Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Negara maju hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan


utama. Di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan oleh para tenaga kesehatan yang bekerja di pelayanan kesehatan
primer karena angka pravelensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang
yang di timbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi di bagi menjadi
2 golongan yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau
idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain.
Secara epidemologis 30% penduduk di dunia peka terhadap keracunan
garam dapur yang dapat menyebabkan hipertensi. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi prevensi hipertensi seperti ras, umur, obesitas, asupan
garam yang berlebih, dan adanya riwayat hipertensi pada keluarganya. Untuk
gejala dari hipertensi itu sendiri biasanya pasien mengeluhkan nyeri kepala,
mata berkunang-kunang, mual, Hipertensi memang bukan penyakit
pembunuh sejati, tetapi ia digolongkan sebagai The Sillent Killer ( pembunuh
diam – diam ). Penyakit ini gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta
perlu diobati sedini mungkin karena hipertensi yang kronis jika diabaikan,
secara tiba – tiba akan membawa malapetaka, seperti serangan jantung dan
stroke. ( Aziza, Lucky, 2007 )
Di Amerika Serikat 15 % golongan kulit putih dewasa dan 25 % - 30
% golongan kulit hitam dewasa adalah pasien hipertensi. Menurut laporan
National Health and
Nutrition Examinition Survey dalam dua dekade terakhir ini terjadi terjadi
kenaikan prosentase kewaspadaan masyarakat terhadap hipertensi dari 50 %
menjadi 84 %, prosentasi pasien hipertensi yang mendapatkan pengobatan
yaitu dari 36 % menjadi 73 % dan prosentase pasien hipertensi yang tekanan
darahnya terkendali dari 16 % menjadi 55 %. ( Suyono, Slamet, 2003 )

1
Di Indonesia sampai saat ini belum terdapat penyelidikan yang bersifat
nasional multisenter, yang dapat menggambarkan prevensi hipertensi secara
tepat. Menurut Boedie Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari
berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,8 – 28,6 % penduduk Indonesia
yang berusia diatas 20 tahun adalah pasien hipertensi
Berdasarkan laporan kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Banten,
jumlah penderita hipertensi sekitar 27,8 %. (Kesehatan Provinsi Banten, 2014
)
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Umum
Daerah kota Tangerang, penderita hipertensi yang dirawat inap pada tahun
2015 sebanyak 309 kasus, dan pada tahun 2016 ini terhitung mulai dari bulan
januari – april 2016 sebanyak 130 kasus.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada
pasien Tn. H dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
Secara Khusus penulisan ini bertujuan agar mahasiswa :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. H dengan hipertensi
b. Mampu merumuskan diagnosa pada pasien Tn. H dengan hipertensi
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien Tn. H dengan
hipertensi
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien Tn . H dengan
hipertensi
e. Mampu menyusun evaluasi keperawatan pada pasien Tn. H dengan
hipertensi
f. Mampu mengaplikasikan Jurnal Pengaruh Latihan nafas dalam
terhadap perubahan tekanan darah pada penderita Hipertensi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medik

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya


diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Nurarif &
Kusuma, 2015)
2.1.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
1. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut yaitu:
a. Faktor keturunan
b. Ciri Perorangan
c. Kebiasaan hidup (Kowalski, Robert, 2010)
2. Hipertensi Sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain. Merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder
antara lain ; penggunaan kontrasepsi oral, neurogenik ( tumor otak,
ensefalitis, gangguan psikiatris ), kehamilan, peningkatan tekanan
intravaskuler, luka bakar dan stress. ( Udjianti, Wajan, 2011 )
2.1.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor

3
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdormen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepeneprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap vasokonstriksi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin, yang merangsang pembentukan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang
dapat merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon yang
menyebabkan retensi natrium yang menyebabkan peningkatan
intravaskuler. Semua faktor yang cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.

