Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varisela Zoster (VVZ) yang menyerang kulit

dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian

sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai cacar air atau chicken pox. 1,2

Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang terutama anak-

anak, namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela terjadi pada musim dingin dan

musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Di

Indonesia, insidennya cukup tinggi dan terjadi secara sproradis sepanjang tahun. Varisela

merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan angka kematian tinggi pada dewasa,

serta orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, presentasi penularan dari virus ini berkisar

65%-86%. VVZ merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral, udara

atau sekresi respirasi dan terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi

fetomaternal.2,3

Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota famili herpesviridae dan sub famili alfa

herpes. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan

varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster.2 Berdasarkan gejala klinisnya,

varisela memiliki tiga stadium yang terdiri dari:

1. Stadium Prodromal

Biasanya 2 – 3 hari dan bervariasi seperti demam yang tidak terlalu tinggi, malase, dan

nyeri kepala, batuk, sakit tenggorokan, gatal bervariasi dari ringan hingga berat.

2. Stadium Erupsi

Pada mulanya timbul erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa

jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini berupa tetesan embun (tear drops) dan

kemudian menjadi pustul dan krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi

vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorf. Penyebarannya

1
terutama didaerah badan, kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan

ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian

atas.

3. Stadium Penyembuhan

Masa penyembuhan sekitar 2 minggu dan pelepasan krusta bervariasi dalam 2 hari

sampai 2 minggu.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa.

Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.2 pemeriksaan

ini tidak dilakukan di pusat layanan primer puskesmas lhoksukon.

Pengobatan biasanya bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik dan analgesik. Anti

histamin oral dapat diberikan untuk menghilangkan rasa gatal, sedangkan pemberian anti virus

dapat memperpendek perjalanan penyakit.2 Prognosis penyakit ini ditentukan oleh perawatan yang

teliti dan komplikasi yang mungkin timbul, namun pada umumnya prognosisnya baik.

Berikut ini dilaporkan kasus varisela pada seorang perempuan berumur 4 tahun yang datang

berobat di poli umum Puskesmas Lhoksukon pada 4 januari 2019.

2
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. S

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : 4-4-2015

Umur : 4 tahun

Alamat : Gampong meunasah asan, Aceh Utara

Pekerjaan :-

Suku : Aceh

Agama : Islam

2.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama : Lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan, wajah , punggung, kaki dan

tangan sejak ± 3 hari yang lalu dan disertai demam.

Keluhan Tambahan : rewel, tidak aktif.

Riwayat Penyakit Sekarang :

3
Lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan dialami sejak 3 ± hari yang lalu. Awalnya timbul

bentol-bentol kemerahan pada dada yang kemudian menyebar kewajah, punggung, dan lengan.

Bentol-bentol merah kemudian berubah menjadi lepuh dan berisi cairan.

Demam dialami pasien sejak ± 4 hari yang lalu, dan disertai rewel dan batuk. Ibu pasien

mengaku bahwa pasien belum pernah terkena penyakit ini. Menurut keterangan ibu pasien, pasien

ada riwayat kontak dengan keponakannya yang menderita penyakit yang sama 2 minggu yang lalu

saat berkumpul di rumah neneknya. Pasien belum pernah berobat ke dokter ataupun mendapat

pengobatan. Pasien kemudian datang ke poliklinik umum Puskesmas Lhoksukon .untuk mendapat

pengobatan.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mendapat sakit seperti ini.

Riwayat penyakit hati, ginjal, jantung, diabetes melitus disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :

abang kandung pasien sedang masa pengobatan scabies.

Riwayat alergi :

Makanan : Disangkal

Riwayat atopi :

Bersin pagi hari ataupun karena debu disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat kebiasaan:

Pasien dimandikan oleh ibunya 1 kali sehari, memakai sabun, handuk bergantian, air yang

digunakan berasal dari air sumur yang di hangatkan terlebih dahulu dan pakaian dalam diganti 1

kali sehari.

Riwayat sosial:

4
Pasien adalah balita yang belum sekolah, keseharian dirawat oleh ibu atau di titipkan

kerumah nenek nya. Di rumah nenek biasanya ramai berkumpul sanak famili dan keponakanya.

PROFIL KELUARGA

Pasien S tinggal bersama kedua orang tua dan ke tiga abang kandung nya.

1. Bapak, laki-laki, 46 tahun, sudah menikah, Swasta (antar barang) , tidak memiliki keluhan

yang sama seperti pasien.

2. Ibu , perempuan, 42 tahun, sudah menikah, IRT, tidak memiliki keluhan yang sama seperti

pasien.

3. Anak pertama, laki-laki 19 tahun. Belum menikah, mahasiswa, tidak memilliki keluhan

yang sama seperti pasien

4. Anak kedua, laki-laki 17 tahun. Belum menikah, siswa, tidak memilliki keluhan yang sama

seperti pasien

5. Anak ketiga, laki-laki 14 tahun. Belum menikah, siswa dayah, sedang pengobatan penyakit

skabies

Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

- Jenis tempat berobat : Puskesmas

- Asuransi / Jaminan Kesehatan : BPJS

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

Status kepemilikan rumah : milik sendiri

Daerah perumahan : padat

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah : 12 x 10m 2 Keluarga Tn. A tinggal di rumah

Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang dengan kepemilikian milik

Luas halaman rumah : 3x10 m2 sendiri. Si S tinggal dalam

Tidak bertingkat rumah yang sehat dengan

5
Lantai rumah dari : semen lingkungan rumah yang jarang

Dinding rumah dari : tembok dan papan dan ventilasi yang cukup

Jamban keluarga : ada memadai yang dihuni oleh 5

Tempat bermain : tidak ada Orang. Air yang digunakan

Penerangan listrik : 450 watt berasal dari air sumur

Ketersediaan air bersih : +

Tempat pembuangan sampah : +

Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Faktor Keterangan Kesimpulan

Cara mencapai pusat Keluarga menggunakan Letak Puskesmas cukup dekat

pelayanan kesehatan Kendaraan pribadi berupa dari tempat tinggal pasien,. Untuk

motor untuk menuju ke biaya pengobatan diakui oleh

puskesmas. keluarga pasien yaitu setiap kali

Tarif pelayanan Menurut keluarga tidak ada datang berobat tidak dipungut

kesehatan biaya pelayanan kesehatan biaya dan pelayanan Puskesmas

yang dilakukan di pun dirasakan keluarga pasien

puskesmas memuaskan pasien.

