Anda di halaman 1dari 62

ASTHMA BRONCHIALE

1
dr. Elli Arsita, SpPD
FK UKRIDA
DEFINISI ASMA
Asma adalah penyakit heterogen, biasanya
ditandai dengan inflamasi kronis saluran
napas.

Asma memiliki dua fitur utama:

1. Riwayat gejala pernapasan seperti mengi, napas


pendek, dada sesak dan batuk, yang bervariasi
sepanjang waktu dan variasi dalam intensitas, DAN
2. Expiratory airflow limitation yang bervariasi

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017). Available
from www.ginaasthma.org.
PATOFISIOLOGI ASMA

3
PATOFISIOLOGI ASMA

4
5
6
7
8
DIAGNOSIS ASMA
1. Pola gejala yang merupakan ciri khas asma
2. Riwayat keluarga
3. Pemeriksaan fisik
4. Pengukuran fungsi paru
 Spirometri
 Peak expiratory flow / Arus Puncak Ekspirasi
Pengukuran respons saluran napas (bronchial provocation test)
4. Pengukuran status alergi untuk mengindentifikasi faktor
risiko (allergy test)

9 Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017) Available
from www.ginaasthma.org.
Prepared July
2013 ATLAS ID:
61,709 single use

Tujuan manajemen asma:


KONTROL dan MENGURANGI
Kontrol
gejala  Tujuan utama manajemen asma untuk:
saat ini
- Kontrol asma dengan mengontrol gejala
Kontrol dan
- Menurunkan risiko ekesaserbasi
asma
Turunkan  Skor baseline ACQ menunjukkan
risiko hubungan positif dengan jumlah
eksaserbasi1
 Tingkat kontrol asma adalah prediktor
ACQ = Asthma Control Questionnaire risiko ketidakstabilan asma dan
1. Bateman E et al. J Allergy Clin Immunol 2010; 125: 600–8.
10 eskaserbasi1
TUJUAN PENATALAKSANAAN ASMA

•Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


•Mencegah eksaserbasi akut
•Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
•Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
•Menghindari efek samping obat
•Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
•Mencegah kematian karena asma

11
BAGAIMANA CARA MENGUKUR
TINGKAT KONTROL ASMA?

12
KONTROL KLINIS ASMA

1. Tentukan tingkat atau level kontrol asma awal untuk


menentukan jenis pengobatan
(nilai tingkat kontrol asma pasien)
2. Mempertahankan kontrol asma setelah pengobatan dilakukan
(nilai risiko asma pasien)

Global
13 Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2016). Available
from www.ginaasthma.org.
Tingkat Kontrol Asma
(Menilai tingkat kontrol asma)

Kontrol Level Kontrol Gejala Asma


Gejala
Dalam 4 minggu terakhir, apakah pasien Terkontr Terkontr Tidak
memiliki : ol ol terkontr
penuh sebagian ol
1. Gejala asma harian lebih dari dua kali
dalam 1 minggu

2. Terbangun di malam hari karena asma Tidak


terdapat Terdapa Terdapa
3. Penggunaan obat pelega untuk mengatasi satupun t t
kriteria 1- 2 3- 4
gejala lebih dari dua kali dalam 1 minggu kriteria kriteria

4. Pembatasan aktivitas karena asma

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017). Available
from www.ginaasthma.org.
Tingkat Kontrol Asma
(Menilai tingkat kontrol asma)
SEGERA
Kontrol Gejala evaluasi pengobatan yang Gejala Asma
Level Kontrol
ditujukan untuk mengontrol
Dalam 4 minggu terakhir, apakah pasien memiliki Terkontro asma
Terkontrol Tidak
: jangka panjang (maintenance
1. Gejala asma harian lebih dari dua kali
l
penuh
sebagian terkontr
ol
dalam 1 minggu
treatment) apabilaTidak terjadi Terdapat Terdapat
2. Terbangun di malam hari karena asma
EKSASERBASI
terdapat
satupun
1- 2 3- 4
3. Penggunaan obat pelega untuk mengatasi kriteria kriteria
kriteria
gejala lebih dari dua kali dalam 1 minggu

4. Pembatasan aktivitas karena asma

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017). Available
from www.ginaasthma.org.
MANAJEMEN UNTUK ASMA KONTROL