2.1.4 Manifestasi klinik


Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidah terukur

4
2. Gejala yang lazim
Sering dikatan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala karena adanya peningkatan tekanan darah sehingga
mengakibatkan hipertensi dan tekanan intrakarnial naik,dan
kelelahan.Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

1. Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan peningkatan tekanan darah


dan hipertensi sehingga intrakarnial naik.
2. Lemas, kelelahan : karena stress sehingga mengakibatkan ketegangan
yang mempengaruhi emosi, pada saat ketegangan emosi terjadi dan
aktivitas saraf simatis sehingga frekuensi dan krontaktilitas jantung
naik, aliran darah menurun sehingga suplei O2 dan nutrisi otot rangka
menurun, dan terjadi lemas.
3. Susah nafas, kesadaran menurun : karena terjadinya peningkatan
krontaktilitas jantung
4. Palpitasi (berdebar-debar): karena jantung memompa terlalu cepat

sehingga dapat menyebabkan berdebar-debar, Gampang marah

(Nurarif & Kusuma, 2015).

2.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.


2. Pemeriksaan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung.

5
- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasinkan faktor resiko
seperti hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
- Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.

6
2.1.6 Pathway

Hiperlipidemia, merokok, obesitas

Gaya hidup, faktor emosional

Implus saraf simpatis

Ganglia simpatis, neuron

Perganglion melepaskan asetikolin

Merangsang serabut saraf

Ganglion ke pembuluh darah

Norepineprine dilepaskan

Vasokonstriksi pembuluh darah


Resiko penurunan
Rcurah jantung Tahanan perifer meningkat Resiko ketidakstabilan
Peningkatan tekanan darah tekanan darah

Nyeri akut
Gangguan Gi tract meningkat
Perubahan Vaskuler Retina
Penurunan
aliran darah di ginjal Mual, anorexia
Gangguan penglihatan Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko tinggi cedera Pengaktifan system
renin angiotensin

Merangsang sekresi aldosterone


Dan kortek adrenalin

Retensio Na+ H2O Oedema

Kelebihan Volume cairan

7
2.1.7 DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko ketidakstabilan tekanan darah berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrkranial.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan terkanan intracranial.
3. Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dengan intake yang tidak adekuat.

8
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Identitas diri pasien


Nama Tn. H, Umur 60 tahun, jenis kelamin laki – laki. Alamat kp.pinang,
RT 01/07,cipondoh Tangerang, status perkawinan sudah menikah, agama
Islam, suku jawa, pendidikan SD, pekerjaan sebagai petani, No. RM
00185658, Diagnosa medik Hipertensi, Tanggal masuk : 16-01-2019.
3.1 Pengkajian
Triase P2
General impression
1. Keluhan utama Pasien mengeluh kepalanya sakit.
2. Mekanisme cedera
Sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengeluhkan kepalanya sakit
sudah 3 hari hilang timbul, nyeri bertambah bila pasien beraktifitas, rasanya
seperti ditusuk ditusuk skala nyeri 5-6 kadang disertai pusing, pada bagian
tengkuk seperti kaku, perut terasa mual, pasien sudah coba minum obat anti
nyeri namun tidak ada perubahan Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung
di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang agar segera
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Orientasi Tempat , waktu, dan orang baik
Airway
Jalan napas paten, tidak ada sumbatan jalan napas, suara napas normal
Breathing
Gerakan dada simetris, irama napas normal, pola napas teratur RR :22
x/menit
Circulation
Nadi teraba kuat : 106 x/menit, tidak sianosis, CRT<2 detik tidak ada
perdarahan
Disability

