Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN MINI RISET

KEPERAWATAN GERONTIK

PENGARUH PEMBERDAYAAN KADER LANSIA TERHADAP


PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA DI DUSUN KRAJAN DESA
SEPUTIH

Anggota:

Firdaus Marga Intan Pratiwi, S.Kep 1801031001


Lutfi Nur Fatakh, S.Kep 1801031015
Novil Iqbal Habibi, S.Kep 1801031020
Dewi Putri Witarni, S.Kep 1801031022
Dwi Andriyani, S.Kep 1801031025
Alfian Rizki Apriliano, S.Kep 1801031033
Triwahyu Novitasari, S.Kep 1801031036
Fitri Putri Lestari, S.Kep 1801031040
Klarisa Chandra A, S.Kep 1801031043
Riskiya Dwi Cahyani, S.Kep 1801031056

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember Angkatan A IX dapat menyusun
Laporan Mini Riset Keperawatan Gerontik Di Desa Seputih Kecamatan Mayang
Kabupaten Jember mulai tanggal 10 Mret 2019 s.d 18 Maret 2019.

Penyusunan laporan ini dapat kami selesaikan dengan baik atas kerja sama
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan terima
kasih kepada:

1. Ns. Awatiful Azza, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku Dekan Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan laporan ini.

2. Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep., M.Kes selaku Ka Prodi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.

3. Ns. Sofia Rhosma., S.Kep., M.Kep selaku PJMK Praktik Profesi keperawatan
Gerontik

4. Ns. Cahya Tribagus H., S.Kep., M.Kes selaku Pembimbing Akademik Praktik
Profesi Keperawatan Komunitas.

5. Ns. Muhammad Firdaus selaku pembimbing klinik puskesmas Mayang


Kabupaten Jember

6. Kepala desa, kepala dusun, ketua RW, ketua RT dan kader posyandu Desa
Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

7. Seluruh teman-teman yang telah bekerjasama dan penuh semangat dalam


penyusunan laporan keperawatan Komunitas

8. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu kelancaran dari praktik
profesi keperawatan Komunitas.

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan mini riset keperawatan


gerontik ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki sehingga kami
memerlukan saran dan kritik yang bersifat membangun bagi kesempurnaan dan
profesionalisme keperawatan, khususnya keperawatan gerontik, untuk itu kami
mengucapkan terima kasih. Semoga laporan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan generasi selanjutnya.

Jember, 18 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1


A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 4
A. Konsep Lansia...................................................................... 4
B. Konsep Posyandu Lansia ...................................................... 11
C. Konsep Kader ...................................................................... 14
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .......... 18
A. Kerang Konseptual ............................................................... 18
B. Hipotesis Penelitian .............................................................. 18
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................. 22
A. Desain Penelitian ................................................................. 22
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ............................... 23
C. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
24
D. Definisi Operasional............................................................. 25 E.
Etika Penelitian .................................................................... 26
F. Alat pengumpulan Data ........................................................ 27 G.
Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 28
H. Pengolahan dan Analisa Data ............................................... 28
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................... 32
A. Data Umum.......................................................................... 32
B. Data khusus.......................................................................... 34
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................. 36
A. Interpretasi Hasil .................................................................. 36
BAB VII PENUTUP ........................................................................ 40
A. Kesimpulan .......................................................................... 40
B. Saran .................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 42
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang disediakan untuk lansia di Indonesia masih sangat

terbatas. Usia lanjut merupakan usia yang rawan terhadap berbagai macam penyakit. Pada

lansia ini akan mengalami banyak perubahan. Dengan adanya banyak perubahan tersebut,

akan lebih baik jika lansia mendapatkan pelayanan yang lebih baik (Maryatun dan

Indarwati, 2017).

Pelayanan dalam segala aspek bagi lansia di Indonesia, belum mendapatkan

sentuhan maksimal dari pemerintah (Maryatun dan Indarwati, 2017). Kepedulian akan

lansia perlu ditumbuhkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas seseorang dimasa

tua.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan kader lansia. Dimana

kader lansia ini dapat memantau kesehatan lansia yang ada di suatu Dusun atau Desa yang

telah dinunginya.

Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang

tertentu yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk

melaksanakan meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa ikhlas

tanpa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan

(Depkes RI, 2000: 87).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010) peran kader ini dapat dibagi menjadi 3

yaitu, penggerakan masyarakat, penyuluhan dan pemantauan. Dengan adanya kader ini
1

bisa dipastikan bahwa kesehatan lansia bisa dipantau dan bisa lebih tertangani dengan

masalah kesehatan lansia.

