Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUANLUKA BAKAR

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih aman
(Soetomo, 2001 dalam Padila, 2018).
Luka bakar adalah bentuk trauma yang terjadisebagai akibat dari aktivitas
manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident¸maupun bencana alam
(Krisantiet all, 2016).
2. Etiologi
Menurut padila (2018), penyebab luka bakar yaitu :
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
1) Gas
2) Cairan
3) Bahan padat (solid)
b. Luka bakar bahan kimia
c. Luka bakar sengatan listrik
d. Luka bakar radiasi
Klasifikasi luka bakarmenurutpadila (2016), yaitu :
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan Jilatan api, sinar Keringat tidak ada Bertambah Nyeri
parsial ultra violet gelembung. Edema merah
superfisial (terbakar oleh minimal atau tidak
(tingkat I) matahari). ada. Pucat bila ditekan
dengan ujung jar,
berisi kembali bila
tekanan dilepas.
Lebih dalam Kontak dengan Blister besar dan Berbintik- Sangat
dari ketebalan bahan air atau lembab yang bntik yang nyeri
partial (tingkat bahan padat. ukurannya bertambah kurang
II) : Jilatan api besar. Pucat bial jelas, putih
a. Superfisial kepada ditekan dengan ujung coklat,
b. Dalam pakaiyan. Jilatan jari, bila tekanan pink,
langsung dilepas berisi kembali. daerah
kimiawi. Sinar merah
ultra violet. coklat.
Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih,
sepenuhnya bahan cair atau mengelupas. Pembulu kering,
(tingkat III padat, nyala api, darah seperti arang hitam,
kimia. Kontak dibawah kulit yang cokelat
dengan arus mengelupas. tua, hitam
listrik. Gelembunng jarang dan
didindingnya sangat merah.
tipis, tidak membesar.
Tidak pucat bila
ditekan.

Luas luka bakar menurutWalance membai tubuh atas 9 % atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan nama rule of nine atau rule wallnce yaitu :
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18 : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
3. Patofisiologi
Menurut Wijaya dan Putri (2013), Luka bakar disebabkan oleh perpindahan
energi dari sumber panas ketubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui
konduksi atau radiasi elektromagneetik. Luka bakar dikategorikan sebagai luka
bbakar dermal, radiasi atau kimiawi, kulit dengan mengalami lukabakar akan
kerusakan epidermis, dermis, maupun jaringan sub kutan tergantung faktor penyebab
dan lamanya kulitkontak dengan sumber panas.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembulu darah sehingga
air, natrium, klorida, dan protein keluar dari dalam sel dan menyebabkan terjadinya
edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokosentrasi.
Cedera panas menghasilkan efek lokal dan efek sistemik yang berkaitan
dengan luasnya dekstruki jaringan. Pada luka bakar suferfisial, kerusakan jaringan
minimal, pada luka bakar ketebalan/sebaaagian terjadi edema dan kerusakan kapiler
yang lebih parah. Dengan luka mayor lebihdari 30% TBSA, terdapat terdapat respon
sistemik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, yang memungkinkan
protein plasm, cairan dan elektrolit hilang. Pembentukan edema maksimal pad luka
kecilterjadi sekitar 8 sampai 12 jamsetelah cedera. Setelah yang lebih besar,
hipovolemia, yang dikaitkan dengan penomena tersebut, akan membetulkan laju
pembentukan edema, dengan efek maksimum terjadi pada 18 sapai 24 jam.
Respon sistemik lainnya adalah anemia, yang dihancurkan oleh sel dalah merah
secara lansung oleh panas, hemolisis sel darah merah yang cedera, dan terjebaknya
sel darah merah dalam trombi mikrovaskuler sel-sel yang rusak. Penurunan jumlah
sel-sel darah merah dalam jangka panjang dapat mengakibatkan pengurangan masa
hidup sel darah merah. Pada awalnya terdapat peningkatan aliran darah kejantung,
otak dan ginjal dengan penurunan aliran darah ke saluran gastrotestinal. Terdapat
peningkatan netabolisme untuk mempertahankan panas tubuh, yang disediakan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan energi tubuh.
Fisiologi syok pda luka baar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kaplier
secara massive dan berpengaruh dalam sistem vaskuler karena hilangnya atau
rusaknya pembulu darah, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilangnya
compartement intravasuler kedalam jaringan intertisial. Eritrosit dan leukosit tetap
dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan
dapat menyebabkan peningkatakan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan
hilang melalui evapoasi sehingga terjadi kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan tubuh akan mengadakan
respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrotesninnal yang mana dapat
teerjadi ilus paralitik, tacykardia dan thacipnea merupakan kompensasi untuk
menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap
injuri jaringan dan perubahan sisten. Kemudian perfusi pada ginjal, dan terjadi
vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi golmelurus dan oliguria.
Respon luka bakar akan meningkatkan aliran darah keorgan vital dan
menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital. Respon metabolik
pada luka bakar adalah hipermmetabolisme yang merupakan hasil dari peningkatan
sejumlah energi, peningkatan katekolamin ; dimana terjadi penigkatan temperatur
dan metabolisme, hiperglikemia karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk
kebutuhanmetabolik yang untuk kemudian terjadi penipisan glukosa.
Ketidakseimbangan nitrogen olehstatus hipermetabolisme dan injuri jaringa.
Kerusakan pada sel darah merah hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian
akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi. Pertumbua dapat
terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terpokus pada penyembuhan
jaringan yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya peningkatakan permeaabilitas kapiler dan
pada saat yang sama vasodilatasi yang menyebabkan peningkatakan hidostatik dalam
kapiler. Terjadi pertukran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan intertisial
dimana secara khusus natrium masuk dalam sel dan kalium keluar dalam sel. Dengan
demikian mengakbatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler.