Kualitas pelayanan Menurut keluarga kualitas

kesehatan pelayanan kesehatan yang

didapat memuaskan.

Pelayanan Kesehatan

6
Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga

Pekerjaan Tn. A adalah Swast Pendapatan 2 juta setiap bulannya cukup dan bisa untuk

membiayai kebutuhan sehari-hari keluarganya dan biaya sekolah anaknya. Pasien ini tinggal di

rumah pribadi yang dalam kondisi kurang baik. Rumah terdiri dari 2 kamar dan 1 kamar mandi.

Pola Konsumsi Makanan Keluarga

Kebiasaan makan : S memiliki kebiasaan makan antara 3 kali dalam sehari dengan bahan-

bahan baku dibeli langsung dari pasar disekitar rumahnya dan mengelolah bahan-bahan tersebut di

dapurnya.

2.4 PEMERIKSAAN FISIK

 Status Present :

o Keadaan umum : baik

o Kesadaran` : Compos mentis

o GCS : E4V5M6

o Status Gizi : TB 70 cm BB 15

TB/U normal , BB/U normal, BB/TB nromal. IMT/U nromal

 Vital sign:

o TD : tidak di ukur

o HR : 90 kali/menit, irama teratur, kuat angkat

o RR : 24 kali/menit

o Suhu : 37. oC

 Status Generalis :

o Kepala :

- Ekspresi wajah : normal.

- Bentuk dan ukuran : normal.

- Rambut : normal.
7
- Edema (-); malar rash (-); parese N VII (-); eritema (-); nyeri tekan kepala.

(-)

o Mata :

- Simetris; alis normal; exopthalmus (-/-); ptosis (-/-); nistagmus (-/-);

strabismus (-/-); edema palpebra (-/-); konjungtiva : anemis (-/-), sclera :

ikterus (-/-), hiperemia (-/-), pterigium (-/-); pupil : isokor, bulat, refleks

cahaya (+/+); kornea : normal; lensa : normal, katarak (-/-).

o Telinga :

- Bentuk : normal; lubang telinga : normal, sekret (-/-); nyeri tekan (-/-)

- Pendengaran : normal pada kedua telinga.

o Hidung :

- Simetris, deviasi septum (-); napas cuping hidung (-); perdarahan (-), sekret

(-).

- Penciuman normal.

o Mulut :

- Simetris; bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-); gusi : hiperemia (-),

perdarahan (-); lidah : glositis (-), atropi papil lidah (-); gigi : karang gigi (-

), caries (-); mukosa : normal.

- Faring dan laring : tidak dapat dievaluasi.

o Leher :

- Kaku kuduk (-); scrofuloderma (-); pembesaran KGB (-)

- Trakea : tidak ada deviasi; JVP : tidak meningkat

- Otot bantu nafas (-)

- Pembesaran tiroid (-)

o Thorax :
8
Pulmo :

1. Inspeksi :

- Bentuk simetris, pigeon chest (-)

- Pergerakan dinding dada simetris

- Permukaan dinding dada: hiperpigmentasi (-), ruam papul (+)

- spidernevi (-), vena kolateral (-)

- Penggunaan otot bantu nafas (-)

2. Palpasi

- Pergerakan dinding dada simetris

- Fremitus raba simetris (+/+)

- Deviasi trakea (-)

- Nyeri tekan (-)

3. Perkusi :

- Sonor ( +/+)

- Nyeri ketok (-)

4. Auskultasi :

Vesikuler (+ /+), Ronchi halus(-/-), Wheezing (-/-),

Cor :

1. Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.

2. Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V.

3. Perkusi :

batas kanan jantung : ICS II linea parasternalis dextra.

batas kiri jantung : ICS V linea midclavicularis sinistra.

4. Auskultasi : bj 1 > bj 2, murmur (-), gallop (-).

o Abdomen :

- Inspeksi :

9
- Bentuk: distensi (-)

- Umbilicus: masuk merata

- Permukaan kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-),

caput meducae (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), papul eritem (+)

- Auskultasi : metallic sound (-), bising aorta (-)

- Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar/lien/renal : tidak teraba

- Perkusi : timpani

o Extremitas :

- Hangat (+); edema (-); deformitas (-); tremor (-); clubbing finger (-);

sianosis (-); petechie (-); dissuse atrofi (-) papul eritem (+) ruam vesikel (+)

o Genitourinaria : tidak dievaluasi

Status dermatologis :

Regio fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis et extremitas: Papulae dengan dasar

eritematous, vesikulae, pustulae, erosi (+), krusta (+).

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Tzanck : tidak di lakukan

2.6 DIAGNOSIS KERJA

Varisela

2.7 DIAGNOSIS BANDING

Herpes Zoster

2.8 PENANGANAN

1. Non-medikamentosa

a. Istirahat yang cukup.

b. Makan makanan yang bergizi

c. Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat bintik-bintik.

10
d. Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat menimbulkan bekas

luka garukan dikulit.

2. Medikamentosa

Antivirus : Acyclovir (5mg/kgBB/x) BB = 12 kg  60 mg.

Dosis pemberian : 4 x 60 mg/hari (selama 5 hari).

