Rongga hidung sangat dipenuhi dengan flora pernapasan, yang dapat dengan mudah mencemari
bahan yang diperoleh dari sinus paranasal. Dalam studi klasik bakteriologi sinusitis, spesimen
sekresi sinus diperoleh dengan menusuk antrum maksila untuk mengurangi risiko kontaminasi
hidung. Infeksi didefinisikan sebagai jumlah koloni bakteri setidaknya 104 unit koloni per
mililiter (CFU / ml) dari bahan yang disedot [26]. Sinusitis akut biasanya dipicu oleh infeksi
saluran pernapasan sebelumnya, umumnya berasal dari virus, umumnya disebabkan oleh
rhinovirus. , virus corona, dan virus influenza, lainnya disebabkan oleh adenovirus, virus para
influenza manusia, virus syncytial pernapasan manusia, enterovirus selain rhinovirus, dan
metapneumovirus. Jika infeksi berasal dari bakteri, tiga agen penyebab paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, dan Moraxellacatarrhalis [6]. Hingga saat ini
Haemophilus influenza adalah agen bakteri yang paling umum menyebabkan infeksi sinus.
Namun, pengenalan jenis H.influenzae Vaksin B (Hib) telah secara dramatis menurunkan infeksi
H.influenzae tipe B dan sekarang H.influenzae non-tipe (NTHI) sebagian besar terlihat di klinik.
Patogen bakteri penyebab sinusitis lainnya termasuk Staphylococcus aureus dan spesies
streptokokus lainnya, bakteri anaerob dan lebih jarang, bakteri gram negatif. Sinusitis virus
biasanya berlangsung selama 7 hingga 10 hari [6] sedangkan sinusitis bakteri lebih persisten.
Sekitar 0,5% hingga 2% dari sinusitis virus menyebabkan sinusitis bakteri berikutnya.
Diperkirakan bahwa iritasi hidung akibat hembusan hidung menyebabkan infeksi bakteri
sekunder. [14] Episode sinusitis akut juga dapat terjadi akibat invasi jamur. Infeksi ini biasanya
terlihat pada pasien dengan diabetes atau defisiensi imun (mis., Pasien AIDS atau transplantasi
yang menggunakan obat anti-penolakan imunosupresif) dan dapat mengancam jiwa. Pada
penderita diabetes tipe 1, ketoasidosis dapat dikaitkan dengan sinusitis karena mucromycosis.
Aspergillus, Bipolaris, Curvularia dan Exserohilum telah dikaitkan dengan penyakit sinus jamur
[27,28]. Iritasi kimia juga dapat memicu sinusitis, umumnya dari asap rokok dan asap klorin
[29]. Jarang, ini mungkin disebabkan oleh infeksi gigi [6] ]
International Journal of Pharmaceutical Science Invention ISSN (Online): 2319 – 6718, ISSN (Print):
2319 – 670X www.ijpsi.org || Volume 4 Issue 2 || February 2015 || PP.30-36
www.ijpsi.org 30 | Page