4. Maisfestasin Klinik
Menurut Wijaya dan Putri (2013), tanda dan gejala luka bakar yaitu
a. Cedera inalasi
Cedera biasanya timbul dalam 24-48 jam pertama pasca luka baka. Jika luka
bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakan pada tempat yang
terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan tanda-tanda sebagai
berikut :
1) Keracunan karbonmonoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit warna merah betanya
cheery hampir tidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Maisfestasi
susunan sistem saraf pusat darii sakit kepala sampai koma hingga kematian.
2) Distress pernapasan
Penurunan oksigenasi akibat aterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan
syok. Penyebab distres adalh pernapasan edema laring aatau spasme dan
akumuasi lendir. Adapun tenda-tanda distres pernapasan yatu serak,
ngilerdan ketidakmampuan menangani sekresi.
3) Cedera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan pnemonitis
kimiawi. Pohon oulmonal teriritasi pada 24 jam pertama. Edema pulmonal
adalah pernapasan cepat dan sulit, krekles, stridor dan batuk pendek.
b. Hematologi
Hematokrit meingkat sekunder mengalami kebocoran dan kehilangan volume
plasma disirkulasi. Menurunnya darah putih dan trombosit serta meningkatnya
leukosit.
c. Elektrolit
Menunurunnya kalium dan meningkatnya natrium, klorida serta BUN.
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Wijaya dan Putri (2013), pemeriksaan penunjang luka bakar yaitu :

a. Hitung darah lengkap


1) Meningkatnya hematokrit karena hemokosentrasi
2) Penurunan hematokrit karena kerusakan endotelium
b. Peningkatan jumlah sel darah putih, karena sel pada sisi luka dan respon
peradangan.
c. Analisa gas darah, penurunan PO2/ peningkatan PCO2pada retensi CO
asidosisdapat terjadi pnurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme
kompensasi.
d. Karboksiihemoglobin
e. > 75 %, inddikasi karacunan CO (carbonmonoksida)
f. Elektrolit serum, peningkatan kalium diawali karena cedera jaringan kerusakan
eritrosit dan penurunan fungsi ginjal.
g. Peningkatan BUN
h. Peningkatan natrium
i. Peningkatan klorida
j. Mioglubinuria
6. Penatalaksanaan Luka Bakar
Menurut Wijaya dan Putri (2013), penetalaksanaan luka bakar yaitu :
a. Fase resusitasi (48 jam)
1) Memerlukan penganan yang cepatdan tepat sesuai kondisi
2) Pemberian terapi cairan yang sesuai dengan kebutuhan pada penentuan
ketat penatalaksanaan fase resusitasi.
b. Fase akut (>48 jam)
1) Mulaiada diuresis
2) Terjadinya perpindahan cairan dari intertisial dan diteruskan melalui daerah
luka bakar.
3) Biasanya dilakukan skin graft untuk luas dan dalam

