6
E. Alat Ukur
Berbagai macam
alat ukur telah
digunakan dalam
penelitian
pelaksanaan
kerja karyawan
keperawatan.
Agar efektif,
alat evaluasi
sebaiknya
dirancang untuk
mengurangi
bias,
meningkatkan
objektifitas
serta menjamin
keabsaan dan
ketahanan.
Setiap
supervisor
menunjukan
beberapa
tingkatan bias
dalam evaluasi
kerja bawahan.
Beberapa
supervisor
biasanya
menilai
pelaksanaan
kerja perawat
laki-laki
terlalu tinggi
dan beberapa
supervisor yang
lain biasanya
juga mermehkan
pelaksanaan
kerja perawat
asing. Beberapa
diantaranya
menaksir
terlalu tinggi
pengetahuan dan
keterampilan
dari setiap
perawat itu
sangat menarik,
termassuk
juga dalam hal
kerapian dan
kesopanan.
Objektifitas,
yaitu kemampuan
untuk
mengalihkan
diri sendiri
secara
emosional dari
suatu keadaan
untuk
mempertimbangka
n fakta tapa
adanya
penyimpangan
oleh perasaan
pribadi.
Keabsahan
diartikan
sebagai
tingkatan alat
mengukur pokok
isi serta apa
yang harus
diukur. Alat
pengukur yang
digunakan dalam
menilaian
pelaksanaan
kerja dan
tugas-tugas
yang ada dalam
diskripsi kerja
dari kepala
perwat perlu
dirinci satu
demi satu dan
dilaksanakan
secara akurat.
Jenis alat
evaluasi
pelaksanaan
kerja perawat
yang umum
digunakan ada
lima yaitu:
laporan
bebas,
pengurutan yang
sederhana,
checklist
pelaksanaan
kerja,
penilaian
grafik,dan
perbandingan
pilihan dibuat-
buat
(Henderson,
1984). 1)
Laporan
tanggapan bebas
Pemimpin atau
atasan diminta
memberikan
komentar
tentang
kullitas
pelaksanaan
kerja bawahan
dalam jangka
waktu tertentu.
Karen tidak
adnya petunjuk
yang harus
dievaluasi,
sehingga
penilaian
cendrung
menjadi tidak
sah. Alat ni
kurang objektfi
karena
mengabaiikan
satu atau lebih
aspek penting,
dimana
penilaian hanya
berfokus pada
salah satu
aspek. 2)
Checklist
pelaksanaan
kerja Checklist
terdiri dari
daftar kriteria
pelaksanaan
kerja untuk
tugas yang
paling penting
dalam deskripsi
kerja karyawan,
dengan lampiran
formulir dimana
nilai dapat
menyatakan
apakah
bawahan dapat
memperlihatkan
tingkah laku
yang diinginkan
atau tidak.
F. Standar
Instrumen
Penilaian Kerja
Perawat Dalam
Melakasankan
Asuhan
Keperawatan
Kepada Klien
Dalam penilaian
kualitas
pelayanan
keperawatan
kepada klien
digunakan
standar praktik
keperawatan
yang merupakan
pedoman bagi
perawat dalam
melaksanakan
asuhan
keparawatan.
Standar praktik
keperawatan
oleh PPNI
(2000) yang
mengacu dalam
tahapan proses
keperawatan,
yang meliputi:
(1) pengkajian,
(2) diagnosa
keperawatan,
(3)
perencanaan,
(4)
implementasi,
(5) evaluasi.
1. Standar I:
pengkajian
keperawatan
Perawat
mengumpulkan
data tentang
status
kesehatan klien
secara
sistematis,
menyeluruh,
akurat, singkat
dan
berkesinambunga
n. Kriteria
pengkajian
keperawatan: a.
Pengumpulan
data dilakukan
dengan cara
anamnesa,
observasi,
pemeriksaan
fisik serta
dari
pemerikasaan
penunjang. b.
Sumber data
adalah klien,
keluarga, atau
orang yang yang
terkait, tim
kesehatan,
rekam medis dan
catatan lain.
c. Data yang
dikumpulkan,
difokuskan
untuk
mengidentifikas
i: (1) Status
kesehatan klien
masa lalu. (2)
Status
kesehatan klien
saat ini. (3)
Status
biologis-
psikologis-
sosial-
spiritual. (4)
Respon terhadap
terapi. (5)
Harapan
terahdap
tingkat
kesehatan yang
optimal. (6)
Resiko-resiko
tinggi masalah.
7 2. Standar
II: diagnose
keperawatan.
Perawat
menganalisa
data pengkajian
untuk
merumuskan
diagnose
keperawatan.
Adapun kriteria
proses; a.
Proses diagnose
terdiri dari
analisis,
interpretasi
data,
identifikasi
masalah klien
dan perumusan
diagnose
keperawatan.
b. Diagnosa
keperawatan
terdiri dari:
masalah (P),
penyebab (E)
dan tanda atau
gejala (S),
atau terdiri
dari masalah
dan penyebab
(PE). c.
Bekerja sama
dengan klien
dan petugas
keseshatan lain
untuk
memvalidasi
diagnosa
keperawatan. d.
Melakukan
pengkajian
ulang dan
merevisi
diagnosa
berdasarkan
data terbaru.
3. Standar III:
perencanaan
keperawatan
Perawat membuat
rencana
tindakan
keperawatan
untuk mengatasi
masalah dan
meningkatkan
kesehatan
klien. Kriteria
prosesnya
meliputi: a.
