Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT SISTEM


INTEGUMEN DENGAN KLIEN
KOMBUSTIO

ELDESSA VAVA RILLA., S. Kep., Ners.,M. kep


STIKes Karsa Husada Garut
PENGERTIAN
 Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan
panas (api, cairan dan panas, listrik dan listrik) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
 Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung
faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber
panas atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan
mempengaruhi kerusakan atau gangguan integritas kulit
dan kematian sel-sel.
 Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka
bekas dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas
(misal : suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar,
sumber panas, api, air panas, minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi,
kondisi ruangan saat terjadi, kebakaran, ruangan yang tertutup.
 Faktor-faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
 Keluasan luka bakar.
 Kedalaman luka bakar
 Umur pasien
 Agen penyebab
 Fraktur atau luka-luka lain yang menyerupai
 Penyakit yang dialami terdahulu seperti : diabetes, jantung, ginjal dan lain-
lain
 Obesitas
 Adanya trauma inhalasi
ETIOLOGI
 Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
 Gas
 Cairan
 Bahan padat (Solid)
 Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
 Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

 Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)


FASE LUKA BAKAR
Fase – fase luka bakar (Guyton & Hall, 1997) yaitu :
 1.  Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan
 Mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing

(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan


airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
 Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada

fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan


cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2.  Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber
panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ
fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
3.  Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul
pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

Ketebalan partial Jilatan api, sinar Kering tidak ada Bertambah merah Nyeri
superfisial (tingkat I) ultraviolet (terbakar gelembung, edema
oleh matahari) minimal atau tidak
ada, pucat bila
ditekan dengan
ujung jari, berisi
kembali bila
tekanan dilepas
Lebih dalam dari Kontak dengan Blister besar dan Berbintik – bintik Sangat nyeri
partial (tingkat II) bahan air atau lembab yang yang kurang jelas,
-        Superfisial bahan padat. ukurannya putih, coklat, pink,
-         Dalam Jilatan api kepada bertambah besar. daerah merah
pakaian. Jilatan Pucat bila ditekan coklat
langsung kimiawi, dengan ujung jari,
sinar ultraviolet bila tekanan dilepas
berisi kembali

Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih, kering, hitam, Tidak sakit, sedikit
sepenuhnya bahan cair atau yang mengelupas. coklat tua,  hitam, sakit, rambut
padat. Nyala api, Pembuluh darah merah mudah lepas bila
kimia, kontak seperti arang dicabut
dengan arus listrik terlihat dibawah
kulit yang
mengelupas.
Gelembung jarang,
dindingnya sangat
tipis, tidak
membesar, tidak
pucat bila ditekan
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
LUAS LUKA BAKAR
 Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau
kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine
atua rule of wallace yaitu:
 Kepala dan leher : 9%
 Lengan masing-masing 9% : 18%
 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
 Tungkai maisng-masing 18% : 36%
 Genetalia/perineum : 1%
BERAT DAN RINGANNYA LUKA BAKAR

 Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus


dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
 Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan
tubuh.
 Kedalaman luka bakar
 Anatomi lokasi luka bakar
 Umur klien
 Riwayat pengobatan yang lalu.
 Trauma yang menyertai atau bersamaan.
 American college of surgeon membagi dalam:
 A. Parah – critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft
tissue yang luas.
 B. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
 C. Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%
PATOFISIOLOGI
PERUBAHAN FISIOLOGI LUKA BAKAR

Perubahan Tingkatan hipovolemik( s/d 48-72 jam Tingkatan diuretik(12 jam – 18/24 jam
pertama) pertama)

Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari

Pergeseran cairan Vaskuler ke insterstitial. Hemokonsentrasi Interstitial ke vaskuler. Hemodilusi.


ekstraseluler. oedem pada lokasi luka
bakar.
Fungsi renal. Aliran darah renal Oliguri. Peningkatan aliran Diuresis.
berkurang karena darah renal karena
desakan darah turun desakan darah
dan CO berkurang. meningkat.

Kadar sodium/natrium. Na+ direabsorbsi oleh Defisit sodium. Kehilangan Na+melalui Defisit sodium.
ginjal, tapi kehilangan diuresis (normal
Na+melalui eksudat dan kembali setelah 1
tertahan dalam cairan minggu).
oedem.
Kadar protein. Kehilangan protein ke Hipoproteinemia. Kehilangan protein Hipoproteinemia.
dalam jaringan akibat waktu berlangsung
kenaikan terus katabolisme.
permeabilitas.

Keseimbangan Katabolisme jaringan, Keseimbangan Katabolisme jaringan, Keseimbangan


nitrogen. kehilangan protein nitrogen negatif. kehilangan protein, nitrogen negatif.
dalam jaringan, lebih immobilitas.
banyak kehilangan dari
masukan.

Keseimbnagan asam Metabolisme anaerob Asidosis metabolik. Kehilangan sodium Asidosis metabolik.
basa. karena perfusi jarinagn bicarbonas melalui
berkurang peningkatan diuresis,
asam dari produk hipermetabolisme
akhir, fungsi renal disertai peningkatan
berkurang produk akhir
(menyebabkan retensi metabolisme.
produk akhir tertahan),
kehilangan bikarbonas
serum.

Respon stres. Terjadi karena trauma, Aliran darah renal Terjadi karena sifat Stres karena luka.
peningkatan produksi berkurang. cidera berlangsung
cortison. lama dan terancam
psikologi pribadi.
Eritrosit Terjadi karena Luka bakar Tidak terjadi Hemokonsentra
panas, pecah termal. pada hari-hari si.
menjadi fragil. pertama.

Lambung. Curling ulcer Rangsangan Akut dilatasi dan Peningkatan


(ulkus pada central di paralise usus. jumlah cortison.
gaster), hipotalamus dan
perdarahan peingkatan
lambung, nyeri. jumlah cortison.

Jantung. MDF meningkat Disfungsi Peningkatan zat CO menurun.


2x lipat, jantung. MDF (miokard
merupakan depresant
glikoprotein factor) sampai
yang toxic yang 26 unit,
dihasilkan oleh bertanggung
kulit yang jawab terhadap
terbakar. syok spetic.
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
 Luka bakar grade II:

 Dewasa > 20%


 Anak/orang tua > 15%
 Luka bakar grade III.
 Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

 Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a) Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à
iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
2) Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler
pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok à
ATN à gagal ginjal.
 B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan à Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:


RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.

Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya.
 Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
 D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) +
buang jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
 F. Obat – obatan:
o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang <
6 jam sejak kejadian.
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola
kuman dan sesuai hasil kultur.
o Analgetik : kuat (morfin, petidine)
o Antasida : kalau perlu
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
 DIWORD

Anda mungkin juga menyukai