Anda di halaman 1dari 26

iv

BAB I
PENDAHULUAN

Otitis media (OM) merupakan suatu keadaan kompleks dari infeksi dan
inflamasi yang menyerang telinga tengah yang menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, Tuba Eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan
otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis.(1)
Survei Nasional Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran terakhir di delapan
provinsi Indonesia menunjukkan angka morbiditas THT sebesar 38,6%.(3)
Otitis media supuratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek
merupakan radang kronis telinga tengah dengan perforasi pada membran timpani
dan riwayat keluar sekret dari telinga (otorea) yang terus menerus atau hilang
timbul dan biasanya diikuti dengan gangguan pendengaran. Prevalensi otitis
media supuratif kronis (OMSK) di seluruh dunia yaitu sekitar 65-330 juta orang,
terutama di negara berkembang, dimana 39-200 juta orang (60%) menderita
penurunan fungsi pendengaran secara signifikan. Diperkirakan terdapat 31 juta
kasus baru OMSK per tahun, dengan 22,6% pada anak-anak berusia <5 tahun.(2,3)
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Angka kejadian OMSK di
negara berkembang sangat tinggi dibandingkan dengan Negara maju. Hal ini
disebabkan oleh faktor higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang
rendah, kepadatan penduduk, serta masih adanya kesalahpahaman masyarakat
terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas(4)
Berdasarkan beratnya penyakit, OMSK dapat dikelompokkan atas benigna
(non-dangerous type) dan maligna (dangerous type). Sebagian besar OMSK
maligna disebabkan oleh adanya kolesteatoma, yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi. Komplikasi antara lain meningitis, abses otak, labirintitis, dan paresis
saraf fasialis. Pada OMSK terdapat perforasi membran timpani yang menetap baik
di daerah sentral, marginal, atau atik. Perforasi yang terjadi merupakan faktor

1
predisposisi untuk terjadinya infeksi berulang. Komplikasi OMSK tipe bahaya
mempunyai tanda dan gejala klinis yang khas serta mempunyai tingkat morbiditas
dan mortalitas tinggi.(5,2)
Penanganan OMSK dapat dibagi atas konservatif dan operatif. Penanganan
konservatif bertujuan untuk mengontrol proses infeksi yang berupa pembersihan
telinga untuk mengusahakan telinga yang ‘aman’ dan pertimbangan fungsional
merupakan tujuan yang sekunder dan pemberian antibiotic topikal atau sistemik.
Terapi medikamentosa ditujukan pada OMSK tipe jinak dan tindakan operasi
dikerjakan pada OMSK tipe ganas. Penanganan operatif dilakukan untuk eradikasi
jaringan patologi yang terdapat di dalam rongga mastoid dan kavum timpani,
dapat berupa mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal, dan
mastoidektomi radikal modifikasi.(1k)
Kerusakan fungsi pendengaran merupakan salah satu gejala sisa yang
sering terjadi dari otitis media supuratif kronis.5 OMSK juga merupakan
penyebab umum terjadinya kecacatan, penurunan kinerja pendidikan dan dapat
menyebabkan infeksi fatal intrakranial serta mastoiditis(3)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA OMSK

2.1 Anatomi Telinga

Gambar 1. Telinga
Telinga Luar
Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari
membrane timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan
membran timpani (MT). Aurikulum merupakan tulang rawan fibroelastis yang
dilapisi kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang
temporal melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks,
tragus, antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan

3
ialah lobulus. Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis
superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena
aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus
cranial V, VII, IX dan X.(7,8)
Meatus akustikus eksternus merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari
dasar konka aurikula sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang
2,5 cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu
pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua
pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior superior, merupakan
perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang
temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga ,
kulit tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar
sebasea.(7)
Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat
merupakan pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut
serumen atau kotoran telinga Pars osseus berjalan ke arah antero inferior dan
menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis
dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan
glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut MAE
dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior serta arteri
aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis eksterna
dan pleksus venosus pterygoid.(7)
Telinga Tengah
Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic
cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi
oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba Eustachius,
posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen timpani fossa
kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis. Batas superior dan inferior Membran
timpani membagi kavum timpani menjadi epitimpanium atau atik, mesotimpanum
dan hipotimpanum.(7,9)