Manajemen asma untuk mencapai asma terkontrol dan menurunkan


risiko, harus melibatkan:

1. Pengobatan
- Setiap pasien asma harus memiliki reliever
- Mayoritas pasien asma dewasa dan remaja harus memiliki controller

2. Mengatasi faktor risiko yang bisa dimodifikasi

3. Terapi non-farmakologi

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma Pocket Guide (Updated
16 2017). Available from www.ginaasthma.org.
TERAPI NON-FARMAKOLOGI
• Berhenti merokok:
Tiap visit, berikan rekomendasi pada pasien untuk berhenti merokok dan menjauhi
ruangan/mobil yang terdapat asap rokok

• Aktivitas fisik
Berikan rekomendasi agar pasien melakukan aktivitas fisik yang teratur dan informasi terkait
mengatasi Exercise-Induced bronchoconstriction

• Asma okupasi
Identifikasi dan sarankan untuk menghilangkan allergen okupasi secepat mungkin

• NSAID termasuk aspirin:


Selalu tanyakan riwayat asma pada pasien sebelum memberikan obat tersebut

17 Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma Pocket Guide (Updated
2017). Available from www.ginaasthma.org.
18
19
FAKTOR RISIKO TERJADI EKSASERBASI
Faktor risiko eksaserbasi yang dapat dimodifikasi:

• Gejala asma yang tidak terkontrol


• Penggunaan ICS yang tidak memadai: tidak ada pemberian ICS, tidak patuh akan
penggunaan ICS, cara penggunaan inhaler yang tidak tepat
• Penggunaan SABA yang berlebihan (mortalitas meningkat jika >1x200-dosis
canister/bulan)
• FEV1 yang rendah, terutama jika <60% predicted
• Masalah psikologi atau socioeconomic Jika pasien memiliki 1 atau
• Paparan: rokok, paparan allergen jika tersensitisasi lebih faktor risiko tsb
pasien memiliki risiko yang
• Komorbidities: obesitas, rhinosinusitis, alergi makananmeningkat untuk terjadi
• Sputum atau eosinophilia darah eksaserbasi meskipun
• Kehamilan gejala asmanya terkontrol
baik

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017). Available
from www.ginaasthma.org.
Penggunaan ICS yang tidak memadai :
Tingginya penggunaan terapi PELEGA dan rendahnya penggunaan ICS

Undertreated and
poorly controlled

Asthma worsening: Approaches to prevention and management from the Asthma Worsenings Working Group, Can Respir J Vol 15 Suppl B November/December 2008
Penggunaan SABA yang berlebihan pada asma

• β2-agonis inhalasi kerja singkat yang digunakan untuk


melegakan gejala sudah dipakai luas di seluruh dunia
• Penggunaan SABA secara regular (terus menerus) telah
terbukti:
– Memperburuk kontrol asma
(Sears et al. Lancet 1990;336:1391-6)
– Meningkatkan inflamasi saluran napas
(Gauvreau GM, et al. AJRCCM 1997;156:1738-45)
• Penggunaan SABA yang berlebihan dikaitkan dengan
peningkatan mortalitas asma (Suissa S et al. AJRCCM 1994;149:604-10)
22
Courtesy of Paul O’Byrne, ERS 2013
Mengapa Penggunaan Obat - obatan Bronkodilator Tidak
Cukup Untuk Mengobati Asma?

Dengan Bronkodilator

“… Penggunaan obat
ß2-agonis saja tidak
cukup mengontrol
asma dan bahkan
dapat membuat asma
 Bronkodilatasi lebih buruk “
 Lumen melebar
X Inflamasi tetap P. J. Barnes at. al. Clin.
And Experimental Allergy.
X Edema tetap 1995, Vol 25, 771 - 787
X Kerusakan sel epitel tetap
X Hipertrofi kelenjar & hipersekresi mukus
tetap
X Penebalan membran dasar tetap
23
Pemberian Anti Inflamasi akan Memperbaiki Kondisi Asma Pasien

Saluran Napas Penderita Asma Dengan Anti Inflamasi (Terapi


Pencegahan)

