Anda di halaman 1dari 13

POLA – POLA PEMUKIMAN SUKU SUNDA DALAM NASKAH WARUGA

LEMAH

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Penulisan Karya
Ilmiah

Dosen Pengampu : Yeni Wijayanti,S.S, M.Hum,.M.Pd.

Oleh :

Heni Nuraeni

NIM 2105160034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Jika orang Cina memiliki Feng-Shui, orang Sunda memiliki Warugan Lemah
(selanjutnya disingkat WL). Pengetahuan tentang pola pemukiman (kampung,
wilayah kota, dan umbul) masyarakat Sunda pada masa lalu ini, tertera dalam tiga
lempir daun lontar berukuran 28,5 x 2,8 cm., yang mengandung 4 baris tulisan
tiap lempirnya. Naskah Waruga Lemah kini tersimpan di Perpustakaan Nasional
RI (PNRI) dengan nomor koleksi L 622 Peti 88.
Aksara yang digunakan dalam naskah ini adalah aksara Sunda kuna, jenis aksara
yang serupa dengan aksara pada prasasti Kawali dan naskah Sunda kuna yang
ditulis di atas daun lontar, bambu, dan daluwang. Ciri khas penulisan yang
membedakan naskah WL dengan naskah Sunda kuna lainnya adalah penggunaan
tanda vokalisasi ‘u’ (panyuku) yang ditulis dengan tanda (.) di bawah aksara
ngalagena, bukan garis sudut ( u) sebagaimana yang biasa ditemukan dalam
naskah dengan aksara yang sama. Hal ini cukup menyulitkan ketika melakukan
suntingan teks, karena kondisi naskah yang berlubang membuat aksara ngalagena
dengan aksara yang diberi tanda panyuku menjadi sulit untuk dibedakan. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Sunda kuna, sementara teksnya berbentuk prosa.
Naskah WL belum dimikrofilmkan, tetapi sedang diusahakan digitasinya oleh
Pusat Studi Sunda (PSS) pada tahun 2010. Naskah WL sebelumnya belum
dideskripsikan dengan baik dalam berbagai katalog yang sudah diterbitkan.
Cohen Stuart (1872), kurator di lembaga Masyarakat Batavia Pecinta Seni dan
Ilmu Pengetahuan (BGKW) yang pertama kali memerikan naskah yang disimpan,
tidak mendaftarkan naskah ini. Pemerian naskah Sunda kuna yang disimpan
dalam peti (atau kropak dalam istilah yang digunakannya), hanya berkisar dari
naskah nomor 406–426 saja. Demikian juga dalam katalog yang disusun oleh Edi
S. Ekadjati (1988), naskah WL tidak didaftarkan. Mungkin hal tersebut
disebabkan naskah WL disimpan dalam peti 88, yang terpisah dari kelompok
naskah Sunda kuna yang lainnya (peti 15 dan 16). Selanjutnya Behrend (ed.,1998)
mendaftarkan naskah ini. Hanya saja, keterangan yang diberikannya sangat
sederhana dan boleh dikatakan ‘keliru’. Naskah lontar nomor 622 yang tersimpan
di peti 88 diberi judul ‘wariga’ (sesuai dengan judul pada label) dan dianggap
berbahasa dan beraksara Bali (Behrend, 1998: 383).