9
Respon pasien Alert, kesadaran CM, GCS : 15 , E 4, V 5, M 6, pupil tampak
isokor, reflek cahaya ada, ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit dan
pasien tampak meringis
Exposure
Tidak ada deformitas,contusio, abrasi, penetrasi, laserasi, maupun Edema
Anamnesa
Riwayat penyakit sekarang
Sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengeluhkan kepalanya sakit
sudah 3 hari hilang timbul, Nyeri bertambah bila pasien beraktifitas rasanya
seperti ditusuk ditusuk skala nyeri 5-6 kadang disertai pusing, pada bagian
tengkuk seperti kaku, perut terasa mual, pasien sudah coba minum obat anti
nyeri namun belum ada perubahan. Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung
di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang agar segera
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Riwayat kesehatan dahulu
Tn. H pernah menderita Hipertensi sejak 4 tahun yang lalu tidak terkontrol
dan jarang berobat ke dokter.
Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun
obat
Medikasi
● Infus Rl 500cc 6 jam /kolf
● Candesartan 1x1 tablet malam
● Captopril 1x25 mg pagi
● Ondancentron 3x8 mg IV
● Ranitidin 2 x 1 ampul IV
Makan minum terakhir
Pasien makan terakhir pagi Cuma 3 sendok, dan minum air teh hangat 100cc
di rumah, pasien mengeluh mual
Even/Peristiwa penyebab :

10
Pasien mengatakan 3 hari sebelumnya habis makan Sop kambing dan sate
kambing
Tanda-tanda vital :
 TD : 180/100 MmHg
 Nadi ; 106 x/ menit
 Suhu 36,5 C
 RR : 22 x/menit
Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher
1. Inspeksi : bentuk kepala simetris, rambut bersih,leher simetris, ekspresi
wajah pasien tampak meringis kesakitan dan menahan nyeri
2. Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak teraba pembengkakan kelenjar getah
bening maupun thyroid
Dada
1. Inspeksi : bentuk dada normal simetris
2. Palpasi : tidak ada benjolan, oedema, tidak ada gerakan iktus cordis,
denyut batas jantung ICS 2 sternal kiri dan ICS 4 sternal kiri, batas
kanan ICS 2 sternal kanan dan ICS 5 axilla anterior kiri.
3. Perkusi : suara napas terdengar sonor,
4. Auskultasi : Suara napas normal, tidak ada suara napas tambahan.
Neurologis
Tingkat kesadaran CM, fungsi, koordinasi normal , reflek normal,
Kemampuan bergerak baik, kelumpuhan tidak ada, nyeri kepala ada,
mual.
Abdomen
1. Inspeksi : tidak tampak distensi, bentuk abdomen simetris
2. Palpasi : tidak ada asites, tidak ada nyeri tekan, batas organ tegas
3. Perkusi : suara abdomen tympani
4. Auskultasi : suara peristaltic bising usus 20x/menit

11
Pelvis
1. Inspeksi : tampak bersih, tidak ada luka bentuk simetris
2. Palpasi : tidak teraba benjolan maupun edema
Ekstermitas atas dan bawah
1. Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada edema, tidak ada luka
2. Palpasi : tidak teraba masa, maupun benjolan reflek motoric baik
Punggung
1. Inspeksi : bentuk normal tidak ada luka
2. Palpasi : tidak teraba massa
Pemeriksaan Diagnostik
1. Hasil lab: Hb 14,6 g/dl., Hematokrit 42,7, Leukosit 9 ribu/ul,
Trombosit 285.000, GDS 152 mg/dl.
2. Hasil Rontgen Thorax : Kardiomegali
3. Hasil EKG : LVH
3.3 Analisa Data

No Data Fokus Problem Etiologi

1. DS : Pasien mengatakan kepala Nyeri Akut Peningkatan


terasa sakit tekanan
P : Nyeri bertambah bila beraktifitas Intrakranial
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk
R ; Nyeri di daerah Kepala
S : Skala Nyeri 4-5
T : Rasa nyeri hilang Timbul
DO :
● Pasien tampak meringis
kesakitan
● Ekspresi wajah pasien
tampak menahan nyeri

12
● Pasien tampak sering
memegangi tengkuknya
yang kaku
● Infus RL 500cc 6jam/kolf
● TD : 180/100 MmHg
● Nadi ; 106 x/ menit
● Suhu 36,5 C
● RR : 22 x/menit

