PENDAHULUAN
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varisela Zoster (VVZ) yang menyerang kulit
dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian
sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai cacar air atau chicken pox. 1,2
Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang terutama anak-
anak, namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela terjadi pada musim dingin dan
musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Di
Indonesia, insidennya cukup tinggi dan terjadi secara sproradis sepanjang tahun. Varisela
merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan angka kematian tinggi pada dewasa,
serta orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, presentasi penularan dari virus ini berkisar
65%-86%. VVZ merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral, udara
atau sekresi respirasi dan terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi
fetomaternal.2,3
Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota famili herpesviridae dan sub famili alfa
herpes. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan
1. Stadium Prodromal
Biasanya 2 – 3 hari dan bervariasi seperti demam yang tidak terlalu tinggi, malase, dan
nyeri kepala, batuk, sakit tenggorokan, gatal bervariasi dari ringan hingga berat.
2. Stadium Erupsi
Pada mulanya timbul erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa
jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini berupa tetesan embun (tear drops) dan
kemudian menjadi pustul dan krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi
1
terutama didaerah badan, kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan
ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian
atas.
3. Stadium Penyembuhan
Masa penyembuhan sekitar 2 minggu dan pelepasan krusta bervariasi dalam 2 hari
sampai 2 minggu.
Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.2 pemeriksaan
Pengobatan biasanya bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik dan analgesik. Anti
histamin oral dapat diberikan untuk menghilangkan rasa gatal, sedangkan pemberian anti virus
dapat memperpendek perjalanan penyakit.2 Prognosis penyakit ini ditentukan oleh perawatan yang
teliti dan komplikasi yang mungkin timbul, namun pada umumnya prognosisnya baik.
Berikut ini dilaporkan kasus varisela pada seorang perempuan berumur 4 tahun yang datang
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : An. S
Umur : 4 tahun
Pekerjaan :-
Suku : Aceh
Agama : Islam
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan, wajah , punggung, kaki dan
3
Lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan dialami sejak 3 ± hari yang lalu. Awalnya timbul
bentol-bentol kemerahan pada dada yang kemudian menyebar kewajah, punggung, dan lengan.
Demam dialami pasien sejak ± 4 hari yang lalu, dan disertai rewel dan batuk. Ibu pasien
mengaku bahwa pasien belum pernah terkena penyakit ini. Menurut keterangan ibu pasien, pasien
ada riwayat kontak dengan keponakannya yang menderita penyakit yang sama 2 minggu yang lalu
saat berkumpul di rumah neneknya. Pasien belum pernah berobat ke dokter ataupun mendapat
pengobatan. Pasien kemudian datang ke poliklinik umum Puskesmas Lhoksukon .untuk mendapat
pengobatan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mendapat sakit seperti ini.
Riwayat penyakit hati, ginjal, jantung, diabetes melitus disangkal oleh pasien.
Riwayat alergi :
Makanan : Disangkal
Riwayat atopi :
Riwayat kebiasaan:
Pasien dimandikan oleh ibunya 1 kali sehari, memakai sabun, handuk bergantian, air yang
digunakan berasal dari air sumur yang di hangatkan terlebih dahulu dan pakaian dalam diganti 1
kali sehari.
Riwayat sosial:
4
Pasien adalah balita yang belum sekolah, keseharian dirawat oleh ibu atau di titipkan
kerumah nenek nya. Di rumah nenek biasanya ramai berkumpul sanak famili dan keponakanya.
PROFIL KELUARGA
Pasien S tinggal bersama kedua orang tua dan ke tiga abang kandung nya.
1. Bapak, laki-laki, 46 tahun, sudah menikah, Swasta (antar barang) , tidak memiliki keluhan
2. Ibu , perempuan, 42 tahun, sudah menikah, IRT, tidak memiliki keluhan yang sama seperti
pasien.
3. Anak pertama, laki-laki 19 tahun. Belum menikah, mahasiswa, tidak memilliki keluhan
4. Anak kedua, laki-laki 17 tahun. Belum menikah, siswa, tidak memilliki keluhan yang sama
seperti pasien
5. Anak ketiga, laki-laki 14 tahun. Belum menikah, siswa dayah, sedang pengobatan penyakit
skabies
5
Lantai rumah dari : semen lingkungan rumah yang jarang
Dinding rumah dari : tembok dan papan dan ventilasi yang cukup
pelayanan kesehatan Kendaraan pribadi berupa dari tempat tinggal pasien,. Untuk
Tarif pelayanan Menurut keluarga tidak ada datang berobat tidak dipungut
didapat memuaskan.
