PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Utnuk mengetahui pengertian keperawatan maternitas
2. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan maternitas
1|Page
3. Untuk mengetahui konsep keperawatan maternitas berfokus pada keluarga (family
centered maternity care (FCMC))
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
3|Page
TABEL 1-2 Angka Kelahiran Menurut Usia dan Ras
KELAHIRAN/1000 PENDUDUK
RAS USIA
REMAJA DIATAS USIA 30 TAHUN
CINA 1 57
JEPANG 3 59
FILIPINA DAN RAS ASIA 6 38 sampai 46
LAIN
KULIT PUTIH 11 31
HAWAI 17 20 sampai 21
AMERIKA ASLI 20 20 sampai 21
AMERIKA-AFRIKA 23 20 sampai 21
*Perhatikan bahwa urutan angka-angka di atas berkebalikan, ras yang memiliki angka kelahiran rendah
pada kelompok usia remaja memiliki kelahiran yang tinggi pada kelompok usia di atas 30 tahun.
4|Page
pendidikan kesehatan yang ditunjukkan pada tingkat SD dan SMP. Penelitian
dilakukan terus-menerus untuk menemukan vaksin baru untuk melindungi janin dari
ancaman tersebut.
7. Partisipasi konsumen
Partisipasi konsumen adalah menuntut konsumen untuk asertif mencari informasi.
Mempunyai harapan untuk persalinan yang lebih spesifik, proses kelahiran dan
pengalaman postpartum khusus, seperti pendekatan yang berpusat pada keluarga
dalam proses kelahiran dan pengurangan intervensi medis menyebabkan biaya
perawatan rendah, di samping menuntut perawatan maternitas untuk memiliki
pengetahuan dan pengalaman serta pelayanan yang berkualitas dan profesional.
8. Masalah moral/etis
Bayi berat badan lahir rendah dapat hidup, tetapi bagaimana dengan kualitas
hidup keturunan selanjutnya
Efek jangka panjang dari prematuritas dapat menimbulkan kecacatan fisik dan
mental selama masa hidup, dapat menghambat keterbatasan fisik, emosional,
finansial keluarga, peningkatan perselisihan keluarga, penceraian dan
penyiksaan anak serta penyakit fisik lainnya dan psikologis.
Pada tahun 1999 WHO membuat program Making Pregnancy Safer (MPS) yang
didukung oleh badan-badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF dan Word Bank.
Pada program tersebut diharapkan pemerintah dan masyarakat disetiap Negara untuk:
5|Page
a. Menetapkan Safe Mothehood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan
nasional dan internasional.
b. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
c. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun.
d. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana,
aborsi legal, baik publik maupun swasta.
e. Meningkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal serta
pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya.
f. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Di Indonesia awal tahun 1999 Depkes mengadakan Lokakarya Kesehatan
Reproduksi yang menunjukkan komitmen Indonesia untuk melaksanakan upaya
kesehatan reproduksi dengan meluncurkan Gerakan sayang Ibu (GSI), yaitu upaya
advokasi dan mobilisasi sosial untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKI.
Intervensi stategis dalam upaya Safe Motherhood dinyatakan sebagai empat pilar Safe
Motherhood, yaitu Keluarga Bencana (KB), pelayanan antenatal, persalinan yang
aman dan pelayanan obstetri esensial.
a. Keluarga Berencana : memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai
akses dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk
kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak.
b. Pelayanan antenal : untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin
dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani
secara memadai.
c. Persalinan yang aman : memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan
yang aman dan bersih , serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
d. Pelayanan obstetic esensial : memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko
tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
6|Page
aktif untuk mencari bantuan dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi .
Kesadaran ini menjadikan situasi bahwa klien datang ke pelayanan kesehatan dalam
kondisi baik, sehingga fokus keperawatan kita arahnya adalah untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan klien. Keadaan ini sejalan dengan konsep yang telah
dikembangkan oleh Orem yaitu Konsep Self care.
7|Page
5) Pasangan/suami atau orang-orang yang dipercaya ibu untuk memberikan
bantuan kepadanya secara aktif melibatkan diri selama proses edukasi
persalinan, kelahiran, nifas dan merawat bayi
6) Memenuhi kebutuhan - kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan
keluarganya selama perawatan di ruang rawat inap termasuk selama
proses persalinan dan kelahiran
7) Perawatan rooming-in diberikan kecuali ibu dengan persalinan sectio
caesaria
8) Para ibu adalah "perawat” untuk bayinya sendiri. Peran penyedia layanan
adalah memfasilitasi pelayanan tersebut, bukan pemberi perawatan
langsung untuk bayi mereka
9) Penyedia pelayanan memfasilitasi pasangan ibu dan bayi sebagai satu unit
single family yang menjadi tanggung jawabnya
10) Orang tua diijinkan merawat bayi mereka yang sakit/beresiko tinggi setiap
waktu dan mereka diikut sertakan dalam merawat bayinya dengan kondisi
tersebut
2.4 Peran Perawat Maternitas
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):
a. Pelaksana
Perawat yang bekerja member asuhan keperawatan di tempat pelayanan
kesehatan.
b. Pendidik
Pendidik disini dapat sebagai dosen bagi pasien maupun perawat memberikan
pendidikan kepada klien.
c. Konselor
Perawat sebagai seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling
kepada klien, konselor bertanggung jawab memberikan layanan dan konseling.
d. Role model bagi para ibu
Panutan bagi para ibu-ibu yang sedang menjalankan keperawatan maternitas.
e. Role model bagi teman sejawat
Panutan sesama perawat atau saling bekerja sama antar perawat.
f. Perumus masalah
Mengetahui masalah-masalah yang muncul pada pasien dan merumuskan
masalah tersebut.
g. Ahli keperawatan
8|Page
Perawat harus ahli dalam melaksanakan tugas keperawatan.
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old (1988), Bobak & Jensen
(1993):
a. Member pelayanan
b. Advocate
c. Pendidik
d. Change Agent
e. Political Activist
f. Peneliti
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan maternitas berkembang dari orientasi penyedia layanan menjadi
orientasi penerima layanan, dan berbagai istilah digunakan untuk menjelaskan konsep
asuhan. Di era modern ini, terjadi peningkatan pada teknologi tinggi dan peningkatan
spesialisasi dalam perawatan ibu dan bayi. Untuk menurunkan fragmentasi dan
segmentasi perawatan dan menyediakan perlindungan konseptual untuk
menggabungkan perawatan ibu-janin sebagai satu unit.
3.2 Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan kebijakan umum
kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur,
etik, dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan. Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya
mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan.
9|Page
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar keperawatan maternitas / pengarang, Bobak, Lowdermilk, Jensen ; alih bahasa,
Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah ; editor edisi bahasa Indonesia, Renata Komalasari. –
Ed.4. – Jakarta : EGC, 2004.
10 | P a g e