c. Fase rehabilittasi
Luka sembuh-pengembalian fungsi tubuh, pad fase ini peranan fisioteerai
sangat besar.
Rehirasi cairan atau perhitungan pergantian cairanluka bakar :
a. Rumus kosesus
Larutan RL : 2-4 x Kg BB x LLB %.
Separuh diberikan 8 jam pertama, sisanya untuk 16 jam selanjutnya.
b. Rumus baxter
4 ml x BB Kg x LLB %
Hari 1 : diberikan 8 jam pertama ; separuh 16 jam selanjutnya
Hari 2 ; ditambahkan cairan koloid
c. Rumus dalam pemberian cairan
1) Jumlah cairan x faktor tetesan
= 8 jam pertama
Waktu pemberian x 60 menit 16 jam selanjutnya
7. Penganganan Luka Bakar
Menurut krisanti et all (2015), membagi panganan luka bakar menjadi 2 yaitu :
a. Luka bakar fase pra rumah sakit
1) Pada penderita ditemukan, biasanya apisudahmati, tapi penderrita masih
dalam keadaan terbakar, maka dilakukakan dengan cara :
a) Menyiram dengan air banyak apabila disebabkan oleh api, bensin atau
minyak.
b) Mengulingkan penderita, kalaw bisa dalam selimut basa.
2) Hentikan proses luka bakar
Luka bakar mengalami pendalaman, walaupun api sudah mati, luka dapat
disiraaam dengan air besih, untuk pendinginan.
3) Perhatikan aiway / jalan napas
4) Breating/pernpasan pasien
5) Circulation
b. Penanganan luka bakar di Unit Gawat Darurat
Tindakan yang harus diberikan terhadap pasien pada 24 jam pertama yaitu :
1) Penilaiyan tentang A : Airway, B: Breating, C: Circulating
2) Penilaiyan luas dan kedalaman luka bakar
3) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara
4) Kaji adanya edema pada saluran pernapasan
5) Kaji adanya faktor pemberat dalam luka bakar
6) Pasang IVFD (IV Line) apabila luka bakar lebih dari 20 % (derajat II dan
III)
7) Pasang kateter urin
8) Pemasangan NGT
9) Pemberian terapi O2
10) Pemeriksaan lab (HB, HT, Trombosit, protein, ureum dan kreatinin,
elektrolit, gula darah, analisa gas darah, tes fungsi hati).
11) Cuci luka dengan cairan savlon 1 % (savlon:NaCL = 1 : 100)
12) Biarkan luka melepuh utuh
13) Selimuti pasien dengan selimut steril
14) Pemberian obat-obatan (antasida, roborantia meliputi vit. C dan Vit. A,
analgetik dan antibiotik)
15) Mobilisasi secara dini
16) Pengaturan posisi
8. Perawatan Luka Bakar
Menurut wijaya dan putri (2013), penatalaksanaan luka bakar memerlukan :
a. Hidroterapi setiap hari dan tekhnik dengan debridement
b. Mempertahankan nutrisi yang adekuat
c. Mencegah hipotermia
d. Mengendalikan nyeri
e. Mempertahankan mobilitas sendi
f. Patuh teerhadap prosedur-prosedurpengendalian infeksi
g. Pengkajian dan pemantauwan yang tajam teerhadap luka.
9. Komplikasi
Menurut wijaya dan putri (2013), komplikasi yang dapat yang biasanaya terjadi
pada luka bakar yaitu :
a. Curling ulkes /dekubitus
b. Sepsis
c. Pnemonia
d. Gagal ginjal akut
e. Deformitas
f. Kontraktur dan hipertropi jaringan perut
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Menurut padila (2018), konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa intervensi, implementasi, dn evaluasi pada luka bakar yaitu sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak, pada