Pada Dusun Krajan Desa Seputih kecamatan Mayang kabupaten Jember merupakan

wilayah yang melakukan pembinaan dan pelayanan bagi lansia. Pada hasil studi

pendahuluan ditemukan pelayanan posyandu masih minim dan pelaksanaannya kurang

merata, serta terbatasnya kader kesehatan lansia.

Berdasarkan keadaan diatas perlu adanya pembentukan dan pelatihan kader lansia

di Dusun Krajan Desa Seputih dimana kader yang sudah ada dioptimalkan kinerjanya

sehingga dapat menangani masalah kesehatan lansia secara menyeluruh.

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan masalah

Pelayanan dalam segala aspek bagi lansia di Indonesia, belum mendapatkan

sentuhan maksimal dari pemerintah (Maryatun dan Indarwati, 2017). Kepedulian akan

lansia perlu ditumbuhkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas seseorang

dimasa tua. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan kader lansia.

Dimana kader lansia ini dapat memantau kesehatan lansia yang ada di suatu Dusun atau

Desa yang telah dinunginya. Dengan demikian para lansia dapat dengan mudah

menjangkau pelayanan kesehatan yang ada di usun tersebut.

2. Pertanyaan masalah

1. Bagaimanakah kinerja kader lansia di Dusun krajan Desa Seputih sebelum

dilakukan optimalisasi kader lansia?


2. Bagaimanakah kinerja kader lansia di Dusun krajan Desa Seputih sesudah

dilakukan optimalisas kader lansia?

3. Adakah pengaruh optimalisasi kader lansia terhadap kinerja kader lansia di Dusun

Krajan Desa Seputih?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberdayaan kader lansia terhadap kinerja kader lnsia di Dusun

Krajan Desa Seputih

2. Tujua Khusus

a. Mengidentifikasi kinerja kader lansia di Dusun krajan Desa Seputih sebelum

dilakukan pemberdayaan kader lansia

b. Mengidentifikasi kinerja kader lansia di Dusun krajan Desa Seputih sesudah

dilakukan pemberdayaan kader lansia

c. Menganalisis pengaruh pemberdayaan kader lansia terhadap kinerja kader lnsia di

Dusun Krajan Desa Seputih

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan palayanan kesehatan lansia lebih mudah

dijangkau oleh lansia sekitar.

2. Bagi Kader

Hasil penelitaian ini diharapkan agar lebih optimal dalam memberikan pelayanan

terhadap kesehatan lansia.


3. Bagi Peneliti

Hasil peelitaian ini untuk menambah wawasan untuk lebih meningkatkan keaktifan

dalam memberikan pelayanan kesehatan lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Pengertian lanjut usia

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya

kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa

perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia

mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan

melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan

kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia

lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu

telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan

mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004

dalam Psychologymania, 2013). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir

perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No.13/tahun

1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan

yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Secara biologis

penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami

4
5

proses penuaan yang secara terus menerus yang ditandai dengan

menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan

penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistim

organ. Secara ekonomi penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai

beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa

kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada

yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua sering kali

dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga dari masyarakat

(Darmojo, 2010).

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara

usia 65-75 tahun (Potter, 2008). Proses menua merupakan proses

sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi

dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,

yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2009).

2. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13

tentang kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptive


6

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.

a. Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan (Depkes RI, 2003)

d. Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,

2003).

e. Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,

2003).

Menurut WHO dalam Dewi, 2014 lansia diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Elderly : 60-74 tahun

b. Old : 75-89 tahun

c. Very old : >90 tahun

4. Perubahan Kondisi Fisik

Meskipun perubahan dari tingkat sel sampai kesemua system organ

tubuh, diantaranya system pernafasan, pendengaran, penglihatan,

kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuluskletal, gastrointestinal,

integument dan lain-lain. Masalah-masalah fisik sehari-hari yang sering

ditemukan pada lanjut usia menurut Mubarak (2006) adalah sebagai


7

berikut;

a. Mudah jatuh

b. Mudah lelah

c. Kekacauan mental akut

d. Nyeri pada dada, berdebar debar

e. Sesak nafas pada saat melakukan aktifitas fisik

f. Pembengkakan pada kaki bawah

g. Nyeri pinggang atau punggung dan pada sendi panggul

h. Sulit tidur dan sering pusing

i. Berat badan menurun

j. Gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sukar menahan

air kencing

Perubahan fungsi organ yang terjadi akibat proses penuaan, tidak sama

antara satu dengan yang lainnya, secara umum dijumpai penurunan fungsi

secara menyeluruh. Perubahan fungsi organ yang terjadi pada lansia adalah

sebagai berikut :

a. Sistem integument

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang

elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose, kulit

pucat dan terdapat bintik-bintik hitam (Ganong, 2002).