2. DS : Pasien mengatakan mual Nutrisi kurang dari Intake yang


makan hanya habis 3 sendok kebutuhan tidak adekuat
DO : Mukosa bibir kering, porsi tubuh
makan habis 3 sendok
Berat badan sebelum sakit 75 kg.
Status nutrisi:
a. Antropometri: Berat badan:75kg,
Tinggi badan: 170 cm
Indeks Masa Tubuh ( IMT )
BB (kg ) 75
2 2
=
TB 170
100 100

= = 25,95
b. Hasil lab: Hb 14,6 g/dl.,
Hematokrit 42,7, Leukosit 9
ribu/ul, Trombosit 285.000,
GDS 152 mg/dl.

13
3 DS : Pasien mengatakan tensi tinggi Resiko Peningkatan
dan riwayat hipertensi 4 tahun, ketidakstabilan tekanan
tengkuk terasa kaku, kadang tekanan darah intracranial
terasa pusing.
DO : keadaan umum pasien lemah,
Hasil EKG : LVH
 Infus RL 500cc 6jam/kolf
● TD : 180/100 MmHg
● Nadi ; 106 x/ menit
● Suhu 36,5 C
● RR : 22 x/menit
● Pasien tampak sering
memegang tengkuknya yang
kaku dan kepalanya yang
sakit

14
3.4 Diagnosa Keperawatan dan Prioritas

Berdasarkan analisa data yang penulis peroleh, maka prioritas masalah


yang dapat ditegakkan ;
1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Domain 12 :
Kenyamanan
Kelas 1 :
Kenyamanan fisik
Diagnosa (00132) :
Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat .
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 :
Makan
Diagnosa (00002)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko ketidakstabilan tekanan darah berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial
Domain 4 :
Aktivitas/istirahat
Kelas 4 :
Respon kardiovaskuler/pulmonal
Diagnosa (000267) :
Resiko ketidakstabilan tekanan darah

15
3.5 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial Klien : Tn. H
Ruang : IGD
No.Rm : 00185658
No Diagnosa NOC NIC
1. Domain 12: Setelah di lakukan Domain 1 :
Kenyamanan tindakan keperawatan Fisiologi dasar
Kelas 1: Kenyamanan selama 16-30 menit di Kelas E : Peningkatan
fisik harapkan masalah kenyamanan fisik
000312 : Nyeri akut teratasi dengan kriteria 1400 : Manajemen
hasil : Nyeri
Domain 5: 1. Lakukan
Pemahaman Kesehatan pengkajian nyeri
Kelas 5 : Status gejala secara
0102: Level nyeri komprehensif
Tujuan : termasuk lokasi,
 210201 karakteristik,
Melaporkan nyeri (2-4) frekuensi, durasi,
 210202 dan factor
Tekanan darah dalam presipitasi
rentan normal (2-4) 2. Anjurkan istirahat
yang cukup untuk
memfasilitasi nyeri
3. Ajarkan Teknik
nafas dalam
4. Kontrol lingkungan
yang
mempengaruhi
nyeri

16
2 Domain 2 : Nutrisi Setelah di lakukan Domain 1 :
Kelas 1 : makan Tindakan Keperawatan Fisiologis dasar
Kode diagnose 00002: 16-30 Menit masalah Kelas D : Dukungan
Ketidseimbangan nutrisi dapat teratasi dengan nutrisi
kurang dari kebutuhan kriteria hasil : 1100 : Managemen
tubuh Domain 2: nutrisi
Kesehatan Fisiologis 1. Tentukan statu gizi
Kelas K : pencernaan dan kemampuan
dan nutrisi memenuhi gizi
 100401 : Asupan pasien
gizi (2-4) 2. Identifikasi adanya
 100402 : Asupan alergi atau
makanan (2-4) intoleransi
 10043 : energi ( 2- makanan yang
4) dimiliki pasien
3. Berikan pilihan
makanan sambal
menawarkan
bimbingan
terhadap pilihan
makanan yang
lebih sehat
4. Atur diet yang
diperlukan
5. Beri obat-obatan
sebelum makan
(antiemetic)
6. Berikan makanan
dalam porsi kecil
tapi hangat dan
menarik.