Warugan merupakan kata bentukan dari kata waruga ‘bentuk’, yang dalam bahasa
Jawa kuna berarti ‘jenis bangunan (balai, paviliun)’, sedangkan dalam bahasa
Sunda Modern berarti ‘badan, tubuh’ dan akhiran –an yang membentuk kata
benda, seperti yang terdapat dalam kata Sunda modern ‘caritaan, cariosan’.
Sementara lemah berarti ‘tanah’. Dengan demikian, warugan lemah dapat berarti
‘bentuk tanah’. Keseluruhan isi teks kiranya sesuai dengan judul, yang
memaparkan pola tanah dan wilayah pemukiman, pengaruh baik dan buruknya,
berikut sarana dan mantra-mantra untuk mensucikannya, (Zoetmulder, 2006:
1395).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana isi dari Naskah Warugan Lemah?
2. Bagaimana karakteristik pola-pola pemukiman suku sunda berdasarkan
topografi tanah dan wilayah dalam naskah Waruga Lemah ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui isi dari Naskah Warugan Lemah
2. Untuk mengetahui karakteristik pola-pola pemukiman suku sunda
berdasarkan topografi tanah dan wilayah dalam naskah Waruga Lemah
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan
pengetahuan untuk meningkatkan wawasan penelaahan kajian sejarah
khusnya tentang susku sunda.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
a. Menambah wawasan peneliti khususnya tentang sejarah suku sunda
b. Memotivasi kita agar mengetahui berbagai pola - pola pemukiman
khususnya suksu sunda.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :
Bab 1 PENDAHULUAN. Bab ini berisi Tentang Latar Belakang, Rumusan
Penelitian, Tujuan Penelitian , Manfaat Penelitian, Dan Sistematika Penelitian.
Kajian Pustaka. Bab Ini Berisi Tentang Pola – Pola Pemukiman Suku Sunda
Berdasarkan Naskah Waruga Lemah.
METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini berisi Tentang Metode Penelitian ,
Penentuan Lokasi Dan Sasaran Penelitian, Sumber Data Dan Tekhnik
Pengumpulan Data.
KAJIAN PUSTAKA
1. Kerangka Teoritis
a. Pengertian pola –pola pemukiman
Pola pemukiman adalah tempat manusia bermukim dan melakukan aktivitas
sehari-hari.bentuk penyebaran penduduk dapat dilihat berdasarkan kondisi
alam dan aktivitas.
Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat
tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya.
Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah
dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan
lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan
mengembangkan hidupnya. Pengertian pola dan sebaran pemukiman
memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran permukiman membincangkan
hal dimana terdapat permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam
suatu wilayah, sedangkan pola pemukiman merupakan sifat sebaran, lebih
banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor
budaya.
b. Pengertian suku sunda
Suku Sunda (Urang Sunda, aksara Sunda) adalah kelompok etnis yang
berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar
Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa
Barat, Banten, Jakarta, dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan).
Orang Sunda tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan
provinsi Banten dan Jawa Baratsebagai wilayah utamanya.
Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar
kata sund atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai
pengertian bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa,
1949: 289). Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat
kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air,
tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito,
1990: 569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda meyakini bahwa memiliki
etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup.

c. Pengertian Naskah
a). Menurut KBBI
Naskah ialah karangan yang masih ditulis dengan tangan yang belum
diterbitkan.
Suatu naskah menuskrip (bahasa latin manuscript:manu scriptus ditulis
tangan), secara khusus ialah dokumen tertulis yang ditulis tangan
dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain.
Kata “naskah” diambil dari bahasa Arab nuskhatum yang berarti sebuah
potongan kertas.

b). Menurut Para Ahli


 Menurut Imam Suryono
Drama suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani), sedangkan
dramatik ialah jenis karangan yang dipertunjukkan dalam suatu
tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara ialah sebutan lain dari
drama dimana sandi ialah rahasia dan wara ialah pelajar. Orang yang
memainkan drama disebut aktor atau lakon.

 Menurut Molton

Drama Hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).

 Menurut Ferdinand Brunetierre


Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action, menurut
Baltazhar Vallhagen drama ialah kesenian melukisakan sifat dan
sikap manusia dengan gerak.

 Menurut Sendarasik
Naskah drama merupakan bahan dasar sebuah pementasan dan belum
sempurna bentuknya apabila belum dipentaskan, naskah drama juga
sebagai ungkapan pernyataan penulis (play wright) yang berisi nilai-
nilai pengalaman umum juga merupakan ide dasar bagi actor.

 Menurut Baried Dalam Venny Indria Ekowati “2003”


Naskah ialah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan
pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bansa masa lampau.