b. Temperatur tubuh

Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolism yang

menurun, keterbatasan reflek, menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak yang diakibatkan oleh


8

merendahnya aktifitas otot.

c. Sistem muskuloskletal, kecepatan dan kekuatan otot skeletal berkurang

, pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot.

d. Sistem penginderaan (pengecapan dan pembau), menurunnya

kemampuan atau melakukan pengecapan dan pembauan, sensitifitas

terhadap empat rasa menurun setelah usia 50 tahun.

e. Sistem perkemihan

Ginjal mengecil, nefron menjadi atropi, aliran darah menurun sampai

50% fungsi tubulus berkuranng akibatnya kurang mampu

memekatkan urine (Guyton, 2001).

f. Sistem pernapasan

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunnya aktifitas selia, berkurangnya aktifitas paru, alveoli

ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, serta

berkurangnya reflek batuk.

g. Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esophagus melebar, rasa

lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung

menurun, peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan

konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, hati mengecil, produksi

saliva menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.

h. Sistem penglihatan
9

Kornea lebih berbentuk selindris, spingter pupil timbul sclerosis dan

hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya

ambang penglihatan sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih

lambat, susah melihat cahaya gelap). Berkurang atau hilangnya daya

akomodasi, menurunnya lapang pandang, berkurang luasnya

pandangan, berkurangnya sensitifitas terhadap warna.

i. Sistem pendengaran

Presbiakusis atau berkurangnya pendengaran pada lanjut usia,

membran timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis,

penumpukan serumen hingga mengeras karena peningkatan kratin,

berkurangnya persepsi nada tinggi (Darmojo, 2006).

j. Sistem saraf

Berkurangnya berat otak hingga 10-20 %, berkurangnya sel kortikal,

reaksi menjadi lambat, kurang sensitive terhadap sentuhan,

berkurangnya aktifitas sel, bertambahnya waktu jawaban motorik,

hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom

(Darmojo, 2006).

k. Sistem endokrin

Produksi hampir semua hormone menurun, fungsi paratiroid dan

sekresi tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSF, FSH, LH,

menurunnya aktifitas tiroid akibatnya basal metabolism menurun,

menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekreksi hormone,

progesterone,estrogen dan aldosteron, bertambahnya insulin

(Darmojo, 2006).
10

l. Sistem reproduksi

Selaput lendir vagina kering atau menurun, menciutnya ovarium dan

uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun

adanya penurunan berangsurangsur dan dorongan seks menetap

sampai diatas usia 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian

produksi ovum pada saat menopause (Darmojo, 2006).

m. Sistem kardiovaskuler

Jantung normal yang menua pada lanjut usia masih mampu

menghasilkan curah jantung secara normal pada suasana biasa, tetapi

kemampuannya merespons situasi yang menimbulkan stres fisik

maupun mental menurun. Perubahan yang terjadi pada system

kardiovaskuler dapat dipahami dari organ jantung dan pembuluh

darah. Pada lansia jantung kirinya mengalami pengecilan karena

rendahnya beban kerja, terjadi penebalan dan kekakuan/penebalan

katup jantung, serta terdapatnya jaringan ikat pada sistem hantaran

khusus jantung (nodus SA, AV, dan berkas his). Katup jantung

menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah

menurun 1 % per tahun mulai umur 30 tahun. Lanjut usia juga

menyebabkan menurunnya elastistas pembuluh darah arteri perifer

yang meningkatkan tahanan perifer total (total perifer resisten)

(Darmojo, 2006).

B. Konsep Posyandu Lansia

1. Pengertian Posyandu

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat

lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan


11

oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan

(Fatma, 2008)

Erfandi (2008) menjelaskan bahwa posyandu lansia adalah pos

pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu

yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka

bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan

bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan

melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

2. Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan Posyandu Lansia secara garis besar menurut Efendi (2008)

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan

komunikasi antara masyarakat usia lanjut

3. Manfaat Posyandu

Depkes RI (2010), menyatakan dari posyandu lansia adalah :

a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar

b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara


12

c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang

4. Pelaksanaan Posyandu

Pelaksanaan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang

terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan

dari puskesms setempat baik seorang dokter bidan atau perawat Menurut

Depkes RI (2011) penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan

sistem 5 meja meliputi :

a. Meja satu untuk pendaftaran

b. Meja dua untuk penimbangan,

c. Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS)

d. Meja empat untuk penyuluhan

e. Meja lima untuk pelayanan kesehatan

5. Faktor Upaya Keberhasilan Dalam Kunjungan Posyandu Lansia

Menurut Ismawati,(2010) Keberhasilan posyandu dapat dipengaruhi

diantaranya:

a. Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu, jarak antara rumah tempat

tinggal dan tempat layanan kesehatan (dalam km) dan biaya transport

adalah biaya yang dikeluarkan dari rumah menuju ke fasilitas

pelayanan kesehatan (dalam rupiah)

c. Dukungan keluarga, dukungan sebagai informasi verbal atau non

verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku sosialnya atau yang
13

berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan

emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya

d. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu, sarana

prasarana dapat diartikan sebagai suatu aktifitas maupun materi yang

berfungsi melayani kebutuhan individu atau kelompok di dalam suatu

lingkungan kehidupan.