daerah yang sakit ; gangguan massa otot , perubahan tonus.
b. Sirkulasi
Tanda (dengan cederaluka bakar lebih dari 20 % APTT) : hipotensi (syok) ;
penurunan nadi perifer distal pada ekremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik) ;
pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego
Gejala : masalah tetang keluarga, pekerjaan, keuangan, dan kecatatan.
Tanda : ansietas menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, dan
marah..
d. Eliminasi
Tanda : haluaran urin menurun/ tidak selama fase darurat ; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin ; mengindikasikan kerusakan otot
dalam ; diuresis(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan kedalam
sirkulas, penurunan bising usus/tidak ada ; khususnya luka baar khuntaneus
lebih besar dari 20% sebagai stress penurunanmotilitas/paristaltik gastrik.
e. Makanan dan cairan
Tanda : edema jaringan umum; anoreksia ; mual / mutah
f. Neurosensorik
Gejala : area batas kesemutan.
Tanda : perubahan orientasi ; efek, perilaku; penurunan reflek tendon dalam
(RTD) pada cedera ekremitas aktivitas kejang (syok listrik) ; laselerasi
korneal; kerusakan kornea; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptru membran timpanik (syok lisrik); paralis (cedera listrik ada aliran
saraf)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : berbagai nyeri ; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
ensitif untuk disentuhi ; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakr ketebalan sedang derajat dua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernapasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi
Tanda : serak; batuk mengii; partikel karbon dala sputum;ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembagna torak munkin terbatas pada adanya luka bakar pada lingkar
dada; jalan napas atau stridor/ mengii (obtruksi sehubungan laringospasme,
edema laringeal); bunyi napas: gemericik (edema paru); stridor (edema
laringeal); sekret jalan napas dalam (ronkhi).
i. Keamanan
Tanda : kulit umum : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan prosses trombus mikrovaskuler
padabeberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan status/syok.
Cedera api: terdapat area campuran dalam sehubungan dengan variase
intesitas panas yang dihasilkan bekuan teerbakar. Bulu hidung koson;
mukosa hidung dan mulut kering; lepuh paring posterior ; edema lingkar
mulut danlingkar nasal.
Cedera kimia : tampak uka bervariasi sesuai dengan penyabab, kulit
mungkin agak cokelat kekuningan dengan tekstur sepertikulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrois; aau jaringan paru teebal.
Cedera listrik: cedera kontaneus eksternal biasanya lebih sedikit dibawah
nekrosis. Penampilan luka berfariasi dapat meliputi luka aliran masuk
keluar (ekxplosif) dan bisa adanya fraktur dislokasi.
2. Pathway
Luka bakar suhu tinggi (Gas, Cairan dan Bahan padat) merusak jariangan
Luka bakar bahan kimia pada kulit
Luka bakar sengatan listrik
Luka bakar radiasi kerusakan kulit
Derajat 1, 2 dan 3

