Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengertian
Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu mengalami sesuatu
kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas – aktivitas kognitif (Townsend,
2010)
Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(Stuart dan Sundeen, 2012).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi / informasi secara akurat (Yosep, 2009).

b. Rentang Respon Neurobiologi


Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Kadang proses - Gg. Isi piker


- Persepsi akurat piker terganggu halusinasi
- Emosi konsisten - Ilusi - Perubahan proses
dng pengalaman - Emosi berlebih emosi
- Perilaku sesuai - Berperilaku yg - Perilaku tidak
- Hubungan social tidak biasa terorganisasi
harmonis - Menarik diri - Isolasi sosial

c. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu
biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri.
Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman,
merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan angkuh dan keras
kepala. Dengan seringnya memakai mekanisme proyeksi dan adanya
kecenderungan melamun serta mendambakan sesuatu secara berlebihan, maka
keadaan ini dapat berkembang menjadi waham. Secara berlahan – lahan individu
itu tidak dapat melepaskan diri dari khayalannya dan kemudian meninggalkan
dunia realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa tidak
aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa dan hal ini dapat
berkembang menjadi waham besar.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri
dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi dan waham.
Selian itu kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi
mengenai perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun
sehingga segala sesuatu sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan
rangsangan dari lingkungan (Keliat, 1998)
Ada dua factor yang menyebabkan terjadinya waham (Keliat, 1998) yaitu :
1) Factor predisposisi
Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia. Jika
tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka
individu mengalami stress dan kecemasan
2) Factor presipitasi
Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham yaitu
klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak bicara, objek
yang ada dilingkungannya dan suasana sepi (isolasi). Suasana ini dapat
meningkatkan stress dan kecemasan.

d. Tanda dan Gejala


Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi perilaku
berikut ini :
1) Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus , diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “saya punya
tambang emas”
2) Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan /
mencederai dirinya , diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya tahu… seluruh saudara ingin mneghancurkan hidup saya
karena merasa iri dengan kesuksesan saya.”
3) Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “kalau saya masuk surge saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
4) Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu / terserang penyakit,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda – tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
5) Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ini kana lam kubur ya, semua yang ada adalah roh – roh”

e. Masalah Keperawatan dan Data Fokus Pengkajian


Perubahan proses pikir: waham
- Kerusakan komunikasi verbal
- Gangguan proses pikir : waham
- Harga diri rendah kronik
1) Data Mayor
Data Subjektif :
- Merasa curiga, merasa cemburu, merasa diancam/diguna-guna, merasa
sebagai orang hebat, merasa memiliki kekuatan luar biasa, merasa
sakit/rusak organ tubuh.
Data Objektif :
- Marah–marah tanpa sebab, banyak kata (longorhoe), menyendiri,
sirkumtansial, inkoheren.
2) Data Minor :
Data Subjektif
- Merasa orang lain menjauh, merasa tidak ada yang mau mengerti
Data Objektif
- Marah – marah karena urusan sepele, menyendiri.

f. Pohon Masalah

Kerusakan komuikasi verbal

effect

Perubahan proses pikir : waham

Core problem

Harga diri rendah kronik

causa

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan klien dengan waham berdasarkan pohon masalah :
a. Gangguan proses pikir : waham
b. Kerusakan komunikasi verbal
c. Harga diri rendah kronik
3. Perencanaan Keperawatan
Gangguan Proses fikir : Waham

Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
Identifikasi tanda dan gejala Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
1.
waham dalam merawat pasien
Bantu orientasi realitas : panggil Jelaskan pengertian, tanda dan gejala waham,
2. nama, orientasi waktu dan dan jenis waham yang dialami pasien beserta
tempat/lingkungan proses terjadinya.
Diskusikan kebutuhan pasien Jelaskan cara-cara merawat. Tidak disangkal,
3.
yang tidak terpenuhi tidak diikuti/diterima (netral)
Masukkan pada jadwal kegiatan
4.
pemenuhan kebutuhan
SPIIP SPIIK
Evaluasi jadwal kegiatan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
1. pemenuhan kebutuhan pasien membimbing pasien memenuhi kebutuhannya.
dan berikan pujian Beri pujian
Diskusikan kemampuan yang
2. Latih cara memenuhi kebutuhan pasien
dimiliki
Latih kemampuan yang dipilih. Latih cara melatih kemampuan yang dimiliki
3.
Berikan pujian pasien
Masukkan pada jawal
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4 pemenuhan kebutuhan dan
memberi pujian
kegiatan yang telah dilatih
SPIIIP SPIIIK
Evaluasi kegiatan keluarga dalam
Evaluasi jadwal kegiatan harian
membimbing memenuhi kebutuhan pasien dan
1. pasien, kegiatan yang dilakukan
membimbing pasien melaksanakan kegiatan
pasien dan berikan pujian
yang telah dilatih. Beri pujian
Jelaskan tentang obat yang
diminum (6 benar : jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, Jelaskan obat yang diminum pasien dan cara
2.
kopntuinitas minum obat) dan membimbingnya
tanyakan manfaat yang
dirasakan pasien
Masukkan pada jadwal
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
3. pemenuhan kebutuhan, kegiatan
berikan pujian
yang telah dilatih dan obat
SPIV P SPIVK
1 Evaluasi kegiatan pemenuhan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan pasien, kegiatan yang membimbing memenuhi kebutuhan pasien,
telah dilatih dan minum obat membimbing pasien melaksanakan kegiatan
berikan pujian yang telah dilatih dan minum obat. Berikan
pujian
2 Diskusikan kebutuhan lain dan Jelaskan Follow Up ke RSJ/PKM, tanda
cara memenuhinya kambuh, rujukan
3 Diskusikan kemampuan yang
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
dimiliki dan memilih yang akan
memberikan pujian
dilatih. Kemudian latih
4 Masukkan pada jadwal
pemenuhan kebutuhan kegiatan
yang telah dilatih, minum obat
SP V P SP V K
Evaluasi kegiatan pemenuhan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan, kegiatan yang dilatih membimbing memenuhi kebutuhan pasien,
1
dan minum obat, beri pujian membimbing pasien melaksanakan kegiatan
yang telah dilatih, minum obat berikan pujian
Nilai kemampuan yang telah
2 Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
mandiri
Nilai apakah frekuensi
Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol
3 munculnya waham berkurang
ke RSJ/PKM
apakah waham terkontrol

4. Tindakan Keperawatan Klien Gangguang Proses Pikir : Waham


Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan
Dx Keperawatan Tindakan Keperawatan
(Umum dan Khusus)
1 Gangguan isi Setelah dilakukan 1. Melakukan SP I pasien
pikir berhubungan tindakan keperawatan a. Membina hubungan saling
dengan waham. selama 3x30 menit percaya
diharapkan klien tidak b. Membantu orientasi realita
mengalami gangguan c. Mengidentifikasi kebutuhan
isi pikir dengan kriteria yang tidak terpenuhi dan cara
hasil : memenuhi kebutuhan
1. Klien dapat d. Membanatu klienmemenuhi
berorientasi kepada kebutuhan yang tidak
realitas secara terpenuhi
bertahap e. Menganjurkan klien
2. Klien dapat memasukkan dalam jadwal
memenuhi harian
kebutuhaln dasar 2. Melakukan SP II pasien
3. Klien mampu a. Mengevaluasi jadwal
berinteraksi dengan kegiatan harian klien
orang lain dan b. Berdiskusi tentang
lingkungan kemampuan yang dimiliki
4. Pasien c. Melatih kemampuan yang
menggunakan obat dimiliki
dengan prinsip 5
benar 3. Melakukan SP III pasien
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
b. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
c. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
4. Melakukan SP I keluarga
a. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat klien
b. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala waham, dan
jenis waham yang dialami
klien beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara
merawat klien waham
5. Melakukan SP II keluarga
a. Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat
klien dengan waham
b. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung
kepada pasien waham
6. Melakukan SP III keluarga
a. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat
(discharge planning)
b. Menjelaskan follow up klien
setelah pulang

5. Terapi Modalitas Kelompok


a. Definisi
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien
(modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini
bisa dipakai untuk terapi keperawatan keluarga.
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam
terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.
Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap
permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.

b. Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas


Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas
1. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia
2. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi( respon yang baru )
3. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-
faktor yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga
reaksi indv tersebut dapat diprediksi ( reward dan punishment )
4. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang
dan menghambat perilaku individu dalam kelompok social
5. Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan
sosial ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistic

c. Tahapan Terapi Modalitas


Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase
orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam
interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara
mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal
pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok.
Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja. Di fase kerja terapis membantu
klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan here and now.
Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok melakukan kegiatan
yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi.
Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama
kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku
dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah
target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase
terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan
dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong
anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi
terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong
agar anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin
terjadi di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.

Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
StrategiPelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosa
Keperawatan Jiwa Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC.

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th


ed.).St.Louis Mosby Year Book.

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai