Pneumonia Aspirasi
Disusun Oleh:
dr. Randy Fitratullah M
Preseptor :
dr. Dhina Lydia Lestari, Sp.A
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD AROSUKA
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Portofolio ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi, patogenesis,
gejala klinis, diagnosis, penatalakasanaan, komplikasi dan prognosis pneumonia
aspirasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia aspirasi didefinisikan sebagai inhalasi isi orofaring atau
lambung ke dalam larynx dan saluran pernafasan bawah. Beberapa sindrom
pernafasan mungkin terjadi setelah aspirasi, tergantung pada jumlah dan jenis
material aspirasi, frekuensi aspirasi dan respon host terhadap material aspirasi.
Pneumonitis aspirasi (Mendelson’s syndrome) adalah jejas kimia yang disebabkan
oleh inhalasi isi lambung.2 Nama lain nya yaitu Anaerobic pneumonia, aspirasi
vomitus, pneumonia necrotizing, pneumonitis aspirasi, pneumonitis kimia.
2.2 Epidemiologi
Di Amerika pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas (PAK) adalah
sebanyak 1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi
nosokomial (PAN) sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun.
PA lebih sering dijumpai pada pria daripada perempuan, terutama usia anak atau
lanjut. Aspirasi pneumonia adalah penyebab kematian paling umum pada pasien
dengan disfagia karena gangguan neurologis, suatu kondisi yang mempengaruhi
sekitar 300.000 sampai 600.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.1,2,5
2.3 Etiologi
Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi
asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral
dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti
mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia.
Apirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus
merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial.1,3
Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya
polimikrobial namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu
di komunitas atau di RS. Pada PAK, kuman patogen terutama berupa kuman
anaerob obligat (41-46%) yang terdapat di sekitar gigi dan dikeluarkan melalui
4
ludah, misalnya Peptococcus yang juga dapat disertai Klebsiella pnemoniae dan
Stafilococcus, atau fusobacterium nucleatum, Bacteriodes melaninogenicus, dan
Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS kumannya berasal dari kolonisasi
kuman anaerob fakultatif, batang Gram negatif, pseudomonas, proteus, serratia,
dan S. aureus di samping bisa juga disertai oleh kuman ananerob obligat di atas.1,4
5
2.4 Fisiologi
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
untuk mencegah infeksi dan terdiri dari:3
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di nasoorofaring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari
imunoglobulin A (IgA).5
6
Gambar 2: Sistem respirasi Manusia7
2.5 Patofisiologi
Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang. Di sini
terdapat peranan aksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan
material yang teraspirasi. Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam
pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi, volume aspirasi, serta
faktor defensif host.2
Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat
dibedakan antara berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan
terjadi pada parenkim disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan
patologis meliputi kerusakan epitel, pembentukan mukus dan akhirnya terjadi
penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi infiltrasi sel radang peribronkial
(peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial, duktus
alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran
hialin dan perdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi
dan perfusi.2
Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret
orofaringeal, nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah.
Penyakit ini terjadi pada orang dengan level kesadaran yang berubah karena
serangan cerebrovascular accident (CVA), CNS lesion mass, keracunan obat atau
7
overdosis dan cidera kepala. Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit secret
orofaringeal selama tidur, dan secret tersebut akan dibersihkan secara normal.3
8
posisi recumbent
general debility
Tabel 1: predisposisi terjadinya pneumonia aspirasi1
9
melibatkan mediator-mediator inflamasi, sel-sel inflamasi, adesi molekuler, dan
enzim, terdiri dari Tumor Necrosis Factor a,, interleukin-8, cyclooxygenase dan
produk lipoxygenase dan Reactive Oxygen Species (ROS). Meskipun neutrofil dan
komplemen berperan dalam perkembangan jejas, penelitian pada hewan,
neutropenia, inhibitor fungsi neutrofil, menginaktivasi interleukin-8
(chemoatraktan poten neutrofil), dan inaktivasi komplemen melemahkan jejas
akut pada paru yang diinduksi aspirasi asam.2
Karena asam lambung mencegah pertumbuhan bakteri, isi lambung tetap
steril dibawah kondisi normal. kesterilan isi lambung yang relatif normal, bakteri
tidak menjalankan peran dalam tahap awal penyakit. Ini tidak sepenuhnya baik
bagi pasien dengan gastroparesis atau sembelit atau bagi mereka yang
menggunakan antasida (Proton Pump Inhibitor [PPI], H2 receptor antagonist).