 Bronkospasme
 Lumen menyempit  Lumen lebih melebar
 Inflamasi  Inflamasi berkurang
 Edema  Edema berkurang
 Kerusakan sel epitel  Sel epitel membaik
 Hipertrofi kelenjar & hipersekresi  Hipertrofi kelenjar & hipersekresi
mukus berkurang
 Penebalan membran dasar  Membran dasar membaik

24
Inflamasi adalah fitur utama pada asma

Gejala
Obstruksi
saluran napas
Hiperesponsif
bronkial
Inflamasi
Saluran napas

Currie, GP., Therapeutic modulation of allergic airways disease


with leukotriene receptor antagonists., Q J Med 2005; 98
STEPWISE MANAGEMENT – PHARMACOTHERAPY

Global Strategy for Asthma


Management and Prevention, Global
Initiative for Asthma (Updated 2017).
Available from www.ginaasthma.org.

26
PEMILIHAN PENGOBATAN
Pemilihan pengobatan, berdasarkan:
Berdasarkan data studi untuk gejala, eksaserbasi dan
1. Efikasi fungsi paru (dari RCTs, studi pragmatic dan data
2. Keamanan observational)
3. Ketersediaan dan biaya
4. Fenotip pasien
5. Pilihan pasien (preferences)
6. Segi praktis (teknik inhalasi dan kepatuhan)

27
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017). Available from
SMART regimen dalam
GINA 2017

28
STEPWISE MANAGEMENT – PHARMACOTHERAPY

Start:
Symbicort®
Budesonide/Formoterol

Symbicort®
Budesonide/Formoter
ol

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017). Available from www.ginaasthma.org.
Terapi SMART:
Terapi maintenance dan reliever dalam SATU inhaler
• Symbicort® SMART™ terapi maintenance dan reliever
dalam SATU inhaler
– Dosis maintenance harian, dan
– Penggunaan sebagai PELEGA dalam keadaan akut

Budesonide Formoterol
(anti-inflammatory (rapid relief and
therapy that acts long-acting
within hours) bronchodilation)

TIDAK diperlukan reliever/SABA terpisah

Balanag VM, et al. Pulm Pharm Ther 2006;19:139-147


30 Symbicort BPOM product monograph
Rasionalitas
Budesonide/Formoterol
sebagai SMART regimen
untuk asma control

31
SYMBICORT SMART UNTUK KONTROL GEJALA SAAT
Kontrol INI
gejala
saat ini

Budesonide/Formoterol sebagai PELEGA


45 FEV1 (% D from baseline)

Formoterol adalah Long 35 NS

Acting β2-agonis fast


onset yang bekerja 25
SECEPAT Salbutamol Budesonide/Formoterol 1280/36
µg (n = 55)
Salbutamol 1600 µg (n= 48)
15

–5 0 30 60 90 120 150 180


32
Menit setelah penggunaan obat
Kontrol
gejala
saat ini
Onset dan Durasi Inhalasi β2-agonis
Onset Durasi Contoh obat Golongan agonis β2

Lama /panjang *LABA with rapid


Cepat (Rapid) FORMOTEROL
(Long) onset
Fenoterol
Pirbuterol
Procaterol
Cepat (Rapid) Singkat (Short) **SABA
Salbutamol
(Albuterol)
Terbutaline
Lama /panjang
Lambat (Slow) (Long) SALMETEROL *LABA

*LABA = Long-Acting β2 Agonist Konsensus asma PDPI


33
**SABA = Short-Acting β2 Agonist http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html
Turunkan SYMBICORT ® DENGAN
SMART STRATEGY SIGNIFIKAN
risiko
MENGURANGI TINGKAT EKSASERBASI VS ICS/LABA PLUS SABA

Sal/Flu + SABA
Jumlah eksaserbasi/pasien Symbicort® + SABA
0.20 Symbicort® SMART™ 39%
Symbicort® SMART™
menurunkan jumlah
eksaserbasi sebesar: NS
0.15  39% vs Sal/Flu + SABA P < 0.001
 29% vs Symbicort® + SABA P=
0.0048
29%
0.10