Analgesik/antipiretik : Parasetamol syr 3 x 1cth/hari, bila panas (BB 12 kg)

Salep antibiotika : Asam Fusidat krim 2 x aplikasi pada lesi yang pecah

Topikal : Bedak salisil 2% pada lesi yang kering

2.9 PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah :

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad fungsionam : Bonam

Quo ad sanationam : Bonam

2.10 Pencegahan

Upaya promotif

1. Memberi pengetahuan tentang penyakit varicella agar masyarakat paham jika terkena segera

ke faskes

2. Member pengetahuan tentang imunisasi

Upaya preventif

1. Makan makanan bervariasi dengan pola gizi seimbang

2. Tindakan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih dapat

mencegah timbuln ya penyakit


11
3. Pada pasien cacar air (varicella) yang sedang terkena penyakit, sebaiknya diisolasi dari

orang lain untuk menghindari risiko penularan.

4. Penderita disarankan untuk tidak pergi ke sekolah atau tempat penitipan anak sampai

sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam sembuh atau semua lepuh sudah kering.

5. Pasien yang sedang terkena cacar air (varicella) harus menutup hidung dan mulut ketika

batuk atau bersin, membuang tisu kotor, mencuci tangan dengan baik, dan tidak

menggunakan peralatan seperti sendok, piring, baju, dan selimut bersama-sama dengan

orang lain.

6. Pasien yang sedang terkena cacar air (varicella) tetap harus dimandikan untuk mengurangi

gatal dan menghindari infeksi sekunder.

7. Untuk menghindari menggaruk, kuku sebaiknya dipotong, dan penggunaan sarung tangan

bisa dilakukan untuk pasien anak.

12
BAB 3
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi

Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis

terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.2

2.2 Epidemiologi

 Usia

Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-anak dibawah 10

tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun. Sementara pada pasien yang

mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella secara nyata menurun.3

 Insiden

Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995, insiden terjadinya varicella

terbukti menurun. Dimana sebelum tahun 1995, terbukti di Amerika terdapat 3-4 juta kasus

varicella setiap tahunnya.3

13
 Transmisi

Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung. Kontak tidak langsung

jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat menularkan varicella yaitu beberapa hari

sebelum erupsi muncul dan sampai vesikula yang terakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa

krusta tidak menularkan virus. 3

 Musim

Di daerah metropolitan yang beriklim sedang, dimana epidemi varicella sering terjadi pada

musim musim dingin dan musim semi.

2.3 Patogenesa

Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus masuk ke

dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan orofaring. Multiplikasi virus di tempat

tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe ( viremia

primer ). Virus VZV dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama

replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat sebagian oleh

mekanisme pertahanan tubuh dan respon yang timbul.3,4

Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan tubuh yang belum

berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih

banyak. Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan telah memasuki siklus viremia,

yang pada penderita yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan

imunitas seluler VZV. Virus beredar di leukosit mononuklear, terutama pada limfosit. Bahkan pada

varicella yang tidak disertai komplikasi, hasil viremia sekunder menunjukkan adanya subklinis

infeksi pada banyak organ selain kulit.4

Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit

dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV berfungsi protektif terhadap varicella. Pada orang
14
yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu menjadi sakit setelah terkena paparan

eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga berkembang selama varicella, berlangsung selama

bertahun-tahun, dan melindungi terhadap terjadinya resiko infeksi yang berat.4

2.4 Gambaran Klinis

Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10 sampai 21 hari.

Masa inkubasi dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan pada pasien yang telah

menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang mengandung antibodi terhadap varicella.4

 Gejala prodromal

Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang lebih besar dan

dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama 2-3 hari, kedinginan, malaise,

anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien dapat disertai nyeri tenggorokan dan batuk

kering.3,4

 Ruam pada varicella

Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan skalp, dan

kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas. Lesi baru muncul berturut-

turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral. Ruam cenderung padat kecil-kecil di punggung

dan antara tulang belikat daripada skapula dan bokong dan lebih banyak terdapat pada medial

daripada tungkai sebelah lateral. Tidak jarang terdapat lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan

vesikula sering muncul sebelumnya dan dalam jumlah yang lebih besar di daerah peradangan,

seperti daerah yang terkena sengatan matahari.4

15
Gambar 1 Infeksi VZV : Varicella 3

Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang 12 jam, dimana

mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi papul, vesikel, pustul, dan krusta.

Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar

dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya superfisial dan berdinding tipis, dan dikelilingi daerah

eritematosa sehingga tampak terlihat seperti “ embun di atas daun mawar”. Cairan vesikel cepat

menjadi keruh karena masuknya sel radang, sehingga mengubah vesikel menjadi pustul. Lesi

kemudian mengering, mula-mula di bagian tengah sehingga menyebabkan umbilikasi dan kemudian

menjadi krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan

yang akan berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat terbentuk

jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan bercak hipopigmentasi yang dapat

menetap selama beberapa minggu/bulan.4

16
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, kandung

kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga seringkali terlihat sebagai ulkus

dangkal berdiameter 2-3 mm. 4

Gambar 3 Lesi dengan spektrum luas 4

Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara simultan ( terus-

menerus ), di setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus berkembang. Suatu prospective study

menunjukkan rata-rata jumlah lesi pada anak yang sehat berkisar antara 250-500. Pada kasus

sekunder karena paparan di rumah gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primer karena

paparan di sekolah, hal ini mungkin disebabkan karena paparan di rumah lebih intens dan lebih

lama sehingga inokulasi virus lebih banyak. 4

Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan tingginya demam sesuai

dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39oC, tetapi pada keadaan yang berat dengan jumlah

lesi banyak dapat mencapai 40,5oC. Demam yang berkepanjangan atau yang kambuh kembali dapat

disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling

mengganggu adalah gatal yang biasanya timbul selama stadium vesikuler. 4

2.5 Diagnosa varicella

17
Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan perubahan pada

karakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat terpapar varicella 2-3 minggu

