Disusun Oleh :
Rizta Febian Adi E 3334170007
FAKULTAS TEKNIK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
ini:
1. Proses apa yang terjadi saat iron making dan steel making?
2. Limbah apa saja yang dihasilkan selama proses peleburan besi (Fe).
2. Mengetahui jenis limbah apa yang dihasilkan dari proses peleburan besi
(Fe).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Besi
kemapanan suatu bangsa. Lebih dari 80% konstruksi bangunan dan insfrakstruktur
pada dunia industri besi baja Indonesia. Inovasi dapat dilakukan dengan
meciptakan produksi baja yang lebih unggul guna mensejajarkan kualitas produk
dalam negeri dari ancaman produk asing sehingga produsen-produsen besi baja
dalam negeri dapat bersaing. Peran pemerintah untuk menjaga stabilitas produksi
baja nasional yang bersaing dengan produk impor tersurat dalam Peraturan Mentri
Most Favored Nation (MFN) produk baja. Peningakatan bea masuk ini
diharapkan dapat mengurangi kuantitas besi baja asing di Indonesia. Gambar 1.1
meupakan grafik peningkatan kebutuhan besi baja Indonesia yang dilansir oleh
4
Gambar 1.1 Kebutuhan Besi-Baja Indonesia[1]
ini menyebabkan munculnya industri besi baja yang mulai menjamur di Indonesia
pembuatan besi baja. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi besi baja dapat
Dalam proses peleburan tidak lepas dari bahan baku, baik bahan utama
maupun bahan tambahan (additive), yaitu :
5
Bahan baku scrap pada PT. Krakatau Steel diperoleh dari 3 sumber
yaitu :
6
Tabel 2.1 Kategori Scrap
Proses pembuatan Besi umumnya dibagi menjadi dua yaitu jalur yaitu jalur
tidak langsung (indirect reduction) dan jalur langsung (direct reduction). Jalur
tidak langsung salah satunya melalui teknologi SL/RN (Rotary Kiln) dan HYL.
7
1. MIDREX
2. HYLSA
3. SL/RN
Direct Reduction Iron 4. CIRCOFER
5. FINMET
6. CIRCOFER
7. INMETCO
Iron Carbide IRON CARBIDE
1. Blast Furnace
2. MIDREX
3. HYLSA
Commercial
4. COREX
Application
5. SL/RN
6. IRON CARBIDE
7. CIRCOFER.
1. FINMET
Semi-Commercial
2. INMETCO
Berdasarkan Kapasitas Application
3. REDSMELT.
1. AISI
Semi-Trial Testing Of
2. CIRCOFER
Components
3. CIRCORED
1. ECNORED
2. HISMELT
Trial Operation 3. FASTMET/FASTMELT
4. DIOS
5. ROMELT
1. blast furnace
2. COREX
3. MIDREX, HYLSA
Berdasarkan Bahan Lump ore, pellets,
4. SL/RN
Baku bricks, re-circled iron
5. TECNORED
6. FASTMET/FASTMELT
7. REDSMELT
8
8. INMETCO
9. AISI.
1. FINMET
2. CIRCORED
3. CIRCOFER
4. HISMELT
Small-grained ore
5. DIOS
6. ROMELT
7. CCF
8. IRON CARBIDE
1. Blast Furnace
Coke
2. TECNORED
1. COREX
2. TECHNORED
3. SL/RN
4. FASTMET/FASTMELT
Coal 5. REDSMELT
6. INMETCO
7. CIRCOFER
Berdasarkan Agen
8. AISI
Pereduksi
9. CCF.
1. MIDREX
2. HYLSA
Natural gas 3. CIRCORED
4. FINMET
5. IRON CARBIDE.
1. HISMELT
Mixture of coal and
2. DIOS
natural gas
3. ROMELT
1. Blast furnace
Berdasarkan Tipe 2. COREX
Shaft furnace
Smelting Furnace 3. MIDREX
4. HYLSA
9
5. TECHNORED.
1. REDSMELT
Rotary kiln 2. FASTMET/FASTMELT
3. INMETCO
1. FINMET
2. CIRCORED
Fluosolid reactors
3. CIRCOFER
4. IRON CARBIDE
1. HISMELT
2. DIOS
Other 3. ROMELT
4. AISI
5. CCF
Estimasi limbah yang dihasilkan dari pembuatan besi baja PT. Krakatau
Umumnya setiap alur akan menghasilkan produk sampingan yang tidak memiliki
nilai mutu dan jual sehingga terkategorikan sebagai limbah. Berikut ini adalah
alur pembuatan besi baja pada PT. Krakatau Steel (Persero Tbk).
