembangkit

71
BAB VI
JADWAL OPERASI UNIT PEMBANGKIT

6.1 Jadwal Operasi Unit Pembangkit


Dari perhitungan dengan menggunakan program optimasi didapat jalur
pembagian beban yang optimum antara satu subsistem dengan subsistem yang lain
[11]. Jalur beban yang optimum bagi subsistem Termis harus diikuti oleh unit-unit
pembangkit Termis. Dalam mengikuti jalur beban ini perlu dicari kombinasi unit-unit
pembangkit Termis yang beroperasi agar dicapai hasil operasi yang optimum, yang
menghasilkan biaya bahan bakar minimum. Konsekuensinya adalah bahwa akan ada
unit Termis yang perlu distop dan distart kembali dalamperiode optimasi. Untuk unit
PLTU, proses start-stop bukanlah soal yang sederhana, dalam proses tersebut terdapat
sejumlah kalori yang hilang pada saat unit di-stop sehingga unit menjadi dingin dan
perlu dipanaskan agi pada waktu start. Apabila dikehendaki waktu start pendek maka
hrus dilakukan pemanasan terus pada unit PLTU, hal ini tentu saja memerlukan bahan
bakar yang harus diperhitungkan [11].
Start dan stop unit pembangkit khususnya Unit Termis, sesungguhnya
menambah keausan unit pembangkit yang bersangkutan, karena pada proses start-
stop terjadi perubahan suhu yang menyebabkan pemuaian dan perekrutan berbagai
bagian. Untuk unit PLTG ada rumus praktis yang berasal dari perusahaan General
Electric Amerika Serikat sebagai yang dinyatakan oleh persamaan (5.1). Untuk unit
pembangkit lainnya penulis belum bisa menyajikan suatu gambaran eksak maupun
empiris mengenai hubungan tersebut di atas[11].
Gambar 6.1 menunjukkan beban sistem untuk selang waktu tertentu sebelum
dan sesudah beban puncak yang terjadi pada jam 19.00. Daya tersedia yang berputar
(yang telah sinkron dalam sistem) dapat diubah-ubah mengikuti kebutuhan beban dan
ini dapat dilakukan dengan memberhentikan dan menstart dan men-stop beberapa
pembangkit sebelum dan sesudah beban puncak. Namun perlu diingat bahwa

80
menstart dan menstop unit PLTU memerlukan biaya seperti terihat pada gambar 6.2
dibawah ini [11]:

Gambar 6.1 Kurva hubungan antara beban sistem dengan waktu

81
Gambar 6.2 Kurva hubungan antara biaya start dengan waktu

Dari gambar 6.2 terlihat bahwa makin lama sebuah unit PLTU diberhentikan
makin besar biaya startnya, karena unit tersebut telah menjadi dingin dan diperlukan
biaya pemanasan kembali sebelum unit tersebut dapat menghasilkan daya.
Tergantung kepada karakteristik beban sistem maka penentuan unit yang harus di-
stop dan di-start dapat dipilih sehingga didapat pilihan yang optimum dalam arti
mendapatkan biaya operasi minimum. Sering kali penyelesaiannya adalah bahwa
pada unit pembangkit yang harus di start dan di stop setiap hari dan ada yang harus
distart dan distop setiap minggu. Untuk unit PLTG start dan stop memberikan
konsekwensi biaya yang lain daripada unit PLTU karena pada PLTG hal ini lebih
mengenal keausan unit sedangkan pada PLTU lebih menyangkut kalori yang hilang.
Pada PLTG sebuah unit perlu di inspeksi setelah mengalami 300 start atau setelah
menjalani sejumlah jam operasi tertentu yang tergantung pada mode of operation unit

82
PLTG yang bersangkutan. Rumus praktis yang biasa dipakai untuk menentukan time
between combustion inspection unit PLTG adalah [11]:
F x S x (6X + 3Y +Z) = 7500 + 10% (6.1)
Dimana :
F adalah Fuel Factor yang besarnuya tergantung kepada bahan bakar yang dipakai.
F = 1,0 untuk bahan bakar gas alam.
= 1,4 untuk HSD
= 3,0 untuk MFO
S adalah start factor yang besarnya terganutng kepad sekali berapa jam unit PLTG di
start, besarnya adalah sebagai berikut :

Start/Waktu/Jam 1/1 1/3 1/5 1/10 1/20 1/100 1/500 1/1000


S=Start Factor 2.6 2.13 1.80 1.28 1.15 1.0 1.9 0.85

Apabila biaya overhaul atau inspection diketahui maka dapat dihitung berapa
konsekwensi biaya yang terlibat untuk menstart dan menstop unit PLTH. Dari rumus
diatas terlihat bahwa makin sering start dan stop dilakukan makin besar biaya
pemeliharaan karena unit PLTG harus lebih sering di overhaul atau di inspeksi,
walaupun biaya bahan bakar dapat dihemat. Program Unit Commitment bertujuan
untuk mencari jadwal unit pembangkit yang harus di start dan di stop untuk periode
waktu tertentu misalnya untuk satu minggu yang akan datang agar di dapat biaya
operasi yang minimal [11].