e. Sikap dan perilaku lansia, sikap sebagai suatu pola perilaku terdensi

atau kesiapan antisipatif, predisposisi. Sikap adalah respon terhadap

stimuli sosial yang telah terkondisi.

f. Penghasilan atau ekonomi, penghasilan menentukan tingkat hidup

seseorang terutama dalam kesehatan. Apabila penghasilan yang

didapat berlebih, maka seseorang lebih cenderung untuk

menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih baik, contohnya seperti

rumah sakit dengan fasilitas yang ada di lingkungan tempat tinggalnya

(Ismawati, 2010).

C. Konsep Kader

1. Pengertian Kader

Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih

dalam bidang tertentu yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa

berkewajiban untuk melaksanakan meningkatkan dan membina kesejahteraan


14

masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa

untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. (Depkes RI, 2010: 87)

2. Peran Kader

Kementerian Kesehatan RI (2010) memaparkan tiga peran dari kader

secara umum, yaitu penggerakan masyarakat, penyuluhan, dan

pemantauan.

a. Penggerakan Masyarakat

Kader berperan menggerakan masyarakat untuk memberi

pengaruh pada masyarakat dalam berperilaku sesuai harapan yang

diinginkan. Jenis upaya penggerakan masyarakat yaitu: Upaya

perbaikan gizi keluarga. Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2010)

menjelaskan upaya perbaikan gizi keluarga dapat dilakukan kader

melalui pendampingan dengan upaya Keluarga Sadar Gizi. Upaya

tersebut diharapkan adanya perilaku keluarga yang mendukung

perbaikan gizi. Kader menjadi teladan bagi masyarakat, pemanfaatan

lahan pekarangan untuk penanaman tanaman obat.

Pelayanan di posyandu, Posyandu sebagai upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat (UKBM) dan kepanjangan tangan

puskesmas sebagai focal point Primary Health Care (PHC) yang

menjadi kontak pertama individu, keluarga, masyarakat dengan sistem

pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Upaya

pemberdayaan tersebut menjadi pusat kesehatan komunitas dengan

tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dalam rangka

mewujudkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.


15

b. Penyuluhan

Penyuluhan perorangan atau tatap muka: Penyuluhan

perorangan dapat dilakukan di posyandu ataupun kunjungan rumah.

Sedangkan penyuluhan kelompok merupakan penyuluhan yang

dilakukan pada sasaran kelompok masyarakat. Kegiatan penyuluhan

dimulai dengan penjelasan materi oleh kader dan dilanjutkan tanya

jawab.

c. Pemantauan

Kegiatan pemantauan mencakup telaah penyelenggaraan kegiatan dan

hasil yang dicapai, baik itu telaah internal maupun telaah eksternal.

Telaah internal adalah telaah bulanan terhadap penyelenggaraan

kegiatan dan hasil yang dicapai oleh puskesmas dibandingkan dengan

rencana dan standar pelayanan.

3. Kader Posyandu Lansia

Jumlah kader Posyandu Lansia di setiap kelompok tergantung pada jumlah

anggota kelompok, volume dan jenis kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang.

Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok sendiri atau bilamana sulit

mencari kader dari anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota

masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. (Depkes

RI, 2003 : 128).

a. Syarat Kader

1) Persyaratan untuk menjadi kader, antara lain:

2) 1). Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan

dengan kondisi setempat


16

3) 2). Mau dan mampu bekerja secara sukarela,

4) 3). Bisa membaca dan menulis huruf latin,

5) 4). Sabar dan paham mengenai masalah yang dihadapi usia lanjut.