4
Membran timpani berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo ,
dasar membran timpani tampak sebagai bentukan oval. Membran timoani dibagi
dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan
mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan radial
yang membentuk dan mempengaruhi konsistensi MT. Pars flasida hanya
memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. MT bagian
medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh ramus timpanikus
cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke vena maksilaris,
jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis
cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus glosofaringeus of Jacobson dan
nervus aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis.(10)
Terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam yaitu
maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan membentuk
artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus
melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong
atau foramen ovale yang berhubungan dengan koklea., sedangkan otot teridiri dari
m. tensor timpani dan m. stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding
semikanal tensor timpani dan berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi
oleh cabang saraf trigeminus. Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke
arah dalam sehingga menjadi lebih tegang.dan meningkatkan frekuensi resonansi
sistem penghantar suara dan melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M.
stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior
kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara
dan meningkatkan resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi
mempertahankan , memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu
keras sehingga dapat mencegah kerusakan organ koklea. Telinga tengah
berhubungan dengan nasopharing melalui tuba Eustahcius. Suplai darah untuk
kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid, arteri petrosal
superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri
dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus pterygoideus.(7)

5
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa 2/3 lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa
berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. Di telinga
dalam terdapat kanalis semisirkularis dan utrikel yang diperlukan untuk
keseimbangan, sedangkan sakulus dan duktus koklea diperlukan untuk
pendengaran.(9)
Vaskularisasi dan Persarafan Telinga
Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri
cerebellaris anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna
membentuk dua cabang yaitu arteri vestibularis anterior yang memperdarahi
utrikulus dan sakulus bagian superior, serta bagian superior dan horizontal dari
kanalis semisirkularis. Cabang lain dari arteri auditori interna adalah arteri
koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri
vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali
sepertiga bagian basal yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri
vestibulokoklearis. Cabang lain dari arteri vestibulokoklearis adalah arteri
vestibular bagian posterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian
inferior, serta kanalis semisirkularis bagian posterior. Vena dialirkan ke vena
auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus petrosus inferior.

6
Vena vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus petrosus
inferior dan superior.8 Untuk persarafan, telinga sebagai organ pendengaran
sekaligus sebagai organ keseimbangan dipersarafi oleh nervus
vestibulokoklearis.(9)
Nervus koklearis tersusun oleh sekitar 30.000 sel-sel saraf eferen yang
mempersarafi 15.000 sel rambut pada spiral organ di setiap koklea. Serabut saraf
dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus bersama
serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis (CN
VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, saraf kanial VIII
menembus lempengan tulang tipis bersama saraf kranial VII (nervus fasialis) dan
pembuluh darah menuju dorsal dan ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian
besar serabut saraf dari kedua nuclei naik menuju inferior colliculus secara
kontralateral, dan sebagian lainnya secara ipsilateral. Selanjutnya, dari inferior
colliculus, sarafsaraf pendengaran berjalan menuju medial geniculate body dan
akhirnya menuju korteks auditorius di lobus temporalis.(9)
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea, Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi
fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran, tahap konversi atau tranduksi
yaitu pengubahan energi fisik stimulasi tersebut ke organ penerima dan tahap
penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran.

Gambar 2. skema mekanisme pendengaran

7
2.2 Definisi
Otitis media supuratif kronis(OMSK) yaitu infeksi kronis ditelinga tengah
dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer arau kental, bening atau
berupa nanah.(1)

2.3 Epidemiologi
OMSK paling banyak dilaporkan di negara-negara berkembang. WHO
membagi prevalensi OMSK secara global berdasarkan klasifikasi regional. Negara
dengan prevalensi paling tinggi (›4%) yaitu Tanzania, India, Solomon Islands,
Australia Aborigin dan Greenland. Negara dengan prevalensi tinggi (2-4%) adalah
Nigeria, Angola, Korea, Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam, China dan
Eskimo. Negara dengan prevalensi rendah (1-2%) yaitu Brazil dan Kenya. Negara
dengan prevalensi paling rendah (‹1%) adalah Gambia, Saudi Arabia, Israel,
Australia, Inggris, Denmark, Finladia dan Amerika.(12)
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal
definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban
dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di
antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara
umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan
25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di
Indonesia.(13,14)