Pelayanan Kesehatan
6
Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
Pekerjaan Tn. A adalah Swast Pendapatan 2 juta setiap bulannya cukup dan bisa untuk
membiayai kebutuhan sehari-hari keluarganya dan biaya sekolah anaknya. Pasien ini tinggal di
rumah pribadi yang dalam kondisi kurang baik. Rumah terdiri dari 2 kamar dan 1 kamar mandi.
Kebiasaan makan : S memiliki kebiasaan makan antara 3 kali dalam sehari dengan bahan-
bahan baku dibeli langsung dari pasar disekitar rumahnya dan mengelolah bahan-bahan tersebut di
dapurnya.
Status Present :
o GCS : E4V5M6
o Status Gizi : TB 70 cm BB 15
Vital sign:
o TD : tidak di ukur
o RR : 24 kali/menit
o Suhu : 37. oC
Status Generalis :
o Kepala :
- Rambut : normal.
7
- Edema (-); malar rash (-); parese N VII (-); eritema (-); nyeri tekan kepala.
(-)
o Mata :
ikterus (-/-), hiperemia (-/-), pterigium (-/-); pupil : isokor, bulat, refleks
o Telinga :
- Bentuk : normal; lubang telinga : normal, sekret (-/-); nyeri tekan (-/-)
o Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-); napas cuping hidung (-); perdarahan (-), sekret
(-).
- Penciuman normal.
o Mulut :
- Simetris; bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-); gusi : hiperemia (-),
perdarahan (-); lidah : glositis (-), atropi papil lidah (-); gigi : karang gigi (-
o Leher :
o Thorax :
8
Pulmo :
1. Inspeksi :
2. Palpasi
3. Perkusi :
- Sonor ( +/+)
4. Auskultasi :
Cor :
3. Perkusi :
o Abdomen :
- Inspeksi :
9
- Bentuk: distensi (-)
- Permukaan kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-),
caput meducae (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), papul eritem (+)
- Perkusi : timpani
o Extremitas :
- Hangat (+); edema (-); deformitas (-); tremor (-); clubbing finger (-);
sianosis (-); petechie (-); dissuse atrofi (-) papul eritem (+) ruam vesikel (+)
Status dermatologis :
Regio fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis et extremitas: Papulae dengan dasar
Varisela
Herpes Zoster
2.8 PENANGANAN
1. Non-medikamentosa
c. Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat bintik-bintik.
10
d. Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat menimbulkan bekas
2. Medikamentosa
Salep antibiotika : Asam Fusidat krim 2 x aplikasi pada lesi yang pecah
2.9 PROGNOSIS
2.10 Pencegahan
Upaya promotif
1. Memberi pengetahuan tentang penyakit varicella agar masyarakat paham jika terkena segera
ke faskes
Upaya preventif
2. Tindakan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih dapat
4. Penderita disarankan untuk tidak pergi ke sekolah atau tempat penitipan anak sampai
sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam sembuh atau semua lepuh sudah kering.
5. Pasien yang sedang terkena cacar air (varicella) harus menutup hidung dan mulut ketika
batuk atau bersin, membuang tisu kotor, mencuci tangan dengan baik, dan tidak
menggunakan peralatan seperti sendok, piring, baju, dan selimut bersama-sama dengan
orang lain.
6. Pasien yang sedang terkena cacar air (varicella) tetap harus dimandikan untuk mengurangi
7. Untuk menghindari menggaruk, kuku sebaiknya dipotong, dan penggunaan sarung tangan
12
BAB 3
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.2
2.2 Epidemiologi
Usia
Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-anak dibawah 10
tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun. Sementara pada pasien yang
Insiden
Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995, insiden terjadinya varicella
terbukti menurun. Dimana sebelum tahun 1995, terbukti di Amerika terdapat 3-4 juta kasus
13
Transmisi
Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung. Kontak tidak langsung
jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat menularkan varicella yaitu beberapa hari
sebelum erupsi muncul dan sampai vesikula yang terakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa
Musim
Di daerah metropolitan yang beriklim sedang, dimana epidemi varicella sering terjadi pada
2.3 Patogenesa
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan orofaring. Multiplikasi virus di tempat
tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe ( viremia
primer ). Virus VZV dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama
replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat sebagian oleh
Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan tubuh yang belum
berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih
banyak. Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan telah memasuki siklus viremia,
yang pada penderita yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan
imunitas seluler VZV. Virus beredar di leukosit mononuklear, terutama pada limfosit. Bahkan pada
varicella yang tidak disertai komplikasi, hasil viremia sekunder menunjukkan adanya subklinis
Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit
dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV berfungsi protektif terhadap varicella. Pada orang
14
yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu menjadi sakit setelah terkena paparan
eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga berkembang selama varicella, berlangsung selama
Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10 sampai 21 hari.
