LUKA BAKAR
Disusun oleh :
LUSIANA ARDILA
14420202157
MAKASSAR
2021
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak
dengan sumber panas, air panas, api, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar
merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar berat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Biaaya yang dibutuhkan untuk penanganannyapun tinggi.
Luka bakar menyebabkan kehilangan integritas kulit dan juga menimbulkan efek
sistemik yng sangat kompleks. Luka biasanya dinyatakan dengan derajat yang dite
tukan oloeh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan
letak. Selain beratnya luka bakar umur dan kedaan kesehatan penderita sebelumnya
merupakan faktor yang sangat mempemgaruhi prognosis. Luka bakar adalah luka
yang disebabkan oleh kontak dengan sushu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan
kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah. Luka bakar dapat
timbul karena kulit terpajang ke suhu tinggi, shok listrik atau bahan kimia [ CITATION
Sri16 \l 1057 ]
B. ETIOLOGI
Api adalah penyebab predominan pada pasien yang masuk pusal luka bakar, sebagian
adalah pasien dewasa. 30% semua luka bakar yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit karena akibat melepuh dari cairan panas. Luka bakar sebagian besar
disebabkan oleh melepuh dan api, tetapi juga bisa disebabkan karena terpanjang
panas, kimia, listrik, dan radiasi, juga karena inhalasi panas atau asap [ CITATION
Kur181 \l 1057 ].
1. Dry heat
Misalnya : jilatan api langsung seperti pada korban kebakaran dan pengeboman
2. Moist heat
3. Benda-benda panas
Misalnya : logam panas, aspal panas bisa menyebabkan luka bakar dalam
4. Kimia
Banyak produk kima yang bisa menyebabkan luka bakar apakah dengan melalui
kontak langsung maupun melalui ingesti. Tingkat keparahan luka bakar oleh
a. Lamanya kontak
e. Contoh bahan kimia yang bisa menyebabkan luka bakar: asam kuat (HCL,
mekrosis koagulasi dan nyeri hebat, sedangkan basah kuat nekrosis likuifaksi,
5. Listrik
Disebabkan oleh sengatan listrik, akibatnya akan sangat serius karena
6. Radiasi
Disebabkan bila terpapar dengan bahan radioktif dalam jumlah yang banyak,
kerusakan kulit yang parah. Derajat keparahan luka bakar akibat radiasi
tergantung dari:
a. Jenis radiasi
c. Lamanya paparan
C. PATOFISIOLOGI
Kulit yang organ terluar tubuh manusia denga luas 0,025M2 pada dewasa. Bila kulit
intertisial sehingga menimbukan udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Kilit terbakar juga berakibat kuranganya cairan intrafaskuler. Bila kulit terbakar 20%
dapat terjadi shok hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin,
berkeringan, nadi kecil, cepat, tekana darah menurun, produksi urin berkurang dan
setelah 8 jam dapat terjadi pembengkakang. Saat pembuluh darah kapiler terpanjang
suhu tinggi, sel darah ikut rusak sehingga berpotensi anemia. Sedangkan bila luka
bakar terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena asap, gas,
atau uap panas yang terhirup oedema laring menyebabkan hambatan jalan napas yang
mengakibatkan sesak napas, takionea, stridor, suara parao, dan dahak berwarna gelap.
Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO2, karena hemoglobin tidak mampu
mengikat O2 ditandai dengan lemas, bingung, pusing, mual, muntah dan berakibat,
bahkan meninggal dunia. Luka bakar yang tidak steril mida terkontaminasi dan
beresiko terkena infeksi kuman gram (+) dan (-) contohnya peseudomonas aeruginosa
ditandai dengan warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Infeksi yang tidak dalam
(non infasif) ditandai dengan keropeng dan nana. Infeksi infasi ditandai dengan
keropeng yang kering dan jaringan mekrotik. Bila luka bakar derajat I dan II sembuh
dapat meninggalkan jaringan parut. Sedangkan pada luka bakar derajat III akan
mengalami kontraktur. Pada luka bakar bverat akan dapat ditemukan ileus paralitik
dan stres pada luka bakar berat ini akan mudah mengalami tukak di mukosa lambung
tukak curling dan apabila itu berlanjut manimbulkan ulkus akibat nekrosis mukosa
lambung. Kecacatan pada luka bakar hebat terutama pada wajah beresiko mengalami
beban jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia. [ CITATION
Zen19 \l 1057 ]
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Grade I
2. Grade II A
3. Grade II B
a. Jaringan rusak sampai dermis dimana hanya kelenjar kering saja yang masih
utuh
4. Grade III
b. Klinis mirip dengan grade II hanya kulit berwarna hitam atau kecoklatan
F. KOPLIKASI
Komplikasi yang sering dialami oleh klien luka bakar yang luas antara lain:
1. Burn shock (shock hiponolemik)
Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka bakar
2. Sepsis
Jika infeksi ini telah menyebar ke pembulu darah, dapat mengakibatkan sepsis.
3. Peumonia
Dapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi sehingga rongga
Kondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal
Merupakan komplikasi kuloit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang
6. Kontraktur
7. Dekubitus
Terjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
inflamasi
3. GDA (gas darah arteri) : untuk mengetahui adanuya kecurigaan cedera inhalasi.
4. Elektrolik serum : kaliun dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konserfasi ginjal dan hipokalemi
8. Albumin serum : untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
10. Lop aliran volume : memberikan pengkajian non infasi terhadap atau luasnya
cedera
12. Foto grafi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
H. PENATALAKSANAAN
2. Pembedahan : dilakukan pada luka bakar yang luas dengan melakukan eksisi
untuk merangsang pertumbuhan jaringan baru atau juga dengan melakukan skin
grafiting. Pada luka bakar dengan derajat kedalaman IV dimana jaringan kulit dan
lebih besar.
Dewasa : baxter
RL 4 cc x % LB/24 jam
RL : dextran = 17:3
2cc x BB x % LB
Kebutuhan faal :
Hari kedua :
Dewasa : dextran 500-200 + D5%/albumin
(3-x)x80xBBgr/hr
100
6. Tanda dan gejala antara lain : sianosis, distress pernapasan berat, hipoksia
serebral berat
A. PENGKAJIAN
a. Arway
endotracheal tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah
: terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
b. Breathing
c. Circulation
pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolemik karena kebocoran
2. Pengkajian sekunder
a. Tanyakan tentang
1) Penyebab luka bakar ( kimia, termal, listrik)
dari waktu cidera luka bakar, bahkan dari waktu tibanya luka bakar,
mengandung sulfa
b. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istrahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri
8. Pernapasan
B. DIAGNOSA
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. gangguan pertukaran gas b/d obstruksi trakheobronkinal, edema mukosa,
intervensi
pernapasan
c. anjurkan untuk tinggikan kepala tempat tidur dan hindari penggunaan bantal
Rasional
c. membantu pernapasan
Intervensi
Rasional
infeksi/kegagalan kulit
d. untuk penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap
ditanam
Intervensi
b. monitot ttv
c. buat kondisi balutan dalam keadaan bersih lakukan perawatan steril setiap hari
Rasional
diharapkan
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa Implementasi
DX I 1. Mengobservasi tanda-tanda distress napas, bunyi, frekuensi, irama dan
kedalaman pernapasan
diindikasikan
2. Memonitot ttv
3. Membuat kondisi balutan dalam keadaan bersih lakukan perawatan steril
setiap hari
E. EVALUASI
Setelah tahap implementasi maka tahap selanjuynta adalah evaluasi, dimana ditahap
Ine20 \l 1057 ].
I. PATHWAY
1. Resiko infeksi
KERUSAKAN
2. Kerusakan integritas
MUKOSA
kulit
EDEMA
LARING
OBSTRUKSI
JALAN NAPAS
GAGAL NAPAS
Gangguan
pertukaran gas
DAFTAR PUSTAKA
References
Kurniati, A., Trisyani, Y., & Theresia, M. S. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana .
Sri. (2016, Februari 19). Laporan Luka bakar. Retrieved from SCRIBD web site: id.scridb.com/doc/2997
Zen , S. (2019). Menagatasi Luka Gores Atau Luka Bakar. Yogyakarta : CV alfa media .