17
3 Domain 4 : Setelah di lakukan Domain 4 : Keamanan
Aktifitas/istirahat tindakan keperawatan Kelas V : Manajemen
Kelas 4 : Respon selama 31-45 menit Risiko
kardiovaskuler/pulmonal masalah teratasi dengan 6680 : Monitor tanda
Kode diagnose 000267: kriteria hasil : tanda vital
Resiko ketidakstabilan Domain 4 : 1. Monitor tanda
tekanan darah Pengetahuan tentang tanda vital
kesehatan dan prilaku 2. Monitor tekanan
Kelas T : Kontrol resiko darah pasien saat
dan keamanan pasien berbaring,
1928 : Kontrol Resiko duduk, dan berdiri
Hipertensi sebelum dan
 192805 sesudah
mengidentifikasi perubahan posisi
tanda dan gejala Domain 2 :
hipertensi (2-4) Fisiologis komplek
 192806 kelas I : Managemen
memeriksa perfusi jaringan
tekanan darah 4050 Managemen
sesuai anjuran resiko jantung
3107 : Managemen diri 1. Skrining pasien
: Hipertensi mengenai
 Memantau kebiasaannya
tekanan darah yang berisiko
(2-4) yang terkait pada

 3107 jantung(

Menggunakan merokok,tekanan

Teknik relaxasai darah tinggi,

(2-4) obesitas dll)


3. Instruksikan
pasien keluarga

18
untuk memonitor
tekanan darah dan
denyut jantung
secara rutin
4. Instruksikan
pasien untuk
melakukan
olahraga secara
teratur

19
3.6 Implementasi Keperawatan

Tgl/Jam Dx. Implementasi Evaluasi


Keperawatan
16/01/19 1 1. Melakukan pengkajian nyeri. Jam 18.30
14.00 Hasil : S: pasien mengatakan nyeri
P: Nyeri bertambah bila berkurang.
beraktifitas O:
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk  Ekspresi wajah pasien
R : Nyeri di daerah Kepala tampak masih
S : Skala Nyeri 5-6 menahan nyeri
T : Rasa nyeri hilang Timbul P : Nyeri bertambah bila
14.30 2. Memonitor TTV beraktifitas, dan
Hasil : mendengar suara
TD: 180/100 MmHg berisik
Nadi : 106 x/ menit Q : Nyeri seperti ditusuk
Suhu 36,5 C tusuk
RR : 22 x/menit R : Nyeri di daerah
14.40 3. Anjurkan dan mengajarkan Kepala
pasien untuk teknik nafas S : Skala Nyeri
dalam dengan cara menarik berkurang 4
nafas dalam secara perlahan T : Rasa nyeri hilang
selama 1-3 detik lalu Timbul
menghembuskan udara keluar  TD=150/90 mmHg,
dan merasakan udara yang Nadi : 94 x/ menit
masuk mengalir keseluruh Suhu 36,5 C
tubuh untuk menghilangkan RR : 20 x/menit
nyeri lakukan setiap 15 menit A : Masalah nyeri akut
sekali teratasi sebagian
Hasil : pasien dapat mengikuti P : lanjutkan intervensi :
cara teknik nafas dalam yang  Lakukan pengkajian
diajarkan perawat nyeri secara
14.40 4. Menganjurkan pasien istirahat komprehensif
yang cukup termasuk lokasi,
Hasil : pasien tampak tirah karakteristik,
baring frekuensi, durasi, dan
15.05 5. Menganjurkan pasien untuk factor presipitasi
teknik nafas dalam setiap kali  Anjurkan istirahat
nyeri datang atau setiap 15 yang cukup untuk
menit sekali memfasilitasi nyeri
Hasil : pasien dapat mengerti  Kontrol lingkungan
tentang apa yang telah yang mempengaruhi
disarankan perawat nyeri
15.15 6. Mengontrol lingkungan yang
mempengaruhi nyeri