0.05
Kuna, P. et al., Effect of Budesonide/formoterol
maintenance and reliever therapy on asthma
exacerbations, Clin Practice, 2007 (Compass
study)
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Hari sejak randomisasi
Kuna P, et al. Int J Clin Pract 2007:61(5) :725-36
SYMBICORT DENGAN STRATEGI SMART MENURUNKAN JUMLAH EKSASERBASI BERAT
DAN KUNJUNGAN UGD VS. SAL/FLUT + SABA, SECARA SIGNIFIKAN LEBIH BAIK
Turunkan
risiko

35
31
Rate, Events/100 patients/year
30
21% Risk rate reduction;
P=0.039
25
25

20
31% risk rate
15 13
reduction; P=0.046
10 9

0
Severe asthma exacerbation ER Visits/Hospitalisation
FDC Salmeterol-Fluticason Symbicort SMART

Bousquet, et all. Respiratory Medicine (2007) 101, 2437–2446


Turunkan
risiko
Budesonide/Formoterol
dengan SMART strategy
mengurangi
penggunaan obat Pelega
atau Reliever
Vs Budesonide+
Terbutaline plus SABA

ICS : inhaled corticosteroid


SABA : short acting beta 2 agonist
36
Scicchitano, et al. Curr Med Res Opin 2004; 20:1403-1418
Kenapa Symbicort SMART
lebih baik daripada
ICS/LABA+SABA as
needed?

37
Setelah inhalasi ICS, konsentrasi
kortikosteroi pada jaringan paru
menurun seiring waktu dan
dalam 6 jam konsentrasi bisa
tersisa 10% dari puncak
maksimal.

Oleh karena itu penggunaan


Symbicort sebagai reliever
(mengandung Budesonide)
menaikkan kembali konsentrasi
steroid pada saat serangan
akut, sebelum jadwal dosis
maintenance berikutnya.

Di sisi lain, Formoterol diduga


mencegah eksaserbasi karena
akibat stabilisasi otot polos
pernapasan dan menurunkan
inflamasi neutrofilic
38
Rabe, Klaus F., et al., Effect of budesonide in combination with formoterol for reliever therapy in asthma exacerbations: a
randomized controlled, double-blind study, Lancet 2006; 368
Intervensi dini dengan anti-inflamatori dapat menurunkan
dan mencegah perburukan asma dan eksaserbasi

Adapted from Tattersfield 1999

39 Tattersfield et al. Am J Respir Crit Care Med 1999


Asthma worsening: Approaches to prevention and management from the Asthma Worsenings Working Group, Can Respir J Vol 15 Suppl B November/December 2008
REKOMENDASI GINA 2017
TERHADAP REGIMEN SMART

Untuk pasien dengan eksaserbasi ≥1 dalam


1 tahun terakhir, dosis rendah
Budesonide/Formoterol atau
Budesonide/Formoterol sebagai terapi
maintenance dan reliever lebih efektif
daripada terapi ICS/LABA+SABA as
needed

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global initiative for Asthma Pocket Guide updated
2017.
Available from http//www.ginaasthma.org.
40
3x
2x

• Turbuhaler® menghantarkan
3x lebih baik deposisi paru
Vs. Diskus®

• Turbuhaler® menghantarkan
2x lebih baik deposisi paru
Vs pMDI

41 Thorsson et al., Pharmacokinetics & Systemic Activity of Fluticasone vs Diskus & pMDI, & Budisonide via Turbuhaler, Blackwell Science Ltd BRJ ClinPharmacol, 52:529-538
Symbicort® SMART™
vs ICS or ICS/LABA+SABA:
• Mengobati inflamasi dengan tiap inhalasi

• Mengurangi eksaserbasi1–6


• Memperbaiki kontrol asma harian1–5

• Mengurangi jumlah dosis steroid1–6




• Sederhana untuk digunakan hanya SATU inhalasi untuk maintenance
dan reliever

1O’Byrne PM, et al. Am J Respir Crit Care Med 2005;171:129–136; 2Rabe KF, et al. Lancet 2006;368:744–753;
3Vogelmeier C, et al. Eur Respir J 2005;26:819–828; 4Rabe KF, et al. Chest 2006;129:246–256;
5Scicchitano R, et al. Curr Med Res Opin 2004;20:1403–1418; 6. Kuna P, et al. Int J Clin Pract 2007:61(5) :725-36
42
Dosis Terapi Symbicort® 80/4.5 mcg & 160/4.5 mcg
untuk PELEGA & PENGONTROL
Dosis Dewasa (≥ 12 tahun)
• Dosis Terapi Budesonide/Formoterol untuk PELEGA