Masa inkubasi dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan pada pasien yang telah
menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang mengandung antibodi terhadap varicella.4
Gejala prodromal
Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang lebih besar dan
dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama 2-3 hari, kedinginan, malaise,
anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien dapat disertai nyeri tenggorokan dan batuk
kering.3,4
Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan skalp, dan
kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas. Lesi baru muncul berturut-
turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral. Ruam cenderung padat kecil-kecil di punggung
dan antara tulang belikat daripada skapula dan bokong dan lebih banyak terdapat pada medial
daripada tungkai sebelah lateral. Tidak jarang terdapat lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan
vesikula sering muncul sebelumnya dan dalam jumlah yang lebih besar di daerah peradangan,
15
Gambar 1 Infeksi VZV : Varicella 3
Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang 12 jam, dimana
mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi papul, vesikel, pustul, dan krusta.
Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar
dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya superfisial dan berdinding tipis, dan dikelilingi daerah
eritematosa sehingga tampak terlihat seperti “ embun di atas daun mawar”. Cairan vesikel cepat
menjadi keruh karena masuknya sel radang, sehingga mengubah vesikel menjadi pustul. Lesi
kemudian mengering, mula-mula di bagian tengah sehingga menyebabkan umbilikasi dan kemudian
menjadi krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan
yang akan berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat terbentuk
jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan bercak hipopigmentasi yang dapat
16
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, kandung
kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga seringkali terlihat sebagai ulkus
Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara simultan ( terus-
menerus ), di setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus berkembang. Suatu prospective study
menunjukkan rata-rata jumlah lesi pada anak yang sehat berkisar antara 250-500. Pada kasus
sekunder karena paparan di rumah gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primer karena
paparan di sekolah, hal ini mungkin disebabkan karena paparan di rumah lebih intens dan lebih
Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan tingginya demam sesuai
dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39oC, tetapi pada keadaan yang berat dengan jumlah
lesi banyak dapat mencapai 40,5oC. Demam yang berkepanjangan atau yang kambuh kembali dapat
disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling
17
Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan perubahan pada
karakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat terpapar varicella 2-3 minggu
sebelumnya. 4
2.6 Laboratorium
Lesi pada varicella dan herpes zoster tidak dapat dibedakan secara histopatologi. Pada
pemeriksaan menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang mengandung badan inklusi
intranuklear yang asidofilik. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pewarnaan Tzanck, dimana
bahan pemeriksaan dikerok dari dasar vesikel yang muncul lebih awal, kemudian diletakkan di atas
object glass, dan difiksasi dengan ethanol atau methanol, dan diwarnai dengan pewarnaan
Di samping itu Varicella zoster virus (VZV) polymerase chain reaction (PCR) adalah
metode pilihan untuk diagnosis varicella. VZV juga dapat diisolasi dari kultur jaringan, meskipun
kurang sensitif dan membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya. Bahan yang paling
sering digunakan adalah isolasi dari cairan vesikuler. VZV PCR adalah metode pilihan untuk
18
diagnosis klinis yang cepat. Real-time PCR metode tersedia secara luas dan merupakan metode
yang paling sensitif dan spesifik dari tes yang tersedia. Hasil tersedia dalam beberapa jam. Jika real-
time PCR tidak tersedia, antibodi langsung metode (DFA) neon dapat digunakan, meskipun kurang
sensitif dibanding PCR dan membutuhkan pengambilan spesimen yang lebih teliti.1
Berbagai tes serologi untuk antibodi terhadap varicella tersedia secara komersial termasuk
uji aglutinasi lateks (LA) dan sejumlah enzyme-linked immunosorbent tes (ELISA). Saat ini
tersedia metode ELISA, dan ternyata tidak cukup sensitif untuk mampu mendeteksi serokonversi
terhadap vaksin, tetapi cukup kuat untuk mendeteksi orang yang memiliki kerentanan terhadap
VZV. ELISA sensitif dan spesifik, sederhana untuk melakukan, dan banyak tersedia secara
komersial. Di samping itu LA juga tersedia secara sensitif, sederhana, dan cepat untuk dilakukan.