2.4 Etiologi dan faktor resiko OMSK


Faktor predisposisi kronisitas otitis media diduga karena: 1) disfungsi tuba
auditoria kronik, infeksi fokal seperti sinusitis kronik, adenoiditis kronik dan
tonsilitis kronik yang menyebabkan infeksi kronik atau berulang saluran napas
atas dan selanjutnya mengakibatkan udem serta obstruksi tuba auditoria. Beberapa
kelainan seperti hipertrofi adenoid, celah palatum mengganggu fungsi tuba
auditoria. Gangguan kronik fungsi tuba auditoria menyebabkan proses infeksi di
telinga tengah menjadi kronik.2) perforasi membran timpani yang menetap

8
menyebabkan mukosa telinga tengah selalu berhubungan dengan udara luar.
Bakteri yang berasal dari kanalis auditorius eksterna atau dari luar lebih leluasa
masuk ke dalam telinga tengah menyebabkan infeksi kronik mukosa telinga
tengah.3) Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus merupakan
bakteri yang tersering diisolasi pada OMSKB, sebagian besar telah resisten
terhadap antibiotika yang lazim digunakan. Ketidaktepatan atau terapi yang tidak
adekuat menyebabkan kronisitas infeksi. 4) Faktor konstitusi, alergi merupakan
salah satu faktor konstitusi yang dapat menyebabkan kronisitas.(15)
Faktor - faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif
menjadi kronis(16):
 Gangguan fungsi Tuba Eustachius yang kronis atau berulang.
-Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
-Obstruksi anatomic Tuba Eustachius parsial atau total.
 Perforasi membran timpani yang menetap.
 Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya
pada telinga tengah.
 Obstruksi menetap terhadap laserasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini
dapat disebabkanoleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan
granulasi atau timpanosklerosis.
 Terdapat daerah - daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten
dimastoid.
 Faktor - faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau
perubahan
 mekanisme pertahanan tubuh.

2.5 Klasifikasi OMSK


Berdasarkan letak perforasi membran timpani(1):
a. Perforasi sentral
Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi
masih ada sisa membrane timpani
b. Perforasi marginal

9
sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan annulus atau
sulkus timpanikum
c. Perforasi atik
Perforasi terletak pada pars flaksida

berdasarkan jenisnya OMSK dibagi menjadi 2, yaitu:


a. OMSK tipe aman (tipe mukosa=tipe benigna)
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja,
dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral, pada
OMSK tipe aman tidak didapatkan kolesteatoma . (1)
b. OMSK tipe bahaya (tipe tulang=tipe maligna)
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom(16)

Koleastoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel


(keratin). Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu (1,5):
a. Kongenital
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan
Clemis (1965) adalah:
- Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.
- Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau
tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis
parese, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.
b. Didapat.
- Primary acquired cholesteatoma
Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida
- Secondary acquired cholesteatoma.

10
Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan
kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi
marginal pada bagian posterosuperior

Gambar 3. kolesteatoma
2.6 Patogenesis OMSK
Patogenesis OMSK adalah multifaktorial. Faktor lingkungan, genetik,
anatomi dan karakteristik tuba Eustachius serta kolesteatom berhubungan dengan
patogenesis OMSK. . Fliss et al yang dikutip dari M.Verhoeff et al mendapatkan
adanya riwayat OMA, kondisi keluarga dengan banyak anak, anakanak di tempat
penitipan umum memiliki faktor resiko yang signifikan untuk terjadinya
OMSK.(12)
A.O. Lasisi melaporkan bahwa faktor yang berperan pada OMSK adalah
status sistem immun, faktor anatomi, dan adanya OMA sebelumnya. Mekanisme
pertahanan telinga tengah berhubungan dengan anatomi dan karakteristik tuba
Eustachius. Tuba Eustachius memiliki 3 fungsi utama yaitu: (1) proteksi telinga
tengah terhadap perubahan tekanan di nasofaring; (2) drainase sekresi telinga
tengah ke nasofaring; (3) ventilasi telinga tengah untuk menjaga keseimbangan
tekanan udara di telinga tengah dengan tekanan atmosfer. (12)
Gangguan pada fungsi tuba Eustachius menyebabkan inflamasi telinga
tengah. Anatomi tuba Eustachius pada anak-anak berdiameter lebih kecil dan
lebih horizontal dibanding dewasa. Hal ini memungkinkan kejadian infeksi telinga

