Anda di halaman 1dari 13

I.

JUDUL PRAKTIKUM

Iodometri

II. PENDAHULUAN

1. LatarBelakang
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan
ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.Berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder.Larutan
standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahuidari massa-volum
larutan).Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang
dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relativerendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood, 1999).

Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder


ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John
Kenkel,2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran
dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi
komponen tertentu.Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia
setara dengan banyaknya analit.Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang
dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.

Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya
diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasikemudian
dilakukan proses pengenceran (W Haryadi,1990). Pengenceran adalah prosespenambahan
pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.

1|
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi tidak tepat
sama dgn titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran, indikator bereaksi dgn analit,
atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi larutan blanko. Larutan blanko larutan yg
terdiri atas semua pereaksi kecuali analit.Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen
biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H+] atau –log
[X-] atau –log [Ag+] atau E (volt) terhadap volum (W. Haryadi, 1990).

2. Tujuan

 Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Iodometri


 Mahasiswa terampil dalam membuat Larutan Asam Sulfat (H2SO4) dan menghitung
gram Zat Terlarut dari larutan Asam Sulfat (H2SO4)
 Mahasiswa terampil dalam membuat Larutan dan menghitung Normalitas dari
larutan Asam Oksalat (H2C2O4)
 Mahasiswa mampu mereaksikan antara larutan Asam Sulfat (H2SO4) dan Asam
Oksalat (H2C2O4)
 Mahasiswadapatmemahami reaksi yang terjadi antara Larutan Asam Oksalat
(H2C2O4)yang dititrasi dengan Larutan Kalium Permanganat (KMnO4)

III. TINJAUAN PUSTAKA


Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri secara oksidimetri
dan reduksimetri melalui proses titrasi (W Haryadi, 1990).

Titrasi oksidimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan
standar zat pengoksidasi (oksidator).Titrasi reduksimetri adalah titrasi terhadap larutan zat
pengoksidasi (oksidator) dengan larutan standar zat pereduksi (reduktor). Oksidasi adalah suatu
proses pelepasan satu elektron atau lebih atau bertambahnya bilangan oksidasi suatu unsur.
Reduksi adalah suatu proses penangkapan sau elektron atau lebih atau berkurangnya bilangan
oksidasi dari suatu unsur. Reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung serentak, dalam reaksi ini
oksidator akan direduksi dan reduktor akan dioksidasi sehingga terjadilah suatu reaksi
sempurna. Pada titrasi iodometri secara tidak langsung, natrium tiosulfat digunakan sebagai
titran dengan indikator larutan amilum. Natrium tiosulfat akan bereaksi dengan larutan iodin

2|
yang dihasilkan oleh reaksi antara analit dengan larutan KI berlebih. Sebaiknya indikator
amilum ditambahkan pada saat titrasi mendekati titik ekivalen karena amilum dapat
memebentuk kompleks yang stabil dengan iodin.

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan reaksi oksidasi-oksidasi dipergunakan secara luas


dalam analisa titrimetrik.Ion-ion dari berbagai unsure dapat hadir dalam kondisi yang berbeda,
menghasilkan kemunkinan terjadi banyak reaksi redoks. Dalam banyak prosedur analisis
analitnya memiliki lebih dari satu kondisi oksidasi sehingga harus di konversi menjadi satu
kondisi oksidasi tunggal sebelum titrasi (Day&Underwood,2004).

Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tidak langsung (iodometri) adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Basset,1994).

Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa
kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya
iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan standar. Titrasi iodometri ini
termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu pada transfer elektron
(Day&Undewood,2004).

Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam
ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.Larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan larutan baku primer.
Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu yang lama (Day&Underwood,2004).

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses
oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah
senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan oksidasi. Sebaliknya pada
reduktor, atom yang berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah
oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar,2003).

3|
Warna larutan iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai
indikatornya sendiri. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan kanji, karena warna biru
tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji peka terhada iodium
(Day&Underwood,1986).Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk
natrium tiosulfat dan dianjurkan apabila natrium tiosulfat harus digunakan untuk penentuan
tembaga. (Day&Underwood,2004).

