Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

F…. DEPRESI SEDANG PADA WANITA USIA 40 TAHUN


Disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir di
SMF Psikiatri RS Jiwa Abepura

Oleh :

EKA INDRAYANTI SIRAIT, S.Ked


NIM 0120840081

Pembimbing :

dr. IZAK SAMAY, M.Kes, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
RUMAH SAKIT JIWA ABEPURA
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

Depresi merupakan masalah kesehatan yang serius. World Health


Organization(WHO) pada tahun 2001 menyatakan bahwa depresi berada pada
urutan keempat penyakit yang paling sering di dunia. Menurut Riskesdas 2013,
gangguan emosional seperti cemas dan depresi di Indonesia yaitu sekitar 6% atau
16 juta orang dari seluruh penduduk Indonesia. Prevalensi pada wanita
diperkirakan 10-25%, dan laki-laki 5-12% (Riskesdas, 2013; Nurmiati, 2005).
Manifestasi gejala depresi muncul dalam keluhan yang berkaitan dengan
mood, seperti sedih, murung, putus asa memudahkan penegakan diagnosis
depresi. Namun,keluhan psikomotor dan somatik, seperti malas bekerja, lamban,
lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala terus-menerus terkadang menyulitkan penegakan
diagnosis (Nurmiati, 2005).
Depresi dapat menyebabkan penurunan status kesehatan, motivasi,
kemampuan kognitif, dan emosi seseorang.Hal ini menyebabkan seseorang
dengan depresi tidak dapat berfungsi secara efektif sehingga terdapat
ketergantungan, kehilangan percaya diri, termasuk penurunan kemampuan
berkomunikasi hingga terjadi gangguan sosial yang dapat memperburuk kondisi
kesehatannya serta kualitas hidup dan produktivitas kerja penderita. Hal yang
paling berbahaya adalah meningkatnya angka kejadian bunuh diri. Menurut data
WHO tahun 2006, angka kejadian kasusbunuh diri yang ditemukan adalah sebesar
15-20%. Sebagian besar kasus merupakankasus bunuh diri yang terjadi tidak
direncanakan sebelumnya (WHO,2006).
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa gangguan depresi cukup umum dan
perlu untuk ditanggulangi dan dicegah sedini mungkin. Oleh karena itu, sebagai
dokter layanan primer penting untuk mendiagnosis dan memberikan terapi yang
tepat pada pasien dengan gangguan depresi.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nomor Registrasi : 0003815
Nama : Ny. E.S
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Perumahan Organda Blok B no.2
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Jayapura
Pendidikan : Sarjana S-1
Status Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Sudah Menikah
Ruang perawatan :-
Tanggal MRSJ : 19-07-2019 (Rawat Jalan)
Yang mengantar : Suami
Alamat pengantar : Perumahan Organda Blok B No.2
Yang memberi informasi : Pasien
Di kirim oleh :-

2.1. RIWAYAT PENYAKIT


A. Keluhan Utama
Pasien susah tidur.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien diantar oleh keluarganya ke Poliklinik RSJD Abepura dengan
membawa rujukan dengan keluhan,susah tidur sejak 7 bulan yang lalu dan
terasa semakin berat sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku sebelum
merasakan susah tidur, pasien mengalami kejadian kebanjiran sejak bulan
Februari 2019 yang mengakibatkan barang-barang serta perabotan rumah
pasien habis. Pasien juga mengaku anak perempuan pasien sering pulang

3
malam yang membuat pasien selalu merasa gelisah dan selalu memikirkan
anak perempuan pasien. Susah tidur yang dirasakan pasien dirasakan setiap
malam dan tidak dapat memulai tidur. Sejak kejadian tersebut, pasien
sering melamun dan lebih senang menyendiri. Gejala-gejala tersebut diakui
pasien disertai dengan kehilangan minat untuk berbelanja, sedih terus
menerus, menarik diri dari lingkungan, nafsu makan berkurang, susah tidur.
Pasien sering menangis di kamar dan lebih suka menyendiri. Pasien
mengaku suka merasakan bahwa pasien sedang sakit lambung, sehingga hal
tersebut membuat pasien berobat dibeberapa dokter, sehingga pasien merasa
lelah sehingga pasien datang untuk berobat di RSJD Abepura. Pasien
mengaku jika anak perempuannya suka pulang malam, maka keluhan susah
tidur yang dikeluhkan pasien semakin bertambah. Pasien mengakui bahwa
tidak ada cara yang dapat menurunkan gejala susah tidur yang dirasakan
pasien.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Gangguan Mental atau Emosi
Pasien merupakan pasien baru di RSJ Abepura,
2. Gangguan Psikosomatik
- Dispepsia
3. Gangguan Medis
- Sistem tubuh : Asma, hipertensi, diabetes melitus, jantung, trauma
disangkal.
- Penyakit Hubungan Seksual : disangkal
- Riwayat NAPZA
1. Narkotika– ganja : (-)
2. Alkohol : (-)
3. Psikotropik : (-)
4. Zat adiktif lainnya : pinang (-), kopi (-), rokok (-)
4. Gangguan Neurologis
- Trauma kepala : disangkal
- Kehilangan Kesadaran : disangkal

