KONSEP DASAR
COMBUSTIO (LUKA BAKAR)
A. Pengertian
Combustio atau luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi juga
oleh sebab kontak dengan suhu rendah (Wijaya & Putri, 2013).
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas (thermal), bahan kimia, elektrik dan radiasi (Wijaya & Putri , 2013).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam ( Wijaya & Putri, 2013).
B. Etiologi
1. Luka bakar thermal
Agen pecedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek
panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera
terbakar, kontak, dan kobaran api)
2. Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirimah merupakan
insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering
memasukkan benda konduktif kedalam colokan listrik, menggigit dan
menghisap kabel listrik yang tersambung.
Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan poporsi panas untuk
tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan
tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan besar). Dasar cidera menjadi
lebih berat dari cidera yang terlihat.
3. Luka bakar kimia
Terjadi dari kandungan agen pencedera, serta konsentrasui dan suhu agen.
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radio aktif dosis tinggi.
8
10
serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik
awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika
akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan,
natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruangan interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan
dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan
melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi
denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan
curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga
36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8
jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon
11
koagulasi
yang
mencakup
trombositopenia
dan
masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka
bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat
dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen
serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat
pasien luka bakar beresiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama
pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam
berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
E. Pathway
Gambar 2.1
12
Luka Bakar
di ruang tertutup
Hipoksia otak
Jalan
nafas
tidak
efektif
Psikologis
kerusakan kulit
Cairan Intravaskuler
Menurun
Resti
Hipovolemia & hemokonsentrasia
infeksi
Gangguan sirkulasi makro
Kurang
pengetahua
n
Nyeri
gangguan sirkulasi
selular
Kekuranga
n volume
cairan
Ganggua
n perfusi
jaringan
gangguan perfusi
Perubahan
nutrisi
Glukoneugenesis, glukogenolisis
(NANDA, 2013)
F. Manifestasi Klinis Dan Temuan Diagnostik
1. Cidera inhalasi
Cidera inhalasi biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca
luka bakar, jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar
pada tempat yang terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Keracunan karbon monoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda
cherry hampir tidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi
susunan syaraf pusat dari sakit kepala sampai koma hingga kematian.
b. Distress pernafasan
13
14
15
Mematikan api
Mendinginkan luka bakar
Melepaskan benda penghalang
Menutup luka bakar
Mengirigasi luka bakar
16
dan
mendekati
17
18
19
20
21
4) Kurang
volume
peningkatan
cairan
berhubungan
permeabilitas
dengan
kehilangan
akibat
keseimbangan
labolatorium
serum,
magnesium)
Rasional
protein
untuk
serum,
fosfor,
dan
mengidentifikasi
ketidakseimbanga
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan katabolisme dan metabolisme,
kehilangan selera makan
Intervensi :
a) Sediakan makanan tinggi kalori dan protein
22
untuk
menghindari
intoleransi
makanan.
(Wijaya & Putri, 2013)
23