sebelumnya. 4

2.6 Laboratorium

Lesi pada varicella dan herpes zoster tidak dapat dibedakan secara histopatologi. Pada

pemeriksaan menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang mengandung badan inklusi

intranuklear yang asidofilik. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pewarnaan Tzanck, dimana

bahan pemeriksaan dikerok dari dasar vesikel yang muncul lebih awal, kemudian diletakkan di atas

object glass, dan difiksasi dengan ethanol atau methanol, dan diwarnai dengan pewarnaan

hematoxylin-eosin, Giemsa, Papanicolaou, atau pewarnaan Paragon. 4

Gambar 4 Sel raksasa berinti banyak 4

Di samping itu Varicella zoster virus (VZV) polymerase chain reaction (PCR) adalah

metode pilihan untuk diagnosis varicella. VZV juga dapat diisolasi dari kultur jaringan, meskipun

kurang sensitif dan membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya. Bahan yang paling

sering digunakan adalah isolasi dari cairan vesikuler. VZV PCR adalah metode pilihan untuk
18
diagnosis klinis yang cepat. Real-time PCR metode tersedia secara luas dan merupakan metode

yang paling sensitif dan spesifik dari tes yang tersedia. Hasil tersedia dalam beberapa jam. Jika real-

time PCR tidak tersedia, antibodi langsung metode (DFA) neon dapat digunakan, meskipun kurang

sensitif dibanding PCR dan membutuhkan pengambilan spesimen yang lebih teliti.1

Berbagai tes serologi untuk antibodi terhadap varicella tersedia secara komersial termasuk

uji aglutinasi lateks (LA) dan sejumlah enzyme-linked immunosorbent tes (ELISA). Saat ini

tersedia metode ELISA, dan ternyata tidak cukup sensitif untuk mampu mendeteksi serokonversi

terhadap vaksin, tetapi cukup kuat untuk mendeteksi orang yang memiliki kerentanan terhadap

VZV. ELISA sensitif dan spesifik, sederhana untuk melakukan, dan banyak tersedia secara

komersial. Di samping itu LA juga tersedia secara sensitif, sederhana, dan cepat untuk dilakukan.

LA agak lebih sensitif dibandingkan ELISA komersial, meskipun dapat menghasilkan hasil yang

positif palsu, dan dapat menyebabkan kegagalan untuk mengidentifikasi orang-orang yang tidak

terbukti memiliki imunitas terhadap varicella. Dimana salah satu dari tes ini akan berguna untuk

skrining kekebalan terhadap varicella.1

2.7 Komplikasi

Pada anak-anak, varicella jarang disertai komplikasi. Komplikasi tersering umumnya

disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial pada lesi kulit, yang biasanya disebabkan oleh

stafilokokus atau streptokokus, sehingga terjadi impetigo, furunkel, selulitis, atau erisipelas, tetapi

jarang terjadi gangren. Infeksi fokal tersebut sering menyebabkan jaringan parut, tetapi jarang

terjadi sepsis yang disertai infeksi metastase ke organ yang lainnya. Vesikel dapat menjadi bula bila

terinfeksi stafilokokus yang menghasilkan toksin eksfoliatif.4

Pneumonia, otitis media, dan meningitis supurativa jarang terjadi dan responsif terhadap

antibiotik yang tepat. Bagaimanapun juga, superinfeksi bakteri umum dijumpai dan berpotensi

mengancam kehidupan pada pasien dengan leukopenia.4

19
Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan berlangsung lebih

lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering terjadi. Pneumonia varicella primer

merupakan komplikasi tersering pada orang dewasa. Pada beberapa pasien gejalanya asimpomatis,

tetapi yang lainnya dapat berkembang mengenai sistem pernafasan dimana gejalanya dapat lebih

parah seperti batuk, dyspnea, tachypnea, demam tinggi, nyeri dada pleuritis, sianosis, dan batuk

darah yang biasanya timbul dalam 1-6 hari sesudah timbulnya ruam. 4

Varicella pada kehamilan mengancam ibu dan janinnya. Infeksi yang menyebar luas dan

varicella pneumonia dapat mengakibatkan kematian pada ibu, tetapi baik kejadian maupun

keparahan pneumonia varicella tampaknya meningkat secara signifikan pada kehamilan. Janin

dapat meninggal karena kelahiran prematur atau kematian ibu karena varicella pneumonia berat,

tetapi varicella selama kehamilan, tidak, jika tidak secara subtansial meningkatkan kematian janin.

Namun demikian, pada varicella yang tidak disertai komplikasi, viremia pada ibu dapat

menyebabkan infeksi intrauterin ( kongenital ), dan dapat menyebabkan abnormalitas kongenital.

Varicella perinatal ( varicella yang terjadi dalam waktu 10 hari dari kelahiran ) lebih serius daripada

varicella yang terjadi pada bayi yang terinfeksi beberapa minggu kemudian. 4

Morbiditas dan mortalitas pada varicella secara nyata meningkat pada pasien dengan

defisiensi imun. Pada pasien ini replikasi virus yang terus-menerus dan menyebar luas

mengakibatkan terjadinya viremia yang berkepanjangan, dimana mengakibatkan ruam yang

semakin luas, jangka waktu yang lebih lama dalam pembentukan vesikel baru, dan penyebaran

visceral klinis yang signifikan. Pada pasien dengan defisiensi imun dan diterapi dengan

kortikosteroid mungkin dapat berkembang menjadi pneumonia, hepatitis, encephalitis, dan

komplikasi berupa perdarahan, dimana derajat keparahan dimulai dari purpura yang ringan hingga

parah dan seringkali mengakibatkan purpura yang fulminan dan varicella malignansi. 4

Komplikasi susunan saraf pusat pada varicella terjadi kurang dari 1 diantara 1000 kasus.

Varicella berhungan dengan sindroma Reye ( ensepalopati akut disertai degenerasi lemak di liver )

20
yang khas terjadi 2 hingga 7 hari setelah timbulnya ruam. Dulu, dari 15-40% pada semua kasus

sindroma Reye berhubungan dengan varicella, khususnya pada penderita yang diterapi dengan

aspirin saat demam, dengan mortalitas setinggi 40%. Ataksia serebri akut lebih umum terjadi

daripada kelainan neurologi yang lainnya. Encephalitis lebih jarang lagi terjadi yaitu pada 1 diantara

33.000 kasus, tetapi merupakan penyebab kematian tertinggi atau menyebabkan kelainan neurologi

yang menetap. Patogenesa terjadinya ataksia serebelar dan ensephalitis tetap jelas, dimana pada

banyak kasus ditemukan adanya VZV antigen, VZV antibodi, dan VZV DNA pada cairan

cerebrospinal pada pasien, yang diduga menyebabkan infeksi secara langsung pada sistem saraf

pusat. 4

Komplikasi yang jarang terjadi antara lain myocarditis, pancreatitis, gastritis dan lesi

ulserasi pada saluran pencernaan, artritis, vasculitis Henoch-Schonlein, neuritis, keratitis, dan iritis.

Patogenesa dari komplikasi ini belum diketahui, tetapi infeksi VZV melalui parenkim secara

langsung dan endovascular, atau vasculitis yang disebabkan oleh VZV antigen-antibodi kompleks,

tampaknya menjadi penyebab pada kebanyakan kasus.1,4

2.8 Terapi

 Antivirus

Beberapa analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir, dan brivudin, dan

analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk mengobati infeksi VZV. Acyclovir adalah

suatu analog guanosin yang secara selektif difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga

terkonsentrasi pada sel yang terinfeksi. Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir

monofosfat menjadi trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan menghambat DNA

polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang sensitif terhadap acyclovir dibandingkan

HSV. 4

21
Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang mempunyai

bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan

frekuensi pemberian obat berkurang. 4

 Topikal

Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk mengatasi

gatal dapat diberikan kompres dingin, atau lotion kalamin, antihistamin oral. Cream dan lotion yang

mengandung kortikosteroid dan salep yang bersifat oklusif sebaiknya tidak digunakan. Kadang

diperlukan antipiretik, tetapi pemberian olongan salisilat sebaiknya dihindari karena sering

dihubungkan dengan terjadinya sindroma Reye. Mandi rendam dengan air hangat dapat mencegah

infeksi sekunder bakterial. 4

 Anti virus pada anak

Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir ( dalam 24 jam setelah timbul ruam )

pada anak imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis 4x20 mg/kgBB/hari selama 5 hari

menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya

ruam, demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. Tetapi apabila pengobatan

dimulai lebih dari 24 jam setelah timbulnya ruam cenderung tidak efektif lagi. Hal ini disebabkan

karena varicella merupakan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak dan manfaat klinis dari terapi

tidak terlalu bagus, sehingga tidak memerlukan pengobatan acyclovir secara rutin. Namun pada

keadaan dimana harga obat tidak menjadi masalah, dan kalau pengobatan bisa dimulai pada waktu

yang menguntungkan menguntungkan pasien ( dalam 24 jam setelah timbul ruam ), dan ada

kebutuhan untuk mempercepat penyembuhan sehingga orang tua pasien dapat kembali bekerja,

maka obat antivirus dapat diberikan. 4

 Pada remaja dan dewasa

22
Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir dengan dosis 5x800 mg selama 5

hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya

ruam, demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. 4

Secara acak, pemberian placebo dan acyclovir oral yang terkontrol pada orang dewasa muda

yang sehat dengan varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 24 jam setelah

timbulnya ruam) dengan acyclovir oral ( 5x800 mg selama 7 hari ) secara signifikan mengurangi

terbentuknya lesi yang baru, mengurangi luasnya lesi yang terbentuk, dan menurunkan gejala dan

demam. Dengan demikian, pengobatan rutin dari varicella pada orang dewasa tampaknya masuk

akal. Meskipun tidak diuji, ada kemungkinan bahwa famciclovir, yang diberikan dengan dosis 500

mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan dosis 1000 mg per oral setiap 8 jam mudah dan

tepat sebagai pengganti acyclovir pada remaja normal dan dewasa, Banyak dokter tidak meresepkan

acyclovir untuk varicella selama kehamilan karena risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum

diketahui. Sementara dokter lain merekomendasikan pemberian acyclovir secara oral untuk infeksi

pada tri semester ketiga ketika organogenesis telah sempurna, ketika mungkin ada peningkatan

terjadinya resiko pneumonia varicella, dan ketika infeksi dapat menyebar ke bayi yang baru lahir.

Pemberian acyclovir intravena sering dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan varicella yang

disertai dengan penyakit sistemik. 4

 Komplikasi varicella pada orang normal

Percobaan terkontrol yang dilakukan pada orang dewasa imunokompeten dengan

pneumonia varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 36 jam dari rumah

sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam) dapat mengurangi demam dan

takipnea dan meningkatkan oksigenasi. Komplikasi serius lainnya dari varicella di orang

dengant imunokompeten, seperti ensefalitis, meningoencephalitis, myelitis, dan komplikasi

okular, sebaiknya diobati dengan acyclovir intravena. 4

23
 Pasien dengan defisiensi imun

Percobaan terkontrol pada pasien immunocompromised dengan varicela menunjukkan

bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden komplikasi yang mengancam

kehidupan visceral ketika pengobatan dimulai dalam waktu 72 jam dari mulai timbulnya ruam.

