Setrika listrik yang ditemukan oleh Henry tersebut berupa setrika listrik datar yang
masih mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya lama untuk panas, tetapi sangat
cepat dingin. Oleh karena itu, beberapa ilmuwan setelah Henry mencoba melakukan
penyempurnaan-penyempurnaan terhadap teknologi setrika listrik.
Saat ini, teknologi setrika listrik mengalami perkembangan yang pesat, sehingga saat
ini di pasaran, setrika listrik terdapat dalam berbagai varian dan otomatisasi yang dapat
memnjakan kita.
Kata setrika berasal dari bahasa belanda, strijkijzer, yang artinya menghilangkan
kerutan dari baju dengan alat yang dipanaskan. Bangsa China sudah mengenal dan
menggunakan setrika sejak satu abad sebelum masehi. Pada masa itu, mereka
menggunakan wajan besi dengan pegangan panjang yang berisi batu bara. Nah, wajan
ini kemudian ditekankan di baju yang akan disetrika.
Pada tahun 400 SM setrika mulai dikenal dan digunakan oleh bangsa Yunani. Saat itu,
setrika digunakan untuk membuat lipatan-lipatan vertikal pada pakaian-pakaian
kebesaran yang akan digunakan untuk melakukan upacara atau ritual tertentu. Selain
bangsa Yunani, bangsa Romawi juga tercatat pernah menggunakan setrika yang
bentuknya sudah menyerupai setrika modern seperti sekarang. Setrika yang dinamakan
prelum ini menggunakan teknik pressing (tekanan).
Setrika mulai muncul di Barat pada abad ke-17. Setrika yang pertama kali muncul pada
masa itu dikenal dengan nama sadiron. Sadiron berbentuk sepotong besi yang tebal
dengan permukaan rata dan diberi pegangan besi. Cara menggunakan sadiron ini yaitu
dipanaskan di depan perapian terbuka atau kompor. Namun kelemahannya adalah,
begitu sadiron ini dipanaskan, pegangannya pun ikut panas. Makanya, untuk
memegang sadiron ini, kita harus menggunakan sarung tangan yang sangat tebal.
Berat sadiron biasanya 2,5 - 4,5 kg.
Sadiron (tahun 1830 - 1880)
Pada akhir abad ke-19 sekitar tahun 1870, seorang ibu rumah tangga bernama Mary
Florence Potts di Lowa menemukan setrika cetak (cast iron). Setrika ini sebenarnya
merupakan setrikasadiron yang dua ujungnya dibuat runcing, agar menyetrika lebih
mudah. Pada tahun berikutnya Mary juga membuat satu temuan baru yaitu sadiron
dengan pegangan yang bisa di lepas, sehingga pegangan sadiron tidak ikut panas
ketika sadiron dipanaskan.
Akhir abad 19, muncul banyak penemuan setrika yang bisa memanaskan sendiri.
Misalnya, setrika yang bisa diisi batu bara atau arang yang membara. Selain itu, ada
pula penemuan setrika yang menggunakan bensin dan alkohol sebagai bahan
bakarnya.
Setrika listrik pertama kali dipatenkan pada tahun 1882. Namun pada saat itu,
penemuan ini tidak sukses karena sulit untuk digunakan dan belum banyak orang yang
mendapat listrik di rumah.
Pada awal abad ke-20, setrika listrik mulai populer dan akhirnya pada tahun 1920-an
mucullah setrika listrik dengan pengatur suhu.
Abad ke-21 setrika yang sering kita pakai sekarang pastinya sudah jauh lebih canggih
dan mudah. Selain pengatur suhu, ada juga yang dilengkapi dengan wadah air yang
bisa kita semprotkan bersamaan pada saat kita menyetrika. Ada pula setrika bentuk
baru seperti vacuum cleaner yang memudahkan kita menghaluskan pakaian. Kalau
menggunakan setrika yang mengeluarkan uap panas ini, kita tidak perlu meletakkan
baju di atas papan setrika, tapi cukup di gantung saja. Berat setrika juga makin ringan,
bahkan sekarang ada setrika yang hanya berbobot 1,5 ons.
B. Bagian-bagian Utama Dari Setrika Listrik
Penggunaan seterika listrik dimaksudkan untuk menghaluskan atau melicinkan pakaian
yang berkerut atau kusut hingga nampak rapi dan enak dipakai. Umumnya
penyetrikaan dilakukan setelah pakaian dicuci dan dikeringkan.
Pada seterika listrik model yang lain, kawat nikelin digulung menyerupai bentuk spiral
dan dimasukkan dalam selongsong/pipa sebagai pelindung. Agar arus listrik tidak
mengalir kebadan seterika, antara spiral nikelin dengan pipa disekat/diisolasi dengan
bahan oksida magnesium. Pada seterika model yang lama, spiral nikelin diberi
selongsong dari bahan keramik/batu tahan api sebagai pelindung dan sekaligus
sebagai isolator.