2. Penelitian yang Relevan

Rizki Dimas Exacti (2013), pola pemukiman kampung naga dan kampung
kanekes yang menjelaskan pola pemukiman kampung naga yang mana penduduk
membagi wilayahnya menjadi tiga bagian yaitu leuweungkeramat(makam
leluhur) di barat kampung, perkampungan ditengah, dan leuweung larangan
(hutan dedemit) disebelah timur kampung naga. Disana mereka masih memegang
teguh adat istiadat leluhur. Falsapah hidup penduduk kampung naga adalah
menjaga tata wilayah, tata wayah dan tata lampah. Seluruh bangunan mulai dari
rumah hunian hingga masjid dan balai pertemuan terbuat dari bambu bilik kepang
dan sasak. Rumah bagi masyarakat kampung naga tidak hanya berpungsi sebagai
tempat berlindung saja, tetapi memiliki mkna lebih yang berhubungan dengan
dunia atau imah karena itu rumah merupakan bagian dari konsep kosmologi yang
terdapat Penduduk membagi wilayahnya menjadi tiga bagian yaitu Leuweung
Keramat (makamleluhur) di barat kampung, perkampungan di tengah, dan
Leuweung Larangan ( hutandedemit) di sebelah timur kampung Naga. Bisa
dikatakan jika masyarakat kampung Nagamembangun kosmologi ruang, yaitu
atas-tengah-bawah. Leuweng keramat dibagian barat danleuweung larangan
berada ditimur adalah sumber kekuatan sakral. Leuweung Larangansebagai
tempat roh jahat dan Leuweung Keramat sebagai sumber kebaikan dengan
adanyamasjid dan lahan penduduk serta makam leluhur sebagai harta mereka.
Penempatan masjid disebelah barat mempresentasikan letak arah kiblat
menunjukan penduduk memegang teguhagama.Falsafah hidup penduduk
Kampung Naga adalah menjaga tata wilayah, tata wayah, dantata lampah. Tata
wilayah berupa ruang tertinggi yaitu gunung hingga ruang lautan. TataWayah
adalah suatu zaman atau era. Dan tata Lampah adalah kepercayaan
moralitasmasyarakat yang berpedoman pada ajara agama dan Al-Quran.
Penduduk percaya jika terjadi bencana. Relefansinya penelitian ini dengan
penelitian yang sedang saya teliti adalah dalam pola pola pemukimannya dan
keteguhan terhadap adat istiadat.
Ramzy Rabany (2017), Pola Pemukiman Pada Desa Adat Penglip Ramzy
Rabany menjelaskan Desa panglipuran merupakan desa tradisional di Bali
dengan ciri khasnya melestarikan rumah adatnya yang sekarang lebih banyak
dikenal sebagai desa wisata. Masyarakat desa penglipuran mengakui bahwa
nenek moyang mereka berasal dari desa Bayung Gede, Kintamani. Penduduk dari
desa Kubu yang mondok dan bercampur dengan penduduk dari desa Bayung
Gede tersebut, membentuk suatu pola menetap yang kecil dan diberi nama
Penglipuran.Desa Penglipuran merupakan desa adat yang perkembangannya
tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan Bali Mula, yaitu sebagai kebudayaan
awal terlahirnya kebudayaan Bali. Memasuki jaman Bali Age, kebudayaan
dikembangkan dengan membentuk benda-benda dan dalam suatu susunan yang
harmonis dalam fungsinya menjaga keseimbangan manusia dengan alam
lingkungannya.Pemukiman Desa Penglipuran berorientasi ke gunung “Kaja” dan
ke laut “Kelod” yang membentuk pola linier yang membagi hunian menjadi dua
bagian. Pola masa desa Penglipuran yang linier mengikuti arah mata angin utara
– selatan.. Sebagai penanda orientasi hulu “Kaja” tengah dan teben “kelod”. Atau
analogi tubuh manusia yang disebut yang disebut Tri angga, yaitu kepala, badan
dan kaki yang sekaligus menjadi tata nilai utama, madya dan nista yang kebetulan
terbentuk pada desa Penglipuran yang notabene termasuk peninggalan jaman Bali
Age yang berpolakan gunung dan laut. Pola rumah didesa adat panglipuran ini
mempunyai struktur rumah berderet tanpa adanya tembok pembatas antara rumah
yang satu dengan yang lainnya. Penekanan Utama dalam Konsep Arsitektur
Tradisional Bali adalah Tri Hita Karana yaitu menggabungkan antara konsep
Bhuana Agung (Makrokosmos) dengan Bhuana Alit (Mikrokosmos) sebagai
suatu pendekatan dalam tata ruang yang kemudian memberikan pengertian
adanya jiwa dalam penataan ruang di Bali. Nilai ruang utama pada sumbu bumi
berada pada daerah utara (gunung) dan nilai ruang nista pada daerah selatan (laut),
sedangkan nilai ruang utama pada sumbu religi berada pada daerah timur
(matahari terbit) dan nilai ruang nista berada pada daerah barat (matahari
terbenam). Akibat dari penerapan konsep sumbu bumi dan sumbu matahari pada
tatanan permukiman desa adat nya, maka morfologi Desa Adat Penglipuran
berbentuk linear dengan jalan. Pola Pemukiman Desa Adat Penglipuran
berbentuk linier dengan sistem pembagian Tata Ruang horizontal bersumbu
gunung dan laut dengan orientasi arah mata angin dengan sumbu Utara (Kaja)
atau Gunung dan sumbu Selatan (Kelod) atau Laut. relefansinya dengan
penelitian yang sedang peneliti teliti adalah dalam keteguhan memegang tegiuh
adat istiadat masyarakatnya..