IV. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Gelas Ukur 8. Pipet Tetes


2. LabuUkur 9. Cawan petri
3. Erlenmeyer 10. Sendok
4. Buret 11. Pengaduk Gelas
5. Statif 12. Neraca Analitik
6. Gelas Beker 13. Kompor Pemanas
7. Pipet Ukur

Bahan-Bahan :
1. Kalium Iodat (KIO3)
2. Natrium (Na2S2O3 . 5 H2O)
3. Asam Sulfat (H2SO4)
4. KI
5. Indikator Amilum
6. Akuades

4|
1. Cara Perhitungan Bahan

1. Perhitungan berat Asam Sulfat (H2SO4) yang digunakan untuk membuat larutan
sebanyak 25ml dengan konsentrasi 3 M

 Diketahui :
- M H2SO4 = 3 M
- V = 25 ml
- Mr H2SO4

Mr H2SO4 = Ar H2 + Ar S + Ar O4
Mr H2SO4 = 2 + 32 + 64
Mr H2SO4 = 98 g/mol

 Ditanya :
- Berat Larutan H2SO4

 Rumus dan perhitungan :

𝑍𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟) 1000


3M = 𝑥
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝑙)
𝑍𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟) 1000
3M = 𝑥
98 25 𝑚𝑙
𝑍𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟)
3M = 𝑥 40 ml
98
3 𝑥 98
Zat Terlarut =
40
294
Zat Terlarut =
40
Zat Terlarut = 7,35 gram

5|
2. Perhitungan beratNatrium Tiosulfat (Na2S2O3. 5 H2O) yang digunakan untuk
membuat larutan sebanyak250 ml dengan konsentrasi 0,1 N

 Diketahui :
- M Na2S2O3 = 0,1N
- V = 250 ml
- Mr Na2S2O3. 5 H2O

Mr Na2S2O3 = Ar Na2 + Ar S2 + Ar O3+ Ar H2 + Ar O


Mr Na2S2O3 = 46 + 64 + 48 + 10 + 80
Mr Na2S2O3 = 248 g/mol

 Ditanya :
- Berat Larutan Na2S2O3

 Rumus dan perhitungan :

𝑍𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟) 1000


M = 𝑥 x Eq
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝑙)
𝑍𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟) 1000
0,1 N = 𝑥 𝑥 𝐸𝑞
248 250 𝑚𝑙
𝑍𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟)
0,1 N = 𝑥 4 ml x 2
248
𝑍𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟)
0,1 N = 𝑥 8 ml
248
0,1 𝑥 248
Zat Terlarut =
8
24,8
Zat Terlarut =
8
Zat Terlarut = 3,1 gram

6|
3. Perhitungan beratNormalitas Kalium Iodat (KIO3) yang digunakan untuk membuat
larutan 0,9000 gram sebanyak 250ml dengan Equivalen 2

 Diketahui :
- Zat Terlarut KIO3 = 0,9000 gram
- VKIO3 = 250 ml
- Equivalen KIO3= 2
- Mr KIO3

Mr KIO3 = Ar K + Ar I + Ar O3
Mr KIO3 = 39 + 127 + 48
Mr KIO3 = 214 g/mol

 Ditanya :
- Normalitas Larutan KIO3

 Rumus dan perhitungan :

𝑍𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟) 1000


N = 𝑥 𝑥 𝐸𝑞
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝑙)
0,9000 gram 1000
N = 𝑥 𝑥2
214 250 𝑚𝑙
0,9000 gram
N= 𝑥 4𝑥 2
214
7,2
N =
214
N = 0,03 N

7|
2. Prosedur Kerja

 Cara Kerja / Cara Pembuatan  Cara Kerja / Cara Pembuatan


LarutanKIO3: Larutan H2SO4:

1. Menimbang KIO3 seberat 1. Menimbang H2SO4 seberat


0,9000 gram. 7,35 gram.
2. Mengukur aquades sebanyak 2. Mengukur aquades sebanyak
250 ml dengan menggunakan 25 ml dengan menggunakan
gelas ukur. gelas ukur.
3. Masukan KIO3 tersebut ke 3. Masukan H2SO4 tersebut ke
dalam labu ukur. dalam labu ukur.
4. Menuangkanaquades ke 4. Menuangkanaquades ke
dalam labu ukur sampai dalam labu ukur sampai
mencapai ke garis. mencapai ke garis.
5. Larutan sudah siap 5. Larutan sudah siap
digunakan. digunakan.