Rangkaian Kelistrikan
Keterangan :
(a) Seterika Biasa
(b) Seterika Otomatis
E = Sumber Tegangan
L = Load (elemen seterika)
PS= Tombol Pengatur Suhu
BM = Saklar Bimetal
D. Perawatan dan Analisa Kerusakan pada Setrika
Pada umumnya orang berpendapat sebagaimana telah dikemukakan pada bagian
mixer bahwa segala sesuatu yang dirawat dengan telaten akan awet. Pendapat ini
berlaku pula pada penggunaan ARTL. ARTL yang dalam penggunaannya senantiasa
dirawat akan awet. Meskipun demikian, kadang kerusakan tak dapat dihindari. Oleh
karena itu, selain harus mengerti perawatan, perlu pula menguasai dengan baik
perbaikan kerusakan suatu ARTL, terutama bagi mereka yang mengikuti mata kuliah
ini. Jenis perawatan dan perbaikan ARTL yang akan dibahas pada poin ini adalah
perawatan dan perbaikan seterika pada umumnya.
Kerjakan semua perintah yang diharuskan dalam buku atau brosur tersebut saat anda
menggunakan seterika, dan hindari semua yang dilarang anda lakukan. Pada
umumnya, buku atau brosur petunjuk penggunaan tersebut berisi langkah-langkah
penggunaan sebagai berikut:
(1) Periksa dan cocokkan kebutuhan tegangan suplei dan frekuensi kerja dengan
tegangan terpasang dan frekluensi kerja di tempat anda akan menggunakan seterika.
(2) Posisikan saklar seterika pada posisi ‘0’ atau off, jika seterika memiliki saklar ‘on-off.
Pada umumnya seterika tidak memiliki saklar ‘on-off’, terutama seterika biasa.
Sementara pada seterika otomatis, yang berfungsi sebagai saklar on-off-nya adalah
tombol pengatur suhunya. Tombol pengatur suhu pada seterika otomatis, berfungsi
sebagai pengatur jarak kontak antara lidah-lidah kontak bimetal yang bersesuaian
langsung dengan kuantitas suhu kerja putus-kontaknya seterika terhadap sumber listrik
yang mensupleinya. Dengan demikian tombol pengatur suhu tersebut dapat dianggap
sebagai pengatur kerja saklar on-off.
(3) Tusukkan ‘tusuk kontak’ dengan benar pada stop kontak sumber listrik AC tegangan
220 ~ 230 volt, 50 ~ 60 Hz. Perhatian! Besaran ini tidak boleh dilanggar. Pelanggaran
terhadap besaran listrik ini dapat menyebabkan kerusakan fatal pada seterika. Pegang
dengan baik ujung tusuk kontak (bukan kabel penghantarnya) saat menusukkan dan
melepaskan tusuk kontak ke dan dari stop kontak.
(4) Perhatian! Bodi seterika tidak boleh dicuci. Di dalam bodi seterika terdapat
rangkaian kelistrikan seterika. Pencucian bodi seterika akan membasahi rangkaian
kelistrikan seterika. Hal ini dapat mengakibatkan rangkaian kelistrikan seterika
terhubung singkat (korsleting). Dampak selanjutnya rangkaian kelistrikan dan elemen
seterika akan terbakar ketika dihubungkan pada sumber listrik.
(b) Periksa sambungan dan kondisi kabel penghantar, jangan sampai ada yang
terlepas. Kemudian gunakan multimeter (posisi saklar pilih pada poisisi ‘ohm’, skala
10X) untuk memeriksa kondisi kabel jangan sampai mengalami putus ‘dalam’. Putus
‘dalam’ artinya kawat pengahantar yang berada di dalam selubung isolasi penghantar
‘patah’ atau terputus, sehingga titik atau posisi putusnya tidak terjangkau melalui indra
mata, sehingga perlu dideteksi kondisinya dengan alat ukur multimeter atau ohm meter;
(c) Periksa saklar bimetal (khusus seterika otomatis), jangan sampai patah, aus atau
gigi atau alur putar terlepas atau sudah rusak, sehingga menyebabkan hilangnya
kontak antara bimetal. Saklar bimetal yang patah, terlalu aus atau alur putar terlepas
dapat menyebabkan hilangnya hubungan kontak antara kontak-kontak bimetal seterika.
Akibatnya seterika tidak dapat tersuplei arus listrik dan tidak panas. Jika bimetal patah,
terlalu aus atau alur putar terlepas atau rusak, maka alternatif perbaikannya untuk
berfungsi sebagai otomatis tidak dapat dilakukan lagi, tetapi seterika tetap dapat
difungskan sebagai seterika biasa.
(d) Periksa elemen pemanas seterika. Pemeriksaan kondisi elemen dapat dilakukan
dengan menggunakan ohmmeter, dengan langkah sebagai berikut:
1) Posisikan skalar pilih alat ukur (jika menggunakan multimeter) pada posisi ohm meter
1X.
2) Tes pergerakan jarum alat ukur dengan jalan menghubung singkat ujung-ujung
kedua probe alat ukur dalam keadaan saklar pilih pada posisi ohmmeter. Jika jarum alat
ukur bergerak ke kanan mendekati atau sama dengan nol, maka alat ukur dapat
digunakan untuk menguji kondisi elemen seterika.
4) Ganti elemen yang putus dengan lemen seterika yang sama dengan karakteristik
elemen seterika yang rusak. Pada seterika biasa, elemen yang putus biasanya masih
dapat diperbaiki dengan jalan menyambukan kembali ujung-ujung elemen yang putus,
tetapi pada seterika otomatis hal ini tidak dapat dilakukan karena konstruksi elemennya
dipadatkan dengan bahan isolator dalam selongsong pipa.