20
Hasil : pasien terganggu bila  Anjurkan dan
lingkungan berisik akan Ajarkan Teknik nafas
menambah nyeri kepalanya dalam
16.00 7. Memasang infus 500cc/6jam
Hasil : pasien terpasang infuse
di tangan kiri
16.30 8. Melakukan Vital sign
TD : 160/90 Mmhg,
HR : 98x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5 C
17.10 9. Menganjurkan pasien untuk
teknik nafas dalam setiap kali
nyeri datang atau setiap 15
menit sekali
Hasil : pasien dapat mengerti
tentang apa yang telah
disarankan perawat
18.30 10. Melakukan Vital sign
TD : 150/90 Mmhg,
HR : 94x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5 C

14.15 2 1. Menentukan status gizi pasien Jam 18.30


dan kemampuan memenuhi S : Pasien mengatakan mual
kebutuhan gizi berkurang
Hasil : pasien mengatakan mual O:
jika makan dan hanya habis 3  Ekspresi pasien
sendok, IMT = 25,95 tampak masih agak
15.15 2. Mengidentifikasi terhadap menahan mual
alergi makanan  TD = 150/90 mmHg,
Hasil : pasien mengatakan tidak HR = 94 x/mnt,
ada alergi makanan atau obat RR = 20 x/mnt,
15.340 3. Mengambil darah vena cek S = 36,5 C
darah rutin  Porsi makan habis 4
Hasil : sendok
Hb : 14,6 g/dl., leukosit : 9 rb/ul  Turgor kulit kering,
Hematokrit : 42,7 mukosa bibir kering
Trombosit : 285.000 A : Masalah keperawatan
GDS :152 mg/dl. ketidakseimbangan
17.00 4. Memberikan terapi injeksi nutrisi kurang dari
ondansetron 8 mg dan kebutuhan tubuh
memberikan terapi injeksi teratasi sebagian
ranitidine 50 mg P : Intervensi dilanjutkan :

21
Hasil : pasien mengatakan mual 1. Tentukan status gizi
berkurang pasien dan
17.15 5. Menganjurkan untuk perawatan kemampuan
mulut sebelum makan. memenuhi gizi
Hasil : pasien tampak 2. Identifikasi adanya
17.30 6. Menganjurkan pasien makan alergi atau intoleransi
dalam porsi kecil tapi hangat makanan yang
dan menarik dimiliki pasien
Hasil : pasien dapat makan 4 3. Berikan pilihan
sendok makanan sambal
menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan makanan yang
lebih sehat
3. Atur diet yang
diperlukan
4. Beri obat-obatan
sebelum makan
(antiemetic).
5. Anjurkan untuk
perawatan mulut
sebelum makan.
6. Kolaburasi dengan
dokter untuk obat anti
emetik
7. Berikan makanan
dalam porsi kecil tapi
hangat dan menarik

16/01/19 3 1. Memonitor TTV Jam 18.30


14.10 Hasil : S : pasien mengatakan nyeri
TD = 180/100 mmHg, HR = kepala dan pusing sudah
106 x/mnt, RR = 22 x/mnt, agak berkurang
S = 36,5 C O:
14.35 2. Memonitor status  TD = 150/90 mmHg,
kardiovaskuler/melakukan HR = 90 x/mnt,
perekaman jantung (EKG) RR = 20 x/mnt,
hasil EKG : LVH S = 36,5 C
15.30 3. Memonitor tekanan darah  Pasien masih sesekali
pada saat pasien berbaring memegangi
Hasil : = TD 180/100 tengkuknya yg terasa
mmHg, pada saat pasien kaku
duduk hasil tetap sama TD A : Masalah Resiko
180/100 mmHg , pada saat ketidakstabilan tekanan
berdiri TD 185/100 MmHg darah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