Acyclovir intravena menjadi standar perawatan untuk varicella pada pasien yang disertai dengan

imunodefisiensi substansial. Meskipun pemberian terapi oral dengan famciclovir atau valacyclovir

mungkin cukup untuk pasien dengan derajat ringan gangguan kekebalan tubuh, tetapi tidak ada uji

klinis terkontrol yang menunjukkan secara pasti. 4

2.9 Pencegahan

 Vaksin varicella

 Karakteristik

Vaksin varicella (Varivax, Merck) merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, yang

berasal dari strain Oka VZV. Virus vaksin diisolasi oleh Takahashi pada awal tahun 1970 dari

cairan vesikular yang berasal dari anak sehat dengan penyakit varicella. Vaksin varicella ini

dilisensikan untuk penggunaan umum di Jepang dan Korea pada tahun 1988. Vaksin ini diijinkan di

Amerika Serikat pada tahun 1995 untuk orang-orang usia 12 bulan dan yang lebih tua. 1

 Keefektifan vaksin

Setelah pemberian satu dosis tunggal vaksin varicella antigen, 97% dari anak yang berusia

12 bulan sampai 12 tahun mengembangkan titer antibodi yang dapat terdeteksi. Sedangkan lebih

dari 90% dari responden vaksin mempertahankan antibodi untuk setidaknya 6 tahun. Dalam studi di

Jepang, 97% dari anak-anak memiliki antibodi 7 sampai 10 tahun setelah vaksinasi. Efikasi vaksin

diperkirakan memiliki ketahanan 70% sampai 90% terhadap infeksi, dan 90% sampai 100%

terhadap penyakit sedang atau berat.1,5

24
Di antara remaja yang sehat dan orang dewasa yang berusia 13 tahun dan yang lebih tua,

rata-rata 78% mengembangkan antibodi setelah pemberian satu dosis, dan 99% mengembangkan

antibodi setelah pemberian dosis kedua yang diberikan 4 sampai 8 minggu kemudian. Antibodi

bertahan selama minimal 1 tahun pada 97% dari pemberian vaksin varicella setelah dosis kedua

yang diberikan pada 4 sampai 8 minggu setelah dosis pertama.1

Kekebalan tampaknya bertahan lama, dan mungkin permanen di sebagian besar vaksin.

Infeksi pada orang yang pernah mendapat vaksin secara signifikan lebih ringan, dengan lesi sedikit

(biasanya kurang dari 50), banyak yang makulopapular daripada vesikuler. Dimana kebanyakan

orang yang pernah mendapat vaksinasi sebelumnya tidak terjadi demam. 1,5

Meskipun pada penemuan dari beberapa studi telah menyarankan sebaliknya, penyelidikan

sebagian belum diidentifikasi waktu sejak vaksinasi sebagai faktor risiko untuk terobosan varicella.

Beberapa, tetapi tidak semua, penyelidikan baru-baru telah mengidentifikasi adanya asma,

penggunaan steroid, dan vaksinasi di lebih muda dari 15 bulan usia sebagai faktor risiko untuk

terobosan varicella. Terobosan infeksi varicella bisa menjadi hasil dari beberapa faktor, termasuk

gangguan replikasi virus vaksin oleh sirkulasi antibodi, vaksin impoten akibat kesalahan

penyimpanan atau penanganan, atau pencatatan tidak akurat. 1

Penelitian telah menunjukkan bahwa dosis kedua vaksin varicella meningkatkan kekebalan

dan mengurangi penyakit terobosan pada anak-anak. 1

 Jadwal vaksinasi dan penggunaan

Vaksin varicella dianjurkan untuk semua anak tanpa kontraindikasi yang berusia 12 sampai

15 bulan. Vaksin ini dapat diberikan kepada semua anak pada usia ini terlepas dari riwayat

varicella. 1

Dosis kedua vaksin varicella harus diberikan pada 4 sampai 6 tahun kemudian . Dosis kedua

dapat diberikan lebih awal dari 4 sampai 6 tahun jika setidaknya 3 bulan telah berlalu setelah dosis

25
pertama (yaitu, interval minimum antara dosis vaksin varicella untuk anak-anak berusia di bawah

13 tahun adalah 3 bulan). Namun, jika dosis kedua diberikan setidaknya 28 hari setelah dosis

pertama, dosis kedua tidak perlu diulang. Dosis kedua vaksin varicella ini juga dianjurkan bagi

orang yang lebih tua, dimana vaksin varicella diberikan kepada orang-orang 13 tahun atau lebih

pada 4 sampai 8 minggu kemudian.. 1

Semua vaksin varicella harus diberikan melalui secara subkutan. Vaksin varicella telah

terbukti aman dan efektif pada anak-anak yang sehat bila diberikan pada saat yang sama sebagai

vaksin MMR di lokasi terpisah dan dengan jarum suntik yang terpisah. Jika vaksin varicella dan

MMR tidak diberikan pada kunjungan yang sama, maka pemberian harus dipisahkansetidaknya 28

hari. Vaksin varicella juga dapat diberikan simultan (tapi di lokasi terpisah dengan jarum suntik

yang terpisah) dengan semua vaksin anak lainnya. 1

 Profilaksis pasca terpapar

Data dari Amerika Serikat dan Jepang dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa

vaksin varicella ternyata efektif sekitar 70% sampai 100% dalam mencegah penyakit atau terjadinya

keparahan penyakit jika digunakan dalam waktu 3 hari, dan mungkin sampai 5 hari, setelah

paparan. ACIP merekomendasikan vaksin untuk digunakan pada orang yang tidak terbukti memiliki

kekebalan terhadap varicella atau pada orang yang terpapar varicella. Jika paparan terhadap

varicella tidak menyebabkan infeksi, vaksinasi pasca paparan harus diberikan untuk memberi

perlindungan terhadap paparan berikutnya. 1

Wabah varicella yang terjadi dalam beberapa keadaan (misalnya,pada tempat penitipan

anak, dan sekolah) dapat bertahan sampai dengan 6 bulan. Tetapi vaksin varicella diketahui telah

berhasil digunakan untuk mengendalikan wabah. ACIP merekomendasikan pemberian dosis kedua

vaksin varicella untuk pengendalian wabah. Jadi selama wabah varicella, orang-orang yang telah

menerima satu dosis vaksin varicella harus menerima dosis kedua, yang diberikan sesuai dengan

