Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPRESI

A. Konsep Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan psimis,

yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan

yang ditunjukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yangt dalam.

[ CITATION Nug16 \l 1057 ]

Soejono (2009) dalam [ CITATION Pus14 \l 1057 ]

mengungkapkan bahwa depresi merupakan gangguan psikiatri yang

paling sering terjadi pada lansia, hal ini terjadi akibat dari interaksi

faktor biologi, fisik, psikologis, dan sosial. depresi adalah salah satu

gangguan mood, dimana terjadi perubahan kondisi emosional,

motivasi, fungsi dan perilaku motorik, serta kognitif pada diri

seseorang.

Depresi berhubungan dengan suatu emosi yang normal yang

digambarkan dalam bentuk kesedihan dan duka. Depresi juga

merupakan suatu kombinasi dari perasaan termasuk kesedihan,

kesepian, rasa marah, tidak berharga, putus asa, agitasi, dan rasa

bersalah yang disertai dengan berbagai gejala fisik lainnya.1 Insiden

terjadinya depresi bervariasi di setiap daerah di dunia. Insiden depresi

di Amerika Serikat diketahui lebih dari 12% pada laki-laki dan 20%

pada perempuan.2 Selain itu depresi biasanya umum terjadi pada

lansia. [ CITATION Wes14 \l 1057 ]


Pada lansia depresi lebih sering terjadi dibandingkan pada

populasi umum. Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh

Livingstone dkk, menunjukkan adanya tendensi peningkatan

prevalensi gangguan depresi pada lansia. Hal ini terjadi karena

merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor biologis, psikologis,

dan sosial. [ CITATION Pus14 \l 1057 ]

2. Faktor-faktor Depresi
Berdasarkan studi-studi yang dilakukan sebelumnya, faktor

risiko terjadinya depresi pada lansia dapat dikelompokkan menjadi

beberapa faktor, antara lain: faktor psikososial, faktor biologis,

karakteristik personal, faktor medikasi, dan faktor sosiodemografi.


a. Faktor psikososial dapat meliputi stress kehidupan seperti:

kesedihan, masalah finansial, kesepian, dan lainlain.


b. Faktor biologis atau genetik dapat meliputi: jenis kelamin

perempuan, defisiensi folat dan vitamin B12, dan penyakit

kronis.
c. Faktor Karakteristik personal antara lain: sifat ketergantungan,

pesimis, dan rendah diri.


d. Faktor medikasi dapat meliputi penggunaan obat-obatan

anxiolytics, tranquilizers, anti inflamasi, dan sebagainya.

e. Faktor sosioekonomi yang rendah, latar belakang pendidikan

yang rendah, status pernikahan, merupakan beberapa faktor

sosiodemografi yang turut berperan dalam terjadinya depresi.

[ CITATION Wes14 \l 1057 ]


3. Gejala depresi

Menurut (Dirgayunita, 2016) pada umumnya individu yang

mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik, dan sosial yang

khas. Gejala umum depresi antara lain :

a. Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur : sulit tidur (insomnia), atau tidur

berlebihan (hypersomnia)
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat,

kesenangan atas aktivitas yang sebelumnya disukai.


3. Sulit makan atau makan berlebih (bias jadi kurus atau

kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala,

masalah pencernaan (diare, konstipasi, dll) , sakit lambung dan

nyeri kronis.
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6. Energy lemah, kelelahan, menjadi lamban
7. Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
b. Gejala Psikis
1) Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus-menerus
2) Rasa putus asa dan pesimis
3) Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani, dan tidak

berdaya/tidak berguna.
4) Tidak tenang dan gampang tersinggung
5) Berpikir ingin mati atau bunuh diri
6) Sensitive
7) Kehilangan rasa percaya diri
c. Gejala sosial
1) Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri,

menyendiri, malas)
2) Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
3) Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
4. Resiko Depresi
Resiko-resiko yang dapat ditimbulkan oleh depresi adalah sebagai

berikut:

a) Bunuh diri, Depresi yang tidak ditangani dapat meningkatkan

resiko percobaan bunuh diri. Sangat sering bagi individu yang

mengalami depresi memiliki pikiran bunuh diri. Perasaan

kesepian dan ketidakberdayaan adalah faktor yang sangat besar

bagi seseorang untuk melakukan bunuh diri. Lansia merupakan

populasi yang paling sering kesepian. Orang yang menderita

depresi kadang-kadang merasa putus asa sehingga mereka

benar-benar mempertimbangkan membunuh diri sendiri

b) Gangguan tidur (Insomnia dan Hipersomnia), Siapa saja pernah

mengalami susah tidur dari waktu ke waktu, tetapi penderita

depresi umumnya juga mengalami kondisi susah tidur.

Gangguan tidur dan depresi cenderung muncul bersamaan.

