Puji dan syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Critical Book Report ini dengan baik.
Dalam penyusunan critical book report ini, saya banyak menghadapi kesulitan. Tetapi,
berkat usaha dan keingintahuan. Dalam critical book ini, saya juga menyampaikan pokok
pikiran mengenai isi dari buku Psikologi Pendidikan yang saya kritik.
Saya menyadari, bahwa critical book report ini masih jauh dari kesempurnaan ,baik
dari segi isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan
untuk penyempurnaan critical book ini ke jenjang yang lebih baik dan sempurna. Akhir kata,
saya mengucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.
1
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
D. Manfaat ....................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 34
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 36
B. Saran ......................................................................................................................................... 36
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi
pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia
pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses
belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan
utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan
pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna.
Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik
untuk membantu perkembangan peserta didik dan membantu membentuk serta
mengembangkan nilai-nilai, sikap, moral, pengetahuan dan keterampilan tertentu dari
generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Oleh karena itu, agar tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam
pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat
menunjukkan perilakunya secara efektif.
Untuk mencari sebuah ilmu, haruslah berdasarkan sumber yang valid dan terpercaya,
dan salah satu sumbernya adalah buku. Mempelajari sebuah buku tidaklah cukup, karena
ilmu yang terdapat di tiap buku bisa berbeda jenis dan versinya. Meskipun acuannya sama,
namun beberapa buku menyimpulkan dan mengupas ilmu tersebut ke dalam bentuk yang
berbeda-beda. Untuk itulah kami menggunakan beberapa referensi buku dengan topik yang
sama, yang membahas tentang psikologi pendidikan untuk dibandingkan isi dan topik
pembahasannya.
Semoga kritik buku ini dapat bermanfaat, dan dapat dijadikan referensi dalam
memilih sumber buku bacaan psikologi pendidikan yang tepat bagi pembaca. Kami
mengharapkan masukan dan nasehat demi kualitas Critical Book Report yang kami buat ini.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dari Critical Book Report
mengenai:
1. Bagaimana ketiga buku ini membahas tentang Media Pembelajaran?
2. Apa kelebihan dan kekurangan pada buku pertama?
3. Apa kelebihan dan kekurangan pada buku kedua?
4. Bagaimana perbandingan antara ketiga buku tersebut?
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah :
1. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan pada buku pertama
2. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan pada buku kedua
3. Untuk mengetahui perbandingan antara ketiga buku tersebut
D. Manfaat
Bagi Penulis
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Pendidikan
2. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis suatu buku.
3. Menumbuhkan pola pikir kreatif dalam membandingkan buku yang satu dengan yang
lain
4
A. Identitas Buku I :
Judul buku : Psikologi Pendidikan
Penulis : Dr. Muhibbin Syah, M.Ed
Editor : Anang Solihin Wardan
Desain Cover : Guyun Slamet
Penerbit : PT. REMAJA ROSDAKARYA
Tempat terbit : Bandung
Tahun terbit : 2010 (Edisi Revisi)
Kode buku : RR.PK.0107-15-2010
ISBN : 979-692-972-6
Tebal buku : 261 halaman
B. Identitas Buku II :
Judul : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Drs. M. Ngalim Purwanto, MP.
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya
ISBN : 79-514-036-1
Cetakan : Cet 20
Tahun Terbit : 2004
Bahasa : Indonesia
Jumlah Halaman : 169 hal
5
BAB II
ISI BUKU
A. RINGKASAN BUKU I
BAB 1
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
A. DEFINISI PSIKOLOGI, PENDIDIKAN, DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. DEFINISI PSIKOLOGI
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa
inggris pscychology. Kata psychologye merupakam dua akar kata yang bersumber dari
bahasa greek (Yunani), yaitu: 1)psyche yang berarati jiwa; 2)logos yang berarti ilmu, jadi
secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
a. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
b. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran ( the science of mind)
c. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior) dan lain-lain
difinsi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefinisikan.
2. DEFINISI PENDIDIKAN
Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini mendapat awalan me sehingga
menjadi "mendidik", artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memeliharan dan
memberi latihan di perlukan adanya ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai ahlak dan
kecerdasan pikiran (lihat kamus besar bahasa indonesia, 1991: 232).
Psikologi pendidikan adalah sebuah sistem subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan
teori dan masalah pendidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut.
Sejarah singkat yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi
pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini terbukti krana kebanyakan
karya tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup” psikologi masih snagat langka. Karya tulis
yang membahas riwayat psikologi yang ada sekarang pasa umumnya tentanng berbagai
psikologi yang di campur menjadi satu, sehingga menyulitkan identifikasi tehadap jenis
psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tinggkah laku manusia yang teribat dalam
proses pendidikan itu meliputi tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh
guru), dan tingkah laku mengajar-belajar (oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
7
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan
menjadi tiga macam.
Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi di bidang
pendidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seprerti:
1. Metode Eksperimen
2. Metode Kuesioner
3. Metode studi khusus
4. Metode penyelidikan klinis
5. Metode Observasi Naturalistik
Akar kata pendidikan adalah “didik” atau “mendidik” yang secara harfiyah artinya adalah
memelihara dan memberi latihan. Sedangka “pendidikan”, kegiatan mengubah prilaku dan
sikap seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan penelitian.
8
Pendidikan, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
BAB 2
1. PROSES PERKEMBANGAN
Secara umum, proses dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses perkembangan siswa ialah tahapan-
tahapan perubahan yang di alami seorang siswa, baik yang bersifat jasmani maupun bersifat
rohani.
2. TUGAS DAN FASE PERKEMBANGAN
Adalah hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan
manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar hal ini
tidak berarti merupakan kegiatan belajar yang ilmiah. Hal-hal lain yang menimbulkan tugas-
tugas perkembangan tersebut adalah:
a. Karena danya kematangan fisik terutama pada fase perkembangan tertentu;
b. Karena adanya doronagan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu
sendiri;
c. Karena adanya tuntutan kultural masyarakat sekitar.
9
3.HUKUM PERKEMBANGAN
Perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dab akibat terjadinya
pristiwa perkembangan dalam diri manusia.
a. Hukum Konvergensi
b. Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri
c. Hukum Masa Peka
d. Hukum Keperluan Belajar
e. Hukum Kesatuan Anggota Badan
f. Hukum Tempo Perkembangan
g. Hukum Irama Perkembangan
h. Hukum Rekapitulasi.
C. PERKEMBANGAN PSIKI-FISIK SISWA
1. Perkembangan Motor (Fisik) Siswa
2. Perkembangan Kognitif Siswa
3. Perkembangan Sosial dan Moral Siswa
Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya
terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah efektif dan psikomotor seperti
yang akan penyusun lebih lanjut.
a. Mengembangkan Kecakapan Kognitif
b. Mengembangkan Kecakapan Afektif
c. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
10
BAB 3
BELAJAR
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
1. DIFINISI BELAJAR
2. CONTOH BELAJAR
B. ARTI BELAJAR
Balajar adalah key term (istialah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dari berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan.
1. PRESEPEKTIF PSIKOLOGI
11
dan pangetahuan itu sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan. Memori yang biasa kita
artiakan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi
dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan
pengetahuan yang terdapat pada otak manusia.
2. PERSEPEKTIF AGAMA
Islam, menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi (1984), adalah akidah yang berdasarkan ilmu
pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Hal ini tersirat dalam
firman Allah, “ Maka kethuailah, bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah” (surah Muhammad :
19). Islam memandang umat islam sebagai mahluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong,
tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberikan potensi ayng bersifat jasmaniah
dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahua dan teknologi untuk
kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
1. Koneksionisme
2. Pembiasaan Klasik
3. Pembiasaan Prilaku Respons
4. Teori Pendekatan Kognitif
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang
denganya beberapa yang ditimbulkan hingganya tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber,
1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif, efektif,
dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlo, 1985),
dalam proses belajar, siswa emenpuh tiga episode atau tiga fase, yakni:
a) Fase informasi (tahap penerimaan materi).b) Fase transpformasi (tahap pengubahan
materi).c) Fase evaluasi (tahap penilaian materi).Dalam fase informasi
(informatin), seorang siswa yang sedang belajar memeroleh sejumlah keterangan mengenai
materi ayang sedang dipelajari. Dalam fase transformasi (transformation), informasi yang
12
telah itu di analisis, diubah, atau di transformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptul supaya kelak pada giliranya dapat di masnfaatkan bagihal-hal yang lebih
luas. Dalam fase evaluasi (evaluation),seorang siswa yang akan menilai sendiri sampai
sejauh mana pengetahuanya (informasi yang telah di transforasikan tadi) dapat di manfaatkan
untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
BAB 4
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik
yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.
Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang
pernah di alami sekurang-kurangnya ia nerasakan perubahan dalam dirinaya,seperti
penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan dan
seterusnya.
Positif artinya baik, bermanfaat, sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna
bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya suatu yang
baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada
sebelumnya.
Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, manfaat tertentu bagi siswa.
Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat funsional dalam arti ia relatif menetap dan
setiap saat apabila di butuhkan perubahan tersebut dapat di produksi dan di manfaatkan.