4
- Kejang : disangkal
- Tumor : disangkal

D. Riwayat Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien dilahirkan dengan usia kandungan yang cukup bulan dan
dilahirkan secara spontan, tanpa kecacatan maupun trauma lahir.
Semasa bayi, pasien mendapat ASI yang cukup dan tidak memiliki
masalah makan.
2. Masa Kanak-kanak Awal ( usia 0 - 3 tahun)
Pasien dibesarkan oleh kedua orangtua kandung, dan tumbuh
bersam adik-adiknya dalam 1 rumah. ASI dan riwayat makan dan
tidur diakui pasien baik, namun tidak dapat memastikan ASI hingga
usia berapa. Keluarga pasien lupa usia berapa pasien dapat
berbicara dan berjalan.
3. Masa Kanak-kanak Pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
Pasien mulai masuk sekolah pada SD di daerah…. Pasien dapat
menyesuaikan diri saat masuk sekolah. Pasien lupa tentang masa SD.
Pasien mempunyai banyak teman bermain dan bergaul baik dengan
teman dilingkungan tempat tinggalnya.
4. Masa Kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
a. Hubungan dengan rekan sebaya: pasien memiliki banyak teman
akrab. Pasien merupakan pemimpin dalam berteman.
Popularitas sosial media tidak ada. Pasien tidak bergabung
dalam sebuah kelompok / geng. Gambaran idealisme, pola
agresivitas, pasivitas, kecemasan tidak dapat dievaluasi;
perilaku anti sosial tidak ada. Tidak ada riwayat berkelahi
dengan teman-teman sebayanya.
b. Riwayat sekolah: Pasien mengaku memiliki teman di sekolah.
Pasien biasa menempati kursi yang ada di depan. Pasien
merupakan murid berprestasi. Tidak ada masalah yang
berarti dengan guru, pasien tidak pernah bolos sekolah.

5
Tidak pernah mendapat hukuman / diistirahatkan /
dikeluarkan dari sekolah, maupun tahan kelas. Pasien
mendapatkan beasiswa sewaktu di perguruan tinggi.
c. Perkembangan motorik dan kognitif: Pasien merasa baik-baik
saja saat belajar. Aktifitas motorik halus dan kasar sulit
dievaluasi.
d. Masalah khusus emosi dan fisik : mimpi buruk, fobia,
masturbasi, ngompol, melarikan diri (bolos sekolah),
kenakalan (dengan teman sebaya), merokok, alkohol, obat-
obatan, masalah berat badan, rendah diri (disangkal
pasien). Namun saat tahun 2019 ketika rumah pasien tidak
terkena musibah kebanjirn, pasien mulai merasa susah
tidur, sedih, suka menyendiri, aktivitas yang berkurang,
merasa bahwa dirinya sedang sakit sehingga pasien harus
beberapa kali berobat ke dokter untuk mengkonsulkan
keluhan yang dirasakan pasien. Sejak saat itu pasien mulai
terlihat mengalami penurunan berat badan, penurunan
aktivitas .
e. Riwayat perkembangan psikoseksual
1) Keingintahuan dini, mastrubasi infantile, permainan seks
belum dievaluasi
2) Pengetahuan seksual yang diperoleh saat pasien SMA
3) Pasien mulai menyukai lawan jenis. Namun tidak
sampai berpacaran (SMA), pasien hanya menyimpan
sendiri.
f. Latar belakang keagamaan : Baik

5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan : pasien merupakan seorang Ibu Rumah
Tangga.
b. Aktifitas Sosial : pasien mempunyai teman, dapat bersosialisasi,
namun sejak Februari 2019 , pasien lebih suka dirumah.

6
c. Seksualitas Dewasa
1) Hubungan seks sebelum nikah (-)
2) Menikah
3) Gejala-gejala seksual : anorgasmik, impotensia, ejakulasi
dini, kurang hasrat seksual : (-) tidak dievaluasi
d. Riwayat Militer : penyesuaian umum, peperangan, cedera, tipe
pemberhentian, status veteran : (-) tidak dievaluasi
e. Sistem nilai yang dianut : sikap terhadap agama sebuah rutinitas
ke gereja hari minggu.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan sama dengan pasien.