Kesulitan tidur dianggap sebagai gejala gangguan mood,

setidaknya 80% dari penderita depresi mengalami gangguan

insomnia, atau kesulitan tidur. Hipersomnia adalah perasaan

mengantuk berlebihan. Hipersomnia adalah tanda untuk

gangguan bipolar atau manik depresi.

c) Gangguan dalam hubungan, Sebagai akibat dari depresi,

seseorang cenderung mudah tersinggung, sedih sehingga lebih

banyak menjauhkan diri dari orang lain atau dalam situasi lain

menyalahkan orang lain, hal ini menebabkan hubungan dengan

orang lan menjadi kurang baik.


d) Gangguan dalam pekerjaan, Pengaruh depresi sangat terasa

dalam kehidupan pekerjaan seseorang. Depresi meningkatkan

kemungkinan untuk kehilangan pekerjaan dan pendapatan lebih

rendah, hal ini dikarenakan akibat performa dan masalah

hubungan di tempat kerja.

e) Gangguan pola makan, Pada orang yang menderita depresi

terdapat dua kecenderungan umum mengenai pola makan yang

secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu tidak selera makan

dan keinginan makanmakanan yang manis bertambah. Beberapa

gangguan pola makan yang diakibatkan oleh depresi adalah

bulimia nervosa, anoreksia nervosa, dan obesitas.

f) Perilaku-perilaku merusak, beberapa perilaku yang merusak

yang disebabkan oleh depresi adalah:

(1) Agresivitas dan kekerasan.

(2) Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang

(3) Perilaku merokok. [ CITATION Mar12 \l 1057 ]

5. Tingkat Depresi
Tingkat depresi dibagi menjadi tiga yaitu depresi ringan, depresi

sedang, dan depresi berat. Depresi dapat dikategorikan sebagai

berikut:
a. Depresi ringan
Dapat dikategorikan sebagai depresi ringan apabila dalam

pedoman diagnostik terdapat sekurang-kurangnya hari ada 2 dari 3

gejala utama depresi:


1) Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
2) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu
3) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

yang bisa dilakukan


b. Depresi sedang
Dapat dikategorikan sebagai depresi sedang apabila dalam

pedoman diagnostik terdapat:


1) Sekurang-kurangnya ada 3 dan sebaiknya ada 4 dari gejala
2) Malanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
3) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga.


c. Depresi berat
Dapat dikategorikan sebagai depresi berat apabila dalam

pedoman diagnostik terdapat:


1) Semua gejala utama harus ada
2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan

ebberapa diantaranya harus berintensitas berat.


3) Bila ada gejala penting yang menyolok maka pasien tidak

mampu untuk melaporkan gejalanya secara rinci. Njoto (2014).


6. Pencegahan Depresi
Beberapa cara mencegah depresi agar tidak datang kembali adalah

sebagai berikut :
a. Bersikap realistis terhadap apa yang kita harapkan dan kita

lakukan
b. Tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain saat kita

melakukan suatu kesalahan atau kegagalan


c. Tidak membandingkan diri dengan orang lain atau kehidupan

orang lain
d. Dukungan keluarga, social mengatakan jika kita mengalami

masalah atau sedang mengalami depresi


e. Rutin melakukan olahraga dan kegiatan outdoor
f. Tidak terlalu menyesali suatu kejadian, bersikap tenang, dan

tidak mudah marah


g. Tidak menyendiri, lebih bersosialisasi, melakukan aktivitas

dengan lingkungan sekitar


h. Lebih religious, mendekatkan diri kepada Tuhan YME
7. Geriatric Depression Scale (GDS)
Geriatric Depression Scale (GDS) merupakan salah satu instrumen

yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia

lanjut. GDS dikembangkan dan divalidasi oleh dua studi. Dalam salah

satu studi, dipilih 100 soal dengan tipe jawaban ya/tidak yang berguna

untuk membedakan depresi pada usia lanjut dengan normal usia

lanjut, kemudian dipilih 30 pertanyaan yang mempunyai korelasi

tertinggi dengan total scor dengan 100 pertanyaan apabila diterapkan

pada 100 volunter usia lanjut di populasi. Dalam studi satunya, skala

30 pertanyaan divalidasi dengan skala depresi lain, seperti skala

depresi Zung (SDS), dan skala depresi Hamilton (HAMD), dari studi

lain, didapatkan korelasi antara kriteria klasifikasi (tidak depresi,

depresi ringan, dan depresi berat) dengan masing-masih skala GDS,

SDS, dan HAMD didapatkan r=0,6, r=0,83 dan semuanya secara

statistik bermakna. Pada GDS-30 pertanyaan, didapatkan sensitivitas

84% untuk skor diatas 11 dan spesifitas 95% dengan DSM III baku

emas. Karena pertanyaan yang panjang dan banyak pada GDS-30

pertanyaan, dikembangkan versi yang lebih pendek, bervariasi antara

15 pertanyaan dan 1 pertanyaan. Di antara versi-versi tersebut, GDS

15 pertanyaan paling sering digunakan untuk mendeteksi depresi pada

lanjut usia dan dapat berfungsi sebaik GDS 30 pertanyaan, meskipun

fakta menunjukkan bahwa GDS-15 sedikit berbeda dari GDS-30

dalam kemampuannya mendeteksi depresi dan kapablitasnya berbeda

tergantung jenis kelamin, pengaturan, dan acuan buku yang digunakan

(ICD atau DSM) GDS-15 mempunyai sensivitas 80,5% dan spesifitas


75% pada titik potong skor 5/6, dengan Structure Clinical Interview

for DSM IV (SCID) sebagai perbandingan. GDS 15 dan GDS 30

berkorelasi tinggi (r 0,89) dan mempunyai tingkat sensivitas mirip

tetapi spesifitas GDS-15 sedikit menurun dibandingkan GDS-30.

Sebuh studi di Yunani mendapatkan sensivitas 92,23% dan spesifitas

95,24% dengan konsistensi internal tinggi, yaitu Cronbach’s

Alpa=0,94 pada GDS-15 dengan titik potong 6/7. (Njoto, 2014)

Anda mungkin juga menyukai