Dalam hal ini memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli
sependapat atau sekurang-kurangnya terdapat titik temu di antara mereka mengenai hal-hal
13
yang prinsipal. Aka tetapi, mengenai apa yang dipelajari siswa dan pbagaimana
perwujutanya, aganknya masih ,menjadi teka-teki yang sering menimbulkan pendapat yang
cukup tajam dianatar para ahli itu.
a. Kebiasaan
b. Keterampilan
c. Pengamatan
d. Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
e. Berpikir Rasional dan Kritis
f. Sikap
g. Inhibisi
h. Apresiasi
i. Tingkah Laku Afektif
C. JENIS-JENIS BELAJAR
1. Belajar Abstrak
2. Belajar Keterampilan
3. Belajar Sosial
4. Belajar Pemecahan Masalah
5. Belajar Rasional
6. Belajar Kebiasaan
7. Belajar Apresiasi
8. Belajar Pengetahuan
I. Efesiensi Belajar
14
Pada umunya orang melakukan usaha atau berkerja dengan memeroleh hasil yang
banyak tanpa mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu yang banyak pula, atau dengan kata
lain efesien.
Untuk melengkapi uraian mengenai pendekatan dan strategi belajar tersebut dimuka,
berikut uni penyusun sajikan sebuah cara mempelajari teks (wacana), khususnya yang
terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan laporan penelitian. SQ3R pada prinsipnya
merupakan singkatan langkah-langkah mempelajari teks yang meliputi:
Secara global, faktor-faktor yang memengaruhi siswa dapat kita bedakan menjadi tiga
macam:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kedaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa;
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa;
15
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learnig), yakini janis upaya belajar siswa
yang meliputu strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.
BAB 5
Pada bagian ini diurikan beberapa bagiam pokok yang behubungan dengan prestasi
atau kinerja akademik (academic performance) dan penetapan batas minimal prestasi belajar
siswa.
1. Difinisi Evaluasi
1. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
a. Tujuan Evaluasi
b. Fungsi Evaluasi
Fungsi administratif untuk penyusunan daftar mengisi datar nilai dan pengisian rapor;
Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan;
Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan
program remedial teaching (penagjaran perbaikan);
Sumber data BK untuk memasok data siswa tertentuk yang memerlukan bimbingan dan
konseling (BK).
Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi
perkembangan kurikulum, metode dan alat-alat PMB.
c. Ragam Evalusi
Pre-test dan post-test
Evaluasi prasyarat
Evaluasi diagnostik
Evaluasi formatif
Evalusi sumatif
16
UAN/UN
d. Syarat dan Ragam Alat Evalusi
Syarat alat evaluasi
Ragan alat evaluasi
e. Indikator prestasi belajar
f. Batas minimal prestasi belajar
Setelah mengetahui indikator prestasi belajar diatas, guru perlu pula mengetahui bagai
mana menetapakan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena
mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas
bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti yang meliputi ranah cipta, rasa,
dan karsa siswa. Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing
grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangakn untuk sekala 0-100 adalah 55 atau 6.
Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang telah ada dalam sistem memori siswa. Kedua, lupa dapat terjadi pada seseorang
siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja atau tidak. Ketiga,
lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan status lingkungan atar waktu belajar dengan
waktu mengingat kembali (Anderson, 1990), dan lain sebagainya.
Kiat terbaik untuk mengurangi luapa adalah, dengan cara mengingatkan daya ingat
akal siswa. Banyak ragam kiyak yang perlu dicoba oleh siswa dalam mengingat daya
ingatnya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson(1990), adalah
sebagai berikut:
1. Overlarning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan
dasar atas materi peljaran tertentu.
17
2. Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
3. Mnemonic device (muslihat memori) yang sring juga hanya disebut mne-monic itu
berarti kiat khusus yang di jadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-
item informasi kedalam sistem akal manusia.
4. Pengelompokan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut
memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau mirip.
5. Latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul yang sudah
dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cremming.
6. Pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun
daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya ) yang diawali dan diakhiri dengan
kata-kata yang harus diingat.
2. KEJENUHAN BELAJAR
Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ialah kehilangan motifasi dan
kehilangan konsilidasi salah satu tingkat salah satu tinggkat keterampilan tertentu sebelum
siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chapilan, 1972).selain itu
kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan
jasmaninya karena bosan (boring), dan keletihan (fatigue).
Transfer dalam belajar yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learning) itu
mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari situasi kesituasi lainya (Reber,
1988). Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangny keterampilan melakukan
sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan keterampilan baru pada masa sekarang.
18
2. Terjdinya transfer positif dalam belajar
Transfer positif, seperti yamg telah diuraikan diatas, akan mudah terjadi pada seoarng
siswa dalam situasi belajarnya di buat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan
ditempati siswa tersebut kelak dalam mengapresiasiakan penegetahuan dan keterampilan
yang telah ia pelajari disekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan dalam belajar terdiri
dari dua macam yaitu:
a. Faktor interen siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang umum dari dalam diri
siswa sendiri.
b. Faktor eksteren siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri
siswa.
2. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
19
Setelah langakah-langkah diatas selesai, barulah guru melaksanakan langakah
berikutnya , yakni melaksanakan program perbaikan:
a. Analisis diagnosis
b. Menentukan kecakapan bidang bermasalah
c. Menyusun program perbaikan
d. Melaksanakan progaram perbaikan
BAB 6
MENGAJAR
Mengajar merupan istilah kunci yang tak hampir luput dari pembahasan mengenai
pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Sebagian orang menganggap
mengajar hanya sebagian pendidikan. Mengajar hanya dianggap sebagai slah satu alat atau
cara dalam menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri .
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-
bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan
dan kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian, tujuanya pun hanya berkisar sekitar
pencapaian penguasaan siswa sejumlah pengetahuan dan kebudyaan.
2. Contoh mengajar
Selaku pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan
pembantu para siswa, bukann hanya mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika
mereka berada dalam luar kelas, khususnya ketika mereka masih berda dalam lingkungan
seperti di laboraturium, perpustakaan dan lain sebagainya.
20
1. Model pokok mengajar
a. Model information processing (tahap pengelolaan informasi)
b. Model personal
c. Model sosial (hubungan bermasyarakat)
d. Model behavioral (penegembangan prilaku)
2. Metode Pokok Pengajaran
a. Difinisi metode mengajar
Metode secar harfiah berarti “cara”. Dalam pemakain yang umum, metode diartikan
sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan
fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi metode berarti prosedur
sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasanya digunakan untuk meyelidiki fenomena
(gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya.
Pada prinsipnya, tidaka satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna
dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Mengapa?
Karena, setiap metode mengajar memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan
yang khas.
Ragam dan jumlah metode mengajar mulai yang dari tradisional sampai yang paling
moderen sesungguhnya banyak hampir tak dapat dihitung dengan jari-jari tangan. Ada empat
macam metode mengajar yang dipandang resprenssetatif dan doinan dalam arti digunakan
secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada setiap jenjang pendidikan formal.
Metode ceramah
Metode diskusi
Metode demontrasi
Metode ceramah plus
21
BAB 7
A. GURU
1. Arti guru dahulu dan sekarang
Sekurang-kurangnya selama dua dasawarsa terakhir ini hampir setiap saat, media
masa khususnya media catak harian dan mingguaan memuat berita tentang guru. Namun,
berita-berita ini banyak yang cenderung melecehkan posisi para guru, sedangkan para guru
sendiri nyaris tak mampu membela diri.
Dalam kamus besar bahasa indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang
yang pekerjaanya (mata pencaharianya) mengajar. Kata mengajar dapat pula ditafsirkan
bermacam-macam, misalnya:
Dalam arti sederhana, kepribadian bersifat hakiki individu yang tercermin pada sikap
dan perbuatanya yangb membedakan dirinya dari yang lain. Mcleon (1989) mengartikan
kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, kata lain
yang sangat dekat artinya dengan kepreibadian adalah karakter dan identits.
22
b. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);
c. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa).
d. Kompetensi psikomotor guru
D. HIUBUNGAN GURU DENGAN PROSES MENGAJAR-BELAJAR
1. Konsep dasar proses mengajar-belajar
a. Difinisi dan komunikasi dalam proses belajar-mengajar
b. Sasaran dalam proses belajar –mengajar
c. Strategi perencanaan proses belajar-mengajar
d. Strategi plaksanaan proses mengajar-belajar
e. Faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar mengajar
Sehubungan dengan hal itu, rabgkai tujuan dan hasil yang harus dicapai guru,
terutama belajar, membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan kegiatan siswa diharapkan
berjhasil mengubah tingkah lakunaya sendiri kearah yang lebih maju dan positif.
Pertama, guru otoriter (authoritarian). Guru yang otoriter selalu mengarahkan dengan
keras segala aktifitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Kedua, guru laizze-faire
padananya adalah idividualisme (faham yang menghendaki kebebasn pribadi). Ketiga, guru
demokratis (democratic) yang pada intinya mengandung makna memperhatikan persamaan
hak dan kewajiban semua orang. Keempat, guru otoritatif berarti berwibawa karena adnya
kewenangan baik berdasarkan kemampuan kekuasaan yang diberikan.
23
B. RINGKASAN BUKU KE II
BAB 1
Pengertian Psikologi
Menurut arti kata-katanya maka psikologi maka psikologi sering di terjermahkan
menjadi ilmu jiwa. Yakni dari kata psyche yang berarti jiwa, roh, dan logos yang berarti ilmu.