Dengan tanpa melihat jumlah bakteri inokulum, infeksi bakteri yang parah bisa
saja terjadi setelah cidera kimia awal. Aspirasi isi lambung secara bersama dengan
adanya partikel, menyebabkan terjadi fokus peradangan dan reaksi tubuh terhadap
benda asing dengan kerusakan jaringan secara menyeluruh akibat asam. Partikel
dan asam lambung bekerja sama secara sinergis menyebabkan kebocoran kapiler
alveolar. Isi lambung tidak steril sehingga aspirasi yang terjadi dapat disertai
bakteri. Enam puluh sampai 100% terdiri dari kuman anaerob. Gabungan kuman
aerob dan anaerob sering dijumpai pada aspirasi yang terjadi di Rumah sakit.2,5
Ada dua persyaratan untuk menghasilkan pneumonia aspirasi:
1. membahayakan bagi pertahanan biasa yang melindungi saluran bawah,
termasuk penutupan glottis, reflek batuk, dan mekanisme pembukaan.
2. Sebuah inolukrum mengganggu saluran bawah dengan sifat toksiknya
langsung, stimulasi proses peradangan dari bakteri inolukrum yang
cukup atau penghambatan karena volume zat atau zat partikelnya yang
cukup.
10
Gambar 3: paru-paru yang mengalami infeksi1
11
Gambar 4: Alveoli yang terisi oleh aspirasi makanan1
2.6 Klasifikasi
Aspirasi bisa terjadi pada individu yang sehat tanpa gejala perkembangan
infeksi tergantung pada faktor-faktor lain seperti ukuran inolukrum, besarnya efek
yang dihasilkan oleh organisme dan pertahanan bagian yang ditempatinya seperti
penutupan glottis, reflek batuk, dan status imunologis. Pneumonia bisa muncul
mengikuti aspirasi mikroorganisme yang virulen. Dan istilah pneumonia
digunakan untuk kemunculan pneumonia ketika ukuran inolukrum cukup luas
dan/atau gagalnya pertahanan bagian yang ditempatinya.
Aspirasi bisa dibagi menjadi dua kategori. Ini mempunyai penilaian
penting, yang akan menyebabkan bakteri pneumonia dengan organism mulut
mendominasi. Aspirasi isi lambung akan menyebabkan sebuah pneumonitis kimia
(contoh: Mendelson’s syndrome) karena isi lambung biasanya steril, tapi kadar
asamnya menghasilkan perkembangan radang yang cepat pada paru-paru.
Terdapat tumpang tindih antara pneumonia dan pneumonitis, tetapi
memungkinkan untuk membuat perbedaan dan menyesuaikan perawatan yang
sesuai. Sindrom-sindrom aspirasi yang lain termasuk penghambatan saluran
karena benda asing dan pneumonia lipoid eksogen.
12
Aspirasi meliputi beberapa sindrom aspirasi:
1. Pneumonitis kimia: aspirasi agen toksik seperti asam lambung, cidera
instanteneus ditandai dengan hipoksemia. Pengobatan membutuhkan
dukungan ventilator bertekanan positif.
2. Reflek penutupan saluran nafas: aspirasi cairan (air, garam, makanan
nasogastrik) dapat menyebabkan laringospasme pada saluran
pernafasan dan edema pulmo yang menghasilkan hipoksemia.
Pengobatan termasuk pernafasan dengan tekanan positif yang tidak
teratur dengan 100% oksigen dan isoproterenol.
3. Obstruksi mekanik: aspirasi cairan atau zat partikel (saluran pernafasan
makanan secara parsial, hot dog, kacang) bisa menghasilkan
penghambatan mekanis yang sederhana. Terjadinya batuk, desahan dab
dispnea dengan atelektasis yang terlihat pada X-ray di dada.
Pengobatan memerlukan penyedotan trakeobronkial dan
menghilangkan zat partikel dengan serat optic bronkoskopi.
4. Pneumonia aspirasi: aspirasi bakteri dari orofaring. Pasien mengalami
batuk, demam, batuk berdahak dan hasil radiografi menunjukkan
infiltrasi. Pengobatan membutuhkan antibiotik.