6.2 Menghitung jadwal Operasi Unit pembangkit


Dynamic Programming merupakan suatu metode untuk mencari pilihan yang
optimum diantara beberapa alternatif yang bisa ditempuh. Jika dalam sistem terdapat
n unit pembangkit termis yang siap operasi dan n unit ini akan dioperasikan menurut
jalur subsistem yang telah dihitung, biaya start-stop unit pembangkit termis untuk

83
sementara tidak diperhitungkan dulu, maka formulasi optimasi biaya bahan bakar
dengan metoda Dynamic Programming adalah sebagai berikut [11]:
 Jika ada dua unit yang masing-masing kurva biayanya diketahui, untuk
melayani beban sistem tertentu besarnya dapat dicari kombinasi dari dua unit
yang ada agar dicapai biaya bahan bakar yang minimum. Dari sini bisa
disusun kurva biaya minimum untuk dua unit dalam menghadapi berbagai
nilai beban sistem.
 Bila ada unit ke 3 dengn kurva biaya bahan bakar diketahui, maka dengan
cara seperti tersebut di atas, kurva biaya minimum dua unit yang sudah didpat
digabungkan dengan kurva biaya unit ke 3 untukmendapatkan kurva biaya
minimum dengan 3 unit dalam sistem untuk menghadapi berbagai nilai beban
sistem.begitu seterusnya dapat dilakukan hal yang serupa untuk unit ke 4 dan
seterusnya sampai dengan unit ke n.
Secara matematis hal ini dinyatakan sebagai berikut [11]:
𝐹𝑛 𝑥 = 𝑀𝑖𝑛 {𝐺𝑛 𝑦 + 𝐹𝑛 −1 𝑥 − 𝑦 (6.2)

Dimana :
𝐹𝑛 𝑥 = biaya bahan bakar yang minimum dalam satuan biaya per satuan
waktu (rupiah perjam) untuk n buah unit pembangkit dengan beban X MW.
𝐺𝑛 𝑦 = biaya bahan bakar dalam rupiah per jam untuk unit ke n dengan
bebas Y MW.
𝐹𝑛−1 𝑥 − 𝑦 = biaya bahan bakar yang minimum dari (n-1) unit pembangkit lainnya
dengan beban (X-Y) MW.

Dengan batasan-batasan [11]:

𝑌𝑛 𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑌 ≤ 𝑌𝑛 𝑚𝑎𝑥 (6.3)

𝑋𝑛−1 𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑋 − 𝑌 ≤ 𝑋𝑛−1 𝑚𝑎𝑥 (6.4)

84
Dimana :
𝑌𝑛 𝑚𝑖𝑛 dan 𝑌𝑛 𝑚𝑎𝑥 masing-masing adalah batas minimum batas maksimum
daribeban unit ke n.
𝑋𝑛−1 𝑚𝑖𝑛 dan 𝑋𝑛−1 𝑚𝑎𝑥 masing-masing adalah batas minimum dan batas
maksimumdari beban (n-1) unit pembangkit yang lain.
Untuk bisa menyelesaikan persamaan (5.2) perlu diketahui kurva biaya bahan bakar
masing-masing unit pembangkit. Kurva biaya bahan bakar setiap unit pembangkit
dinyatakan oleh persamaan [11]:
𝐺𝑛 𝑌 = 𝑎𝑃2 + 𝑏𝑃2 + 𝐶 (6.5)
Dimana a, b dan c merupakan konstanta-konstanta. Dengan menggunakan persamaan
(5.2) maka biaya bahan bakar setiap unit pembangkit untuk beban tertentu Y MW
dapat dihitung. Dengan menggunakan kurva biaya tersebut di atas dilakukan langkah-
langkah perhitungan sebagai berikut [11]:
1. Dimulai dengan n = 1, yaitu apabila unit pembangkit berjumlah satu buah. Tidak
ada pilihan lain maka beban sistem hanya dapat dilayani oleh satu-satunya unit
pembangkit yang ada, sehingga biaya minimum dapat ditulis sebagai :
𝐹1 𝑥 = 𝐺1 𝑥 (6.6)
Dengan
𝑋1 𝑚𝑖𝑛 < 𝑋 < 𝑋1 𝑚𝑎𝑥 (6.7)

Dimana 𝑋1 𝑚𝑖𝑛 dan 𝑋1 𝑚𝑎𝑥 masing-masing adalah batas beban minimum dan batas
beban maksimum dan satu-satunya unit pembangkit yang ada.
2. Kemudian diteruskan dengan n = 2.