(Depkes RI, 2011 : 130)

b. Tugas Kader

Tugas Kader Posyandu Lansia: Menyiapkan alat dan bahan,

melaksanakan pembagian tugas, menyiapkan materi/media

penyuluhan, mengundang lansia untuk datang ke posyandu, pendekatan

tokoh masyarakat, mendaftar lansia, mencatat kegiatan sehari-hari

lansia, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan lansia,

membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan

dan status mental, serta mengukur tekanan darah lansia, memberikan

penyuluhan, membuat catatan kegiatan posyandu, kunjungan rumah

kepada lansia yang tidak hadir di posyandu, evaluasi bulanan dan

perencanaan kegiatan posyandu. (Depkes RI,

2011 : 138)

c. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan

Secara sederhana agen pembaru dapat dikatakan berhasil jika

inovasi yang ia promosikan diterima oleh kliennya. Ada beberapa

faktor yang menunjang keberhasilan agen pembaru, antara lain

1) Gencarnya usaha promosi,

2) lebih berorientasi pada klien,

3) Kerjasama dengan tokoh masyarakat dan


17

4) Kredibilitas agen pembaru dimata masyarakat (Yusuf, 2013: 38-

39)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT


Variabel Independen Variabel Dependen

Kader Lansia Pemberdayaan Peningkatan


Kader Fungsi Kognitif

Variabel Confounding

- Pendidikan
- Pekerjaan
- Status Ekonomi

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberdayaan Kader Lansia


Terhadap Kinerja kader lansia di Dusun Krajan Desa
Seputih

B. Hipotesis

Hipotesa Alternatif (H1)

Ada Pengaruh Pemberdayaan Kader Posyandu Lansia di Dusun Krajan Desa

Seputih Jember.
18

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti

pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2011). Desain penelitian ini

menggunakan Pra Experimental, yaitu Desain penelitian eksperimen yang

hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol,

serta pengambilan responden tidak dilakukan randomisasi. Penelitian Pra

eksperimental ini dilakukan dengan memberikan treatment untuk variable

penelitian, kemudian baru mengukur hasilnya. Rancangan yang digunakan

adalah pretest dan posttest design. Setelah dilakukan observasi pertama

(pretest) yang menguji kemungkinan menemukan adanya perubahan –

perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen atau program

(Notoatmodjo, 2010).

Desain penelitian Pra Experimental dengan rancangan pretest posttest

design sebagai berikut :

Subjek Pre test Perlakuan Post test

KE 01 X 02
Keterangan :

KE=Kelompok perlakuan diberi pelatihan ;01 = Observasi sebelum perlakuan Terapi

Reminiscience (kenangan)

X = Dilakukan pelatihan ;02 = Observasi setelah dilakukan pelatihan


22

B. Populasi Sampel Dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek atau data dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

Kader lansia Dusun Krajan Desa Seputih.

2. Sampel

Sampel adalah subyek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi

(Notoadmodjo, 2010). Sampel penelitian ini adalah kader posyandu lansia

di Dusun Krajan yang memenuhi kriteria inklusi yang akan ditetapkan oleh

peneliti :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi yang terjangkau yang diteliti (Nursalam, 2013). Karakteristik

inklusi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kader posyandu lansia daerah mayang 2)

Bersedia menjadi subjek penelitian.

3) Berada ditempat pada saat penelitian.

4) Mampu berkomunikasi dengan baik.

5) Bersedia mengikuti prosedur pelatihan


20

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2006). Kriteria eksklusi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Tidak kooperatif

2) Tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

3) Menderita penyakit tertentu.

3. Sampling

Sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2012).

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan

sampel yang akan digunakan. Sampling dalam penelitian ini peneliti

menggunakan Purposive Sampling, yaitu tekhnik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu sesuai kritria yang dikehendaki peneliti

(Setiadi, 2007).

C. Tempat dan waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di rumah RW 03 Dusun Krajan Desa Seputih

pukul 10.00 WIB pada 14 Maret 2019.


21
D. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Oprasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


1 Independen Metode pelatihan kader lansia akan Kemampuan Quisioner -Ordinal Interprestasi nilai
Pemberdayaan mempengaruhi persepsi dan emosi dalam mengekspresikan dan 20-22 = sangat baik (1)
kader lasia memandang suatu masalah dalam
memahami 18-19 = baik (2)
pemberdayaan kader posyandu lansia
16-17 = cukup (3)
13-15 = buruk(4)
0-12 = sangat buruk (5)
2 Dependen Suatu lingkup fungsi otak tingkat tinggi, - Aspek orientasi -
Aspek Kognitif termasuk kemampuan belajar, - Aspek registrasi
mengingat, mengatur, berencana dan
- Aspek atensi
memecahkan masalah
dan kalkulasi

- Aspek
mengingat
kembali
25
E. Etika Penelitian

Penelitian terbeban untuk memberitahu dan melindungi hak – hak responden

terhadap resiko potensial yang mungkin terjadi selama ia berpartisipasi dalam

pelaksanaan penelitaan (Notoadmodjo, 2010). Pada penelitian ini peneliti telah

mengajukan ijin kepada bidan Desa Seputih.

Beberapa kegiatan yang terkait dengan masalah etik meliputi :

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Informed consent artinya responden telah diberikan informasi yang penuh

dan lengkap mengenai tujuan penelitian, prosedur penelitian, pengumpulan

data, risiko bahaya, dan keuntungan dari peneliti. Mampu secara penuh

memahami penelitian dan implikasi pertisipasi dan memahami bahwa

kerahasiaan dan keanoniman harus dipertahankan (Notoadmodjo, 2010).

Lembar persetujuan ini diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan kepada

seluruh responden yang memenuhi kriteria untuk diteliti pada bulan Maret.

Jika responden bersedia diteliti maka mereka menandatangani lembar

persetujuan tersebut, namun jika responden tidak bersedia diteliti, peneliti

tetap menghormati hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Keanoniman terjadi ketika peneliti tidak dapat menghubungkan responden

dengan data (Notoadmodjo, 2010). Untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data yang telah diisi, pada lembar tersebut hanya diberi kode

tertentu sebagai pengganti nama responden.

26
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan data yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti, bahwa

informasi apapun yang diberikan oleh responden tidak akan dilaporkan

dengan cara apapun untuk mengidentifikasi responden, dan tidak mungkin

diakses oleh orang lain selain tim peneliti (Notoadmodjo, 2010).

F. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data

demografi dari responden yang berisi nama, umur, jenis kelamin. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.

2. Lembar quisioner

Lembar ini digunakan untuk mengukur kemampuan kader posyandu

lansia. Setiap item kemampuan kader lansia dimasukan dalam 2 kategori

yaitu pre dan post, selanjutnya masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan

dikategoriikan sebagai berikut:

Interprestasi penilaian menjawab benar

20-22 = sangat baik

18-19 = baik

16-17 = cukup

13-15 = buruk

0-12 = sangat buruk

G. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dengan beberapa tahap. Berikut ini merupakan

tahap – tahap yang dilalui oleh peneliti, diantaranya :

27
1. Prosedur Administratif

Pada penelitian ini peneliti telah mengajukan ijin kepada bidan desa

Seputih.

2. Prosedur Teknik

Setelah mendapatkan ijin dari bidan desa, peneliti akan melakukan

prosedur penelitian sebagai berikut :

1) Mengumpulkan lansia yang akan dijadikan sampel.

2) Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

3) Memberi lembar persetujuan menjadi responden.

4) Membagikan lembar quesioner untuk Pre test.

5) Membagikan lembar quisioner untuk Post test

H. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul melalui observasi dikelompokkan berdasarkan

variable yang ada, kemudian diolah ke dalam distribusi frekuensi sesuai dengan

kelompok variabel dan ditabulasi sesuai dengan data sebelum diberikan

perlakuan pemberdayan kader lansia di desa Seputih.

1. Pengolahan Data

a. Editing

Data yang terkumpul dilakukan pengecekan jawaban dari responden

terhadap pernyataan yang diajukan oleh peneliti. Pemeriksaan

terhadap kelengkapan jawaban skala yang diperoleh. Jika tidak

ditemui kesalahan, proses editing bisa dilanjutkan untuk tahap

selanjutnya.

28
b. Coding

Data yang telah melewati proses editing selanjutnya dilakukan coding.

Pemberian coding untuk data demografi responden berupa angka.

c. Processing

Tahap selanjutnya dilakukan entry data ke dalam program komputer.

Data-data yang dimasukkan ke dalam program komputer adalah data

demografi dan data hasil observasi lansia sebelum dan sesudah

dilakukan Reminiscience (Kenangan).

d. Cleaning

Melakukan entry data, selanjutnya dicek kembali. Setelah dicek dan

hasil cleaning tidak ditemukan kesalahan dalam proses entry data,

maka data telah terbebas dari kesalahan dan kemudian siap untuk

dianalisis.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang mengungkap fenomena (Nursalam, 2011).

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Univariat
Menganalisa tiap variabel yaitu variabel independen (terapi

reminiscence) dan variabel dependen (peningkatan fungsi kognitif).

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik tiap

variable penelitian yang terdiri dari umur, jenis kelamin, dan nilai

29
fungsi kognitif lansia ditampilkan dengan nilai rerata (mean), median,

modus, standar deviasi. Analisa tersebut dilakukan untuk mengetahui

frekuensi dan persentase tiap variable independen (terapi

reminiscence) dan variable dependen (peningkatan fungsi kognitif).

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan dua variable

(Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat dapat dilanjutkan untuk

mengetahui pengaruh diantara variabel. Konsep pengaruh adalah

pernyataan suatu hubungan yang sudah mempunyai arah. Variabel

yang akan dianalisis pada penelitian kali ini adalah pengetahuan kader

terhadap tata kelola posyandu lansia dalam pre-test dan post-test,

dimana variabel tersebut termasuk kedalam data rasio. Untuk

menganalisis data peneliti menggunakan uji Dependent T-tes (Paired

Test).