Sebernya tersebut kurang tepat, karena bertitik tolak dari pandangan manusia, yang
menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua bagian jasmani dan rohani.
Dengan singkat dapat dapat kita katakan bahwa psikologi ialah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia, tingkah laku disini di artikan secara luas ialah segala kegiatan,
tindakan perbuatan manusia yang maupun yang tidak kelihatan,yang disadari maupun tidak
disadarinya. Termasuk di dalamnya: cara berbicara, berjalan, berpikir/atau mengambil
keputusan, cara ia mengambil sesuatu, caranya beraksi terhadap segala sesuatu yang datang
dari luar dirinya, maupnun dari dalam dirinya.
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Mengingat bahwa psiklologi pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya
pada penemuan dan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik- teknik psikologi kedalam pendidikan,
maka ruang lingkup psikologi pendidikan mencakup topik-topik psikologi yang erat
hubungannya dengan pendidikan.
Yang merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara lain:
1. Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan yang
perpengaruh terhadap belajar
2. Sifat-sifat dari proses belajar
3. Hubungan dengan tingkat kematangan dengan kesiapan belajar
4. Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan
dan keterbatasan belajar
5. Perubahan-perubahan jiwa (inner Changes) yang terjdi selama dalam belajar.
6. Hubungan antara prosedur-prosedur dengan hasil belajar.
7. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar.
8. Pengaruh atau akibat relatif dari pendidikan formal di bandingkan dengan pengalaman
belajar yang insidental dan informal terhadap individu.
9. Nilai atau manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personal sekolah.
10. Akibat psikologis yang di timbulakn oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap
para sisiwa.
24
BAB II
Pembawaan, Keturunan Dan Lingkungan
Soal Pembawaan Dan Lingkungan
Soal pembawaan ini adalah soal yang btidak mudah dan dengan demikian memerlukan
penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli
biologo, ahli psikologi, dan lain-lain pemikiran dan berusaha mencari jawaban atas
pertanyaan perkembangan manusia itu tergantung pada pembawaan ataukah pada lingkungan.
Dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu disini di kemukakan
adanya beberapa pendapat:
a. Aliran Nativisme
b. Aliran Empirisme
c. Hukum Konvergensi
Pembawaan Dan Keturunan
a. Keturunan
Kita mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seseorang anak adalah
keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel
kelamin dari generasi yang lain.
Banyak para ahli yang berusuha menyelidiki sifat-sifat kejiwaan manusia yang
berkenaan dengan keturunan, tetapi sampai sekarang penyelidikan itu masih belum dapat
dikatakan memuaskan hasilnya. Adapun beberapa faktor yang menyulitkan pelaksanaan
penyelidikan tersebut dengan baik,antara lain :
Pada manusia tidak dapat di lakukan persilangan (kruising) mrnurut rencana tertentu
umpamanya persilangan antara dua ras yang sangat berlainan asalnya seperti yang
dapat dilakukan terhadap binatang atau tumbuhan-tumbuhan.
Masa perkembangan manusia yhang sangat lama, sehingga mengakibatkan sifat-sifat
yang ada yang terjadi karena keturunan dapat tersembunyi dengan lamanya, sebelum
sifat-sifat itu menampakkan diri pada suatu individu yang tertentu.
Masa hidup suatu generasi juga demikian lama sehingga si penyelidik tdak akan
mungkin akan mengdakan pengamatan-pengamatan terhadap lebih dari satu
kerturunan.
Adanya jumlah anak manusia yang relatif (menurut perbandingan hanyan sedikit
sekali).
b. Pembawaan
25
Sifat-sifat pembawaan atau kesanggupan-kesanggupan yang termasuk dalam struktur
pembawaan itu tidak semuanya dapat berkembang atau menunjukkan diri dalam
perwujudannya. Talent atau tersembunyi jadi tetap tinggal sebagai kemungkinan saja, yang
tidak mewujudkan diri.
Adapun yang menyebabkan berkembangnya sifat-sifat pembawaan itu sehingga
menjadi wujud (actual ability) atau tetap tinggal terpendannya suatu sifat pembawaan
(potensial ability), ialah faktor-faktor dari luar (umpamanya karena mendapat kesempatan
atau latihan atau pengajaran yang cukup) maupun faktor-faktor dari dalam (umpamanya
konstitusi badan yang demikian rupa sehingga tidak memungkinkan perkembangannya sifat-
sifat pembawaannya itu).
c. Pembawaan Dan Keturunan
Pembawaan ( yang dibawa si anak sejak lahirnya) adalah potensi-potensi yang aktif
dan paasif, yang akan terus berkembang mencapai perwujudannya.