Abdul Aziz (2013), pola pemukiman masyarakat madura yang menjelaskan pola
– pola bentuk pemukiman Maduira yang tanaean Lajang yang pada mulanya
instrumen untuk menjaga jalinan hubungan kekerabatan, persaudaraan hingga
pertemanan. Namun, belakangan pola tanean lajang mulai banyak ditinggalkan.
Relefansinya penelitian ini terhadap penelitian yang sedang peneliti lakukan
adalah lebih pada mulai ditinggalkan pola-pola pemukiman dan diganti dengan
gaya pola pemukiman barat.

Nuryanto adhi (2013), kajian pola kampung dan rumah tinggal pada arsitektur
tradisional masyarakat adat kasepuhan ciptarasa di kabupatem Sukabumi jajwa
barat . yang menjelaskan cara atau sisa-sisa peninggalan fisik arsitekturnya pada
masing-masing kampung dan rumah . relefansinya terhadap penelitian yang
sedang saya lakukan adalah pola rumahnya lebih pada bentuk rumah panggung
dan Sukabumi juga merupakan dan termasuk jawa barat yang bersuku sunda
Navila camalia (2018), Keluarga dan nilai tradisi budaya sunda, yang
menjelaskan tentang budaya sunda yang hidup,tumbuh, dan berkembanag
dikalangan orang sunda dan ciri khas msyarakat yang terakhir dari suku sunda
relefansinya dengan penelitianyang saya lakukan adalah fokus dalam budaya
sunda.
METODOLOGI PENELITIAN

Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh kemampuan memilih serta


menggunakan metode. Metode penelitian dapat di artikan sebagai cara yang digunakan
oleh penelitian dalam proses pemecahan masalah, sehingga dengan cara itulah tujuan
penelitian yang dikehendaki peneliti dapat tercapai. Sehubungan dengan itu metode
penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (Hasan, 2003:21).
pendapat lainnya yaitu metode penelitian adalah suatu cara yang dipikirkan dan dapat
memberikan arah serta petunjuk untuk melakukan penelitian (Poerwada,191:649).

Metode yang dipandang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian dan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif. Ada tiga langkah
menurut para ahli yang harus dilakukan saat menggunakan metode kualitatif. Adapun
ketiga langkah tersebut adalah: (1). Persiapan, (2). Lapangan dan yang ke (3).
Pengelolaan data. Ke tiga langkah tersebut dijelaskan oleh John W. Creswell dalam
bukunya Research Design Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Approaches
second edition (2003), adalah sebagai berikut:

A. PERSIAPAN
1) Menyusun rancangan penelitian
Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup
peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara
nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam
konteks kegiatan orang-orang/organisasi.
2) Memilih lokasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi
penelitian yang digunakan sebagai sumber data.
3) Mengurus perizinan
Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian.
4) Menjajaki dan melihat keadaan
proses penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah
yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan menetukan apakah lapangan
merasa terganggu atau tidak.

