Anda di halaman 1dari 9

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ANATOMI LEHER


Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibula dan
linea nuchae superior (diatas), dan incsura jugularis dan tepi superior lavicula
(dibawah). Jaringan leher dibungkus oleh 3 fasia, fasia colli superfisialis
membungkus m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher
untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia colli media membungkus otot
pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang
jugamerupakan pertemuan dengan fasia colli superfisialis. Ke dorsal fasia colli
media membungkus a.carotis communis , v.jugularisinterna dan n.vagus menjadi
satu. Fasia colli profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral
dengan fasia colli lateral.
Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis communis
(dilindungi oleh vagina carotica bersama dengan v.jugularis interna dan n.vagus,
setinggi cornu superior cartilago thyroidea bercabang menjadi a.carotis interna
dan a.carotis externa), a.subclavia (bercabang menjadi a.vertebralis dan
a.mammaria interna). Pembuluh darah vena antara lain v.jugularis externa dan
v.jugularis interna.Vasa lymphatica meliputi nnll.cervicalis superficialis (berjalan
sepanjangv.jugularis externa) dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang
v.jugularisinterna). Inervasi oleh plexus cervicalis, n.facialis, n.glossopharyngeus,
dann.vagus.
Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir
semuabentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan
bermanifestasi kekelenjar limfe leher. Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam
metastasis tumoradalah kelenjar limfe rangkaian jugularis interna yang terbentang
antara klaviculasampai dasar tengkorak, dimana rangkaian ini terbagi menjadi
kelompok superior,media dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah
submental,submandibula, servicalis superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis
asesorius,skalenus anterior dan supraclavicula.

1
I. Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula
II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfe jugularsuperior.
III. Kelenjar limfe jugularis diantara bifurkasio karotis dan
persilanganm.omohioid dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior
m.sternokleidomastoid.
IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraclavicula V. Kelenjar yang
berada di segitiga posterior servikal.

3.2. TUMOR COLLI


3.2.1 DEFINISI
Adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul
disegitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior
danmandibula serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50% kasus
benjolan pada leher berasal dari tiroid, 40% benjolan pada leher disebabkan
oleh keganasan, 10 % berasal dari peradangan atau kelainan kongenital.
3.2.2 ETIOLOGI
 Divertikulum paten duktus tiroglosus9 Kelenjar tiroid berasal dari
dasar faring pada foramen sekum selama masa kehamilan empat
minggu, kemudian turun sesuai dengan garis tengah leher dekat
dengan os. Hyoid. Divertikulum paten yang disebabkan oleh
penurunan ini disebut duktus tiroglosus. Jika semua atau sebagian dari
duktus ini menetap, maka akan terbentuk kista-kista atau sinus-sinus
duktus tiroglosu.
 Anomali celah brankial Kista celah brankial, sinus, dan sisa-sisa
karilagenus, berasal dari penyatuaan celah brankial yang tidak
lengkap. Arkus brankial ke-3 membentuk os. Hyioid, sedangkan arkus
brankial ke-4 membentuk skelet laring, yaitu rawan tiroid, krikoid,
dan aritenoid. Fistel cranial dari tulang hyoid yang berhubungan
dengan meatus akustikus eksternus berasal dari celah pertama. Fistel
antara fosa tonsilaris ke pinggir depan m. sternokleidomastoideus

2
berasal dari celah ke-2. fistel yang masuk ke sinus piriformis berasal
dari celah ketiga. Sinus dari celah ke-4 tidak pernah ditemukan. Sinus
atau fistel mungkin berupa saluran yang lengkap atau mungkin
menutup sebagian. Sisanya akan membentuk kista yang terletak agak
tinggi di bawah sudut rahang.
 Hemangioma dan malformasivaskuler mempunyai aktivitas mitosis
yang meningkat dan keaadan demikian dianggap sebagai neoplasma.
Malformasi vaskuler tidak seperti hemangioma, mempunyai
kecepatan penggantian sel endothelia yang normal. Lesi yang tinggi
akibat kelainan yang berhubungan dengan sistem arterial dan venosus
dan dapat menyebabkan masalha berbahaya dari adanya perdarahan
masif, gagal jantung dan kongestif curah tinggi dan anemia hemolitik.