LA agak lebih sensitif dibandingkan ELISA komersial, meskipun dapat menghasilkan hasil yang
positif palsu, dan dapat menyebabkan kegagalan untuk mengidentifikasi orang-orang yang tidak
terbukti memiliki imunitas terhadap varicella. Dimana salah satu dari tes ini akan berguna untuk
2.7 Komplikasi
disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial pada lesi kulit, yang biasanya disebabkan oleh
stafilokokus atau streptokokus, sehingga terjadi impetigo, furunkel, selulitis, atau erisipelas, tetapi
jarang terjadi gangren. Infeksi fokal tersebut sering menyebabkan jaringan parut, tetapi jarang
terjadi sepsis yang disertai infeksi metastase ke organ yang lainnya. Vesikel dapat menjadi bula bila
Pneumonia, otitis media, dan meningitis supurativa jarang terjadi dan responsif terhadap
antibiotik yang tepat. Bagaimanapun juga, superinfeksi bakteri umum dijumpai dan berpotensi
19
Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan berlangsung lebih
lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering terjadi. Pneumonia varicella primer
merupakan komplikasi tersering pada orang dewasa. Pada beberapa pasien gejalanya asimpomatis,
tetapi yang lainnya dapat berkembang mengenai sistem pernafasan dimana gejalanya dapat lebih
parah seperti batuk, dyspnea, tachypnea, demam tinggi, nyeri dada pleuritis, sianosis, dan batuk
darah yang biasanya timbul dalam 1-6 hari sesudah timbulnya ruam. 4
Varicella pada kehamilan mengancam ibu dan janinnya. Infeksi yang menyebar luas dan
varicella pneumonia dapat mengakibatkan kematian pada ibu, tetapi baik kejadian maupun
keparahan pneumonia varicella tampaknya meningkat secara signifikan pada kehamilan. Janin
dapat meninggal karena kelahiran prematur atau kematian ibu karena varicella pneumonia berat,
tetapi varicella selama kehamilan, tidak, jika tidak secara subtansial meningkatkan kematian janin.
Namun demikian, pada varicella yang tidak disertai komplikasi, viremia pada ibu dapat
Varicella perinatal ( varicella yang terjadi dalam waktu 10 hari dari kelahiran ) lebih serius daripada
varicella yang terjadi pada bayi yang terinfeksi beberapa minggu kemudian. 4
Morbiditas dan mortalitas pada varicella secara nyata meningkat pada pasien dengan
defisiensi imun. Pada pasien ini replikasi virus yang terus-menerus dan menyebar luas
semakin luas, jangka waktu yang lebih lama dalam pembentukan vesikel baru, dan penyebaran
visceral klinis yang signifikan. Pada pasien dengan defisiensi imun dan diterapi dengan
komplikasi berupa perdarahan, dimana derajat keparahan dimulai dari purpura yang ringan hingga
parah dan seringkali mengakibatkan purpura yang fulminan dan varicella malignansi. 4
Komplikasi susunan saraf pusat pada varicella terjadi kurang dari 1 diantara 1000 kasus.
Varicella berhungan dengan sindroma Reye ( ensepalopati akut disertai degenerasi lemak di liver )
20
yang khas terjadi 2 hingga 7 hari setelah timbulnya ruam. Dulu, dari 15-40% pada semua kasus
sindroma Reye berhubungan dengan varicella, khususnya pada penderita yang diterapi dengan
aspirin saat demam, dengan mortalitas setinggi 40%. Ataksia serebri akut lebih umum terjadi
daripada kelainan neurologi yang lainnya. Encephalitis lebih jarang lagi terjadi yaitu pada 1 diantara
33.000 kasus, tetapi merupakan penyebab kematian tertinggi atau menyebabkan kelainan neurologi
yang menetap. Patogenesa terjadinya ataksia serebelar dan ensephalitis tetap jelas, dimana pada
banyak kasus ditemukan adanya VZV antigen, VZV antibodi, dan VZV DNA pada cairan
cerebrospinal pada pasien, yang diduga menyebabkan infeksi secara langsung pada sistem saraf
pusat. 4
Komplikasi yang jarang terjadi antara lain myocarditis, pancreatitis, gastritis dan lesi
ulserasi pada saluran pencernaan, artritis, vasculitis Henoch-Schonlein, neuritis, keratitis, dan iritis.