Maksimal 6 hisapan per 1 kali kejadian sesak


napas
Maks per hari 8 inhalasi, tetapi 12 inhalasi bisa
diberikan temporary jika perlu

• Dosis Terapi Budesonide/Formoterol untuk PENGONTROL

Dosis 80/4.5 dan 160/4.5


1 hisapan dua kali sehari
Atau
2 hisapan satu kali sehari

Catatan untuk 160/4.5, jika perlu


2 hisapan dua kali sehari
Symbicort ® Product Information April 2014
Dosis Terapi Symbicort® 80/4.5 mcg
untuk PELEGA & PENGONTROL

Dosis Anak (≥ 6 tahun)


• Dosis Terapi Budesonide/Formoterol untuk PELEGA

Maksimal 4 hisapan per 1 kali


kejadian sesak napas

• Dosis Terapi Budesonide/Formoterol untuk PENGONTROL

1 hisapan satu kali sehari

Dosis harian:
• Total maks 4 hisapan/hari
• Total maks 8 hisapan per hari bisa
sebagai termporary

Symbicort ® Product Information April 2014


REVIEW RESPONS (GINA 2017)
• Monitor pasien dengan baik dan teratur selama pengobatan, dan titrasi pengobatan
sesuai dengan respon. Rekomendasikan pasien ke yang lebih tinggi jika terjadi perburukan
atau gagal respon

• Putuskan apakah butuh hospitalisasi berdasarkan status klinis, gejala dan fungsi paru, respon
terhadap pengobatan, sejarah eksaserbasi terkini dan sebelumnya, dan apakah pasien bisa
mengatasi asmanya di rumah

• Sebelum pasien dipulangkan dari perawatan, buatlah rencana pengobatan selanjutnya.


Untuk sebagian besar pasien, berikan terapi controller yang teratur (atau naikkan dosis
controller-nya) untuk mengurangi resiko eksaserbasi. Lanjutkan meningkatkan dosis controller
selama 2-4 minggu dan kurangi reliever as needed. Cek teknik penggunaan inhaler dan
kepatuhan pasien.

• Atur rencana follow-up lebih awal setelah terjadinya eksaserbasi, sebaiknya dalam 1
minggu.

Pertimbangkan untuk merekomendasikan pasien kepada SpPD/SpPD-KP/ SpP jika pasien perlu
dirawat atau berulangkali masuk ke IGD

Global initiative for Asthma Pocket Guide updated 2017.


KESIMPULAN
1. Asma adalah penyakit heterogen, dimana inflamasi adalah fitur utama.

2. Manajemen asma harus melibatkan pemberian pengobatan, modifikasi


faktor risiko, dan terapi non-farmakologi

3. Salah satu faktor risiko penyebab eksaserbasi asma adalah penggunaan


ICS yang tidak memadai dan penggunaan SABA yang berlebihan

4. GINA 2017 merekomendasikan penggunaan ICS/LABA sebagai


maintenance dan ICS/Formoterol sebagai reliever mulai di step 3

5. GINA 2017 merekomendasikan penggunaan Budesonide/Formoterol


sebagai maintenance & reliever lebih efektif daripada ICS/LABA+SABA as
needed

46
TERIMA KASIH

SUMBER: PPT DR. ANNA MIRA SPP


47
SOAL

Pasien laki-laki 40 tahun, sesak napas sejak 3 hari


lalu
- Lakukan anamnesis
- Usulkan Pemeriksaan penunjang
- Tentukan diagnosis dan 2 diagnosis banding
- Berikan terapi non farmakologis
- Berikan terapi farmakologis pada pasien

48
KASUS

Pasien laki-laki 40 tahun dibawa ke UGD RS


karena sesak napas sejak memberat sejak 3 hari
lalu. Napas berbunyi ngik disertai batuk pilek dan
nyeri menelan. Pasien baru saja pindahan rumah
dan membersihkan debunya. Riwayat alergi
udang+. Riwayat eksim di pipi saat kecil +.
PF TD 110/70 mmHg N 100x/menit RR 32x/menit t
36,7̊̊ C hidung secret+serous, faring hiperemis,
T2-T2. paru vesikuler, ronkhi-/- wheezing +/+