Uji Dependent T-tes ini merupakan analisis parametris dimana

digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata dua sampel

data dalam bentuk ratio atau interval serta tidak perlu dinormalkan

(Sugiono, 2010). Tingkat kesalahan ditetapkan sebesar (α = 0,05). Bila

hasil penelitian p value ≤ α = 0.05, maka H1 diterima yang artinya ada

pengaruh pengetahuan kader lansia terhadap pelatihan kader posyandu

lansia.

30
BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menampilkan hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan diinterpretasikan pada tiap hasilnya. Penelitian ini di lakukan pada bulan

Maret 2019 di Balai Desa Seputih dengan jumlah responden sebanyak 10 orang.

Berdasarkan data dari 10 orang responden didapatkan hasil sebagai

berikut :

A. Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kader Posyandu Di


Desa Seputih (Data Primer Penelitian, Maret 2019)

No. Usia Jumlah (orang) Presentase (%)


1 15-29 tahun 6 60
2 30-44 tahun 4 40
3 45-59 tahun
Jumlah 10 100

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden berusia 15-29 tahun yaitu sebanyak 6 orang (60%) dan

sebagian kecil responden berusia 30-44 tahun yaitu sebanyak 4 orang

(40%).
32

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kader


Posyandu Di Desa Seputih (Data Primer Penelitian, Maret 2019)

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%)


1 Perempuan 10 100
Total 10 100

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 orang

(100%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kader


Posyandu Di Desa Seputih (Data Primer Penelitian, Maret 2019)

No. Tingakat Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)


SD 3 30
2 SMP 2 20
3 SMA 5 50
Total 10 100

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 5 orang

(50%) dan sebagian kecil responden dengan tingkat pendidikan SMP

yaitu sebanyak 2 orang (20%).

32
B. Data Khusus

1. Distribusi Frekuensi kinerja kader lansia sebelum dilakukan

pemberdayaan kader lansia

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi kinerja kader lansia sebelum dilakukan


pemberdayaan kader lansia di Dusun Krajan Seputih Maret 2019 (n=10)
Pemberdayaan Frekuensi Presentase (%)
Kader
20-22 3 30
18-19 3 30
16-17 4 40

Total 10 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kinerja kader lansia

sebelum dilakukan pemberdayaan kader lansia sebagian besar memiliki

nilai 4 dengan Presentase 40%.

2. Distribusi Frekuensi kinerja kader lansia setelah dilakukan pemberdayaan

kader lansia

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi Distribusi frekuensi kinerja kader


lansia setelah dilakukan pemberdayaan kader lansia di
Dusun Krajan Seputih Maret 2019 (n=10)

Pemberdayaan Frekuensi Presentase (%)


Kader
20-22 3 30
18-19 7 70

Total 10 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kinerja kader lansia

sebelum dilakukan pemberdayaan kader lansia sebagian besar memiliki

nilai 7 dengan Presentase 70%.

33
3. Distribusi Frekuensi Pengaruh kinerja kader lansia terhadap

pemberdayaan kader lansia.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi pengaruh kinerja kader lansia


terhadap pemberdayaan kader lansia di Dusun Karajan
Seputih, Maret 2019 (n=10)
Nilai Pre test Post test P value

Maksimal 3,00 2,00

Minimal 1,00 1,00

Mean 2,3 1,7 0,014

Median 2,5 2,0


Std. Deviasi 0,823 0,483

Total 10 10

Berdasarkan tabel diatas hasil pre test dan post test setelah di uji

menggunakan uji wilcoxon menunjukkan bahwa dari 10 responden

diperoleh hasil p value 0.014 < 0,05. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa H1 diterima yang berarti ada pengaruh kinerja

kader lansia terhadap pemberdayaan kader lansia di Dusun Krajan

Desa Seputih.

34
BAB VI

PEMBAHASAN

Masa lansia merupakan masa dimana seorang individu mengalami perubahan

baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh

karenanya, lansia sangat rentan sekali mengalami masalah termasuk masalah kesehatan.

(Hurlock dalam Ali, 2008).

Lansia saat ini seringkali menyukai kesenangan bagi dirinya saja tanpa berfikir

panjang bahkan seringkali tidak peduli atau acuh terhadap masalah kesehatan yang

mereka alami. Hal ini disebabkan lansia tidak sadar dan tidak memiliki pengetahuan

akan pentingnya mempersiapkan diri dalam memasuki usia lansia. Lansia bila tidak

diarahkan dengan benar sering menyebabkan penyakit yang diderita semakin parah.