Patogenesa dari komplikasi ini belum diketahui, tetapi infeksi VZV melalui parenkim secara
langsung dan endovascular, atau vasculitis yang disebabkan oleh VZV antigen-antibodi kompleks,
2.8 Terapi
Antivirus
Beberapa analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir, dan brivudin, dan
analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk mengobati infeksi VZV. Acyclovir adalah
suatu analog guanosin yang secara selektif difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga
terkonsentrasi pada sel yang terinfeksi. Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir
monofosfat menjadi trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan menghambat DNA
polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang sensitif terhadap acyclovir dibandingkan
HSV. 4
21
Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang mempunyai
bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan
Topikal
Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk mengatasi
gatal dapat diberikan kompres dingin, atau lotion kalamin, antihistamin oral. Cream dan lotion yang
mengandung kortikosteroid dan salep yang bersifat oklusif sebaiknya tidak digunakan. Kadang
diperlukan antipiretik, tetapi pemberian olongan salisilat sebaiknya dihindari karena sering
dihubungkan dengan terjadinya sindroma Reye. Mandi rendam dengan air hangat dapat mencegah
Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir ( dalam 24 jam setelah timbul ruam )
pada anak imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis 4x20 mg/kgBB/hari selama 5 hari
menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya
ruam, demam, dan gejala konstitusi bila dibandingkan dengan placebo. Tetapi apabila pengobatan
dimulai lebih dari 24 jam setelah timbulnya ruam cenderung tidak efektif lagi. Hal ini disebabkan
karena varicella merupakan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak dan manfaat klinis dari terapi
tidak terlalu bagus, sehingga tidak memerlukan pengobatan acyclovir secara rutin. Namun pada
keadaan dimana harga obat tidak menjadi masalah, dan kalau pengobatan bisa dimulai pada waktu
yang menguntungkan menguntungkan pasien ( dalam 24 jam setelah timbul ruam ), dan ada
kebutuhan untuk mempercepat penyembuhan sehingga orang tua pasien dapat kembali bekerja,
22
Pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir dengan dosis 5x800 mg selama 5
hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya
Secara acak, pemberian placebo dan acyclovir oral yang terkontrol pada orang dewasa muda
yang sehat dengan varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 24 jam setelah
timbulnya ruam) dengan acyclovir oral ( 5x800 mg selama 7 hari ) secara signifikan mengurangi
terbentuknya lesi yang baru, mengurangi luasnya lesi yang terbentuk, dan menurunkan gejala dan
demam. Dengan demikian, pengobatan rutin dari varicella pada orang dewasa tampaknya masuk
akal. Meskipun tidak diuji, ada kemungkinan bahwa famciclovir, yang diberikan dengan dosis 500
mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan dosis 1000 mg per oral setiap 8 jam mudah dan
tepat sebagai pengganti acyclovir pada remaja normal dan dewasa, Banyak dokter tidak meresepkan
acyclovir untuk varicella selama kehamilan karena risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum
diketahui. Sementara dokter lain merekomendasikan pemberian acyclovir secara oral untuk infeksi
pada tri semester ketiga ketika organogenesis telah sempurna, ketika mungkin ada peningkatan
terjadinya resiko pneumonia varicella, dan ketika infeksi dapat menyebar ke bayi yang baru lahir.
Pemberian acyclovir intravena sering dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan varicella yang
pneumonia varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 36 jam dari rumah
sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam) dapat mengurangi demam dan
takipnea dan meningkatkan oksigenasi. Komplikasi serius lainnya dari varicella di orang
23
Pasien dengan defisiensi imun
bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden komplikasi yang mengancam
kehidupan visceral ketika pengobatan dimulai dalam waktu 72 jam dari mulai timbulnya ruam.