11
tengah lebih tinggi pada anak-anak. Infeksi akut telinga tengah atau OMA akibat
gangguan fungsi tuba dan karakteristik anatomi tuba dapat terjadi dalam 4 stadium
yaitu hiperemis, eksudasi, supurasi dan resolusi. Pada keadaan supurasi dapat
terjadi perforasi membran timpani dan terdapat otore. Apabila tidak terjadi
resolusi yang sempurna, akan terjadi perforasi membrane timpani persisten
sehingga OMA berlanjut menjadi OMSK. (12)

2.7 Gejala klinis OMSK dan Diagnosis OMSK (1,3,16,17)


Anamnesis
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,
cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali
sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Sekret yang
sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma
dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna
putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsure mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa
secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya
jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
kolesteatom yang mendasarinya.
2. Gangguan pendengaran.
OMSK dapat menyebabkan conductive hearing loss (CHL) serta
gangguan sensory neural hearing loss (SNHL).OMSK ditandai dengan
adanya perforasi membran timpani, yang dapat menghambat konduksi
suara ke telinga bagian dalam. Tingkat terganggu fungsi pendengaran juga
telah dibuktikan berbanding lurus dengan kerusakan yang disebabkan pada
struktur telinga tengah. Dalam beberapa kasus OMSK, bisa ada gangguan
pendengaran permanen yang dapat dikaitkan dengan perubahan jaringan

12
ireversibel dalam pendengaran. Infeksi kronis telinga tengah menyebabkan
edema pada lapisan telinga tengah, perforasi membran timpani dan
gangguan tulang pendengaran, sehingga terjadi CHL.15 Selain itu,
mediator inflamasi yang dihasilkan selama OMSK dapat menembus ke
telinga bagian dalam melalui jendela bulat. Hal ini dapat menyebabkan
hilangnya sel-sel rambut di koklea, yang menyebabkan gangguan
pendengaran sensorineural (SNHL).
3. Otalgia
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada
penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam
labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo

Tanda klinis OMSK tipe bahaya: perforasi pada marginal atau atik(tanda dini dari
OMSK tipe bahya), abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi
di liang telinga luar yang berasal dari liang telinga tengah, terlihat kolesteatoma
pada telinga tengah, sekret berbau khas dan berbentuk nanah (tanda lanjut OMSK
tipe bahaya)
Pemerikaan fisik dan penunjng
1. Pemeriksaan otoskop
2. Pemeriksaan sederhana menggunakan penala untuk mengetahui adanya
gangguan pendengaran

13
3. Pemeriksaan audiometri untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan
pendengaran
4. Foto rontgen mastoid (proyeksi schuller)
5. Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga
2.8 penatalaksanaan OMSK
Prinsip terapi OMSK tipe aman yaitu konservatif atau dengan
medikamentosa:
1. Sekret keluar terus menerus  cuci telinga larutan H2O2 3% selama 3-5
hari
2. Sekret berkurang  obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan
krtikosteroid
3. Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau eritromisin, sebelum hasil
tes resistensi diterima
4. Sekret kering tetapi masih terdapat perforasi observasi 2 bulan 
miringoplasti atau timpanoplasti untuk menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani dan mencegah komplikasi
lebih berat serta memperbaiki pendengaran

Gambar 4. Tatalaksana antibiotika


Prinsip tatalaksana OMSK tipe bahaya ialah pembedahan yaitu(1):
1. Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti

14
2. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah
supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.
3. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu
ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan
patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial. Fungsi pendengaran
tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan
seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol,
supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran kurang sekali sehingga
dapat menghambat pendidikan atau karier pasien. Modifikasi operasi ini
ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat
meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi
terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.
4. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik,
tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan
operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
5. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal
juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan
pada membrane timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah

15
berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan
perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman
yang sudah tenang dengan keluhan ringan hanya disebabkan oleh
perforasi membran timpani.
6. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang
lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan
pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain
rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk tulang pendengaran
yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, II, IV dan V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi
kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan
jaringan patologis. Tidak jarang operasi ini dilakukan dua tahap dengan
jarak waktu 6 s/d 12 bulan.
7. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada
kasus OMSK tipe bahaya atau tipe aman dengan jaringan granulasi yang
luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Membersihkan
kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui
2 jalan ( combined approach ) yaitu melalui liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini
pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena

16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA KOMPLIKASI OMSK

Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius
karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologi yang
menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di dapatkan pada pasien OMSK tipe
bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan komplikasi bila terinfeksi
kuman yang virulen ( eksaserbasi akut ). Dengan tersedianya antibiotika mutakhir
komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Komplikasi intracranial yang serius
lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan
kolesteatom.(1)
Dari gejala dan tanda yang ditemukan dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu
infeksi telinga
tengah ke intra kranial.
A. Penyebaran secara hematogen
Penyebaran secara hematogen dapat diketahui dengan adanya2 :
- Komplikasi terjadi pada awal infeksi, dapat terjadi pada hari
pertama atau kedua sampai hari kesepuluh.
- Gejala prodromal tidak jelas seperti pada gejala meningitis local
- Pada operasi didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh dan
tulang serta lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah
sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika.
B. Penyebaran melalui erosi tulang
Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila2 :
- Komolikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal
penyakit.
- Gejala prodromal infeksi lokal mendahului gejala infeksi yang luas
misalnya paresis n.VII ringan yang hilang timbul mendahului
paresis n.VII total atau gejala meningitis lokal mendahului
meningitis purulen.

17
- Pada operasi ditemukan lapisan tulang yang rusak diantara fokus
supurasi dengan struktur sekitarnya .
C. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada
Penyebaran melalui jalan yang sudah ada dapat diketahui bila2 :
- Komplikasi terjadi pada awal penyakit
- Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin
ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang, riwayat otitis
media yang sudah sembuh. Komplikasi intra kranial mengikuti
komplikasi labirinitis supuratif.
- Pada operasi ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang
bukan karena erosi.

Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut 2,10:


 Komplikasi ditelinga tengah :
- Perforasi persisten
- Erosi tulang pendengaran
- Paralisis nervus fasial
 Komplikasi telinga dalam
- Fistel labirin
- Labirinitis supuratif
- Tuli saraf ( sensorineural)
 Komplikasi ekstradural
- Abses ekstradural
- Trombosis sinus lateralis
- Petrositis
 Komplikasi ke susunan saraf pusat
- Meningitis
- Abses otak
- Hindrosefalus otitis
Shambough (2003) membagi atas komplikasi meningeal dan non meningeal 2,10:
 Komplikasi intratemporal

