DISTOSIA BAHU
Disusun oleh:
Pembimbing:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Referat:
DISTOSIA BAHU
Disusun oleh:
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Penyakit Obstetri dan
Ginekologi di RS Bayukarta Karawang.
2
BAB 1
PENDAHULUAN
dimana bahu janin gagal lahir secara spontan setelah lahirnya kepala.1 Distosia bahu masih
menjadi penyebab penting cedera neonatal dan maternal dengan tingkat insidensi 0,6-1,4% dari
bahwa tingkat insidensi distosia bahu mencapai 0.260 (116 kasus dari 44.580 persalinan
normal).3
Kasus distosia bahu memang tidak umum terjadi namun membahayakan bagi ibu dan janin.
Distosia bahu memiliki kaitan erat dengan terjadinya cedera pleksus brakialis. Cedera pleksus
brakialis berkisar 1-20% dari seluruh kasus distosia bahu. Seringkali cedera hanya bersifat
sementara dan akan pulih dalam hitungan jam hingga bulan, namun ditemukan juga cedera
permanen pada 3-10% kasus yang diduga terjadi akibat avulsi jaringan saraf.1
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena
tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada
persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara
pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu
2.2 Etiologi
1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional.
2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir
yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari kelahiran distosia bahu memiliki be-
5) Multiparitas.
6) Kehamilan postterm, dapat menyebabkan kondisi distosia bahu karena janin terus tumbuh
7) Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu, terda-
pat kasus distosia bahu, terdapat kasus distosia rekuren pada 5 (12%) di antara 42 wanita.
4
8) Cephalopelvic disproportion.
Faktor risiko distosia bahu yang lain dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah.
2.3 Patofisiologi
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki panggul
dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior.
Ketika kepala melakukan putaran paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang sakrum
atau disekitar spina iskhiadika dan memberi ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk
memasuki panggul mealui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila
bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka
bahu posterior daoat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam
keadaan ini kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putar paksi luar, dan
tertahan akhibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan
turtle sign).4
5
4. Kegagalan turunnya bahu
2.5 Penanganan
Mengingat distosia bahu tidak dapat diprediksi, tenaga medis harus selalu siap
menghadapi kemungkinan distosia bahu pada setiap kelahiran. Oleh karena itu, prosedur standar
harus diketahui semua tenaga medis. Jembatan keledai (Mnemonic) ALARMER telah
dikembangkan untuk membantu dalam ketepatan manajemen distosia bahu.7
6
Diperlukan penolong tambahan untuk melakukan manuver McRoberts dan penekanan
suprapubik.
Menyiapkan penolong untuk resusitasi neonatus.
7
Tekanan suprapubik ini dilakukan untuk mendorong bahu posterior bayi agar dapat dikeluarkan
dari jalan lahir
Jangan melakukan penekanan pada fundus.
Pada kombinasi dengan manuver McRoberts, penekanan suprapubis dapat melahirkan bayi pada
91% kasus.
Rubin manoeuvre
Adduksi dari bahu depan dengan melakukan penekanan pada bagian belakang bahu. Bahu
ditekan didekatkan ke dada, atau tekanan dilakukan pada skapula bagian bahu depan.
Pikirkan tindakan episiotomi.
Tidak boleh menekan fundus
8
e. Manual removal posterior arm – Mengeluarkan lengan posterior secara manual
Biasanya lengan fleksi pada siku. Jika tidak, tekanan pada fossa antekubiti dapat
membantu fleksi lengan. Tangan bayi dipegang dan disapukan melewati dada dan dilahirkan.
Manuver ini dapat menyebabkan fraktur humerus, tetapi tidak menyebabkan kerusakan saraf
permanen. 7
f. Episiotomy
Prosedur ini secara tidak langsung membantu penanganan distosia bahu, dengan
memungkinkan penolong untuk meletakkan tangan penolong ke dalam vagina untuk melakukan
manuver lainnya. 7
9
akses yang mudah ke bahu posterior untuk manuver rotasi atau mengeluarkan lengan posterior
secara manual. 7
Jika cara-cara tersebut diatas telah dicoba berulang kali namun tidak berhasil, ada cara-
cara lain yang diusulkan, yaitu: 7
a. Mematahkan tulang klavikula bayi (Kleidotomi)
b. Simfisiotomi
c. Zavanelli manoeuvre - cephalic replacement
Manuver ini membalikkan gerakan kardinal
persalinan dan dilakukan seksio sesarea.
10
E Evaluate for episiotomy
P Suprapubic Pressure
Royal College of Obstetricians and Gynecologist juga menyarankan kepada penolong untuk
mencatat secara detail hal-hal berikut: 6
11
Infeksi
- Endometriosis
Stress psikis
KESIMPULAN
Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah karena tidak ada
metode yang akurat untuk mengidentifikasi komplikasi ini, bahkan sebagian besar kasus terjadi
tanpa adanya suatu faktor resiko. Tawarkan persalinan seksio sesarea pada persalinan vaginal
risiko tinggi: Makrosomia, dengan ibu diabetes, riwayat distosia sebelumnya, kala 2 yang
memanjang. Bila distosia bahu terjadi, jangan panik, jangan menarik, jangan mendorong dan
jangan memutar kepala bayi dengan menggunakan leher atau kepala bayi. Penanganan distosia
bahu menggunakan mnemonic ALARMER.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Hill MG, Cohen WR. 2016. Shoulder dystocia: prediction and management. Womens
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26901875
50(1):12-6.
5. Maryunani A, Puspita E. Asuhan kegawatan maternal dan neonatal. Jakarta: TIM; 2013.
h.214
13
6. Royal College of Obstetrician and Gynaecologists. 2012. Green-top Guideline No.42:
14