3.2.3 PATOLOGI
1. Kelainan Kongenital
Kista danfistel leher lateral dan medial, seperti hygroma colli
cysticum, kista demoid
2. Inflamasi atau peradangan
Limfadenitis sekunder karena inflamasi banal ( kelainan gigi,
tonsilitis) atau proses inflamasi yang lebih spesifik ( tuberculosis,
tuberculosis atipik, tiksoplasmosis). Selain itu pada infeksi umum
seperti rubella dan mononukleosis infeksiosa di temukan juga adnaya
pembesaran kelenjar limfe.
3. Neoplasma
Lipoma, limfangioma, hemangioma, dan paraganglioma carticum yang
jarang terdapat pada ( terutama carotid body, tumor glomus caroticum) yang
berasal dari paraganglion caoticum yang terletak di bifucatio carotis,
merupakan tumor benigna.
Tumor maligna sekunder dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe
( limfoma maligna).
Tumor maligna primer di suatu tempat di daerah kepala dan leher. Jika
metastasis kelenjar leher hanya terdapat di daerah supraclavikula,
kemungkinan lebih besar bahwa tumor primernya terdapat ditempat lain di
dalam tubuh.

3.2.4 KLASIFIKASI TUMOR COLLI

3
Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di
midline/line medina:
A. Benjolan di lateral
 Aneurisma subclavia
 Iga servikal
 Tumor badan karotis
 Tumor clavikularis
 Neurofibroma
 Hygroma kistik
 Limfonodi inflamasi,- karsinoma sekunder, retikulosis
 Kista branchiogenik
 Tumor otot
 Kelenjar faringela
 Lipoma subcutan dan subfacia
 Kista sebasea
 Laringokel
B. Benjolan di linea mediana
 Lipoma
 Kista sebasea
 Limfonodi submental-, inflamasi, karsinoma sekunder,
retikulosis
 Pembesaran kelenjar thyroid- diffuse, multinodular, nodular
soliter
 Kista thyroglossus
 Dermoid sublingual
 Bursa subhyoid
3.3 MANIFESTASI KLINIS
 Adanya benjolan yang semakin membesar
 Tidak nyeri
 Nyeri menelan
 Benjolan/ massa terasa nyeri jika terinfeksi
3.4 DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis penting artinya untuk mengetahui riwayat kelainan atau trauma
sebelumnya. Perlu pula ditanyakan riwayat keluarga apakah ada yang menderita
penyakit yang sejenis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis
misalnya seperti riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit sebelumya, riwayat sosial
ekonomi. Seperti pada penyakit tuberkulosis yang menyerang KGB yang dapat mengenai
sesorang yang pernah ada riwayat penyakit TB paru mau pun yang memiliki faktor risiko
terkena TB ekstraparu. Riwayat seosialekonomi mengacuh kepada kebiasaan seseorang

4
seperti merokok,minum-minuman berakohol maupun mengonsumsi narkoba dan dapat
menjadi faktor risiko terjadinta ca nasofaring.
Pemeriksaan fisik
A. Inspeksi
 Adanya benjolan di leher depan atau lateral
 Bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea
B. palpasi
 Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan ikut
ke atas.
 Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari jenis
patologi anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu karsinoma
berukuran >4 cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa digerakkan dari
dasarnya.
C. bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita bisa
tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan menekan
lobus lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat penekanan pada trakea.
D. Perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran KGB regional secara lengkap.
E. Dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula, sternum
serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.
Pemeriksaan Radiologis
 Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan
posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya
kalsifikasi.
 Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase
dan pendesakkan trakea.
 Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus.
 Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk
mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai
sampai di mana metastase terjadi.
Pemeriksaan Laboratorium