5) Memilih dan memanfaatkan informan


Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting
lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan narasumber.
6) Menyiapkan instrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai pengumpul data
(instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan
sejumlah informasi yang dibutuhkan. Dalam rangka kepentingan pengumpulan
data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan observasi, wawancara dan studi
dokumentasi.

B) LAPANGAN
1) Memahami dan memasuki lapangan
Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang berinteraksi
sehingga peneliti hanya mengamati, latar tertutup dimana peneliti berinteraksi
secara langsung dengan orang. Penampilan, Menyesuaikan penampilan dengan
kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian. Pengenalan hubungan
peneliti di lapangan, berindak netral dengan peran serta dalam kegiatan dan
hubungan akrab dengan subjek. Jumlah waktu studi, pembatasan waktu melalui
keterpenuhan informasi yang dibutuhkan.
2) Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data)
Peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, jadi peneliti harus
berperanaktif dalam pengumpulan sumber.

C) PENGOLAHAN DATA
1. Analisis Data
Melakukan analisis terhadap data yang telah didapatkan, peneliti dalam hal ini
bisa melakukan interpretasi dari data yang didapatkan dilapangan.
2. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan
dan melakukan verifikasi atau kritik sumber apakah data tersebut valid atau tidak.
3. Narasi Hasil Analisis
Langkah terakhir adalah pelaporan hasil penelitian dalam bentuk tulisan dan
biasanya pendekatan kualitatif lebih cenderung menggunakan metode deskriptif-
analitis.
D. Penentuan Lokasi Dan Sarana Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi tentang pola pola pemukiman suku sunda . Sasaran
penelitiannya adalah Naskah Warugan Lemah : Pola-Pola pemukiman Suku Sunda

E. Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data
diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan ada 2 yaitu:

1) Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan.
Sumber data primer ditelesuri melalui kegiatan wawancara.
2) Sumber data sekunder adalah sumber data yang lebih dahulu di kumpulkan dan
di laporkan oleh orang di luar diri penyidik sendiri walaupun data yang
dikumpulkan itu asli. Sumber data sekunder ditelusuri melalui observasi dan studi
pustaka.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara,
observasi, dan studi pustaka.
1) Wawancara
Menurut Charles Stewart dan W.B. Cash pengertian Wawancara adalah
proses interaksi dengan sebuah tujuan serius yang memiliki maksud dan tujuan
untuk bertukar perilaku dan melibatkan aktivitas tanya jawab.
Menurut Robert Kahn dan Channel, pengertian
wawancara adalah suatu pola khusus dari sebuah interaksi yang dimulai secara
lisan untuk suatu tujuan tertentu dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik
dengan suatu proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya
secara berkelanjutan. Dalam kegiatan wawancara
ini, penulis menempuh beberapa langkah sebagai berikut:

Menentukan tema atau topik wawancara;

Mempelajari masalah yang berkaitan dengan tema wawancara;


Menyusun daftar atau garis besar pertanyaan yang akan diajaukan (5W+1H);
Menentukan narasumber dan mengetahui identitasnya;
Menghubungi dan membuat janji dengan narasumber;
Mempersiapkan peralatan untuk wawancara (atat tulis atau alat perekam);
Melakukan wawancara;
Mencatat pokok-pokok wawancara;
Menyususn laporan hasil wawancara.

2. Observasi

Observasi merupakan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut, (Muh. Nazzir,1988:63).

Adapun pengertian observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan terhadap


obyek yang menggunakan seluruh aspek indera (Suharsimi,2002:146). Dari
pengertian ini dapat diambil suatu pengertian bahwa observasi merupakan
pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengambil data di lapangan.

3. Studi Pustaka

Yang di maksud kajian pustaka (literary research) adalah telaah yang dilaksanakan
untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan
kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan (Lexy J. Moleong,
2001:137). Dalam penelitian ini, peneliti mempelajari arsip-arsip dan sumber-sumber
lain yang ada kaitannya dengan masalah penelitian.

Anda mungkin juga menyukai