Keterangan:

: laki-laki : perempuan

: perempuan meninggal

: pasien

Pasien merupakan anak kelima dari 8 bersaudara, dalam keluarga


pasien tidak ada yang mengalami keadaan atau keluhan seperti
pasien . pasien disekolahkan oleh….di …. Dengan keadaan keluarga
yang…. Ayah /ibu pasien meninnggal atau hidup ….. meninggal
sejak…..

7
Situasi Saat Ini
Keadaan lingkungan dan tempat tinggal saat ini baik, walaupun
dalam kompleks tersebut yang tingal hanya saudara-saudra dari
keponakan pasien. Pasien sementara tinggal di sentani jalan
kuburan.
Sosial ekonomi keluarga dari pekerjaan pasien di Jayapura sebagai
Ibu Rumah Tangga, suami pasien sebagai ….., dan mempunyai 2
orang anak.

2.2. STATUS MENTAL (19 Juli 2019, 10:30 WIT)


A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan :Seorang Perempuan berusia 40tahun dengan penampilan
fisik sesuai usianya. Rambut pendek berwarna hitam, kulit hitam, berpakaian
rapi, menggunakan kaos berwarna hitam bercorak putih dan celana panjang
hitam membawa tas kecil berwarna keabu-abuan.

2. Kesadaran : Pasien mampu memahami apa yang terjadi pada dirinya


dan lingkungannya serta bereaksi secara memadai.

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Pasien tampak sedih.


4. Pembicaraan : Artikulasi jelas, kecepatan cukup
5. Sikap terhadap pemeriksa
- Kontak : Ada, Pasien mengadakan kontak dengan melihat dan
kadang menundukkan wajah terhadap pemeriksa setiap menjawab.
- Rapport : Adekuat, Pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan
yang ditanyakan sesuai dengan pertanyaan.
- Sikap :Kooperatif
- Atensi : Atensi, Pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan yang
diberikan dan menjawabnya dengan baik.
- Tingkah laku : Berbicara seadanya, pasien tampak sedih dan menangis.

8
B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatian :
1. Mood : Disforik
2. Afek : Sempit
3. Empati : Dapat diraba rasakan
4. Keserasian : Serasi

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :
Sesuai dengan tingkat pendidikan
2. Daya konsentrasi :
Tidak mudah teralih dengan stimulus luar
3. Orientasi
- Waktu : Baik, Pasien mampu mengenali orang sekitarnya yaitu
keluarganya
- Tempat :Baik, Pasien dapat menjawab pertanyaan.
- Orang : Baik, Pasien dapat menjawab pertanyaan.
4. Daya ingat:
- Jangka segera :Baik (dapat mengulang angka yang disebutkan)
- Jangka menengah :Baik (dapat mengingat aktivitas di perjalanan saat
Di bawa ke RSJD Abepura )
- Jangka panjang :Baik (pasien bisa menyebutkan tempat tanggal
lahir pasien serta alamat rumah pasien dan kejadian
kebanjiran 7 bulan lalu)

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak Ada

E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran

9
a. Produktivitas :Baik, inkoherensi (-), flight of ideas (-)
b. Kontiniuitas :Baik,menjawab pertanyaan sesuai
dengan pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi Pikiran
a. Preokupasi :Pasien mengatakan sering marah-marah kepada
anak perempuannya
b. Gangguan isi pikiran : tidak ada

F. Pengendalian Impuls
Baik, selama wawancara pasien dapat menunjukkan sikap kooperatif.

G. Daya Nilai
a.Norma Sosial : Baik (Menyatakan anak perempuan tidak boleh
keluar malam)
b. Uji daya nilai :Baik
c. Penilaian Realitas :Tidak terganggu

H. Tilikan (Insight)
Derajat 6 ( pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan.)

I. Taraf dapat dipercaya


Reliabitas dapat dipercaya

1.3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan Fisik
Status internus
Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi : 94 x/menit

10
Respirasi : 20 x/menit
Suhu badan : 36,8 0C
SpO2 : 98%
Status generalis
1. Kulit
Inspeksi : purpura (-), petekie (-), anemis (-), ikterik (-), lesi (-).
Palpasi : nodul (-), sklerosis (-), atrofi (-).
2. Kepala dan Leher
Normosefali, CA (-/-), SI (-/-), > KGB (-/-)
3. Thorax
Simetris, ikut gerak napas, suara napas vesikuler (+/+), ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
4. Abdomen
Datar, supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
5. Ekstremitas
Gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-) , akral
hangat (+), edema (-), CRT <2 dtk.
Kesan secara keseluruhan: dalam batas normal