𝐹2 𝑥 = 𝑀𝑖𝑛 𝐺2 𝑦 + 𝐹1 𝑥 − 𝑦 (6.8)

Persamaan (5.8) diatas dipecahkan dengan urutan sebagai berikut :

85
a. Dipilih beban sistem X mulai dan nilai yang sekecil mungkin. Bagilah beban 𝑥
untuk unit pembangkit ke 1 sebesar 𝑥−𝑦 MW dan untuk unit-unit
pembangkit ke 2 sebesar Y MW. Ubah-ubahlah nilai Y sehingga didapat nilai
𝐹2 𝑥 pada persamaan (5.9) yang minimum. Setelah nilai minimum ini
ditemukan catatlah nilai 𝑥 − 𝑦 dan Y masing-masing sebagai beban unit ke 1
dan unit ke 2 untuk menghadapi beban sistem sebesar 𝑥 MW yang memberikan
biaya bahan bakar minimum.
b. Pilihlah beban sistem 𝑥 yang lebih besar dan ulangilah porses perhitungan
tersebut dalam butir 2.a.
c. Dengan melakukan proses perhitungan seperti tersebut dalam butir 2.a. dan 2.b.
akhirnya persamaan (5.8) dapat dipecahkan, artinya komposisi beban unit 1 dan
unit 2 yang menghasilkan biaya bahan bakar minimum untuk berbagai nilai
beban sistem dapat ditemukan dan kita sebut sebagai 𝐹2 𝑥 .
3. Untuk n = 3
𝐹3 𝑥 = 𝑀𝑖𝑛 𝐺3 𝑦 + 𝐹2 𝑥 − 𝑦 (6.9)
Pemecahan persamaañ (5.9) adalah serupa dengan pemecahan persamaan (5.8)
hanya saja perlu diingat bahwa 𝐹2 𝑥 − 𝑦 pada persamaan (5.9) didapat dari
pemecahan persamaan (5.8).
4. Untuk n = 4, 5 dan seterusnya perhitungan dilakukan dengan cara serupa seperti
tersebut dalam butir 2 dan butir 3, sehingga akhirnya perhitungan dapat diperluas
untuk sistem yang terdiri dan n unit pembangkit.
Beberapa hal yang perlu dicatat dalam melakukan perhitungan tersebut diatas adalah
[11]:
a. Harus selalu diingat adanya batas pembebanan minimum dan maksimum untuk
setiap jumlah unit pembangkit.
b. Perhitungan hendaknya dimulai dengan unit pembangkit yang terkecil terlebih
dahulu dan kemudian tentukan besarnya langkah kenaikan nilai X seperti yang

86
tersebut dalam butir 2.b. Dengan memperhatikan kemampuan minimum dan
kemampuan maksimum dan unit pembangkit terkecil ini.
c. Biaya start stop unit pembangkit termis dapat ditambahkan setelah perhitungan
biaya bahan bakar yang minimum ditemukan berdasarkan program jadwal operasi
unit pembangkit (unit commitment). Biaya start stop ini relatif kecil jika
dibandingkan dengan biaya bahan bakarnya sehingga penambahan biaya start stop
umumnya tidak banyak memberi pengaruh terhadap jumlah biaya operasi.
Gambar berikut ini menindikasikan kurva biaya bahan bakar dari unit
pembangkit sebagai fungsi beban[11]:

Gambar 6.3 Kurva Baiaya Bahan Bakar dari Unit Pembangkt Sebagai Fungsi beban

87
Daftar Pustaka

1. Choirul Saleh and T. Hidayat, Pengaturan Tegangan Pada Gardu Induk


Distribusi Pakis Malang Dengan Menggunakan Metode Pendekatan Fuzzy
Dynamic Programming. Elektro ELTEK 2012. Vol. 3, No. 1: p. 230-233.

2. Wilhelmina, Studi Aliran Daya, in Fakultas Teknik. 2008, Universitas Indonesia:


Jakarta.

3. Muchsin, I., Sistem Tenaga Listrik, in Elektronika dan TTL.

4. Lukas Santoro and Yuningtyastuti PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA


GARDU INDUK 150 KV KRAPYAK.

5. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero), Pelatihan O&M Relai Proteksi Gardu
Induk, PT. PLN Persero, Editor. 2005: Jakarta.

6. Subiyanto, Simulasi Optimisasi Aliran Daya Sistem Tenaga Listrik Sebagai


pendekatan efisiensi biaya operasi. Jurnal Teknik Elektro, 2010. Vol. 2 No.2: p.
88-94.