Acyclovir intravena menjadi standar perawatan untuk varicella pada pasien yang disertai dengan
imunodefisiensi substansial. Meskipun pemberian terapi oral dengan famciclovir atau valacyclovir
mungkin cukup untuk pasien dengan derajat ringan gangguan kekebalan tubuh, tetapi tidak ada uji
2.9 Pencegahan
Vaksin varicella
Karakteristik
Vaksin varicella (Varivax, Merck) merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, yang
berasal dari strain Oka VZV. Virus vaksin diisolasi oleh Takahashi pada awal tahun 1970 dari
cairan vesikular yang berasal dari anak sehat dengan penyakit varicella. Vaksin varicella ini
dilisensikan untuk penggunaan umum di Jepang dan Korea pada tahun 1988. Vaksin ini diijinkan di
Amerika Serikat pada tahun 1995 untuk orang-orang usia 12 bulan dan yang lebih tua. 1
Keefektifan vaksin
Setelah pemberian satu dosis tunggal vaksin varicella antigen, 97% dari anak yang berusia
12 bulan sampai 12 tahun mengembangkan titer antibodi yang dapat terdeteksi. Sedangkan lebih
dari 90% dari responden vaksin mempertahankan antibodi untuk setidaknya 6 tahun. Dalam studi di
Jepang, 97% dari anak-anak memiliki antibodi 7 sampai 10 tahun setelah vaksinasi. Efikasi vaksin
diperkirakan memiliki ketahanan 70% sampai 90% terhadap infeksi, dan 90% sampai 100%
24
Di antara remaja yang sehat dan orang dewasa yang berusia 13 tahun dan yang lebih tua,
rata-rata 78% mengembangkan antibodi setelah pemberian satu dosis, dan 99% mengembangkan
antibodi setelah pemberian dosis kedua yang diberikan 4 sampai 8 minggu kemudian. Antibodi
bertahan selama minimal 1 tahun pada 97% dari pemberian vaksin varicella setelah dosis kedua
Kekebalan tampaknya bertahan lama, dan mungkin permanen di sebagian besar vaksin.
Infeksi pada orang yang pernah mendapat vaksin secara signifikan lebih ringan, dengan lesi sedikit
(biasanya kurang dari 50), banyak yang makulopapular daripada vesikuler. Dimana kebanyakan
orang yang pernah mendapat vaksinasi sebelumnya tidak terjadi demam. 1,5
Meskipun pada penemuan dari beberapa studi telah menyarankan sebaliknya, penyelidikan
sebagian belum diidentifikasi waktu sejak vaksinasi sebagai faktor risiko untuk terobosan varicella.
Beberapa, tetapi tidak semua, penyelidikan baru-baru telah mengidentifikasi adanya asma,
penggunaan steroid, dan vaksinasi di lebih muda dari 15 bulan usia sebagai faktor risiko untuk
terobosan varicella. Terobosan infeksi varicella bisa menjadi hasil dari beberapa faktor, termasuk
gangguan replikasi virus vaksin oleh sirkulasi antibodi, vaksin impoten akibat kesalahan
Penelitian telah menunjukkan bahwa dosis kedua vaksin varicella meningkatkan kekebalan
Vaksin varicella dianjurkan untuk semua anak tanpa kontraindikasi yang berusia 12 sampai
15 bulan. Vaksin ini dapat diberikan kepada semua anak pada usia ini terlepas dari riwayat
varicella. 1
Dosis kedua vaksin varicella harus diberikan pada 4 sampai 6 tahun kemudian . Dosis kedua
dapat diberikan lebih awal dari 4 sampai 6 tahun jika setidaknya 3 bulan telah berlalu setelah dosis
25
pertama (yaitu, interval minimum antara dosis vaksin varicella untuk anak-anak berusia di bawah
13 tahun adalah 3 bulan). Namun, jika dosis kedua diberikan setidaknya 28 hari setelah dosis
pertama, dosis kedua tidak perlu diulang. Dosis kedua vaksin varicella ini juga dianjurkan bagi
orang yang lebih tua, dimana vaksin varicella diberikan kepada orang-orang 13 tahun atau lebih
Semua vaksin varicella harus diberikan melalui secara subkutan. Vaksin varicella telah
terbukti aman dan efektif pada anak-anak yang sehat bila diberikan pada saat yang sama sebagai
vaksin MMR di lokasi terpisah dan dengan jarum suntik yang terpisah. Jika vaksin varicella dan
MMR tidak diberikan pada kunjungan yang sama, maka pemberian harus dipisahkansetidaknya 28
hari. Vaksin varicella juga dapat diberikan simultan (tapi di lokasi terpisah dengan jarum suntik
Data dari Amerika Serikat dan Jepang dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa
vaksin varicella ternyata efektif sekitar 70% sampai 100% dalam mencegah penyakit atau terjadinya
keparahan penyakit jika digunakan dalam waktu 3 hari, dan mungkin sampai 5 hari, setelah
paparan. ACIP merekomendasikan vaksin untuk digunakan pada orang yang tidak terbukti memiliki
kekebalan terhadap varicella atau pada orang yang terpapar varicella. Jika paparan terhadap
varicella tidak menyebabkan infeksi, vaksinasi pasca paparan harus diberikan untuk memberi
Wabah varicella yang terjadi dalam beberapa keadaan (misalnya,pada tempat penitipan
anak, dan sekolah) dapat bertahan sampai dengan 6 bulan. Tetapi vaksin varicella diketahui telah
berhasil digunakan untuk mengendalikan wabah. ACIP merekomendasikan pemberian dosis kedua
vaksin varicella untuk pengendalian wabah. Jadi selama wabah varicella, orang-orang yang telah