18
- Perforasi membran timpani
- Mastoiditis akut
- Paresis n. Fasialis
- Labirinitis
- Petrositis
 Komplikasi ekstratemporal
- Abses subperiosteal
 Komplikasi intrakranial
- Abses otak
- Tromboflebitis
- Hidrosefalus otikus
- Empiema subdural
- Abses subdural/ ekstradural
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nungki P dan Devira di RSUP H. Adam
Malik pada tahun 2011-2012 didapatkan hasil bahwa komplikasi yang paling
banyak ditemukan adalah komplikasi ekstrakranial yaitu mastoiditis 18 subjek
(78.3%), diikuti abses retroaurikular-facialis parese dan facialis parese masing-
masing satu subjek (4.3%) dan komplikasi intrakranial yang didapatkan adalah
meningitis satu subjek (4.3%). Namun, pada penelitian Memon et al (2008),
komplikasi ekstrakranial yang paling banyak dijumpai pada penderita OMSK
adalah kerusakan osikuler 45 (11.5%), kemudian diikuti exposed facial nerve 6
(1.53%), exposed sigmoid sinus 5 (1.28%), mastoid abscess 4 (1.02%), dan bezold
abscess 1 (0.25%). Masih dalam penelitian Memon et al (2008), komplikasi
intrakranial yang terbanyak adalah subdural abscess 3 (0.76%), cerebritis 2
(0.5%), brain abscess 2 (0.5%), meningitis 1 (0.25%), dan sigmoid sinus
thrombotis 1 (0.25%). Belum ada faktor yang pasti untuk menjelaskan terjadinya
komplikasi yang berbeda-beda yang dialami oleh setiap pasien, namun hal ini bisa
disebabkan akibat daya tahan tubuh antarindividu yang berbeda, keterlambatan
datang ke dokter, terapi yang kurang adekuat, dan kemungkinan ada keterlibatan
genetik. Tapi, sampai saat ini faktor genetik masih dalam proses penelitian.(4)

19
 Mastoiditis(1,18)
Mastoiditis merupakan salah satu komplikasi intratemporal Otitis
media (OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala
proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang
temporal. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan
epitel mastoid air cells yang melekat di tulang temporal. Mastoiditis dapat
terjadi secara akut maupun kronis. Rongga telinga tengah dan rongga
mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad antrum. Oleh karena itu
infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama bisanya disertai
infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan
mastoiditis. Beberapa alhi menggolongkan mastoiditis ke dalam
komplikasi OMSK.
Bakteri gram negative dan Streptococcus aureus adalah beberapa
bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Selain itu kurang
dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam
telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang kemudian dapat
menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan
menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat infeksi
traktus respiratorius. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan
jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
Manefestasi klinis mastoiditis biasanya didapatkan suhu
febris/subfebris. nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran bahkan
kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi
telinga yang lainnya), kemerahan pada kompleks mastoid, keluarnya
cairan baik bening maupun berupa lendir, matinya jaringan keras (Tulang,
Tulang Rawan) dan adanya abses (Kumpulan jaringan mati dan nanah).
Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi
telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal - awal
perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian
antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. Keluhan
nyeri dirasakan cenderung menetap dan berdenyut. Gangguan

20
pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks
mastoid akibat infeksi. Jika tidak diobati dapat terjadi ketulian yang
berkembang secara progresif, sepsis, meningitis, abses otak atau kematian.
Membran timpani menonjol keluar, dinding posterior kanalis
menggantung, pembengkakan post aurikula mendorong pinna keluar dan
ke depan, dan nyeri tekan pada mastoid, terutama di posterior dan sedikit
di atas liang telinga (segitiga Macewen).Di dalam tulang juga bisa
terbentuk abses. Biasanya gejala muncul dalam waktu 2 minggu atau
lebih setelah otitis media akut, dimana penyebaran infeksi telah meru sak
bagian dalam dari prosesus mastoideus.
 Paresis Nervus Fasialis(16)
N. Fasialis dapat terkena oleh karena penyebaran infeksi langsung ke
kanalis fasialis pada OMA. Pada OMSK, kerusakan terjadi oleh erosi
tulang yang disebabkan kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul
oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis tersebut. Kolesteatom pada apek
petrosa dapat menyebabkan paralisis nervus fasialis yang akut progresif
disertai penurunan pendengaran sensorineural progresif karna destruksi
otic kapsul atau kompresi n. cochlearis.
 Fistula labirin dan Labirinitis(1)
OMSK terutama yang dengan kolesteatom, dapat menyebabkan kerusakan
pada bagian vestibuler labirin, sehingga terbentuk fistula, pada keadaan ini
infeksi dapat masuk sehingga terjadi labirinitis.
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut labirinitis umum
(general), dengan gejala vertigo berat dan dan tuli saraf berat, sedangkan
labirinitis yang terbatas (sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo
saja atau tuli saraf saja.
Labirinits terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruangan perilimfa.
terdapat 2 bentuk labirin yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi
sel radang, sedangkan supuratif menginvasi labirin sehingga terjadi
kerusakan yang irreversibel. Tatalaksana kedua labirinitis tersebut dapat

