TINJAUAN PUSTAKA
tubuh, membungkus otot dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau sekitar 16 % dari berat badan seseorang
(Wasitaatmadja, 2009).
1. Epidermis
milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut.Sel-sel
6
7
fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antarsel dari plasma
beberapa sel gepeng yang mati, tidak berinti, tidak mengalami proses
protoplasma yang telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Lapisan tanduk ini
sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air
dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini terdiri dari milyaran
sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu,
2. Stratum lusidum
Stratum lusidum terletak dibawah stratum korneum, terdiri dari beberapa lapis
sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang translusen sehingga dapat dilewati
sinar. Stratum lusidumtampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
8
ukurannya. Besarnya sel ini berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Di antara
sel-sel terdapat jembatan antar sel yang berguna untuk peredaran cairan jaringan
berbentuk kubus yang tersusun vertical dari 2 jenis sel, yaitu sel yang berbentuk
kolumnar dan sel pembentuk melanin. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis
lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan basal terdapat pula sel-
sel bening atau clear cells yaitu melanoblas danmelanosit, pembuat pigmen
melanin kulit.
2. Dermis
Dermis lebih tebal daripada epidermis, terdiri atas lapisan elastik dan
fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Dermis terdiri
dari 2 bagian, pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian yang
kolagen, elastin dan retikulin. Pada dermis terdapat ujung saraf bebas, folikel
3. Subkutis
Subkutis mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, dan saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Lapisan ini berfungsi sebagai
2.2 Skabies
2.2.1 Definisi
Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti menggaruk (to
scratch). Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei. Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan hasil
produktivitas. Penyakit scabies banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat
kurankg. Skabies cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah, remaja bahkan
orang dewasa.
2.2.2 Epidemilogi
Daerah endemik skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika,
Karibia, India, dan Asia Tenggara (Binic, 2010) Diperkirakan bahwa terdapat
lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit tungau scabies (Chosidow,
2006).
tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras,
11
umur, ataupun kondisi sosial ekonomi. Faktor primer yang berkontribusi adalah
kemiskinan dan kondisi hidup di daerah yang padat, sehingga penyakit ini lebih
didiagnosis pada musim dingin dibanding musim panas. Insiden skabies semakin
meningkat sejak dua dekade ini dan telah memberikan pengaruh besar terhadap
wabah di rumah-rumah sakit, penjara, panti asuhan, dan panti jompo (Johnston,
2015)
Indonesia. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain keadaan
sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita skabies dimana insiden
tertinggi yaitu pada kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6%. Depkes
RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008, angka
sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
12
Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S (Penyakit Akibat Hubungan Seksual).
bantal, dan lain – lain. Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina
yang sudah dibuahi atau kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes
2.2.3 Etiologi
parasit manusia obligat yang termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
keluar dari dasar kaki (Burns, 2004). Skabies mempunyai empat kaki dan
diameternya berukuran 0,3 mm. Sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Tungau ini tidak dapat terbang atau melompat dan hanya dapat hidup
Skabies betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan luas 0,3 mm , dan
jantan dewasa lebih kecil 0,2 mm panjang dengan luas 0,15 mm. Tubuhnya
13
berwarna putih susu dan ditandai dengan garis melintang yang bergelombang dan
terdapat dua pasang kaki yang berakhir dengan perpanjangan peduncles dengan
pengisap kecil di bagian ujungnya. Pada tungau betina, terdapat dua pasang kaki
yang berakhir dengan rambut (Satae) sedangkan pada tungau jantan rambut
terdapat pada pasangan kaki ketiga dan peduncles dengan pengisap pada pasangan
yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati. Tapi kadang-kadang masih
dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,
butir sehari sampai mencapai 40-50 telur yang dihasilkankan oleh setiap tungau
betina selama rentang umur 4-6 minggu dan selama itu tungau betina tidak
meninggalkan terowongan. Setelah itu, larva berkaki enam akan muncul dari telur
setelah 3-4 hari dan keluar dari terowongan dengan memotong atapnya. Larva
berubah menjadi nimfa. Setelah itu berkembang menjadi tungau jantan dan betina
dewasa. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali
pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.
Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan
(Binic, 2010).
mudah tertular berbagai penyakit skabies. Penularan terjadi melalui dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun yang termasuk faktor internal
15
adalah Personal Hygiene, perilaku, dan yang termasuk faktor eksternal adalah
a. Personal Hygiene
dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki Personal Hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, kebersihan
kaki dan kebersihan genitalia. Banyak manfaat yang dapat di petik dengan
b. Kebersihan Kulit
berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering
dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit
(Tabri, 2013).
sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk
kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang
kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain.
16
Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah Skabies (Siregar,
2015)
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan
2) Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang
4) Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih,
sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan
infeksi.
5) Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk yang sama
tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi
penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang
lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan
4) Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek
e. Kebersihan Kaki
f. Kebersihan genitalia
Area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena
area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah
tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak
cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang
bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan
lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur)
akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak
dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
merupakan hal yang penting untuk tumbuh kembang anak. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Handoko,
2009)
g. Perilaku
kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik
menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Riskesdas,
2013).
Salah satu penyebab dari kejadian skabies adalah pakaian yang kurang
bersih dan saling bertukar-tukar pakaian dengan teman satu kamar. Hal itulah
yang tidak diperhatikan serius oleh pimpinan pondok pesantren dan santri itu
kering dibawah terik matahari. Dan jangan menggunakan pakaian yang belum
kering atau lembab. Biasakan mencuci sedikit tapi sering (Handoko, 2009).
h. Lingkungan
dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara
membersihkan jendela dan perabot santri, menyapu dan mengepel lantai, mencuci
19
terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan tidak terjaga dengan
tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk.
kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari,
dan saling bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Handoko,
2009).
disela-sela tubuh karena tidak dibersihkan. Padahal jika rajin mandi kemungkinan
besar skabies akan susah berkembang ditubuh manusia. Seharusnya jika sebagian
budaya tidak membolehkan mandi bagi orang yang sakit maka dapat dibersihkan
dengan cara mengelap bagian tubuh dengan handuk yang basah. Terutama pada
i. Sosial Ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
20
2.2.5 Patogenesis
yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadangkadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina
kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai menjadi jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara
(kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan
sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira- kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya
papul, vesikel, urtika, dan lainlain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta dan infeksi sekunder. Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan
keluhan tambahan. Penderita selalu mengeluh gatal, terutama pada malam hari.
21
Kelainan kulit mula-mula berupa papula, vesikel. Akibat garukan timbul infeksi
disertai ekskoriasi (scratch mark). Jika terjadi infeksi sekunder tampak pustula
lentikular. Lesi yang khas adalah terowongan (kanalikulus) miliar, tampak berasal
dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, dan berwarna putih
sebagai host, namun tungau ini mampu hidup di tempat tidur, pakaian, atau
permukaan lain ada suhu kamar selama 2-3 hari dan masih memiliki kemampuan
Penularan skabies dapat terjadi melalui kontak dengan obyek terinfestasi seperti
handuk, selimut, atau lapisan furnitur dan dapat pula melalui hubungan langsung
penyakit menular seksual. Ketika satu orang dalam rumah tangga menderita
skabies, orang lain dalam rumah tangga tersebut memiliki kemungkinan yang
jumlah parasit dalam tubuh seseorang, semakin besar pula kemungkinan ia akan
of Dermatology, 2015).
Sarcoptes scabiei mudah menular karena kontak kulit yang sering terjadi,
terutama bila tinggal di tempat tinggal yang sama. Tingkat prevalensi skabies
22
lebih tinggi pada anak-anak atau usia muda, dewasa muda yang aktif secara
dengan kebersihan rendah, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah,
dan pendapatan keluarga yang rendah. Selain itu, pasien dengan presepsi sensori
yang menurun seperti pada orang yang menderita kusta, orang dengan
keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV dan tipe I (Burns, 2004). Pada reaksi
tipe I, pertemuan antigen tungau dengan Imunoglobulin-E pada sel mast yang
memperlihatkan gejala sekitar 10-30 hari setelah sensitisasi tungau dan akan
memproduksi papul-papul dan nodul inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan
histologik dan jumlah sel limfosit T yang banyak pada infiltrat kutaneus
2.2.7 Diagnosa
klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda
utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu (Amirudin, 2003):
A. Pruritus nocturna
berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari.
Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi
gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.
B. Sekelompok orang
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
C. Adanya terowongan
kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh
karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum
yang relative lebih longgar dan tipis. Lesi yang timbul berupa eritema, krusta,
ekskoriasi papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari, aspek
volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum,
24
penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya
Gambar 2.4 Lesi pada sela jari, penis, dan areola mammae
pada antigen tungau. Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan
kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna
putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang
ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan tangan dan daerah siku.
besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini
merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini
agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya
datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik. Pada kasus skabies
25
yang klasik, jumlah tungau sedikit sehingga diperlukan beberapa lokasi kerokan
diagnosis skabies.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat
sukar ditemukan.
2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada
dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan
yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia
laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau
jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai
satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan
26
jarang ditemukan. Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di daerah wajah.
5. Skabies pada orang tua. Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies
mungkin terlewatkan karena sedikitnya perubahan yang terjadi pada kulit mereka.
oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang
tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda
dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol
tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak
dengan mudah
adalah skabies berkusta dan skabies papular atipikal. Karena manifestasi klinisnya
8. Skabies di daerah kulit kepala. Hal ini sangat jarang terjadi pada
orang dewasa, namun jika seandainya terjadi maka akan menyertai atau memicu
terjadinya dermatitis seborrhoik. Skabies di kulit kepala dapat terjadi pada bayi
dan anak – anak, orang tua, penderita AIDS, dan pasien dengan dermatomiositis.
27
anak-anak, namun sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada
(Fitzpatrick’s, 2003).
penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit
ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari
empat cardinal sign. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan
A. Kerokan kulit
Papul atau terowongan yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau
KOH 10%, lalu dilakukan kerokan kulit dengan mengangkat papul atau atap
terowongan menggunakan scalpel steril nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca
objek, diberi minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup, lalu
diperiksa dibawah mikroskop pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat tungau,
kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya
kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai
16 parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi
dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-
akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk
29
kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan
pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut
diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian
Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari
telunjuk, dengan menjepit lesi menggunakan ibu jari dan telunjuk, puncak lesi
tidak perlu anestesi.Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi minyak
a b
F. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
kanalikuli.
merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar
1. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan
2. Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak
4. Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus
yang menetap.
ekstensor ekstremitas.
2.2.10 Penatalaksanaan
berikut(Karthikeya, 2005) :
4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas. Tungau akan mati pada suhu 130o.
6. Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid. Tidak boleh
B. Penatalaksanaan Khusus
umur, dan terjangkau biayanya. Pengobatan skabies dapat berupa topikal maupun
oral. Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan
tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,lebih difokuskan di daerah sela-sela jari,
inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada
pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus
jangka pendek dapat diberikan untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien
yang tidak membaik setelah pemberian terapi skabisid yang lengkap (Handoko,
2009).
33
Suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang efektif pada manusia dengan
bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel melalui ikatan dengan
paralisis parasite (Foxs, 2006). Obat ini ditoleransi dengan baik, diserap minimal
dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum. Oleh karena itu, obat ini
merupakan terapi pilihan lini pertama rekomendasi CDC untuk terapi tungau
tubuh. Penggunaan obat ini biasanya pada sediaan krim dengan kadar 1% untuk
terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk terapi tungau tubuh. Studi
dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara sistemik (Hicks, 2009)
Cara pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher
ke bawah dan dibilas setelah 8-14 jam. Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang
setelah 5-7 hari kemudian. Belum ada laporan terjadinya resistensi yang
pada tungau kepala namun dapat ditangani dengan pemberian permetrin 5%.