13
2.8 Diagnosis
Diagnosis pneumonia aspirasi harus dilihat dari gejala pasien dan temuan
dari pemeriksaan fisik. Keterangan dari foto polos dada, pemeriksaan darah dan
kultur sputum yang juga bermanfaat. Foto torak biasanya digunakan untuk
mendiagnosis pasien di rumah sakit dan beberapa klinik yang ada fasilitas foto
polosnya. Namun, pada masyarakat (praktek umum), pneumonia biasanya
didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik saja. Mendiagnosis
pneumonia bisa menjadi sulit pada beberapa orang, khususnya mereka dengan
penyakit penyerta lainnya. Adakalanya CT scan dada atau pemeriksaan lain
diperlukan untuk membedakan pneumonia dari penyakit lain.1,5
Orang dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis. Pemeriksaan
fisik oleh tenaga kesehatan menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh,
peningkatan laju pernapasan (tachypnea), penurunan tekanan darah (hipotensi) ,
denyut jantung yang cepat (takikardi) dan rendahnya saturasi oksigen, yang
merupakan jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikan oleh oksimetri atau
analisis gas darah. Orang dengan kesulitan bernapas, yang bingung, atau memiliki
sianosis memerlukan perhatian segera.2,5
Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru. Pada pemeriksaan
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus raba meningkat
disisi yang sakit. Pada perkusi ditemukan redup, pernapasan bronkial, ronki basah
halus, egofoni, bronkofoni, “whispered pectoriloquy”. Kadang- kadang terdengar
bising gesek pleura (pleural friction rub). Distensi abdomen terutama pada
konsolidasi pada lobus bawah paru, yang perlu dibedakan dengan kolesistitis dan
peritonitis akut akibat perforasi.2
14
darah merah yang terkumpul dalam alveoli dan disfungsi dari hepar oleh karena
hipoksia. Untuk menentukan diagnosa etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukan hipoksemia dan
hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.3
15
Gambar 5. Aspiration pneumonia. Memperlihatkan infiltrat pada paru
Pada foto toraks terlihat gambaran infiltrat pada segmen paru unilateral
yang dependen dan mungkin disertai kavitasi dan efusi pleura. Lokasi tersering
adalah lobus kanan tengan dan/atau lobus atas, meskipun lokasi ini tergantung
kepada jumlah aspirat dan posisi badan pada saat aspirasi.8
16
Gambar 6. Foto toraks seorang pasien dengan pneumonia aspirasi besar dari paru kanan 16
Gambar 7. Aspirasi pneumonia. Seorang pria berusia 84 tahun dengan kondisi umum baik,
demam dan batuk. Foto toraks PA tampak radioopak pada lobus bawah kiri.17
17
Gambar 8. Aspirasi pneumonia
18
Gambar 10: rontgen thorax pasien dengan pneumonia aspirasi paru-paru kiri5
19
2.9.2.3 Magnetic Resonance Imaging (MRI) Toraks
Beberapa penelitian besar dari MRI yang didedikasikan untuk penyakit
aspirasi pneumonia ini telah dilakukan. Namun, hasil dari studi kasus
dipublikasikan untuk mengkonfirmasi akurasi pencitraan MRI untuk kondisi-
kondisi seperti peradangan akut, granuloma, dan fibrosis. MRI berkerja baik
dalam mendefinisikan sifat aspirasi dan reaksi tubuh terhadap aspirasi. Beberapa
penulis telah menemukan bahwa MRI lebih unggul daripada CT scan dalam
diagnosis lipoid aspirasi.18
Gambar 12. gambaran pneumonia dengan menggunakan MRI terlihat pada panah
yang terbesar
20
Skema Diagnostik
Ya Tidak
Tidak Ya
2.10 Penatalaksanaan
Pasien dibaringkan setengah duduk. Pada pasien dengan disfagi dan atau
gangguan reflex menelan perlu dipasang selang nasogastrik. Bila cairan
teraspirasi, trakea harus segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya.
Lakukan maneuver Heimlich untuk mengeluarkan aspirasi bahan padat, bila bahan
yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan segera lakukan trakeotomi
(krikotirotomi). Pengeluaran bahan yang tersangkut, biasanya dilakukan dengan
21
bronkoskopi. Berikan oksigen nasal atau masker bila ada tanda gagal napas
berikan bantuan ventilasi mekanik. Lakukan postural drainage untuk membantu
pengeluaran mukus dari paru-paru 1,2,5
Pneumonia aspirasi (PA) dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan
penisilin atau sefalosporin generasi ke 3, ataupun klindamisin 600 mg iv/ 8 jam
bila penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin. Bila PA didapatkan di
rumah sakit diberikan antibiotika spectrum luas terhadap kuman aerob dan
anaerob, misalnya aminoglikosida dikombinasikan dengan sefalosporin generasi
ke 3 atau 4, atau klindamisin. Perlu dipertimbangkan pola dan resistensi kuman di
rumah sakit bersangkutan. Dilakukan evaluasi hasil terapi dan resolusi terhadap
terapi berdasarkan gambaran klinis bakteriologis untuk memutuskan penggantian
atau penyesuaian antibiotik (AB).1
Tidak ada patokan pasti lamanya terapi. Antibiotik perlu diteruskan hingga
kondisi pasien baik, gambaran radiologis bersih atau stabil selama 2 minggu.