10
Pabrik pengolahan besi adalah pabrik yang difungsikan memproduksi besi
dari bahan baku utama berupa iron ore. Produk akhir dari pabrik ini adalah DRI
(Direct Reduction Iron) atau yang lebih dikenal dengan sponge iron dan HBI (Hot
Briquet Iron). Berikut pabrik yang tergolong pengolahan besi :
a. DRP (Direct Reduction Plant)
Pabrik ini beroperasi dengan mengolah iron ore berupa pellet menjadi
sponge iron menggunakan teknologi HYL. Pabrik ini berada Cilegon
Banten besebelahan dengan pabrik peleburan dan pabrik pengerolan.
b. Rotary Kiln (RK)
Pabrik ini beroprasi bekerja sama dengan PT. Antam Tbk untuk
mengeksplor sumber daya lokal berupa bijih besi di Kalimantan.
11
Gambar 2.2 Flow Chart Proses Produksi PT. Krakatau Steel
Pabrik billet baja adalah pabrik yang beroperasi dalam membuat baja
dalam bentuk batangan atau balok yang digunakan sebagai bahan baku dalam
proses pembuatan baja profil, baja tulang beton, dan baja kawat (wire rod). Bahan
baku atau feed pabrik berupa besi spons dari proses direct reduction, besi tua
(scrap), pig iron, HBI dan paduan ferro yang dilebur didalam dapur busur listrik
atau eletric arc furnace yang produknya berupa baja cair. Setelah mencair, baja
dituangkan dalam cetakan atau sebuah mesin pengecoran kontinu ( continuous
casting machine ) yang menghasilkan produk berupa baja billet.
12
Gambar 2.3 Proses Produksi billet baja pada pabrik BSP
13
b. Charging
Proses charging dibagi menjadi 3 bagian yaitu : charging 1, charging 2,
dan continuous feeding. Continous feeding dilakukan setelah kondisi
didalam electric arc furnace sudah 40% lebur.
c. Melting
Bahan baku (scrap dan DRI) yang sudah dimasukan kedalam heart siap
untuk dilebur. Kemudian bagian roof dapur ditutup dan elektroda
diturunkan sampai mendekati scrap. Listrik dialirkan mulai dari tap
terendah, sehingga bunga api listrik (arc) timbul dan menghasilkan
panas. Tap dinaikkan secara bertahap dan baja akan mencair bersamaan
dengan kenaikkan tap. Gambar 2.3
d. Refining
Pada tahapan refaining, terjadi pembentukan foamy slag. Parameter
slag yang bagus bergantung dari viskositas optimum, Kandungan FeO,
Kandungan MgO. Slag adalah arutan oksida yang terdiri dari oksida-
oksida dalam bijih besi (CaO, SiO2, Al2O3, FeO) yang terpisah dari fasa
baja cair selama proses peleburan. Pengaturan basisitas dilakukan
14
dengan menambahkan kapur. Penambahan oksigen akan menyebabkan
terikatnya pengotor pada baja cair dan terbentuknya terak.
e. Pouring
Pouring dilakukan setelah komposisi & temperatur baja cair yang
diinginkan sudah tercapai (1640 °C)
2. Secondary process
Secondary process adalah proses pemurnian baja cair yang dilakukan di
ladle furnace (LF) setelah melewati dapur listrik dan menyediakan bahan baku
baja cair ke mesin pegecoran kontinu (CCM). Gambar 2.7 merupakan alur dari
secondary process pada pabrik BSP.
Tujuan dari proses sekunder di LF pada pabrik BSP adalah sebagai berikut :
a. Mengatur temperatur baja cair yang akurat sebagai bahan baku untuk
pengecoran.
b. Mengatur komposisi akhir baja cair dengan kemampuan koreksi komposisi
sebagai unsur pemadu.
c. Homogenisasi baja cair melalui pengadukan dengan gas.
15
d. Peningkatan kebersihan baja melalui deoksidasi dan desulfurisasi.
e. Bertindak sebagai buffer antara unit peleburan dan unit pengecoran.
f. Meningkatkan fleksibilitas dalam produksi berbagai jenis dan kualitas
baja.
berdasarkan alur proses dan bahan baku yang digunakan. Secara umum limbah
hasil proses pembuatan billet baja ini berbentuk padatan. Hal ini dikarenakan pada
cara, tergantung dari sifat beracun atau tidak, berharga atau tidak dan dapat didaur
ulang atau tidak. Berikut alur proses dan estimasi limbah yang dihasilkan dari
16
CO2
CO2
17
BAB III
PEMBAHASAN
dampak atau efek dari munculnya limbah. Limbah yang dibiarkan tanpa dilakukan
benar seperti :
Debu besi dihasilkan pada saat charging scrap pada bucket sebelum
charging sebelum EAF. Debu dihasilkan dari serpihan scrap pada scrap yard
yang menumpuk. Selain scrap debu besi juga dihasilkan dari iron pellet. Debu
terhirupnya debu pada saat proses sedang berlangsung. Debu besi hasil proses
produksi baja billet pada PT. Krakatau Steel dapat dilakukan proses berikut :
18
Pemanfaatan debu dari limbah proses dilakukan dengan bantuan alat dust
collector . Dust collector merupakan alat yang berfungsi menghisap debu pada
Iron).