Permetrin sebaiknya tidak digunakan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan atau
pada wanita hamil dan menyusui namun studi lain mengatakan bahwa obat ini
merupakan drug of choice untuk wanita hamil dengan penggunaan yang tidak
lebih dari 2 jam. Dikatakan bahwa permetrin memiliki angka kesembuhan hingga
ditemukan adalah rasa terbakar, perih dan gatal, sedangkanyang jarang adalah
keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya
lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau.
memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara sistemik pada
Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak
berwarna. Sediaan obat ini biasanya sebanyak 60 mg. Pemakaian secara tunggal
dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam
dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat
diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang
Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara sistemik terutama
pada bayi, anak, dan orang dewasa dengan kerusakan kulit yang luas. Efek
samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang, dan bahkan
kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-tanda klinis
toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah,
bayi, anak dibawah 2 tahun, dermatitis yang meluas, wanita hamil atau menyusui,
penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit neurologi lainnya. Sejak 1
Presipitat Sulfur
Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya salep
sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi atau malam hari ke seluruh
kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut, kemudian dibersihkan.
Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen
Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil
dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian
pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, meninggalkan noda yang berminyak,
Benzil benzoate
Benzil benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang
merupakan bahan sintesis balsam Peru. Benzil benzoate bersifat neurotoksik pada
tungau skabies, efektif untuk semua stadium. Digunakan sebagai 25% emulsi
dengan periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis
dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan
dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping dari
benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum,
Kontraindikasi obat ini yaitu wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak
kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan
atau lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik
telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut
setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam
kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa
crotamiton krim ini tidak memiliki efektivitas yang tinggi terhadap skabies.
Kualitas krim ini di bawah permetrin dan setara dengan benzyl benzoate dan
sulfur. Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik
dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi, dan anak kecil (Leone, 2007).
Ivermectin
avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak
mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk
skabies.
merupakan pilihan terapi lini ketiga rekomendari CDC. Efek samping yang sering
Monosulfiram
2-3 bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari (Harahap, 2000).
Malathion
saat ini tidak lagi direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek samping
laktasi.
Sulfur Dioleskan selama 3 hari lalu Aman untuk anak <2 bulan
kurang.
200 ug/kgBB diulangi selama 10-14 hari. tinggi dan aman. Dapat
resisten.
Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies
pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali
sekitar mata, hidung, mulut, khusus dibawah kuku jari tangan dan jari kaki diikuti
dengan krim permetrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur.
40
Skabies nodular
(Murtiastutik, 2015).
D. Penatalaksanaan Simptomatik
yang secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan
anti skabeis yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit
yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang aktif
mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon
terdapat gejala pruritus selama 6 minggu sebagai reaksi eczematous atau masa
dengan atau tanpa antibiotik topikal tergantung adanya infeksi sekunder oleh
2.2.11 Pencegahan
yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal
41
skabies karena seseorang mungkin saja telah mengandung tungau skabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik. Selain itu untuk mencegah terjadinya
reinfeksi melalui sprei, bantal, handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari
terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau
skabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet, dan kain pelapis lainnya
(Murtiastutik, 2015).
2.2.12 Komplikasi
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri
atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi
merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder
dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat
muncul eritema, skuama, dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem sebagai
respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul muncul pada daerah
yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis, dan axilla. Infeksi
biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau antibiotik oral,
tergantung tingkat piodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga
karena skabies tersebut mungkin akan menetap lebih dari 2 minggu setelah terapi
42
selesai. Ketika gejala dan tanda masih menetap lebih dari 12 minggu, terdapat
kegagalan terapi, reinfeksi dari anggota keluarga lain atau teman sekamar, alergi
obat, atau perburukan gejala karena reaktivitas silang dengan antigen dari
penderita skabies lainnya (Leone, 2007). Respon yang buruk dan dugaan resistensi
terhadap lindane pernah dilaporkan di tempat lain. Kegagagalan terapi yang tidak
memiliki penetrasi obat skabisid yang buruk ke dalam lapisannya yang bersisik
2.2.12 Prognosis
dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor
prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan
memberikan prognosis yang baik. Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap
definitif, maka apabila tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan
tetap hidup tumbuh pada manusia. Pada individu yang immunokompeten, jumlah