1.4. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan berusia 40 tahun dengan penampilan fisik sesuai
usianya. Rambut pendek berwarna hitam, kulit hitam, berpakaian rapi,
menggunakan kaos berwarna hitam bercorak putih dan celana panjang hitam.
Pasien diantar oleh keluarganya ke Poliklinik RSJD Abepura dengan membawa
rujukan dengan keluhan,susah tidur sejak 7 bulan yang lalu dan terasa semakin
berat sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku sebelum merasakan susah tidur,
pasien mengalami kejadian kebanjiran sejak bulan Februari 2019 yang
mengakibatkan barang-barang serta perabotan rumah pasien habis. Pasien juga
mengaku anak perempuan pasien sering pulang malam yang membuat pasien
selalu merasa gelisah dan selalu memikirkan anak perempuan pasien. Susah tidur
yang dirasakan pasien dirasakan setiap malam dan tidak dapat memulai tidur.
Sejak kejadian tersebut, pasien sering melamun dan lebih senang menyendiri.

11
Gejala-gejala tersebut diakui pasien disertai dengan kehilangan minat untuk
berbelanja, sedih terus menerus, menarik diri dari lingkungan, nafsu makan
berkurang, susah tidur. Pasien sering menangis di kamar dan lebih suka
menyendiri. Pasien mengaku suka merasakan bahwa pasien sedang sakit lambung,
sehingga hal tersebut membuat pasien berobat dibeberapa dokter, sehingga pasien
merasa lelah sehingga pasien datang untuk berobat di RSJD Abepura. Pasien
mengaku jika anak perempuannya suka pulang malam, maka keluhan susah tidur
yang dikeluhkan pasien semakin bertambah. Pasien mengakui bahwa tidak ada
cara yang dapat menurunkan gejala susah tidur yang dirasakan pasien.
Kesadaran neurologis pasien compos mentis, kesadaran psikiatrik
composmentis. Penampilan pasien rapi, tidak ada gangguan berbicara. Suasana
perasaan pasien disfoik. Tidak terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik dan visual. Sensorium dan kognisi pasien baik. Pasien sering bersedih
tanpa sebab. Pengendalian impuls, daya nilai sosial dan uji daya nilai baik. Daya
nilai realitas baik. Tilikan pasien derajat 6, pasien menyadari sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan. Penyakit sistemik
lainnya yang berhubungan dengan gangguan jiwanya tidak ditemukan. Pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

1.5. FORMULASI DIAGNOSIS


Berdasarkan PPDGJ III didapatkan pada pasien terjadi gangguan.
Berdasarkan PPDGJ III diagnosis ……dimana terdapat gangguan

1.6. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


A. Aksis I : Gangguan Depresi sedang (F)
B. Aksis II : Tidak ada
C. Aksis III : K.30 Dispepsia
D. Aksis IV : Masalah yang berkaitan dengan anak perempuan yang
selalu pulang malam dan membuat gelisah .
E. Aksis V : Pada pasien didapatkan beberapa gejala sementara dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social, pekerjaan. Maka pada
aksis V didapatkan GAF (Global Assesment of Functioning) 80-71.

12
1.7. PENATALAKSANAAN
1.7.1. Farmakoterapi
Pada saat ini pasien dilakukan rawat Jalan.
Terapi Oral :
 Merlopam 2 mg 1/2-1/2-0
 Maproptilin 50 mg 0-0-1

1.7.2. Non Farmakoterapi


 Pada pasien;
- Menyampaikan edukasi terhadap pasien agar pasien lebih banyak
berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Edukasi pentingnya minum obat
secara teratur dan efek bila tidak mengkonsumsi obat.
- Serta memberi dukungan kepada pasien
 Pada keluarga;
Menyampaikan informasi kepada keluarga agar mengerti sakit yang
dialami pasien serta pengobatannya sehingga keluarga dapat
mengontrol pasien selama dirumah dan pentingnya peran keluarga
dalam mendampingi serta memberikan dukungan kepada pasien.