yang lebih baik dibandingkan dengan adukan tanpa limbah. Berat isi adukan
bentuk yang lebih baik dibandingkan dengan adukan tanpa debu. Kuat tekan
19
standar ASTM C- 270-2002 pada tipe adukan M yang dapat memikul beban
langsung atau dapat digunakan sebagai perekat pada dinding yang berfungsi
sebagai dinding pemikul dan dapat menyatu secara bersama-sama dengan bagian
peleburan.
dikehendaki.
a) Titik lebur yang rendah dan fluiditas yang tinggi, sehingga mampu
akan selalu berada pada permukaan logam cair dan mampu menyerap
logam cair
20
Parameter terak:
a) Ditentukan oleh komposisi oksida basa (CaO, MgO) dan oksida asam
a) Kekentalan terak
b) Keausan refraktori
c) Kelarutan FeO
bangunan. Hal ini telah diteliti lebih lanjut dan menghasilkan kesimpulan berupa.
Pemeriksaan kuat tekan beton dengan ariasi komposisi split 50 % dengan iron slag
kasar 50 % sebesar 15,58 MPa, komposisi split 25 % dengan iron slag kasar 75 %
sebesar 17,60 MPa dan komposisi split 0 %dengan iron slag 100 % sebesar 20,49
% MPa telah memenuhi persyaratan SNI DT-91-0008- 2007 dimana mutu beton
K-175 harus mencapai kuat tekan sebesar 14,5 Pa. Hal ini dipengaruhi oleh sifat
kimia iron slag yang bersifat sperti C2S (slag semen), sehingga semakin banyak
persentase komposisi iron slag maka semakin besar pula perekat/pengikat material
dalam beton yang dapat meningkatkan interlocking antar material. Hasil uji
porositas diperoleh bahwa porositas terendah adalah 0,74 % yang terjadi pada
21
benda uji dengan subtistusi slag 100 % dan nilai tertinggi adalah 1,26 % pada
agregat kasar baik split maupun iron slag sangat mempengaruhi porositas beton.
Hasil pengujian TCLP dari limbah iron slag,unsur senyawa kimia berbahaya yang
terlarut sangatlah kecil dibandingkan sebelum iron slag ini berfungsi sebagai
subtitusi agregat. Hal ini menandakan bahwa unsur Cd, Cr, Pb, dan Zn yang
dimana senyawa ini memiliki nilai kelarutan sangat kecil yaitu < Ksp = 7 x 10-27.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka limbah iron slag baja PT. Barawaja kota
Makassar dapat dijadikan sebagai subtitusi agregat pada pembuatan beton dengan
mutu beton K-175 dengan komposisi split : iron slag terbaik yaitu 0 % : 100 %.
Penentuan komposisi ini didasarkan atas data kuat tekan mencapai nilai maksimal
Limbah oli pada proses pembuatan baja billet dihasilkan dari proses
pencetakan. Pada proses pencetakan oli digunakan untuk membantu roll pada
mesin casting continous dalam berputar dan mengatasi keausan roll. Oli pelumas
proses casting berlanjt. Oli dan air yang bercampur tidak dapat digunakan kembali
dalam proses pendinginan karena air mengandung oli yang dapat mengkotori
billet. Oleh karenanya limbah oli ini kemudian dipisahkan dari air menggunakan
water treatment plant system menggunakan sistem filtrasi. Sistem ini berfungsi
22
memisahkan oli dan air berdasarkan fluiditas dan berat jenisnya. Air yang
Sedangkan oli dipisahkan dan buang pada tempat tertentu agar tudak mencemari
eksistem lingkungan.
bantu exhaust. Gas karbon dioksida dan karbon monoksida ini dapat
menyebabkan lemas hingga kematian pada orang yang menghirupnya. Hal ini
disebabkan karena gas tersebut dapat mengikat oksigen dalam darah sehingga
asupan oksigen untuk otak menjadi berkurang. Untuk mencegah penyebaran gas
tujuan gas akan terbuang pada posisi yang tinggi sehingga dapat
terbawa angin.
23
BAB IV
KESIMPULAN
metalurgi berupa pembuatan baja billet pada PT. Krakatau Steel adalah sebagai
berikut :
1. Limbah debu besi dihasilkan dari scrap dan pellet pada saat
bahan baku pellet atau dapat diolah kembali sebagai bahan baku
jenis.
24
REFERENSI
Anonim. 2016. Pabrik Peleburan. Divisi Human Capital Training & Education
Amalia dan Broto. 2012. Pemanfaatan Limbah Debu Peleburan Bijih Besi (Debu
M. Yahya. 2013. Pemanfaatan Limbah Industri Baja (Blast Furnace Iron Slag)
Suherman. 2014.Review Proses Produksi PT. Krakatau Steel (Persero Tbk). PT.
Suherman. 2016.Review Proses Produksi PT. Krakatau Steel (Persero Tbk). PT.
25