timbul nyeri merusak pembulu darah tempat insif kuman

Nyeri ditangkappreseptor nyeri aliran darah kejaringan terganggu RESIKO INFEKSI

(Hipotalamus)
Kehilangan darah/cairan dan elektrolit
Timbul reseptor nyeri dalam tubuh

NYERI AKUT Resiko syok KERUSAKAN


INTEGRITAS KULIT

HIPOVOLEMIA
Mengenai pada bagian dada
(Luka bakar Derajat 3)

Menyebakan luka

Invasif kuma pada pernapasan


Terutama pada aveoli

Manganggu pertukaran gas meingkatkan CO2 dalam tubuh


merespon secret meningkat
GANGGUAN PERTUKARAN
GAS BERSIHAN JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF
3. Diagnosa
a. Besihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial; edema mukosa hilangnya kerja silia.
b. Hipovolemia berhubungan dengan cairan rute abnorma. Peningkatan
kebutuhan : status hipermetabolik, ketidakcukupan pemasukan. Kehilangan
pendarahan.
c. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan cedrea inhalasi asap atau
sindrom compartemment torakal sekunder teerhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher.
d. Resiko infeksi berhubungan oertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlindungan kulit; jaringan traumatik.
e. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit/jarinngan pembentukan
edema. Manipulasi jaringan cedera contoh debridement luka.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma dan kerusakan
permukaan kullit.

4. Rencana intervensi

Diagnosa Rencana keperawatan


keperawatan Tujuan dan krteria hasil intervensi
1. bersihan jalan Bersihan jalan napas 1. Observasi suara paru,
napas tidak tetapefektif. perhatikan stridor,
efektif Kriteri hasil : mengi/gemericik,
1. Bunyi napas normal penurunan bunyi napas,
2. RR dalam batas normal batuk reja
3. Bebas dipneu/cianosis 2. Mengatur posisi pasien
3. Istirahat yang cukup
4. Kolaborasi perberian O2
, nebulizer, obat dan
suction.
2. Hipovolemia Pasien dapat 1. Observasi tanda-tanda
mendemostransikan status vital, CVP, perhatikan
cairan dan biokimia kapiler dan kekuatan
membaik nadi perifer.
Kriteria Hasil : 2. Perkirakan drainase
1. Tidak ada tanda luka dan perkiraan yang
dehidrasi, resolusi tampak
edema, elektrolit serum 3. Tenang perubahan
dalam batas normal, mental
haluaran urin diatas 30 4. Kolaorasi :
ml/jam. a. Pemasangan kateter
b. Pemberian cairan
dan jumlah
cairanyang akan
diberikan
c. Kolaborasi
pemberian obat
3. Gangguan Pasien dapat 1. Pantau GDA dan kadar
pertukaran gas mendemonstrasikan oksigen karbon monoksida
adekuat. serum
Kriteria hasil: 2. Atur posisi pasien
1. RR dalam batas nomal 3. Anjurkan relaksasi
2. Warna kulit normal napas dalam
3. GDA dalam rentang 4. Kolaborasi pemberian
nomal o2 pada ketentuan yang
4. Bunyi napas bersih ditentukan
5. Tidakada kesulitan
bernapaas
5. Resikoinfeksi Pasien bebas dari infeksi 1. Observasi penampilan
Kriteria Hasil luka
1. Tidak ada demam, 2. Bersihkan area luka
2. pembentukan jaringan bakar setia hari dan
granula baik. lepaskan jaringan
nekrosis(debridemen)
6. Nyeri akut Pasien dapat 1. Melakukakan
mendemonstrasikan hilang pengkajian nyer secara
dari ketidaknyamanan komperhensif, lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
1. Menyangkal nyeri frekuensi, dan kulitas
2. Melaporkan perasaan nyeri.
nyaman 2. Mengatur posisi pasien
3. Ekspresi wajah dan 3. Ajarkan teknik relaksasi
postur tubuh rileks napas dalam
4. Kolaborasi pemberian
obat analgetik.
7. Kerusakan Menunjukkan regenrasi 1. Kaji/catat ukuran luka,
integritas jaringan warna, kedalaman luka,
kulit Kriteria hasil : perhatikan jaringan
1. Penyembuhan tepat, nekrotik, daan kondisi
waktu pada area luka sekitar luka.
bakar 2. Mengatur posisi pasien
3. Lakukan perawatan
luka
4. Kolaborasi :
a. Prosedur bedah
b. Balutan biologis
DAFTAR PUSTAKA

Padila . 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogjakarta : Nuha Medika

Krisyantiet all. 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta Timur : Cv.
Trans Info Media

Wijaya dan Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogjakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai