Anda di halaman 1dari 4

1.

KONTRAKSI OTOT

Seluruh gerakan yang kita lakukan secara volunter melibatkan otot skelet atau otot lurik. Otot
skelet adalah salah satu dari 3 jenis otot pada tubuh manusia, yang kedua sisanya merupakan otot
polos yang mengatur gerakan involunter dan otot jantung yang mengatur kontraksi jantung.
Hampir semua otot skelet menempel dengan tulang melalui serat-serat kolagen yang padat yang
disebut dengan tendon.

Secara histologis, otot skelet dibungkus oleh epimisium, dan terdiri dari fasikulus-fasikulus yang
dibungkus oleh perimisium. Setiap fasikulus terdiri dari banyak serat otot atau muscle fibre yang
dibungkus oleh sarkolemma, dan di antara serat otot disebut endomisium. Serat otot disebut juga
sebagai sel otot karena memiliki satu nukleus. Serat otot memiliki banyak miofibril yang masing-
masing terdiri dari ratusan miofilamen yang membentuk sarkomer-sarkomer yang merupakan
satuan kontraktil otot.

Protein otot terdiri dari 3 jenis:

Protein struktural
protein yang memberi ketahanan struktur, contoh: titin, nebulin, miomesin
Protein kontraktil
protein yang bergerak menarik satu protein dengan yang lainnya, menyebabkan kontraksi otot.
Hanya ada dua, yaitu: aktin dan miosin
Protein regulator
Protein yang menerima sinyal berupa ion kalsium untuk meregulasi kontraksi dan relaksasi otot.
Protein regulator ada 4, yaitu:
- Tropomiosin : menutup myosin binding site (selama tidak ada ion Ca yang berikatan dengan
TpC)
- Troponin C (TpC): mengikat ion kalsium
- Troponin I (TpI) : mengikat aktin
- Troponin T (TpT) : mengikat tropomiosin
Mekanisme Kontraksi

Ketika impuls datang, ion kalsium dari ekstraseluler masuk ke dalam ujung akson presynaptic,
menyebabkan vesicle-vesicle yang berisi asetilkolin (ACh) terdorong ke tepi akson sehingga
menyebabkan ACh dilepaskan menuju synapse di antara neuron presynaptic dan neuron
postsynaptic.

ACh yang lepas kemudian berikatan dengan Ligand Gated Sodium Channel(LGSC) pada
sarkolemma. Pintu untuk sodium ini disebut demikian karena membutuhkan ACh yang jika
menempel pada reseptor akan membuka jalan untuk sodium agar dapat masuk ke dalam
sarkoplasma, meneruskan potensial aksi sepanjang sarkolemma.

Asetilkolin dapat berdifusi kembali ke presynaptic terminal atau dipecah oleh


acetylcholinesterase menjadi choline dan acetate. Choline akan berdifusi ke dalam terminal dan
bergabung dengan acetyl CoA untuk membentuk acetylcholine yang baru.
Suatu otot terdiri dari banyak fasikulus-fasikulus, di mana di dalam tiap fasikulus terdapat
banyak muscle fibre. Suatu muscle fibre (sel otot, sehingga memiliki satu nucleus) dibungkus
oleh sarcolemma, di mana di dalamnya terdapat banyak myofibril dengan banyak mitokondria di
sekitarnya. Myofibril terdiri dari ratusan myofilament yang membentuk sarkomer-sarkomer
(actin+myosin). Tiap myofibril juga dibungkus oleh reticulum sacoplasma (RS) yang
mengandung banyak ion Ca yang diikat dalam protein calsequestrin.

Jadi pada sarcolemma terdapat invaginasi ke dalam yang bernama T-tubule (tubulus transversal),
yang berhubungan dengan Sarcoplasma Reticulum. Ketika aksi potensial sampai ke sarcolemma,
aksi potensial itu akan diteruskan ke T-tubule terus hingga ke SR dan menyebabkan channel ion
RyR (ryanodine receptor) terbuka, sehingga ion Ca keluar dari SR menuju tubulus dan terus
hingga ke sarkoplasma. Terdapat pompa aktif yang terus memompa ion Ca dalam
sarkoplasma ke RS yang disebut SERCA.

Cross Bridge Cycle


Dalam sarkoplasma, ion Ca akan ditangkap oleh Troponin C sehingga tropomyosin menjadi
bergeser dan menyebabkan miosin binding site terbuka, myosin menempel pada aktin.
ATP kemudian menempel pada ATP binding site pada myosin menyebabkan myosin sedikit
terlepas dari aktin.
ATP kemudian terhidrolisis menjadi ADP dan fosfat inorganik, menyebabkan myosin menjadi
aktif (tertarik mundur).

Step 1 : Cross bridge cycle dimulai dengan menempelnya myosin yang aktif pada aktin
sehingga fosfat inorganic terlepas dan ikatan menjadi makin kuat (terbentuk cross bridge).
Step 2 : Kemudian ADP terlepas dan menyebabkan myosin bergerak dan menarik aktin (Power
stroke) ke arah tengah sarkomer.
Step 3 : Ketika ATP menempel pada kepala myosin lagi, myosin akan terlepas lagi dan
kembali teraktivasi setelah ATP terhidrolisis. Cross bridge cycle ini akan terus terlulang hingga
impuls berhenti / ATP menjadi sedikit sehingga kanal Ca akan menutup dan ion Ca dipompa
kembali ke RS dengan protein SERCA (Active transport). Ca dalam sitosol akan menghilang dan
tropomyosin kembali menutup myosin binding site dan troponin kembali ke posisi istirahat.
90% Ca++ akan dipompa kembali ke dalam RS, sedangkan 10% sisanya dikeluarkan keluar sel
melalui antiport Na+/Ca++.

Efek Hormon terhadap kontraksi otot


Adrenalin terikat dengan reseptor beta 1sehingga mengaktivasi protein G, kemudian
mengaktivasi enzim adenilat siklase di sisi dalam sarkolema. cAMP dihasilkan, dan
mengaktivasi protein kinase A yang mempengaruhi reseptor RyR, DHP, dan kanal Na sehingga
influx Ca++ dan Na+ ke dalam sel meningkat.
DHP (dihydropiridine) receptor ada terutama pada otot jantung, kanal yang melepaskan Ca
keluar dari RS diinduksi oleh ion Ca itu sendiri. Asetilkolin bekerja kebalikan dengan adrenalin,
dengan menginhibisi protein G sehingga adenilat siklase menurun dan cAMP menurun. Aliran
K+ keluar sel jadi meningkat sehingga terjadi perlambatan dan pelemahan kontraksi otot jantung
(gangguan pada potensial aksi).
Hiperkalemia, menyebabkan K ekstraselluler tinggi. Sehingga ketika terjadi potensial aksi, K
yang masuk jadi lebih banyak dan menyebabkan potensial istirahat makin positif. Akibatnya
potensial aksi akan kurang mengalami depolarisasi.

Anda mungkin juga menyukai