menerima satu dosis vaksin varicella harus menerima dosis kedua, yang diberikan sesuai dengan
26
interval vaksinasi yang telah berlalu sejak dosis pertama (3 bulan untuk orang yang berusia 12
bulan sampai 12 tahun dan setidaknya 4 minggu untuk orang yang berusia 13 tahun dan lebih tua). 1
Seseorang dengan reaksi alergi yang parah (anafilaksis) dengan komponen vaksin atau
setelah dosis sebelumnya, seharusnya tidak menerima vaksin varicella. Orang dengan imunosupresi
karena leukemia, limfoma, keganasan umum, penyakit defisiensi imun, atau terapi imunosupresif
tidak harus divaksinasi dengan vaksin varicella. Namun, pengobatan dengan dosis rendah (kurang
dari 2 mg / kg / hari), topikal, penggantian, atau steroid aerosol bukan merupakan kontraindikasi
untuk vaksinasi. Orang yang imunosupresif yang diterapi dengan steroid telah dihentikan selama 1
Orang dengan imunodefisiensi seluler sedang atau berat akibat infeksi human
immunodeficiency syndrome (AIDS) tidak boleh menerima vaksin varicella. Anak yang terinfeksi
HIV dengan persentase CD4 T-limfosit 15% atau lebih tinggi, dan anak-anak yang lebih tua dan
orang dewasa dengan jumlah CD4 200 per mikroliter atau lebih tinggi dapat dipertimbangkan untuk
vaksinasi. 1
Wanita yang diketahui hamil atau mencoba untuk hamil sebaiknya tidak menerima vaksin
varicella. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang merugikan kehamilan atau janin yang dilaporkan di
kalangan perempuan yang secara tidak sengaja menerima vaksin varicella sesaat sebelum atau
selama kehamilan. Tetapi ACIP merekomendasikan kehamilan harus dihindari selama 1 bulan
Vaksinasi pada orang dengan penyakit akut, sedang atau berat sebaiknya ditunda sampai
kondisi telah membaik. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada pasien , seperti demam. Pada penyakit yang cenderung ringan , seperti otitis media
27
dan infeksi saluran pernapasan atas, mendapat terapi antibiotik, dan paparan atau pemulihan dari
penyakit lain tidak kontraindikasi terhadap vaksin varicella. Meskipun tidak ada bukti bahwa baik
varicella atau vaksin varicella memperburuk tuberkulosis, vaksinasi tidak dianjurkan untuk orang-
28
BAB 4
PEMBAHASAN
Diagnosis varisela pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis didapatkan pasien perempuan usia 4 tahun datang ke puskesmas lhoksukon bersama
ibunya untuk berobat. berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa varisela sering timbul pada usia
sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada
Keluhan utama pada pasien ini adalah timbulnya bentol-bentol kecil di badan, yang mula-
mula timbul di dada dan kemudian menyebar ke , wajah, punggung, perut,lengan dan kaki. Bentol-
bentol kemudian berubah menjadi lepuh-lepuh berisi cairan. Dari anamnesis ini diketahui bahwa
penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari daerah badan menyebar ke wajah dan
lengan dan lesi berbentuk khas seperti tetesan embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana disebutkan
bahwa penyebaran lesi kulit dari varisela pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian
menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan
Sebelum timbulnya lepuh-lepuh kecil tersebut, pasien merasa badannya demam, lemah
badan, kepala terasa sakit, dan batuk. Berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa gejala prodromal
dari varisela biasanya berupa demam, nyeri kepala, dan malaise ringan, yang umumnya muncul
sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit. Masa prodromal ini kemudian disusul oleh
stadium erupsi.5
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang lain, yaitu
keponakan pasien saat berkumpul di rumah neneknya 10 hari yang lalu. Sedikit berbeda
jalur penularan virus varicella bisa secara aerogen, kontak langsung, dan transplasental. Droplet
lewat udara memegang peranan penting dalam mekanisme transmisi, tapi infeksi bisa juga
29
disebabkan melalui kontak langsung. Krusta varisela tidak infeksius, dan lamanya infektifitas dari
droplet berisi virus cukup terbatas. Manusia merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor
Pada pemeriksaan vital sign suhu badan aksiler 37 °C yang menunjukkan bahwa pasien
dalam keadaan sub febris kemudian dari status dermatologis yang didapati pada wajah, dada, perut,
punggung extremitas pasien tampak vesikel yang seperti tetesan embun dan papul dengan dasar
kemerahan, pustul, erosi dan krusta. Jadi terdapat gambaran lesi kulit yang bermacam-macam. Hal
ini sesuai kepustakaan dikatakan bahwa varisela mempunyai bentuk vesikel yang khas yaitu seperti
tzanck, yaitu dengan cara mengerok bagian dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa
kemudian dapat ditemukan sel datia berinti banyak, dan serologi, misalnya flourescent antibody dan
pemeriksaan antibodi dengan cara ELISA. Tetapi pemeriksaan ini tidak dilakukan di puskesmas
Lhoksukon.
Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil pemeriksaan fisik yang meliputi
keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya yang masih dalam batas normal. Pada
orang yang immunocompromised (leukemia, pemberian kortikosteroid dengan dosis tinggi dan
lama, atau pasien AIDS) bila terinfeksi VVZ maka manifestasi varisela lebih berat (lesi lebih lebar,
Varisela dapat didiagnosis banding dengan herpes zoster namun karena dari anamnesis
pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya dan dari pemeriksaan fisik
pada status dermatologis ditemukan gambaran lesi kulit yang polimorf, tidak bergerombol, dan
tidak terasa nyeri, maka herpes zoster dapat dieliminasi sebagai diagnosis banding varisela. Pada
herpes zoster, pasien sebelumnya sudah pernah terpapar dengan VVZ dan gambaran lesi kulit
berupa vesikel yang bergerombol, unilateral sesuai dengan daerah persarafan saraf yang
30
bersangkutan dan biasanya timbul di daerah thorakal. Pada herpes zoster lesi dalam satu gerombol
sama, sedangkan usia lesi pada satu gerombol dengan gerombol lain berbeda.9
Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan penyakit dan
mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus yaitu asiklovir selama 7 hari,
hal ini dimaksudkan untuk menekan atau menghambat replikasi dari virus varisela zoster, analgetik
dan antipiretik parasetamol jika demam, topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud
untuk mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan asam fusidat 2 kali aplikasi/hari untuk lesi
Terdapat beberapa masalah pada kasus ini yang masih perlu dikaji untuk penyelesaian
masalahnya, Beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab masalah,
pada kasus ini metode yang digunakan adalah diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang
Fish Bone
Perilaku
Biologi dan
buruk
Genetik
Perilaku jika sudah terkena
Penyakit ini Tidak ada penyakit tidak mau berobat
genetik dan memakai APD
31
MATRIKS URUTAN PRIORITAS MASALAH
N
Masalah U S G Total
O
1 Perilaku buruk 4 4 5 14
mengenai kesehatan
32
mau berobat dan memakai APD seperti
lain
kesehatan
penderita
terserang penyakit
Upaya promotif
3. Memberi pengetahuan tentang penyakit varicella agar masyarakat paham jika terkena segera
ke faskes
Upaya preventif
33
9. Tindakan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih dapat
10. Pada pasien cacar air (varicella) yang sedang terkena penyakit, sebaiknya diisolasi dari
11. Penderita disarankan untuk tidak pergi ke sekolah atau tempat penitipan anak sampai
sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam sembuh atau semua lepuh sudah kering.
12. Pasien yang sedang terkena cacar air (varicella) harus menutup hidung dan mulut ketika
batuk atau bersin, membuang tisu kotor, mencuci tangan dengan baik, dan tidak
menggunakan peralatan seperti sendok, piring, baju, dan selimut bersama-sama dengan
orang lain.
13. Pasien yang sedang terkena cacar air (varicella) tetap harus dimandikan untuk mengurangi
14. Untuk menghindari menggaruk, kuku sebaiknya dipotong, dan penggunaan sarung tangan
Upaya kuratif
34
Daftar pustaka
1. CDC.2010.VACCINES.www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf
2. Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Adhi, Edisi Enam Cetakan Kedua,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal 115
7. Landow RK. 1995. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam : Kapita Selekta
Terapi Dermatologik. Jakarta : EGC, : 31-61
9. Rampengan, T.H. 2005 Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
35
Lampiran
36
37