Biasanya diperlukan terapi 3-6 minggu. 1
2.11 Komplikasi
2.11.1 Gagal nafas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita
pneumonia sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk
tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-
invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel
tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan
ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat
menyebabkan gagal nafas oleh pencetus acute respiratory distress syndrome
(ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-paru
segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan
keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus
membuat ventilasi mekanik yang dibutuhkan.2
22
2.11.2 Syok sepsis dan septic
Merupakan komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi karena
mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi
sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus
pneumonia merupakan salah satu penyebabnya. Individu dengan sepsis atau septik
membutuhkan unit perawatan intensif di rumah sakit. Mereka membutuhkan
cairan infus dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah
agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat menyebabkan kerusakan
hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan kematian.2
2.11.3 Prognosis
Angka mortalitas PAK adalah sebesar 5% yang meningkat menjadi 20%
pada PAN. Angka mortalitas pneumonia aspirasi yang tidak disertai komplikasi
adalah sebesar 5%, sedangkan pada aspirsai masif dengan atau tanpa disertai
sindrom Mendelson mencapai 70%. Angka mortalitas aspirasi pneumonia disertai
empyema sebesar 20%.1,3
23
2.11.4 Pencegahan
Pada pasien yang memiliki disfungsi menelan untuk menghindari
aspirasi asam lambung, diperlukan teknik kompensasi untuk
mengurangi aspirasi dengan diet lunak dan takaran yang lebih sedikit
Posisikan kepala 45º dari bed tempat tidur pada pasien beresiko untuk
terjadinya aspirasi.
Pasang NGT pada pasien yang beresiko, contoh disfagia.
Puasa 6-8 jam sebelum operasi elektif agar perut kosong sebelum
operasi berlangsung.
24
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
TL/Umur : 03-Mei-2019 / 12 hari
Alamat : Lolo, Surian
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Tanggal masuk RS : 13-05-2019 pukul 13.00 WIB
No. MR : 20.39.06
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
25
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
Riwayat Kelahiran
Lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh dokter spesialis
Saat lahir menangis kuat, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir
49 cm
Perkembangan fisik :
Belum dapat dinilai
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Aktif
BB : 3000 gram
PB : 49 cm
Nadi : 140 x/menit
Respirasi : 66 x/menit
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Suhu : 37,5ºC
b. Pemeriksaan Khusus
Kulit : Teraba hangat, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Ubun-ubun datar
Mata : Kongjutiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Pupil bulat
isokor, Refleks cahaya (+/+) normal
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir basah, Sianosis (-)
Lidah : Atrofi papil (-)
Faring / tonsil : Faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1
Telinga : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada pembesaran KGB/Tiroid
Thoraks
Paru
26
Inspeksi : Simetris, Retraksi dinding dada (+/+) minimal
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Tali pusat berbau dan bernanah
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Telah dilakukan USG Abdomen pada tanggal 13-Mei-2019
Kesan : - Menyokong suatu meconium Aspiration Pneumonia
- Tidak tampak kardiomegali
5. DIAGNOSIS
Aspirasi Pneumonia
7. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
27
Follow up
O/ KU kesadaran HR RR T
Sedang Aktif 126 x/’ 60 x/’ 36,4C
Kepala : UUB datar, NCH (+)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik (-/-),
Thoraks : Retraksi dinding dada (+), Rh -/-, Wh -/-
Cor : Reguler, bising (-)
Abdomen: supel, tali pusat basah, bau, distensi (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2’
A/ Aspirasi Pneumonia
Omfalitis
P/ O2 1/2 liter/menit
Injeksi Ampisilin Sulbaktam 2x160 mg (iv) (0,8 cc)
Injeksi Gentasmisin 1x16 mg (iv) (0,4 cc)
Injeksi Dexametason loading 1,6 mg (0,32 cc)
dilanjutkan 3x0,6 mg (iv)
Paracetamol 3x0,4 cc bila T>37,5ºc
Asi OD
15/6/19 S/ Sesak napas (+) sudah berkurang
Demam tidak ada
Batuk (-)
Muntah (-)
Kuning (-)
BAB dan BAK tidak ada keluhan
O/ Ku kesadaran HR RR T
Sedang Aktif 124 x/i 58 x/i 36 C
Kepala : UUB datar, NCH (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik (-/-),
Thoraks : Retraksi dinding dada (-), Rh -/-, Wh -/-
Cor : Reguler, bising (-)
Abdomen: supel, tali pusat baik, distensi (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2’
A/ Aspirasi pneumonia
Omfalitis
28
O2 1/2 liter/menit
P/ Injeksi Ampisilin Sulbaktam 2x160 mg (iv) (0,8 cc)
Injeksi Gentasmisin 1x16 mg (iv) (0,4 cc)
Injeksi Dexametason loading 1,6 mg (0,32 cc)
dilanjutkan 3x0,6 mg (iv)
Paracetamol 3x0,4 cc bila T>37,5ºc
Asi OD
16/6/19 S/ Sesak napas (+) berkurang dari sebelumnya
Demam tidak ada
Muntah tidak ada
Saat ini terpasang O2 nasal
Intake masuk, toleansi baik, minum per NGT
O/ KU kesadaran HR RR T
Sedang Aktif 127 x/’ 56 x/’ 36,4C
Kepala : UUB datar, NCH (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik (-/-),
Thoraks : Retraksi dinding dada (-), Rh -/-, Wh -/-
Cor : Reguler, bising (-)
Abdomen: supel, tali pusat baik, distensi (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2’
A/ Aspirasi Pneumonia
Omfalitis
P/ O2 1/2 liter/menit
Injeksi Ampisilin Sulbaktam 2x160 mg (iv) (0,8 cc)
Injeksi Gentasmisin 1x16 mg (iv) (0,4 cc)
Injeksi Dexametason loading 1,6 mg (0,32 cc)
dilanjutkan 3x0,6 mg (iv)
Paracetamol 3x0,4 cc bila T>37,5ºc
Asi OD
29
Rangkuman Hasil pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
Seorang pasien bayi laki-laki umur 12 hari datang diantar
oleh keluarga ke IGD RSUD Arosuka pada tanggal 13-05-2019
pukul 13.00 WIB, dengan diagnosis Aspirasi Pneumonia. Awalnya
pasien muntah setiap menyusu sejak ±7 hari yang lalu, sesak nafas
(+), tali pusat basah dan berbau sejak ±1 minggu yang lalu karena
bayi dirumah dipasang gurita ketat, demam tidak disadari, pasien
hanya meminum asi ibu tidak ada tambahan lain, bak (+) normal,
bab (+) normal. Pasien lahir di RSUD Arosuka 12 hari yang lalu,
lahir secara sc atas indikasi bekas sc dengan BBL 3000 gram dan
dirawat 3 hari dengan resiko infeksi.
2. Objektif :
Pada pemeriksaan fisik yang presentan lakukan didapatkan
keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran aktif, frekuensi
nadi 140 x/menit, nafas 66 x/menit, suhu 37,5ºC, tampak retraksi
dinding dada (+/+) minimal. Dari pemeriksaan USG didapatkan
kesan menyokong suatu meconium Aspiration Pneumonia dan
tidak tampak kardiomegali.
3. Assesment (penalaran klinis) :
Pada pasien ini data-data yang mendukung diagnosis
aspirasi pneumonia adalah muntah setiap habis menyusu, sesak
nafas (+), dan tampak retraksi dinding dada (+/+) minimal,
dikonfirmasi dari pemeriksaan penunjang yaitu USG dengan kesan
menyokong suatu meconium Aspiration Pneumonia dan tidak
tampak kardiomegali. Berdasarkan tinjauan pustaka, Aspirasi
Pneumonia adalah masuknya cairan partikel eksogen, atau sekresi
endogen ke dalam saluran nafas bawah.
30
4. Plan :
Diagnosis klinis : Aspirasi pneumonia
Tatalaksana :
O2 1/2 liter/menit
Injeksi Ampisilin Sulbaktam 2x160 mg (iv) (0,8 cc)
Injeksi Gentasmisin 1x16 mg (iv) (0,4 cc)
Injeksi Dexametason loading 1,6 mg (0,32 cc) dilanjutkan
3x0,6 mg (iv)
Paracetamol 3x0,4 cc bila T>37,5ºc
Asi OD
Cek suhu /4 jam
Edukasi :
Peranan edukasi sangat penting dalam mengurangi morbiditas dan
mortalitas akibat penyakit yang diderita pasien. Edukasi yang dapat
diberikan antara lain :
Menerangkan pada keluarga tentang kondisi penyakit
pasien sekarang
Menjelaskan tentang komplikasi yang bisa terjadi
Menjelaskan prognosis penyakitnya
Menjelaskan cara pencegahan serta tatalaksana pada pasien
31
32