26
interval vaksinasi yang telah berlalu sejak dosis pertama (3 bulan untuk orang yang berusia 12

bulan sampai 12 tahun dan setidaknya 4 minggu untuk orang yang berusia 13 tahun dan lebih tua). 1

 Kontraindikasi dan tindakan pencegahan untuk vaksinasi

Seseorang dengan reaksi alergi yang parah (anafilaksis) dengan komponen vaksin atau

setelah dosis sebelumnya, seharusnya tidak menerima vaksin varicella. Orang dengan imunosupresi

karena leukemia, limfoma, keganasan umum, penyakit defisiensi imun, atau terapi imunosupresif

tidak harus divaksinasi dengan vaksin varicella. Namun, pengobatan dengan dosis rendah (kurang

dari 2 mg / kg / hari), topikal, penggantian, atau steroid aerosol bukan merupakan kontraindikasi

untuk vaksinasi. Orang yang imunosupresif yang diterapi dengan steroid telah dihentikan selama 1

bulan (3 bulan untuk kemoterapi) dapat divaksinasi.1,5

Orang dengan imunodefisiensi seluler sedang atau berat akibat infeksi human

immunodeficiency virus (HIV), termasuk orang-orang yang didiagnosis dengan acquired

immunodeficiency syndrome (AIDS) tidak boleh menerima vaksin varicella. Anak yang terinfeksi

HIV dengan persentase CD4 T-limfosit 15% atau lebih tinggi, dan anak-anak yang lebih tua dan

orang dewasa dengan jumlah CD4 200 per mikroliter atau lebih tinggi dapat dipertimbangkan untuk

vaksinasi. 1

Wanita yang diketahui hamil atau mencoba untuk hamil sebaiknya tidak menerima vaksin

varicella. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang merugikan kehamilan atau janin yang dilaporkan di

kalangan perempuan yang secara tidak sengaja menerima vaksin varicella sesaat sebelum atau

selama kehamilan. Tetapi ACIP merekomendasikan kehamilan harus dihindari selama 1 bulan

setelah menerima vaksin varicella. 1,5

Vaksinasi pada orang dengan penyakit akut, sedang atau berat sebaiknya ditunda sampai

kondisi telah membaik. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

komplikasi pada pasien , seperti demam. Pada penyakit yang cenderung ringan , seperti otitis media

27
dan infeksi saluran pernapasan atas, mendapat terapi antibiotik, dan paparan atau pemulihan dari

penyakit lain tidak kontraindikasi terhadap vaksin varicella. Meskipun tidak ada bukti bahwa baik

varicella atau vaksin varicella memperburuk tuberkulosis, vaksinasi tidak dianjurkan untuk orang-

orang yang dikenal memiliki TB aktif. 1

28
BAB 4

PEMBAHASAN

Diagnosis varisela pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis didapatkan pasien perempuan usia 4 tahun datang ke puskesmas lhoksukon bersama

ibunya untuk berobat. berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa varisela sering timbul pada usia

sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada

kelompok usia 3-6 tahun.6

Keluhan utama pada pasien ini adalah timbulnya bentol-bentol kecil di badan, yang mula-

mula timbul di dada dan kemudian menyebar ke , wajah, punggung, perut,lengan dan kaki. Bentol-

bentol kemudian berubah menjadi lepuh-lepuh berisi cairan. Dari anamnesis ini diketahui bahwa

penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari daerah badan menyebar ke wajah dan

lengan dan lesi berbentuk khas seperti tetesan embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana disebutkan

bahwa penyebaran lesi kulit dari varisela pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian

menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan

embun (tear drops).

Sebelum timbulnya lepuh-lepuh kecil tersebut, pasien merasa badannya demam, lemah

badan, kepala terasa sakit, dan batuk. Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa gejala prodromal

dari varisela biasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise ringan, yang umumnya muncul

sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit. Masa prodromal ini kemudian disusul oleh

stadium erupsi.5

Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang lain, yaitu

keponakan pasien saat berkumpul di rumah neneknya 10 hari yang lalu. Sedikit berbeda

berdasarkan kepustakaan masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan.

jalur penularan virus varicella bisa secara aerogen, kontak langsung, dan transplasental. Droplet

lewat udara memegang peranan penting dalam mekanisme transmisi, tapi infeksi bisa juga
29
disebabkan melalui kontak langsung. Krusta varisela tidak infeksius, dan lamanya infektifitas dari

droplet berisi virus cukup terbatas. Manusia merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor

lain yang berperan dalam jalur penularan.7

Pada pemeriksaan vital sign suhu badan aksiler 37 °C yang menunjukkan bahwa pasien

dalam keadaan sub febris kemudian dari status dermatologis yang didapati pada wajah, dada, perut,

punggung extremitas pasien tampak vesikel yang seperti tetesan embun dan papul dengan dasar

kemerahan, pustul, erosi dan krusta. Jadi terdapat gambaran lesi kulit yang bermacam-macam. Hal

ini sesuai kepustakaan dikatakan bahwa varisela mempunyai bentuk vesikel yang khas yaitu seperti

tetesan embun (tear drops) dan memiliki gambaran polimorf.7

Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan

tzanck, yaitu dengan cara mengerok bagian dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa

kemudian dapat ditemukan sel datia berinti banyak, dan serologi, misalnya flourescent antibody dan

pemeriksaan antibodi dengan cara ELISA. Tetapi pemeriksaan ini tidak dilakukan di puskesmas

Lhoksukon.

Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil pemeriksaan fisik yang meliputi

keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya yang masih dalam batas normal. Pada

orang yang immunocompromised (leukemia, pemberian kortikosteroid dengan dosis tinggi dan

lama, atau pasien AIDS) bila terinfeksi VVZ maka manifestasi varisela lebih berat (lesi lebih lebar,

lebih dalam, berlangsung lebih lama, dan sering terjadi komplikasi).

Varisela dapat didiagnosis banding dengan herpes zoster namun karena dari anamnesis

pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya dan dari pemeriksaan fisik

pada status dermatologis ditemukan gambaran lesi kulit yang polimorf, tidak bergerombol, dan

tidak terasa nyeri, maka herpes zoster dapat dieliminasi sebagai diagnosis banding varisela. Pada

herpes zoster, pasien sebelumnya sudah pernah terpapar dengan VVZ dan gambaran lesi kulit

berupa vesikel yang bergerombol, unilateral sesuai dengan daerah persarafan saraf yang

30
bersangkutan dan biasanya timbul di daerah thorakal. Pada herpes zoster lesi dalam satu gerombol

sama, sedangkan usia lesi pada satu gerombol dengan gerombol lain berbeda.9

Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan penyakit dan

mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus yaitu asiklovir selama 7 hari,

hal ini dimaksudkan untuk menekan atau menghambat replikasi dari virus varisela zoster, analgetik

dan antipiretik parasetamol jika demam, topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud

untuk mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan asam fusidat 2 kali aplikasi/hari untuk lesi

yang sudah pecah.

Terdapat beberapa masalah pada kasus ini yang masih perlu dikaji untuk penyelesaian

masalahnya, Beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab masalah,

pada kasus ini metode yang digunakan adalah diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang

ikan/ fish bone).

Fish Bone
Perilaku
Biologi dan
buruk
Genetik
Perilaku jika sudah terkena
Penyakit ini Tidak ada penyakit tidak mau berobat
genetik dan memakai APD

Pasien bermain Anak tidak berikan


dengan penderita vaksin sejak lahir
varicella

Sosioekonomi Pengetahuan pasien


keluarga dan keluarga yang
kurang mengenai
kesehatan

31
MATRIKS URUTAN PRIORITAS MASALAH

N
Masalah U S G Total
O

1 Perilaku buruk 4 4 5 14

2 Pengetahuan pasien dan keluarga yang kurang 4 4 5 13

mengenai kesehatan

3 Sosio ekonomi keluarga 5 5 5 15

4 Biologi dan Genetik 5 3 3 9

MATRIKS CARA PEMECAHAN MASALAH

No. Masalah Pemecahan masalah

1. Perilaku buruk Edukasi ke pasien dan keluarganya agar

32
mau berobat dan memakai APD seperti

masker agar tidak menularkan ke orang

lain

2. Pengetahuan pasien dan Memberikan informasi kepada keluarga

keluarga yang kurang mengenai pasien tentang vaksin sejak lahir.

kesehatan

3. Sosio ekonomi keluarga Jika ada orang yang terkena penyakit

varicella atau penyakit kulit lain maka

sebaiknya dihindari bermain dengan

penderita

4. Biologi dan genetik Edukasi kepada keluarga agar

memberikan makanan bergizi dan

suplemen untuk meningkatkan daya

tahan tubuh pasien agar tidak mudah

terserang penyakit

Upaya promotif

3. Memberi pengetahuan tentang penyakit varicella agar masyarakat paham jika terkena segera

ke faskes

4. Member pengetahuan tentang imunisasi

Upaya preventif

8. Makan makanan bervariasi dengan pola gizi seimbang

33
9. Tindakan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih dapat

mencegah timbuln ya penyakit

10. Pada pasien cacar air (varicella) yang sedang terkena penyakit, sebaiknya diisolasi dari

orang lain untuk menghindari risiko penularan.

11. Penderita disarankan untuk tidak pergi ke sekolah atau tempat penitipan anak sampai

sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam sembuh atau semua lepuh sudah kering.

12. Pasien yang sedang terkena cacar air (varicella) harus menutup hidung dan mulut ketika

batuk atau bersin, membuang tisu kotor, mencuci tangan dengan baik, dan tidak

menggunakan peralatan seperti sendok, piring, baju, dan selimut bersama-sama dengan

orang lain.

13. Pasien yang sedang terkena cacar air (varicella) tetap harus dimandikan untuk mengurangi

gatal dan menghindari infeksi sekunder.

14. Untuk menghindari menggaruk, kuku sebaiknya dipotong, dan penggunaan sarung tangan

bisa dilakukan untuk pasien anak.

Upaya kuratif

1. Berobat ke faskes di berikan, antivirus, antipiretik, dan sesuai gejala.

34
Daftar pustaka

1. CDC.2010.VACCINES.www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf

2. Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Adhi, Edisi Enam Cetakan Kedua,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal 115

3. Wolff, Klaus. Johnson, Richard Allen.2009.Fitzpatrick’s Color Atlas and Sypnosis of


Clinical Dermatology sixth edition,

4. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Fitzpatrick’s.2008.


Dermatology in general medicine seventh edition, vol 1 and 2, page 1885-1895

5. Nonim, Varicella ( chickenpox ), 2009. ( http://www.ncirs.edu.au/immunisation/fact-


sheets/varicella-fact-sheet.pdf

6. Schachner, Lawrence. 2003.Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby.

7. Landow RK. 1995. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam : Kapita Selekta
Terapi Dermatologik. Jakarta : EGC, : 31-61

8. Mehta,Parang.2007.Varicella. Emedicine from WebMD.. Diambil dari


http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm.

9. Rampengan, T.H. 2005 Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta

35
Lampiran

36
37

Anda mungkin juga menyukai