49
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Darah lengkap
• Rontgen thorax
• AGD
• PEF peak expiratory flow dengan spirometri
saat tidak eksaserbasi
• Uji provokasi bronkus
• Skin prick test atau tes alergi

50
DIAGNOSIS DAN DD

- Diagnosis : Asma bronkial eksaserbasi ringan


dengan URTI/ISPA
DD – PPOK/ PPOK eksaserbasi
- Pneumonia

51
TERAPI NON FARMAKOLOGIS

- Gunakan maintenance inhaler secara teratur


- Hindari pemicu : debu
- Kontrol 3hari-1 mingggu. Bila memberat perlu
dirawat inap

52
TERAPI FARMAKOLOGIS

• Short acting beta agonis Salbutamol 2,5-5 mg q20min-


q1h hingga sesak mereda kemudian prn / salbutamol
MDI inhaler 2-8 puff q20min-q1h hingga sesak mereda
kemudian prn
• Short acting anticholinergic Ipatropium Bromide nebule
q20 min-q1h hingga sesak mereda/ipratropium bromide
MDI 4-6 puff hingga sesak mereda

53
• Steroid MP 8-16 mg 2x1 po / prednisone 0,5-
1mg/kgBB/day po dalam 1-2 dosis terbagi
• Long acting beta agonis + inhaled corticosteroid
salmoterol (25/50 mcg) + fluticasone propionate
50/125/250 mcg 2x1-2 puff
• Dapat juga tambah montelukast 10 mg 1x1 (leukotriene
receptor antagonist)

54
55
EDUKASI

1. Mengenal seluk beluk asma


2. Menentukan klasifikasi
3. Mengenali dan menghindari pencetus
4. Merencanakan pengobatan jangka panjang
5. Mengatasi serangan asma dengan tepat
6. Memeriksakan diri dengan teratur
7. Menjaga kebugaran dan olahraga
56
57
58
59
KOMPLIKASI

- ACO (asma COPD overlap)


- Asma persisten
- Status asmaticus
- meninggal

60
ASMA PADA KEHAMILAN

• Diupayakan terkontrol
•Obat inhalasi, salbutamol inhalasi, steroid inhalasi, inhaler
•Memakai obat-obat lama yang pernah dipakai pada kehamilan
sebelumnya yang sudah terdokumentasi dan terbukti aman
•Bila perlu oksigen nasal canule
•Bila perlu steroid sistemik

61
ASMA PADA PEMBEDAHAN
• Hiperesponsif jalan napas, gangguan aliran udara dan hipersekresi mukosa (asma)
komplikasi respirasi selama dan sesudah tindakan bedah.
• Komplikasi pembedahan pada asma tergantung berat penyakit saat pembedahan, jenis
pembedahan
(bedah toraks dan abdomen bagian atas mempunyai risiko lebih tinggi) dan jenis anestesi
(anestesi umum dan penggunaan pipa endotrakeal mempunyai risiko lebih tinggi).
• Faktor-faktor tersebut perlu dinilai/ evaluasi termasuk pemeriksaan spirometri beberapa hari
sebelum operasi  kesempatan pengobatan tambahan.
• Bila didapatkan VEP1 < 80% nilai terbaik/ prediksi, maka pemberian kortikosteroid akan
mengurangi obstruksi jalan napas (bukti C).
• Pada penderita yang mendapat kortikosteroid sistemik dalam 6 bulan terakhir, sebaiknya
diberikan kortikosteroid sistemik selama operasi yaitu hidrokortison IV 100 mg atau ekivalennya
setiap 8 jam dan segera diturunkan dalam 24 jam pembedahan. Harus diperhatikan pemberian
kortikosteroid jangka lama dapat menghambat penyembuhan luka (bukti C).
• Untuk penderita asma stabil yang akan di bedah dianjurkan pemberian aminofillin infus 4 jam
sebelum operasi dan kortikostroid injeksi 2 jam sebelum pembedahan untuk mencegah terjadi
bronkospasme.

Asma pedoman diagnosis dan tatalaksana pdpi 2003


62

Anda mungkin juga menyukai