 Cara Kerja / Cara Pembuatan  Cara Kerja melakukan Titrasi:


LarutanNa2S2O3:
1. Menyiapkan Buret dan
1. Menimbang Na2S2O3 seberat mengisinya dengan Larutan
3,1 gram. Na2S2O3 sebanyak 65 ml.
2. Mengukur aquades sebanyak 2. Mengambil Larutan
250 ml dengan menggunakan KIO3sebanyak 25 ml, larutan
gelas ukur. H2SO4 sebanyak 3 ml dan
3. Masukan Na2S2O3 tersebut kristalKI sebanyak 1 gram
ke dalam labu ukur. lalu masukan semua ke
4. Menuangkanaquades ke dalam erlenmeyer.
dalam labu ukur sampai 3. Titrasi dengan Larutan
mencapai ke garis. Na2S2O3 hingga berwarna
5. Larutan sudah siap Kuning Jerami.
digunakan. 4. Tambahkan Indikator
Amilum 2 tetes, Titrasi
Kembali sampai warna
larutan menjadi bening.
5. Catatlah Volume akhir
Titrasi dari larutan tersebut.

8|
3. Diagram Alir

MEMBUAT LARUTAN KALIUM IODAT (KIO3) SEBANYAK


0,9000 gr DENGAN 250 ml AQUADES

MEMBUAT LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT


(Na2S2O3)0,1N SEBANYAK 3,1 gr DENGAN 250 ml
AQUADES

MEMBUAT LARUTAN ASAM SULFAT (H2SO4)3M


SEBANYAK 7,35 gr DENGAN 25 ml AQUADES

SIAPKAN BURET MASUKKAN LARUTAN NATRIUM


TIOSULFAT (Na2S2O3)0,1 N SEBANYAK 65ml

PIPETLARUTAN KIO3 SEBANYAK 25 ML, LARUTAN


H2SO4 SEBANYAK 3 ML DAN KRISTAL KI
SEBANYAK 1 GRAM LALU MASUKAN SEMUA KE
DALAM ERLENMEYER

TITRASI DENGAN LARUTAN (Na2S2O3) HINGGA


BERWARNA KUNING JERAMI.

TAMBAHKAN INDIKATOR AMILUM 2 TETES,


TITRASI KEMBALI SAMPAI WARNA LARUTAN
MENJADI BENING

CATAT VOLUMEAKHIR KMnO4YANG DIPERLUKAN


SAAT TERJADI PERUBAHAN WARNA

9|
V. HASL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

 Gambar Hasil Pengamatan

 Perhitungan Volume Akhir Titrasi


 Diketahui :
- Volume Awal = 65
- Volume Akhir = 5 ml
 Ditanya :
- Berat Larutan H2C2O4
 Rumus dan perhitungan :

Volume Awal – Volume Akhir = 65 ml – 5 ml = 60 ml

Jadi, Volume Akhir Titrasi adalah 60 ml.

2. Pembahasan
Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang dianalisis
kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai, yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan standar.
Pada percobaan ini menggunakan larutan standar primer kalium bikromat (KIO3)
untuk menstandarisasikan larutan Na2S2O3.Standarisasi ini dilakukan karena konsentrasi
natrium tiosulfat belum diketahui.Dalam pembuatan larutan Na2S2O3 tidak stabil untuk waktu
yang lama.