22
16.10 4. Melakukan skrining 1. Monitor tanda tanda
mengenai kebiasaan pasien vital
Hasil pasien memiliki 2. Monitor tekanan darah
riwayat sakit hipertensi pasien saat pasien
sudah 4 tahun. berbaring, duduk, dan
16.35 5. Menginstruksikan pasien berdiri sebelum dan
dan keluarga untuk rutin sesudah perubahan
memantau tekanan darah posisi
Hasil : pasien dan keluarga 3. Skrining pasien
tampak mengerti mengenai
16.55 6. Meinstruksikan pasien kebiasaannya yang
untuk berolahraga secara berisiko yang terkait
rutin pada jantung(
Hasil : pasien mengatakan merokok,tekanan
akan mematuhi saran dari darah tinggi, obesitas
perawat. dll)
17.00 7. Memberikan obat anti 4. Instruksikan pasien
hipertensi Captopril 25 mg keluarga untuk
tablet dan Candesartan 1 memonitor tekanan
tablet darah dan denyut
Hasil : pasien tampak jantung secara rutin
tenang 5. Instruksikan pasien
17.20 8. Mengantar pasien Rontgen untuk melakukan
Thorax olahraga secara teratur
Hasil : Kardiomegali

23
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PEMBAHASAN
Pasien yang kami kaji dan sebagai pasien kelolaan di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Kota Tangerang bernama Tn.H usia 60 tahun , masuk dengan
diagnosa medis Hipertensi. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik. Sebelum
dibawa ke Rumah Sakit pasien mengeluhkan kepalanya sakit sudah 3 hari
hilang timbul, nyeri bertambah bila pasien beraktifitas, rasanya seperti
ditusuk ditusuk skala nyeri 5-6 kadang disertai pusing, pada bagian tengkuk
seperti kaku, perut terasa mual, pasien sudah coba minum obat anti nyeri
namun tidak ada perubahan Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung di bawa
ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang agar segera mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
Berikut hasil pengkajian kelompok saat memberikan implementasi:
Tn.H pada tgl 14/01/2019 mengatakan sebelum dibawa ke Rumah Sakit
pasien mengeluhkan kepalanya sakit sudah 3 hari hilang timbul, nyeri
bertambah bila pasien beraktifitas, rasanya seperti ditusuk ditusuk skala nyeri
5-6 kadang disertai pusing, pada bagian tengkuk seperti kaku, perut terasa
mual, TD: 180/100 MmHg, Nadi : 106 x/ menit, Suhu 36,5 C
RR : 22 x/menit, Hasil lab: Hb 14,6 g/dl, Hematokrit 42,7, Leukosit 9 ribu/ul,
Trombosit 285.000, GDS 152 mg/dl, Hasil Rontgen Thorax : Kardiomegali,
Hasil EKG : LVH, Turgor kulit kering, Mukosa bibir kering, Terpasang alat
infus RL 500cc 6 jam /kolf, Tn. H mau diajarkan cara Latihan Nafas Dalam
untuk menurunkan tekanan darah.
Kelompok memberikan intervensi mengajarkan Tn. H melakukan
Latihan Nafas dalam dengan cara mengatur posisi pasien dengan rileks,
menginstruksikan pasien dengan cara perlahan menarik nafas dalam selama
1-3 detik kemudian menghembuskan udara keluar, merasakan seluruh udara
mengalir di setiap anggota tubuh dan instruksikan agar dapat mengulangi
latihan nafas dalam setiap kali nyeri datang atau setiap 15 menit sekali.
Sejalan dengan Jurnal Ervan, dkk (2015) “Pengaruh latihan nafas dalam