5
 Pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
 Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar
kalsitonin dan vma
Ultrasonograf
Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase ke
tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk mengevaluasi
staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastase
terjadi.
Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
3.5 TATALAKSANA
1. Pembedahan Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk
menentukan apakah nodul tersebut supek benigna atau maligna. Bila
suspek maligna ditentukan pula apakah kasus tersebut operable atau
inoperable. Bila operable, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi
yang patologik, atau lobektomi subtotal dengan resiko bila ganas ada
kemungkinan sel- sel karsinoma yang tertinggal. Tindakan yang biasa
dilakukan adalah tiroidektomi total. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan
sediaan beku dan ada persangkaan keganasan, pemeriksaan prefarat
sediaan beku dilakukan dengan potongan- potongan kebeberapa arah. Bila
hasilnya jinak, lobektomi saja sudah cukup memadai. Bila ganas, lobus
kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula
dilakukan near total tiroidektomi. Jika hasil pemeriksaan kelenjar getah
bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar
getah bening pada sisi yang bersangkutan
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus
kontralateral, maka dilakukan:
a. Radiasi interna dengan i131.
Hanya tumor- tumor berdifferensiasi baik yang mempunyai afinitas
terhadap i131 terutama yang follicular. Radiasi interna dilakukan
dengan syarat jaringan tiroid afinitasnya lebih besar harus dihilangkan
dulu dengan jalan operasi atau ablasio dengan pemberian i131 dosis

6
yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal rusak semua, baru
sisa i131 bisa merusak jaringan tumor.
b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk
tumortumor inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas dengan
pemberian il3l. Sebaiknya dengan sinar elektron 15-20 mw dengan
dosis 400 rad. Sumsum tulang harus di lindungi. Radiasi ekstrena
diberika juga untuk terapi paliatif bagi tumor yang telah bermetastasis.

3. Kemoterapi
Pada kanker tiroid yang bermestastasis regional yanginoperable juga pada
tumor yang bermetastasis jauh yang berdifferensiasi buruk.
4. Follow up
Enam minggu setelah tindakan tiriodektomi total dilakukan pemeriksaan
sidik terhadap sisa jaringan tiroid normal. Bila ada dilakukan ablasio
dengan il3l, kemudian di lanjutkan dengan terapi supresi sampai kadar
TSH . pada follow karsinoma tiroid berdiferrensiasi baik diperiksa kadar
human trioglobulin. Dan pada karsinoma tiroid medullare diperiksa kadar
kalsitonin.

3.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering muncul adalah pada tiroidektomi yang
meliputi:
1. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam menggunakan
hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi
2. Masalah terbentuknya vena besar ( vena tiroidea superior) dan
menyebabkan embolisme udara. Denan tindakan anestesi mutakhir,
ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan teknik bedah yang
cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis
sebagian atau total (jika bilateral) laring.
3.7 PROGNOSIS
Angka bertahan hidup selama lima tahun pasien tumor jinak
biasannya mencapai 100% dengan kemungkinan rekurensi yang
tinggi pada pasien yang terapi inisialnya tidak adekuat. Untuk
tumor ganas, angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah sekitar

7
70% hingga 90% untuk tumor tahap dini, dan 20 % hingga 30%
untuk tumor tahap lanjut.

BAB IV
KESIMPULAN

Tumor colli merupakan suatu tumor yang harus cepat di diagnosa. Tumor
coli yang masuk ke dalam tumor jinak memiliki prognosis yang baik dan dapat
memberikan prognosisi yangbaik jika mendapatkan terapi yang adekuat.
Sedangkan untuk tumor colli yangbersifat menuju keganasan memerlukan
penanganan terapi yang tepat. Pemeriksaan secara menyeluruh pada pasien juga
perlu dilakukan untuk mengetahui tahap perkembangan dari keganasan tersebut
dan sejauh mana mestastasi pada tumor tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. George, Adam L,. Boise R Lawrence, And Hilder A. Peter. 1997. Boiese
Buku Ajar Penyakit THT. Alih bahasa oleh Caroline Wijaya, Jakarta : EGC
2. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta. 1994
3. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
4. Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
5. Doherty G M. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : MC
Graw Hill.
6. Maran AGD. 1997. Benign Diseases of The Neck. Dalam : Scott-Brown's
Otolaryngology. 6th ed. Oxford: Butterworth - Heinemann,
7. Horrowitz Z, Talmi YP, Hoffman HT, et al. 1998. Patterns of Metastases
to the Upper Jugular Lymph Nodes (the ”submuscular recess”). Head
Neck
8. Robbins KT, Fried MP. 1990. Cervical Metastatic Squamous Carcinoma
of Unknown or Occult Primary Source. Head Neck
9. Utama HSY. 2012. Tumor colli/ benjolan leher, Diagnosa dan
Penatalaksanaannya.
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/06/tumor-pada-collileher-
i.html (diakses tgl 15 juli 2013).

Anda mungkin juga menyukai