10 |
Indikator yang digunkan adalah indikator amilum.Pemilihan indikator amilum ini
karna amilum dapat membentuk senyawa absorbsi dengan iodium yang dititrasi dengan
natrium tiosulfat.Sedangkan fungsi dari penambahan KI adalah garam pengoksida iodide
secara kuantitatif menjadi iodium dalam larutan berasam. Setelah KI bereaksi dengan larutan
asam, larutan tidak dibiarkan untuk waktu yang cukup lama untuk berhubungan dengan
udara, KI ini harus bebas dari iodat karena zat ini akan bereaksi dengan larutan berasam
untuk membebaskan iodium sehingga harus cepat dititrasi.
Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Na2S2O3).
Setelah dititrasi sampai larutan berwarna kuning mudah, kemudian larutan ditambahkan
indicator amilum sebanyak 3 mL sehingga larutan berubah menjadi warna hitam.
Maksud penambahan indikator kanji pada saat larutan berwarna kuning muda adalah
pada saat itu konsentrasi I2 sudah dalam keadaan seminimal mungkin. Setelah penambahan
indikator amilum sebanyak 2 tetes titrasi dilanjutkan sampai warna hitam pada larutan hilang
dan kembali menjadi warna bening kembali sehingga didapatkan normalitas KIO3 0,1 N dan
Volume Akhir Titrasi memerlukan Na2S2O3 sebagai titran sebesar 65 ml.

VI. PENUTUP

1. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, maka praktikan dapat mengambil kesimpulan penting
yaitu :
1) Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri secara
oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi.
2) Larutan KMnO4 distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu 60-
80oC, sehingga diperoleh konsentrasi KMnO4 adalah sebesar 1 N.
3) Larutan Baku yang digunakan adalah larutan Asam Oksalat (H2C2O4) dan Asam
Sulfat (H2SO4) digunakan karena Kalium permanganat adalah oksidator yang paling
baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam
menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4)
4) Pada standarisasi larutan permanganat tidak menggunakan indikator karena kalium
permanganat termasuk zat pengoksida yang sangat kuat
5) Standarisasi ini harus dilakukan dengan asam kuat ini dikarenakan supaya reaksi tidak
bolak balik serta Standarisasi ini harus dipanaskan karena reaksi permanganat dengan
asam oksalat dengan asam sulfat berjalan agak lambat pada suhu kamar.

11 |
6) Larutan KMnO4 merupakan larutan yang sifatnya autoindikator sehingga dalam
percobaan Permanganometri ini tidak diperlukan indikator yang lain.
7) Titrasi Permanganometri berlangsung dalam keadaan asam.

2. Saran
Dalam hal ini diharapkan kepada praktikan selanjutnya supaya :
1) Lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan titrasi.
2) Untuk menghindari terontaminasinya larutandiusahakan agar percobaan lebih
cepat dilaksanakan.
3) Menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi.
4) Teliti melihat dan mengukur volume Na2S2O3 yang digunakan pada buret.
5) Dalam melakukan praktikum ini, perlu di tingkatkan kerja sama antara setiap
anggota dalam kelompoknya masing-masing.
6) Alat-alat dan bahan praktikum harus memadai dan di siapkan sebelum
melaksanakan praktikum sehingga lebih mengefesiensi waktu untuk
praktikum.

B. DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktikum Kimia Dasar Oleh Tim Dosen Mata Kuliah Kimia Dasar

Christian, Gary D.(1980). Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons

David Harvey, (2000).Modern Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons

Day, Underwood, (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

J. Bassett. (1978). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great Britain :


Longman Group.

John Kenkel, (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Washington, Lewis Publishers

Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, (1998). Contemporary in Analytical Chemistry.


Toronto: John Wiley & Sons

Suyanta, Regina Tutik, dan Sunarto, (2003). Petunjuk Praktikum Kimia Analisis I,
Yogyakarta: FMIPA UNY

W. Haryadi, (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

12 |
KIO3 + KI KIO3 + KI + H2SO4

Penambahan Amilum

13 |

Anda mungkin juga menyukai