24
terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah
kecamatan Karas kabupaten Magetan” , di jelaskan bahwa manfaat Latihan
nafas dapat memperlebar pembuluh darah. Menurut Medical Shocker, (2012)
dalam kondisi rileks metabolism tubuh berjalan lambat sehingga siklus
pernapasan menjadi lebih rendah sekitar tiga sampai empat kali permenit serta
dapat menurunkan tekanan darah dan kontraksi jantung. Perbedaan tersebut
terjadi karena adanya mekanisme control system syaraf penapasana yang
mempengaruhi kecepatan detak jantung dan perubahan tekanan darah yang
menyesuaikan agar sebanding dengan kecepatan pernapasan.
Setelah dilakukan implementasi selama 5 jam Tekanan darah Tn. H
yang semula 180/100 MmHg setelah melakukan Latihan nafas dalam setiap
kali nyeri datang dan setiap 15 menit sekali, Tensi darah pasien kemudian di
ukur ulang setelah 2 jam turun menjadi 160/90 MmHg kemudian pasien
melakukan latihan nafas dalam kembali setiap 15 menit atau setiap nyeri
datang dan tensi darah di ukur ulang kembali 2 jam kemudian hasilnya turun
menjadi 150/90 MmHg, nyeri kepala pun sudah agak berkurang skala nyeri
4, begitupun dengan rasa mual juga sudah berkurang dapat disimpulkan
bahwa terdapat Pengaruh Latihan Nafas Dalam terhadap perubahan tekanan
darah pada penderita Hipertensi di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota
Tangerang 2019. Dan disarankan untuk melakukan Latihan Nafas Dalam
secara rutin .
Hasil dari terapi dan implementasi yang diberikan, kami melakukan
evaluasi didapatkan hasil bahwa Tn. H setelah melakukan Latihan Nafas
Dalam dapat membantu menurunkan tekanan darah meskipun secara
bertahap.
Adapun keterbatasan dalam melakukan Latihan Nafas Dalam yaitu
dibutuhkan kesabaran, ketelatenan dan pemantauan , karena bila tidak
menggunakan Latihan Nafas Dalam Penurunan tekanan darah secara alami
tanpa farmakoterapi sangat lambat, Latihan Nafas Dalam ini sangat mudah
sekali bisa diajarkan kepada Tn. H.

25
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Untuk masalah Hipertensi ini, terutama dengan prioritas masalah Nyeri akut,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan resiko
ketidakstabilan tekanan darah pentingnya memberikan intervensi dan
implementasi tindakan Latihan Nafas Dalam pada penderita Hipertensi yang
malas untuk mengontrol tekanan darah, sehingga terjadi Hipertensi. Hal ini
dapat menganggu metabolisme tubuh yang menyebabkan pasien Nyeri Kepala,
pusing, dan mual, warna kulit pucat dan kulit kering,
5.2 SARAN
1. RSUD KOTA TANGERANG
Lebih diaktifkan lagi dalam Intervensi dan Implementasi keperawatan
pelaksanaan Latihan Nafas Dalam pada pasien Hipertensi.
2. STIKes YATSI
Untuk mata perkuliahan tentang Keperawatan Gawat Darurat diharapkan
pada kasus Hipertensi bukan hanya kasus saja yang perlu diperhatikan,
melainkan implementasi untuk mengajarkan Latihan Nafas Dalam pasien
dengan Hipertensi penting dilakukan untuk meminimalisir kejadian
komplikasi dari Hipertensi .
3. INSTALASI GAWAT DARURAT
Apabila SOP sudah tersedia, diharapkan seluruh tenaga medis untuk
menjalankan SOP tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA
- Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia.

- Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek


Klinis. Edisi IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

- Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa:


Yasmin Asih. Jakarta: EGC

- Jennifer,Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih Bahasa


Andry Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

- Kowalski, Robert. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan


Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita Mizan
Pustaka

- Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

- Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2009. Hipertensi di Jawa Tengah. Diunduh dari
http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil 2009/htn.
Diakses pada 22 Mei 2012

- Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

- Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai
Penerbi FKUI

- Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

- Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang. Kasus hipertensi
dalam rentang waktu tahun 2015 - 2016. Didapat pada tanggal 17 Januari 2019

27

Anda mungkin juga menyukai