1.8. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologik: Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter di otak
sehingga membutuhkan farmakoterapi.
B. Psikologis: Adanya hendaya dalam menilai realita sehingga
memerlukan psikoterapi.
C. Sosial: Ditemukan adanya hendaya dalam pekerjaan sehingga pasien
membutuhkan psikoterapi.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Diagnosis Kasus


Depresi adalah gangguan jiwa umum dengan manifestasi klinis berupa
mood depresif, penurunan minat atau kesenangan, penurunan energi,
merasa bersalah atau kurang percaya diri, gangguan tidur atau nafsu
makan, dan penurunan konsentrasi. Biasanya, depresi muncul bersamaan
dengan gejala kecemasan. Efek paling buruk dari depresi adalah ide bunuh diri .
Penurunan kognitif, afek, dan psikomotor pada depresi dapat mempengaruhi
pemikiran, perilaku, perasaan, dan fungsi sosial seseorang.
Pada depresi terdapat gejala psikologik dan gejala somatik. Gejala
psikologik antara lain menjadi pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa,
nafsu bekerja dan kurang bergaul, tidak dapat mengambil keputusan,
mudah lupa dan timbul pikiran-pikiran bunuh diri. Gejala somatik antara
lain penderita kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat, apatis,
bicara dan gerak geriknya pelan, terdapat anoreksia, insomnia, dan
konstipasi.
Istilah depresi digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan gejala dan
perilaku yang dominan muncul. Istilah depresi mencakup ganggan depresif
mayor, gangguan bipolar, gangguan afektif diinduksi zat, dan gangguan afektif
akibat keadaan medis umum. Identifikasi lebih lanjut diperlukan untuk
menegakkan diagnosis depresi sesuai dengan kriteria diagnosis masing-masing,
adanya penyalahgunaan zat tertentu, atau adanya kondisi medis yang
menyebabkan gangguan afektif .

A. Epidemiologi
Depresi merupakan diagnosis pasien rawat jalan ketujuh tertinggi di dunia
dan nomor empat penyebab disabilitas. Prevalensi depresi di seluruh dunia
berkisar antara 2,2% sampai 10,4%. Menurut Riskesdas tahun 2013,prevalensi
orang di atas 15 tahun dengan gangguan jiwa ringan atau gangguan mental
emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi yaitu sebesar 6% atau sekitar

14
16 juta orang dari seluruh penduduk di Indonesia. Berdasarkan jenis kelamin,
wanita lebih banyak menderita depresi mayor dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 2:1. Rata-rata depresi terjadi pada dekade kedua kehidupan, namun
tidak menutup kemungkinan untuk terjadi pada kelompok umur lain .
Depresi dapat diklasifikasikan menjadi depresi ringan, sedang, dan berat.
Gangguan depresi berat lazim ditemukan dengan prevalensi seumur hidup sebesar
15%. Gangguan depresi berat lebih banyak pada perempuan dengan presentase
mencapai 25%. Insiden gangguan depresi berat yaitu 10% pada pasien yang
berobat di fasilitas kesehatan primer dan 15% di fasilitas rawat inap.

B. Etiologi
Gangguan depresi disebabkan oleh banyak faktor, seperti halnya gangguan
jiwa lain. Beberapa etiologi yang memungkinkan terjadinya depresi adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Organobiologi
Dilaporkan terdapat kelainan atau disregulasi metabolit amin biogenik seperti
5-hydroxyindoleatic (5-HLAA), asam homovanilic (HVA), dan 3-methoxy-4-
hydroxyphenyl-glycol (MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan serebropinal pada
pasien gangguan afektif (Ismail &Siste, 2014).
a. Amin Biogenik
Norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling
berperan dalam pasien gangguan afektif.
b. Norepinefrin
Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respon klinis antidepresi
mungkin merupakan peran langsung sistem adrenergik pada gangguan depresi.
Sebagai contoh aktifnya reseptor tersebut mengakibatkan penurunan jumlah
pelepasan norepinefrin dan reseptor ini pula terletak pada neuron serotonergik
yang mengatur pelepasan jumlah serotonin.
c. Dopamin
Terdapat dua teori terbaru yaitu jalur dopamin mesolimbik yang mengalami
disfungsi atau reseptor dopamin D1 yang hipoaktif menimbulkan gejala depresi.

15
d. Serotonin
Aktivitas serotonin bertanggung jawab untuk kontrol afek, agresi, tidur,
dan nafsu makan.

2. Faktor Genetik
Faktor ini merupakan faktor yang berperan dalam perkembangan, namun jalur
penurunan sangat kompleks. Penelitian dalam keluarga didapatkan hasil bahwa
generasi pertama memiliki kemungkinan 2 sampai 10 kali lebih sering mengalami
depresi berat. Pada penelitian lain didapatkan 2 dari 3 studi gangguan depresi
berat diturunkan secara biologis meskipun anak tersebut diadopsi keluarga lain.
Penelitian pada anak kembar monozigot didapatkan 53-69% sedangkan anak
kembar dizigot didapatkan 13-28% mengalami depresi berat.

3. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan yang membuat seseorang tertekan akan menyebabkan
terjadinya stres. Teori mengemukakan bahwa bila seseorang mengalami stres
sebelum timbul episode pertama maka terjadi perubahan neurotransmiter, sistem
sinyal intraneuron seperti penurunan kontak sinaps dan hilangnya beberapa
neuron sehingga mengakibatkan gangguan episode berulang. Faktor lain yang
berkaitan dengan stresor lingkungan adalah kehilangan orangtua sebelum
usia 11 tahun, pasangan, dan pekerjaan dapat mengakibatkan seseorang
memiliki risiko depresi 2 sampai 3 kali lebih besar.

4. Faktor Kepribadian
Semua tipe kepribadian dapat mengalami depresi sesuai dengan situasinya.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, histrionik, dan ambang berisiko tinggi
dibandingkan kepribadian paranoid, dan antisosial. Riset menunjukkan pasien
yang mengalami stresor dengan kepribadian tidak percaya diri lebih sering
mengalami depresi .

5. Faktor Psikodinamik
Terdapat beberapa teori yang telah dikemukakan antara lain:

16
a. Sigmund Freud dan Karl Abraham
Terdapat 4 hal utama yaitu: (1) gangguan hubungan ibu-anak fase oral (10-18
bulan) menjadi faktor predisposisi episode depresi berulang; (2) depresi dapat
dihubungkan dengan cinta yang nyata maupun fantasi kehilangan objek; (3)
intropeksi merupakan mekanisme pertahanan atas kehilangan objek yang dicintai;
(4) Kehilangan cinta dapat diekspresikan campuran antara benci dan cinta, serta
perasaan marah pada diri sendiri.
b. Heinz Kohut
Depresi dikonseptualisasikan bermula dari teori self-phychology bahwa
perkembangan jiwa anak harus dipenuhi kedua orang tua dengan memberikan rasa
percaya diri, rasa positif, dan self-cohesion.
c. John Bowlby
Rusaknya keeratan hubungan awal dan trauma akibat perpisahan pada anak
merupakan faktor predisposisi depresi sedangkan kehilangan pada dewasa
memudahkan seseorang terkena depresi pada masa dewasa.

6. Lain
Terdapat beberapa jenis obat yang dapat memicu terjadi gangguan depresi
yaitu:
a. Obat kardiovaskular : β-blocker, klonidin, metildopa
b. Obat sistem saraf pusat : barbiturat, benzodiazepin, fenitoin
c. Obat hormonal : estrogen, progestin, tamoxifen
d. Lain : indometasin, narkotika

C. Gambaran Klinis
Menurut National Institute of Mental Health (2015), terdapat beberapa gejala
yang terjadi pada pasien depresi. Gejala klinis depresi terjadi selama minimal dua
minggu dengan gejala seperti berikut:
a. Rasa sedih yang persisten, gelisah, atau pikiran kosong
b. Merasa putus asa
c. Perasaan bersalah, merasa diri tidak berguna
d. Iritabilitas, cepat marah, gelisah

17
e. Hilang minat beraktifitas, termasuk aktivitas seksual
f. Lelah dan penat
g. Masalah konsentrasi, mengingat sesuatu dan membuat keputusan
h. Insomnia atau tidur berlebihan
i. Ide atau pernah mencoba bunuh diri
j. Sakit kepala, kejang, atau masalah pencernaan yang persisten dan tidak
sembuh dengan pengobatan

D. Penegakan Diagnosis
Menurut PPDGJ-III, depresi dimasukan ke dalam gangguan suasana perasaan
(mood/afektif) yang diberi kode diagnosis F32. Depresi dapat diklasifikasikan
menjadi depresi ringan, sedang, dan berat dengan atau tanpa ciri psikotik. Kriteria
diagnosis depresi mengacu pada gejala utama dan gejala tambahan, serta
berdasarkan onset penyakit.
Kriteria diagnosis depresi adalah sebagai berikut :
1. Gejala utama
a. Afek depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah bekerja meskipun bekerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
2. Gejala tambahan
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
3. Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

18
4. Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1), dan berat (F.32.2)
hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis
gangguan depresi berulang (F.33.-).

Selain itu, pedoman diagnostik untuk masing-masing kategori depresi adalah


sebagai berikut:
1. Episode depresi ringan (F.32.0)
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut di atas
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala tambahan
c. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
e. Hanya sedikit kesulitan dari pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukan.
2. Episode depresi sedang (F.33.1)
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut di atas
b. Ditambah sekurang-kurangnya 3(dan sebaiknya 4) dari gejala
tambahan
c. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
e. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, dan urusan rumah tangga.

3. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik (F.32.2)


a. Tiga gejala utama depresi harus ada
b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala tambahan, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat.

19
c. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu.
e. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
4. Episode depresi berat dengan gejala psikotik (F.32.3)
a. Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F.32.2
tersebut di atas
b. Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu.
Halusinasi auditorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh. Halusinasi olfaktorik biasanya berupa bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju
pada stupor.
c. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi afek atau tidak serasi afek (mood congruent).

Kriteria lain untuk menentukan diagnosis depresi berat yaitu berdasarkan


kriteria DSM-IV-TR, yaitu sebagai berikut (Sadock& Virginia, 2004):
1. Lima atau lebih gejala di bawah telah ada selama periode waktu 2 minggu
dan menunjukkan perubahan fungsi sebelumnya serta setidaknya satu
gejalanya diantara mood menurun atau kehilangan minat atau kesenangan.
a. Mood menurun hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang
ditunjukkan baik melalui laporan subjektif (contohnya perasaan sedih atau
kosong) atau pengamatan orang lain (contohnya tampak bersedih)

20
b. Menurunnya minat atau kesenangan yang nyata pada semua, atau hampir
semua aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang
ditunjukkan laporan subjektif atau pengamatan orang lain).
c. Penurunan berat badan yang bermakna walaupun tidak diet atau berat
badan bertambah (contohnya perubahan lebih dari 5% berat badan dalam
sebulan), atau menurun mauun meningkatnya nafsu makan hampir setiap
hari.
d. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
e. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamatiorang
lain, tidak hanya perasaan subjektif adanya kegelisahan atau menjadi lebih
lamban).
f. Lelah atau hilang energi hampir setiap hari
g. Perasaan tidak berarti atau bersalah yang tidak sesuai atau berlebihan
(yang dapat menyerupai waham) hampir setiap hari (tidak hanya
menyalahkan diri atau rasa bersalah karena sakit)
h. Menurunnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau keragu-raguan
hampir setiap hari (baik laporan subjektif atau diamati orang lain)
i. Pikiran berulang mengenai kematian (bukan hanya rasa takut mati),
gagasan bunuh diri berulang tanpa suatu rencana yang spesifik, atau upaya
bunuh diri atau suatu rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri.

2. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran


3. Gejala menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermaknaatau hendaya
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi yang lain.
4. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung zat (misalnya
penyalahgunaan obat atau dalam proses pengobatan) atau kondisi medis umum
(misalnya hipotiroidisme).
5. Gejala sebaiknya tidak disebabkan karena berkabung, setelah kehilangan orang
yang dicintai, gejala bertahan hingga lebih lama 2 bulan, atau ditandai hendaya
fungsi yang nyata, preokupasi patologis mengenai ketidakberartian, gagasan
bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi psikomotor.

21
3.2. Diagnosis Banding Kasus
1. Distimia
Gangguan distimik merupakan gangguan jiwa dengan ciri khas
perasaan yang tidak adekuat, bersalah, iritabilitas, kemarahan, penarikan
diri dari masyarakat, hilang minat, serta inaktivitas dan tidak produktif.
Menurut DSM-IV-TR, adanya gejala-gejala tersebut minimal dua tahun
(satu tahun untuk anak dan remaja) serta tidak pernah memiliki episode
depresif berat, manik, atau hipomanik. Gambaran distimik sering
bertumpang tindih dengan depresi berat. Pada gangguan distimik, gejala
subjektif lebih dominan daripada gejala objektif. Gejala seperti inersia,
letargi, dan anhedonia sering terlihat pada pagi hari, dan sebaliknya,
gejala seperti agitasi, ganggan nafsu makan dan libido, serta retardasi
psikomotor kurang nampak pada gangguan distimik.

2. Gangguan Campuran Cemas dan Depresi

Gangguan ini menggambarkan pasien dengan gejala ansietas dan


depresi yang tidak memenuhi kriteria diagnosis gangguan ansietas atau
gangguan afektif. Kombinasi gejala depresi dan ansietas, terutama gejala
somatik, seperti tremor, palpitasi, mulut kering, dan rasa perut yang
bergejolak sering tidak didiagnosis dengan gangguan ini. Gangguan ini
dapat menimbulkan hendaya fungsional yang bermakna, sehingga
gangguan ini lazim ditemukan di pelayanan primer dan klinik kesehatan
jiwa rawat jalan

c. Tatalaksana kasus
5. . Terapi Farmakologi
a. Golongan trisiklik
Golongan trisiklik bekerja dengan cara memblok reuptake
serotonin dan norepinefrin, sehingga kadar serotonin dan
norepinefrin di dalam otak meningkat. Contoh obat dari golongan ini
adalah amitriptilin, imipramin, klomipramin, maprotlin dan
amoksapin.