Jadi kesimpulannya ialah semua yang dibawa oleh si anak sejak lahir adalah diterima
kerena kelahirannya dan marpakan factor pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah
semuanya diperoleh karena keturunan. Sebaliknya, semuanya yang diperoleh karena
keturunan adalah dapat dikatakan pembawaan, atau lebih tepat lagi pembawaan
keturunan.
d. Pembawaan Dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah itu pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama
maksudnya, umumnya dalam buku-buku psikologi kita dapati kedua istilah itu sejajar, sama-
sama dipakai untuk satu pengertian yaitu pembawaan (aanleg). Untuk menggantikan kata
aanleg kedua istilah tersebut dapat digunakan sama-sama dengan maksud yang sama pula.
Titik berat perrbedaannya terletak pada luas pengertiannya yang satu mengandung pengertian
yang lebih luas dari pada yang lain.
Beberapa Macam Pembawaan Dan Pengaruh Keturunan
beberapa macam pembawaan, antara lain:
Pembawaan Jenis
Pembawaan Ras
Pembawaan Jenis Kelamin
Pembawaan Perseorangan
26
BAB III
Mengapa Manusia Berinteraksi Dengan Dunia Luar
Tenaga-Tenaga Pendorong Pada Manusia
Daya-daya/tenaga yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar itu
agar dapat berlangsung dan mengembangkan hidupnya. Daya-daya yang mendorong manusia
dari dalam untuk melakukan perbuatan itu dusebut dorongan Nafsu (driften). Yang di maksud
dengan dorongan nafsu Ialah kekuatan pendorong maju yang memaksa dan mengejar
kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-
nilai yang tertentu.
Dalam garis besarnya dorongan nafsu dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Dorongan nafsu yang mempertahankan diri
Mencari makanan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar
tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidup aman dan sebagainya.
b. Dorongan nafsu yang mempertahankan diri
Dorongan ingin tau,melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada
manusia dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan manusia makin maju dan akin tinggi.
c. Dorongan nafsu mempertahankan jenis
Manusia ataupun hewan secara sadar maupan tidak sadar,selalu menjaga agar
jenisnya atau keturanannya tatap berkembang dan hidup.
Ada pula yang membagi dorongan nafsu itu mrnjadi empat macam ialah sebagai berikut :
a. dorongan nafsu vital
Daya pendorong dalam diri manusia yang dilahirkan pada terciptanya nilai-nilai atau
benda-benda yang perfaedah bagi organisme (jasad).
b. dorongan nafsu egois
nafsu ini mendorong manusia kepada penghayatan akan kepercayaan kepada diri
sendiri, menghargai diri, kemerdekaan batin dan perasaan tanggung jawab. Hidup dorongan
nafsu egois ini berhasrat mempertinggi aku, artinya tertuju kepada perkembangan dan
kesempurnaan diri.
c. dorongan nafsu social
hidup dorongan nafsu social, mendorong manusia berkumpul dan mengadakan kontak
dengan manusia lain berupa persahabatan, perkawinan dan sebagainya yang memungkinkan
hidup masyarakat.
d. Dorongan Nafsu Super Social
27
Pada dasarnya manusia itu berbeda dengan makhluk yang lain. Dorongan nafsu yang
diarahkan oleh yang maha kuasa.
BAB IV
Pengertian Berfikir
Berfikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang
terarah kepada satu tujuan. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang
kita kehendaki.
Bahasa Dan Berfikir
Berfikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang
membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berfikir karena mempunyai bahasa, hewan
tidak. Bahasa hewan bukanlah seperti bahasa yang dimiliki manusia. Bahasa hewan adalah
bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan di ajarkan. Bahasa manusia adalah hasil
kebudayaan yang harus dipelajari dan di ajarkan.
Bahasa adalah alat yang terpenting bagi berfikir. Tanpa bahasa manusia tidak dapat
berfikir. Karena erat hubungannya antara bahasa dan berfikir itu, Plato pernah mengatakan
dalam bukunya Sophistes “ berbicara itu berfikir yang keras ( terdengar ), dan berfikir itu
adalah “ berbicara batin”.
Beberapa Macam Berfikir
Berpikir induktif.
Berpikir deduktif
Berpikir analogis
BAB V
Intelijensi
Pengertian Intelijensi
Intelegensi ialah kemampuan yang di bawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang
berbuat seseatu dengan cara yang tertentu.
William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan
untuk menyesuaikan diri pada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat yang berfikir
yang sesuai dengan tujuannya.
Dari ungkapan-ungkapan yang di kemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa :
Intelegensi itu ialah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di
dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan,perhatian, minat dan sebagainya turut
mempengaruhi intelijensi seseorang).
28
Kita hanya dapat mengatahui intelegensi, dari tingkah laku atau perbuatanya yang
tampak. Intelijensi hanyan dapat kita ketahui dengan cara tidak tidak langsung,
melalui “kelakuan intelegesinya”.