Perencanaan
terdiri dari
penetapan
prioritas
masalah, tujuan
dan rencana
tindakan
keperawatan.
b. Bekerjasama
dengan klien
dalam menyusun
rencana
tindakan
keperawatan. c.
Perencanaan
bersifat
individual
sesuai dengan
kondisi atau
kebutuhan
klien. d.
Mendokumentasi
rencana
keperawatan. 4.
Standar IV;
implementasi
Perawat
mengimplementas
ikan tindakan
yang telah
diidentifikasi
dalam rencana
asuhan
keperawatan.
Kriteria proses
meliputi: a.
Bekerjasama
dengan klien
dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan.
b. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan lain.
c. Melakukan
tindakan
keperawatan
untuk mengatasi
kesehatan
klien. d.
Memberikan
pendidikan pada
klien dan
keluarga
mengenai
konsep,
keterampilan
asuhan diri
serta membantu
klien
memodifikasi
lingkunngan
yang digunakan.
e. Mengkaji
ulang dan
merevisi
pelaksanaan
tindakan
keperawatan
berdasarkan
respon klien.
5. Standar V:
evaluasi
keperawatan
Perawat
mengevaluasi
kemajuan klien
terhadap
tindakan
keperawatan
dalam
pencapaian
tujuan dan
merevisi data
dasar dan
perencanaan.
Adapun kriteria
prosesnya: a.
Menyusun
perencanaan
evaluasi hasil
dari intervensi
secara
komprehensif,
tepat waktu dan
terus menerus.
b. Menggunakan
data dasar dan
respon klien
dalam mengukur
perkembangan
kearah
pencapaian
tujuan. c.
Memvalidasi dan
menganalisis
data baru
dengan teman
sejawat. d.
Bekerjasama
dengan klien
keluarga untuk
memodifikasi
perencanaan.
Dengan standar
asuhan
keperawatan
tersebut, maka
pelayanan
keperawatan
menjadi lebih
terarah.
Standar adalah
pernyataan
deskriptif
mengenai
tingkat
penampilan yang
diinginkan dan
kualitas
struktur,
proses, atau
hasil yang
dapat dinilai.
Standar
pelayanan
keperawatan
adalah
pernyataan
deskriptif
mengenai
kualitas
pelayanan yang
diinginkan
untuk
mengevaluasi
pelayanan
keperawatan
yang telah
diberikan pada
pasien
(Gillies,
1989).
8
G. Masalah
Dalam Penilaian
Pelaksanaan
Kerja
Dalam penilaian
pelaksanaan
kerja perawat
sering
ditemukan
berbagai
permasalahan
antara lain
(Gillies,
1996): (1)
Pengaruh
haloeffect
Pengaruh
haloeffect
adalah tendensi
untuk menilai
pelaksanaan
kerja
bawahannya
terlalu tinggi
karena salah
satu alasan.
Misalnya
pegawai yang
dekat dengan
penilai
keluarga dekat
akan mendapat
nilai tinggi
dan sebaliknya
pegawai yang
sering
menyatakan
pendapat yang
tidak sesuai
dengan pendapat
penilai akan
mendapat nilai
yang rendah.
(2) Pengaruh
horn Pengaruh
horn adalah
kecenderungan
untuk menilai
pegawai lebih
rendah dari
pelaksanaan
kerja yang
sebenarnya
karena alasan-
alasan
tertentu.
Seorang pegawai
yang
pelaksanaan
kerja diatas
tingkat rata-
rata sepanjang
tahun
sebelumnya
namun dalam
beberapa hari
penilaian
pelaksanaan
kerja
tahunannya
telah melakukan
kesalahan
terhadap
perawatan
pasien atau
supervisi
pegawai,
cenderung
menerima
penilaian lebih
rendah daripada
sebelumnya.
H. Evaluasi
Penampilan
Kinerja Perawat
Jenis Alat
Evaluasi yang
Digunakan Untuk
Menilai Kinerja
Perawat
1.
Motivasi
: Memiliki
minat untuk
melanjutkan
pendidikan
formal minimal
S1 Keperawatan;
Datang aktif
dalam kegiatan
kegiatan
ilmiah; Wajah
cerah, senyum
dan bersahabat;
Berjalan tegak,
cepat dan
pandangan ke
depan 2.
Keterlibatan
: Menjadi
panitia
kegiatan
perawatan;
Menjadi panitia
kegiatan
tingkat rumah
sakit; Menjadi
team yang ada
di perawatan 3.
Tanggung jawab
: Kesalahan
identifikasi
pasien;
Kesalahan
pemberian obat;
Kejadian
pasien jatuh;
Risiko Infeksi
Nosokomial 4.
Disiplin
: Apel pagi;
Jam datang; Jam
pulang; Baju
seragam 5.
Kompetensi
: Diagnosa
Perawatan;
Standar
Operating
Procedur;
Rencana Kerja;
6.
Loyalitas
: Program
rotasi; Program
bidang; Program
ruang; Hubungan
dengan atasan
7.
Tidak Tercela
: Terlibat
kasus etik;
Complain
pasien; Konflik
dengan teman 8.
Manajemen
: Melakukan
orientasi
perawat baru,
perawat magang
dan mahasiswa;
Membuat
program
pengembangan
staff;
Melakukan
penilaian
kinerja;
Melakukan
manajemen
tenaga; Rapat
koordinasi;
Morning
meeting; Ronde
keperawatan.