22
b. Golongan inhibitor monoaminoksidase (MAOI)
Golongan MAOI bekerja dengan cara mencegah oksidase
monoamin yang berperan dalam oksidasi norepinefrin. Contoh obat
dari golongan ini adalah moklobemid.
c. Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
Golongan SSRI bekerja dengan menghambat reuptake serotonin
sehingga jumlah serotonin dalam otak meningkat. SSRI merupakan
golongan obat yang paling sering digunakan dalam terapi karena
efek samping yang lebih ringan daripada golongan MAOI atau
Trisiklik. Contoh obat dari golongan ini adalahflouxetin, setralin,
paroxetine, dan sitalopram.

Dalam penggunaan obat antidepresan, perlu diketahui efek samping


obat yang mempengaruhi beberapa sistem organ, yaitu :

a. Efek kolinergik, seperti mulut kering, mata kabur gangguan


akomodasi, meningkatnya tekanan intraokuler, konstipasi,
hipotensi postural, retensi urin, berkeringat, dan ileus
b. Efek susunan saraf pusat, seperti pusing, lelah, bingung, tremor,
disartria, insomnia, kejang, mendadak jatuh, dan eksaserbasi gejala
psikotik
c. Kardiovaskuler, seperti hipotensi, sinus takikardi, aritmia, dan
konduksi atrioventrikuler terganggu
d. Hematologis, seperti depresi sumsum tulang, leukopenia,
agranulositosis, purpura, trombositopenia, anemina hemolitik, dan
hiponatremia
e. Lain-lain, seperti hipotermia, hipertermia, gangguan pernapasan,
gangguan libido, exantema, tinitus, keluhan gastrointestinal,
gangguan hepar, dan berat badan bertambah.

2. Perawatan di rumah sakit, bila:


a. Terdapat disabilitas dalam melakukan kegiatan akibat depresi
b. Lingkungan keluarga kurang mendukung dalam roses penembuhan
pasien

23
c. Mempunyai risiko bunuh diri
d. Mempunyai riwayat penyakit lain yang perlu ditangani oleh tenaga
kesehatan
3. Terapi psikologis :
a. Terapi suportif
Pada terapi suportif, pasien diberikan kehangatan, empati,
perhatian, dan optimistik. Selain itu, pasien dibantu dalam mencari
masalah yang membuat pasien merasa depresi, kemudian dibantu
dalam menyelesaikan masalah tersebut. Identifikasi faktor pencetus
dan bantu pasien dalam mengkoreksinya. Jika terdapat masalah
eksternal seperti pekerjaan, bantu dalam menyelesaikan masalahnya.
b. Terapi kognitif perilaku
Terapi kognitif perilaku diberikan pada pasien depresi ringan
ataupun sedang. Terapi ini memberikan pasien latihan keterampilan
dan berbagi pengalaman-pengalaman sukses. Pasien juga dilatih
untuk mengenal dan menghilangkan pikiran negatif, sehingga
mencegah kambuhnya kembali depresi tersebut.
4. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik diberikan sebagai terapi pasien depresi jika :
a. Pasien masih belum sembuh setelah pengobatan selama 6 minggu
atau lebih
b. Kondisi pasien menuntut untuk remisi segera, seperti adanya
keinginan untuk bunuh diri
c. Depresi dengan gejala psikotik
d. Pasien yang tidak toleransi terhadap obat, seperti pasien dengan
usia tua yang mempunya penyakit jantung.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Ashwani, Arya & Verma Preeti. 2012. A Review on Pathophysiology,


Classification, and Long Term Course of Depression. International Jurnal of
Pharmacy 3(3): 90-96
2. Bennet, C., Jones, RB., Smith, D. 2014. Prevention Strategies For Adolescent
Depression. Adv in Pysc Treatment 20:116-124.
3. Halverson, Jerry L. 2016. Depression. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#a6
4. Kessler, RC. 2013. The Epidemiology of Depression Across Cultures.
Journal of National Institute of Health 34: 119-138
5. Marcus, Marina, M. Taghi Yasamy, Mark van Ommeren, Dan Chisholm,
Shekhar Saxena. 2012. Depression: A Global Public Health Concern.
Available at:
http://www.who.int/mental_health/management/depression/who_paper_depre
ssion_wfmh_2012.pdf
6. Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Jiwa FK Unika AtmaJaya.
7. National Institute of Mental Health. 2015. Depression: What You Need To
Know. Available at:http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression-
what-you-need-to-know-12-2015/index.shtml

25

Anda mungkin juga menyukai