21
dilakukan tindakan operatif. Drainase pus juga dilakukan untuk mencegah
meningitis dan dilakukan pemberian antibiotika yang adekuat
 Petrositis(1)
Perluasan infeksi pada telinga tengah dan mastoid menuju bagian os
petrosa disebut dengan petrositis. Adanya petrosis sudah harus dicurigai,
apabila pada pasien otitis media terdapat keluhan diplopia, karena
kelemahan N. VI. Seingkali disertai dengan rasa nyeri didaerah parietal,
temporal atau oksipital, oleh karena terkenanya N.V ditambah dengan
terdapatnya otore yang persisten, terbentuklah suatu sindrom yang disebut
sindrom gradenigo. Kecurigaan terhadap petrosis terutama bila terdapat
nanah yang keluar terus menerus dan rasa nyeri yang menetap pasca
mastoidektomi. Tindakan pengobatan dengan operatif dan pemberian
antibiotika protocol kompkikasi intrakranial.
 Tromboflebitis sinus lateralis(17)
Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid. Trombosis
sinus lateralis terjadi ketika infeksi menyebabkan tromboflebitis vena-vena
kecil di sekitar dinding luar dura dari sinus sigmoid. Biasanya didapatkan
erosi tulang yang melapisi sinus sigmoid dan adanya timbunan jaringan
granulasi atau infeksi yang meluas ke sinus sigmoid melalui dehisensi
tulang yang melapisi sinus. Umumnya pasien datang dengan keluhan nyeri
kepala yang hebat, demam, otalgia, otore, mual muntah dan nyeri di leher.
Nyeri kepala biasanya unilateral dan sering didahului dengan nyeri telinga
atau otore pada sisi ipsilateral. Demam yang tidak dapat diterangkan
penyebabnya merupakan tanda awal adanya infeksi pembuluh darah. Pada
mulanya suhu tubuh naik turun tetapi setelah penyakit berkembang
menjadi berat, maka didapatkan kurva suhu yang naik turun dengan sangat
curam disertai menggigil, yang menandakan adanya sepsis. Gejala klasik
TSL termasuk demam, menggigil dengan atau tanpa gambaran pola
puncak demam, nyeri telinga, nyeri kepala, tegang leher dan kelemahan
umum, serta adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial termasuk
papiledema dapat terjadi bila terdapat penurunan aliran keluar v.serebral

22
dikarenakan sinus mengalami oklusi total. Penatalaksanaan TSL secara
umum berupa kombinasi antara pemberian antibiotik intravena
berspektrum luas yang tepat dan tindakan bedah untuk membuang sumber
infeksi. Semua penderita dengan TSL memerlukan tindakan bedah berupa
mastoidektomi yang adekuat
 Abses Ekstradural (1)
Abses ekstradural adalah terkumpulnya nanah diantara duramater dan
tulang. pada OMSK keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi
dan kolesteatoma yang menyebabkan erosi segmen timpani atau mastoid.
Gejala utama berupa nyeri kepala dan nyeri telinga hebat. Dengan foto
rontgen mastoid yang baik terutama posisi schuller, dapat dilihat
kerusakan dilempeng segmen (segmen plate) yang menandakan
tertembusnya tegmen.
 Abses subdural(1)
Abses subdural adalah infeksi dalam ruang subdural, yaitu ruang di antara
duramater dan membran arakhnoid yang mengelilingi otak, yang
disebabkan oleh bakteri, antara lain genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pseudomonas, Bacteroides, Enterobacter, Klebsiella, H. Influenza dan E.
Coli. Pada remaja dan dewasa, abses subdural biasanya terjadi karena
penyebaran infeksi dari sinus paranasal, telinga tengah dan sinus mastoid.
Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses
ekstradural, biasanya sebagai perluasan tromboflebitis melalui pembuluh
vena. Gejala Klinis antara lain demam, nyeri kepala, dan timbul koma
pada pasien dengan otitis media supuratif kronis (OMSK). Temuan sistem
saraf pusat antara lain berupa bangkitan kejang, hemiplegia, dan tanda
Kernig positif. Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural
dengan meningitis. Pada abses subdural, pada pemeriksaan likuor
serebrospinal (LCS) kadar protein biasanya normal dan tidak ditemukan
bakteri. Kalau pada abses ekstradural, nanah keluar pada waktu operasi
mastoidektomi, pada abses subdural nanah harus dikeluarkan secara bedah
saraf, sebelum dilakukan operasi mastoidektomi.