Rendahnya kemampuan kader lansia dalam hal ini para responden dalam

melakukan antisiapasi dan pencegahan, oleh karena itu sangat perlu untuk diadakannya

media atau sosialisasi untuk memberikan edukasi yang tepat juga memberikan motivasi

kepada para kader lansia untuk memiliki kesadaran sejak dini tentang pentingnya

mengetahui tugas mereka sebagai kader lansia yang bertujuan dalam

mengoptialisasikan lansia yang ada didaerahnya, baik fisik, jasmani dan rohani. Kader

lansia juga perlu sadar bahwa untuk memiliki kemampuan atau skill yang bagus

diperlukan waktu untuk belajar dan berlatih. Kemampuan yang baik tidak bisa

didapatkan tanpa adanya latihan. Oleh sebab itu penting untuk memberikan pendidikan

kesehatan berupa penyuluhan tentang pemberdayaan kader lansia.

36
Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat.

Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk

memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan data reponden berjumlah 10 orang, sebagian besar responden

berusia 15-29 tahun yaitu sebanyak 6 orang (60%) dan 30-44 tahun yaitu sebanyak 4

orang (40%). Sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu

sebanyak 5 orang (50%) dan sebagian kecil responden dengan tingkat pendidikan

SMP yaitu sebanyak 2 orang (20%).

Kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Kemampuan adalah

sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat

menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik (Sulaiman, 2017).

Pada hasil peneletian didapatkan bahwa kemampuan kader lansia dalam

pemberdayaan kader lansia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Para ahli

mengatakan bahwa kemampuan seseorang dapat ditingkatkan dengan cara mempelajari

dan mengasahnya dengan tepat. Pendidikan kesehatan yang dilakukan kepada kader

lansia merupakan hal yang tepat dimana para kader yang telah terbiasa menerima

bakhan mendapat pengulangan materi akan meningkatkan tingkat pengetahuan dan

kemauan para kader.


37
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Mini Research maka peneliti menyimpulkan bahwa Pengaruh

Kinerja Kader Lansia Terhadap Pemberdayaan Kader Lansia Di Dusun Krajan

Desa Seputih Sebagai Berikut:

1. Kinerja Kader Lansia sebelum dilakukan pemberdayaan kader lansia di

Dusun Krajan Seputih menunjukkan bahwa 20 – 22 (Sangat Baik) berjumlah

2 Responden (20 %) , untuk 18 – 19 ( Baik ) Berjumlah 3 Responden (30 %)

dan Kategori 16 – 17 (Cukup) Dari sebanyak 10 Responden (50 %)

2. Kinerja Kader Lansia Sesudah dilakukan pemberdayaan kader lansia di

Dusun Krajan Seputih menunjukkan bahwa 20 – 22 (Sangat Baik) berjumlah

3 Responden (30 %) , untuk 18 – 19 ( Baik ) Berjumlah 7

Responden (70 %)

3. Ada pengaruh yang signifikan dimana nilai diperoleh hasil p value 0,014 <

0,05, dengan demikian H1 diterima yang berarti ada pengaruh kinerja kader

lansia terhadap pemberdayaan kader lansia di dusun krajan desa seputih

B. Saran

1. Bagi Kader memberi informasi pengetahuan tentang Kinerja Kader Lansia

agar optimal dalam memberikan pelayanan terhadap kesehatan lansia

2. Bagi institusi pendidikan mengembangkan konsep dan kajian yang lebih

mendalam tentang Kinerja Kader Lansia sebagai pelayanan terhadap

kesehatan .
40

3. Untuk peneliti menerapkan ilmu yang diperoleh dan pengalaman nyata

dalam melakukan Mini Research khususunya meningkatkan keaktifan kader

dalam memberikan pelayanan kesehatan


41
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., Dkk. (2016). Nursing Interventions Classification. Edisi 6. Indonesia:


Moco Media

Darmojo.R.B. 2006. Buku Ajar Geriatri.Edisi ke 3, Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Dewi, Sofia Rhosma (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:


Penerbit Deepublish

Depkes RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta

.2011. Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut bagi


Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga

, 2010. Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi


Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga.

Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek


dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Ekasari, Fatma. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika

Herdman, T. Heather. (2016). Nanda International Inc. Diagnosis keperawatan:


definisisi & klasifikasi 2015 – 2017. EGC: Jakarta.

Isnawati, S. Cahyo. 2010 Posyandu dan Desa Siaga. Bantul: Nusa Medika

Maryam, dkk. (2011). Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC

Mansjoer, Arif, dkk, (2009), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media


Aesculapius

Nugroho. W. (2008). Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC

Yusuf, Amin. 2012. Difusi Inovasi Pendidikan. Yogyakarta: Depublish.

42

Anda mungkin juga menyukai