7. Alief Rakhman Mukhtar (2010) Penjadualan Pembangkit Hidro-Thermal


Menggunakan Metode Dynamic Programming.

8. Arismunandar A and Kuwara, Teknik Tenaga Listrik. 2000: Pradnya Paramita.

9. Hadi Sasono, Pembagian Beban Generator 2000: Pradnya Paramita.

10. Erline Luciana, Tedjo Sukmadi, and S. Handoko, Simulasi Perhitungan


Pembebanan Ekonomis Pada Pusat Listrik Tenaga Diesel Dengan Metode
Dynamic Programming. 2009, Fakultas Teknik Universitas Dipanegoro:
Semarang.

11. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. 2006, Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.

88
12. Marwan, Smart Grid-Demand side response model to mitigate price and peak
impact on the electrical system, in Scince and engineering faculty. 2013,
Queensland University of Technology: Brisbane.

13. Nguyen, D.T. Demand response for domestic and small business consumers: A
new challenge. in Transmission and Distribution Conference and Exposition
IEEE PES. 2010.

14. Australian Energy Market Operator, Current Trading Interval Price and Demand
Graph Queensland, Australian Energy Market Operator, Editor. 2012.

15. Anwar Peranginangin, Optimasi Influence Range Algoritma Fuzzy Substractive


Clustering Untuk Peramalan Beban Dasar dan Beban Harian Puncak in Teknik
Elektro. 2012, Universitas Pendidikan Indonesia: Jakarta.

16. M. Syafruddin, Lukmanul Hakim, and D. Despa, Metode Regresi Linier untuk
Prediksi KebutuhanEnergi Listrik Jangka Panjang (Studi Kasus Provinsi
Lampung), in Teknik Elektro. 2007, Universitas Lampung.

17. Yuningsih Akili and Y. Mohamad, Analisa Perkiraan Energi Menggunakan


Metode Koefisien Energi (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo.
ELECTRICHSAN, , 2014. VOL. 1, NO.1, .

18. Maryantho Masarrang, Peramalan Beban Listrik Jangka Pendek dI Kota Palu
Dengan Metode Logika Fuzzy. Jurnal Inovtek, 2012. Volume 2, No 1: p. Pages
29-35.

19. A.Taupik Rahman, Nasrun Hariyanto, and S. Anwari, Peramalan Beban Puncak
Jangka Pendek Khusus Hari Libur Nasional Berbasis Algoritma Fuzzy
Subtractive Clustering, Studi Kasus di Jawa – Bali. Jurnal Reka Elkomika, 2014.
Volume 2, No.2.

89
20. Kafahri Arya Hamidie, Metode Keofisien Energi Untuk Peramalan Beban Listrik
Jangka Pendek Pada Jaringan Jawa Madura Bali, in Fakultas Teknik. 2011,
Universitas Indonesia: Jakarta.

21. Siang, J., Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemogramannya dengan MATLAB. 2004,
Yogyakarta: Andi.

22. Sunandar, A., Prakiraan Beban Listrik Jangka Pendek Menggunakan Fuzzy
Subtractive Clustering, in Teknik Elektro. 2005, UPI: Bandung.

23. Siti Saodah, Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Berdasarkan
Saidi dan Saifi in Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi. 2008, IST
AKPRIND: Yogyakarta.

24. Wiwied Putra Perdana, Rini Nur Hasanah, and H.S. Dachlan, Evaluasi
Keandalan Sistem Tenaga Listrik Pada Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial
Gardu Induk Blimbing EECCIS 2009. Vol. III, No. 1.

25. Agung Yanuar Wirapraja, I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, and A.


Soeprijanto, Studi Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Surabaya
Menggunakan Metode Latin Hypercube Sampling. JURNAL TEKNIK POMITS
2012. Vol. 1, No. 1, .

26. Wood, Allen J, and Bruce., Power Generation Operation And Control. 1984. ,
New York: John Wiley & Sons, Inc.

27. Stevenson and William., Analisis Sistem Tenaga Listrik (Edisi Keempat). 1984,
Jakarta: Erlangga.

28. Khairudin Syah, Harry Soekotjo Dachlan, and M. Shidiq, Economic Dispatch
Pembangkit Menggunakan Metode Constriction Factor Particle Swarm
Optimization (CFPSO). Jurnal Inovtek, , 2012. Volume 2, No 1: p. hlmn 20-28.

90
29. AM Ilyas, Optimisasi Economic Dispatch Pembangkit Termal Sistem 500kV
Jawa Bali Menggunakan Modified Improved Particle Swarm Optimization
(MIPSO). 2010, Surabaya.

30. Hadi Saadat, Power System Analysis. 1999, New York: Kevin Kane.

91

Anda mungkin juga menyukai