23
 Meningitis
Komplikasi otitis media ke SSP yang paling sering adalah meningitis.
Meningitis adalah inflamasi antara ruanga piamater dengan arachnoid
yang biasanya disebabkan oleh invasi bakteri ke CSF di ruang
subarachnoid. Gambaran klinis meningitis antara lain kaku kuduk,
kenaikan suhu tubuh, mual, muntah yang kadang proyektil, serta nyeri
kepala hebat. Pada kasus berat biasanya terdapat penurunan kesadaran.
Pemeriksaan didapatkan kaku kuduk kernig positif. Pengobatan dapat
dengan antibiotic yang sesuai kemudian pada telinga dapat dilakukan
mastoidektomi.
 Abses Otak(1)
Abses otak sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis dapat
ditemukan di serebelum, fosa cranial posterior atau dilobus temporal, di
fosa kranial media. Abses otak biasanya merupakan perluasan langsung
dari infeksi telinga dan mastoid atau tromboflebitis. Gejala Abses
serebelum ditandai dengan ataksia, disdiadokokinetis, tremor intensif, dan
tidak dapat menunjuk suatu objek. Afasia dapat terjadi pada abses
temporal. Gejala lain yang menunjukkan adanya toksisitas, berupa nyeri
kepala, demam, muntah serta keadaan latargik. Selain itu sebagai tanda
yang nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan kejang.
pemeriksaan likuor serebrospinal memperlihatkan kadar protein yang
meninggi serta kenaikan tekanan likuor. Pengobatan abses otak ialah
dengan antibiotika parenteral dosis tinggi, dengan atau tanpa operasi untuk
melakukan drenase dari lesi.
 Hidrosefalus Otitis(1)
HO ditandai dengan peningkatan tekanan lokuor serebrospinal yang hebat
tanpa adanya kelainan kimiawi. pada pemeriksaan terdapat edema papil.
Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, pandangan yang kabur, mual
dan muntah, keadaan ini disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis yang
mengakibatkan kegagalan absrobsi likuor serebrospinal oleh lapisan
araknoid.

24
BAB IV
KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan radang kronis telinga


tengah dengan perforasi pada membran timpani dan riwayat keluar sekret dari
telinga (otorea) yang terus menerus atau hilang timbul dan biasanya diikuti
dengan gangguan pendengaran. Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe
aman (tipe mukosa, OMSK tipe jinak) dan tipe bahaya (tipe tulang, OMSK tipe
ganas).Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status
kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk
meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang
Infeksi lanjut dari OMSK dapat menyebar melalui penyebaran secara
hematogen, melalui erosi tulang dan penyebaran mealalui jalan yang telah ada.
Komplikasi OMSK terbagi menjadi Komplikasi intratemporal yaitu perforasi
membran timpani, mastoiditis akut, paresis n. Fasialis, labirinitis, dan petrositis.
Komplikasi ekstratemporal yaitu abses subperiosteal sedangkan komplikasi
intrakranial yaitu, abses otak, tromboflebitis, hidrosefalus otikus, empiema
subdural dan abses subdural/ ekstradural. Otitis media supuratif akut atau kronis
mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam
kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung
pada kelainan patologi yang menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di
dapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat
menyebabkan komplikasi bila terinfeksi kuman yang virulen (eksaserbasi akut).
Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti
labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan kematian.

25

Anda mungkin juga menyukai