Bagi suatu perbuatan intelegesi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja
yang penting faktor-faktor dan pendidikan yang memang menjadi peranan.
Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan
yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan
mencapai tujuan itu.
Ciri-Ciri Intelegensi
a. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru yang
bersangkutan
b. Perbuatan intelegensi sifatnya serasi tujuan dan ekonomis
c. Masalah yang dihadapi, harus mengandung tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan
d. Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat
e. Dalam berbua tintelijensi sering kali menggunakan daya mengabstraksi
f. Perbuatan intelegensi bercirikan kecepatan
g. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu
jalannya pemecahan masalah yang sedang di hadapi
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi Seseoran
1. Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibwa sejak sejak
lahir.
2. Kematangan: tiap orang dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap orang (fisik maupan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
3. Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan diluar diri diri seseorang yang
mempengaruhi intelijensi.
4. Minat pembawaan yang khas: minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan pendorong bagi perbuatan itu.
5. Kebebasan: kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
Tes Intelegensi
Tes biner simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah
dikelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-5 tahun) pertanyaan –pertanyaan itu
29
sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran sekolah,
seperti:
mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang
mengulang deretan angka-angka
memperbandingkan berat timbangan
menceritakan isi gambar-gambar
menyebutkan nama bermacam-macam warna
menyebut nama harga mata uang
BAB VI
Motivasi
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan, pengalaman dan
motivasi. motivasi berasal dari kata motto, yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau dapat juga dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dan mencapai
tujuan.
Macam-Macam Motivasi
Dalam membahas soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dua sudut
pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi sendiri yang di sebut ”motivasi
intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar seseorang yang disebut ”motivasi ekstrinsik”
a. Motivasi intrisik
Yang dimaksud dengan motivasi intrisik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu..
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrisik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi
belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar factor-
faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena ingin mencapai tujuan yang terlatak di luar
hal yang dipelajarinya misalnya, untuk mencapai angka tinggi,diploma,gelar,kehormatan,dan
sebagainya.
30
Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Fungsi dari motivasi adalah sebagai berikut:
Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti timbulnya
dorongan untuk belajar.
Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian
tujuan yang diinginkan.
Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.
BAB VII
Belajar
Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
1. Kematangan/ pertumbuhan
Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan, anak
umur 6 bulan otot-otot dan tulang-tulangnya masih lemah berat badan dan kekuarangan
tenaganya. Bukan ada keseimbangan yang harmonis keberanian untuk mencoba-coba belum
ada. Begitu juga mengajarkan ilmu pasti kepada anak kelas 3 sekolah dasar atau mengajarkan
ilmu filsafat kepada anak yang baru duduk di bangku SLTP.
2. Kecerdasan
Seseorang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik dipengaruhi oleh kecerdasannya
demikian pula hal dalam mempelajari mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan lainya. Tidak
semua anak pandai dalam bahasa asing, tidak semua anak pandai memasak, jadi dalam
belajar adalah kematangan, kecerdasan pun turut memegang peranan.
3. Latihan dan ulangan
Latihan dalah kegiatan yang mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan
yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sehingga sering kali
mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu itu dan makin besar
pula perhatiannya, sehingga timbul hasrat mempelajarinya.
4. Motivasi
Motivasi merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik dapat mendorong seseorang untuk bisa menjadi spesialis dalam bidang
ilmu tertentu.
5. Sifat-sifat pribadi seseorang.
31
Tiap-tiap orang mempunyai sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara
seserng dengan yang lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyak
mempengaruhi sampai di manakah hasil belajarnya dapat dicapai.
6. Keadaan keluarga
Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya dan adapula yang
biasa-biasa saja, suasana dalam keluarga yang bermacam-macam itu turut menentukan
bagaimana dan sampai di mana belajar di alami dan dicapai oleh anak-anak.
7. Guru dan cara mengajar
Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi, rendahnya pengetahuan yang dimiliki
guru dan cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya turut menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai oleh anak.
8. Alat-alat pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk
belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam
menggunakan alat-alat itu akan mempermudah dan mempercepat balajar anak.
9. Motivasi sosial
Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi
sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang lain di sekutarnya misalnya, tetangga,
sanak saudara yang berdekatan dengan anak-anak itu dan demi teman-teman sepermainan
dan satu sekolah yang pada umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan
sengaja dan mungkin tidak dengan sadar atau tiba-tiba.
10. Lingkungan dan kesempatan.
Seorang anak dari keluarga yang baik memiliki intelijensi yang baik, bersekolah yang
terbaik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik, banyak pula anak-anak yang tidak dapat
belajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya akibat tidak adanya
kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang
buruk dan negatif serta faktor-faktor lain terjadi di luar kemampuannya.
BAB VIII
Pengertian Minat, Sikap dan Kepribadian
Pengertian Minat
Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.”
Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan keinginan atau kebutuhan-
kebutuhannya sendiri. Minat juga dapat diartikan sebagai suatu tanda kematangan dan
32
kesiapan seseorang untuk bergiat dalam kegiatan belajar. Minat sebenarnya bersifat subyektif
karena masing-masing orang dapat berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
keunikan pada setiap orang. Minat erat sekali hubungannya dengan perasaan suka atau tidak
suka, tertarik atau tidak tertarik, senang atau tidak senang.
Pengertian Sikap
Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan
pikiran, dan perilaku. Kata ini bisa juga dimaknai sebagai perasaan seseorang tentang obyek,
aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka
atau tidak sukanya seseorang pada sesuatu.
Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian, yang dikembangkan dalam tiga model,
yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis
yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah
indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara
kognitif terhadap suatu objek. Kebanyakan individu berperilaku dari hasil belajar sosial dari
lingkungannya.
33
BAB III
PEMBAHASAN
A. KEUNGGULAN BUKU
1. BUKU I
Berdasarkan tampilan buku, cover yang dipakai penulis cukup bagus dan menarik saat
dipandang. Penulis memilih warna cerah sebagai warna dasar cover buku ini. Tata
letak penulisan dan sistematikanya juga rapi, sehingga enak untuk dibaca. Kata-kata
yang disampaikan penulis juga telah sesuai dengan kaidah EYD yang berlaku.
Berdasarkan teori yang disampaikan, penulis menggunakan pendekatan kognitif
psikologi yang relatif baru dan berbeda dari buku-buku psikologi pendidikan lainnya.
Penyampaian teori yang digunakan pada buku ini juga cukup sederhana, sehingga
tidak menyulitkan pembaca dalam memahaminya.
2. BUKU II
a. Buku ke II sangat menarik untuk dibaca karena memuat berbagai macam
informasi yang berbeda-beda mengenaiai psikologi pendidikan.
b. buku ke II menjelaskan secara rinci dan detail setiap babnya sesuai dengan
topik yang tertera didalam buku.
c. Pada buku ke II memuat beberapa contoh –contoh yang jelas sehingga
pembaca lebih mudah untuk mengerti.
d. Buku ini sangat baik untuk dibaca terutama untuk calon guru karena didalam
buku tersebut bias membantu kita untuk mengetahui tumbuh dan
berkembangnya peserta didik.
B. KELEMAHAN BUKU
1. BUKU I
Berdasarkan tampilannya, buku ini menggunakan kertas yang kurang berkualitas,
sehingga tulisan yang dicetak kelihatan kurang jelas. Penjelasan yang diuraikan
penulis dalam buku ini kurang spesifik, sehingga pembaca belum dapat
memahami teori yang disampaikan dengan jelas. Buku ini juga tidak dilengkapi
glosarium, sehingga pembaca kebingungan saat menemukan kata-kata yang asing
dan tidak umum dijumpai.
BUKU II
a. Ada beberapa kalimat yang berbelit-belit da nada kata-kata asing yang sulit
dipahami.
b. Sistematika pada buku kedua ada beberapa kata yang kurang seperti kata
seseorang ditulis seserng dll.
34
35
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya kedua buku ini memiliki pembahasan yang hampir sama, namun
bedanya pada buku pertama pembahasan yang dijabarkan lebih rinci dan lebih lengkap
dibandingkan dengan buku kedua. Dan pada penulisan buku pertama banyak mengutip
pendapat dari para ahli, sehingga teori yang dijabarkan jelas akurat dan hal itu akan
menambah pengetahuan para pembaca dan mengenal para ahli.
B. Saran
Sebaiknya kualitas cetak buku ini ditingkatkan lagi, dengan menggunakan bahan isi buku
seperti kertas dan tinta yang lebih baik agar tampilannya bisa lebih baik lagi. Pada cetakan
berikutnya, hendaknya penulis memasukkan glosarium yang memudahkan pembaca awam/
umum untuk mengerti kata-kata asing di bidang psikologi.
Dalam penulisan critical book report ini, penulis menyadari bahwa penyusunan critical
book report ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan senantiasa penyusunan nanti dalam upaya evaluasi. Penulis berharap,
bahwa dibalik ketidak sempurnaannya penulisan dan penyusunan critical book report ini
adalah ditemukan sesuatu yang bermanfaat atau bahkan hikmah dari penulis, pembaca, dan
bagi seluruh Universitas Negeri Medan. Sehingga teori-teori psikologi belajar bisa menjadi
patokan dan dapat di aplikasikan ketika kita melakukan proses belajar mengajar kelak.
36
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibddin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
37