Anda di halaman 1dari 28

JOURNAL READING

Pembimbing :
dr. Izak Yesaya Samay, Sp.KJ

Oleh :
Eka Indrayanti Sirait, S.Ked
PENDAHULUAN
 Gangguan somatoform ditandai dengan pengalaman subjektif berulang
dari gejala fisik yang tidak disebabkan oleh penyakit fisik apapun.

 Seluruh sub tipe gangguan memiliki satu ciri yang sama yaitu, gejala
somatik yang dominan dan persisten.

 Didapatkan permintaan berulang oleh anak atau remaja atau keluarga


untuk pemeriksaan medis.
Tabel 1. International Classification of Diseases-10 kategori gangguan somatoform

Gangguan somatisasi
Gangguan somatoform tak terinci
Gangguan hipokondria
Disfungsi otonom somatoform
Gangguan nyeri somatoform persisten
Gangguan somatoform lainnya
Gangguan somatoform, non spesifik
PEMERIKSAAN
Kesulitan dalam pemeriksaan

 Pemeriksaan dari gangguan ini tidak bersifat langsung, sebagian akibat


sifat dari gangguan ini dan sebagian akibat sifat dari pelatihan medis dari
dokter.

 Pesan yang sering kali ditangkap oleh keluarga adalah bahwa anak
mereka mengada-ada gejalanya.

 Hubungan yang buruk antara klinisi yang menangani dan psikiater.

 Mereka tidak merasa cukup yakin mengingat klinisi yang menangani


dianggap tidak kompeten dalam memeriksa gejala fisiknya.
Tabel 2. Kesulitan dalam pemeriksaan

 Inherensi dualisme tubuh-pikiran dalam pelatihan medis


 Pemahaman yang buruk mengenai gangguan semacam ini
 Miskomunikasi dengan keluarga mengenai masalah yang ada
 Kurangnya hubungan dan kerjasama antar profesional yang berbeda
 Keluarga dan anak menganggap dokter yang menangani dan psikiatri tidak
kompeten dalam menangani gejala somatik anak
Pemeriksaan awal
 Pemeriksaan harus meliputi anamnesis yang menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan uji
diagnostik.

 Gangguan somatoform sebaiknya tidak didiagnosis hanya dengan menyingkirkan


penyebab organik.

 Proses yang kronis, riwayat gejala fisik yang tidak jelas sebabnya, riwayat
pemeriksaan diagnostik yang ekstensif, penolakan oleh klinisi sebelumnya, adanya
gangguan kejiwaan, dan respons perbaikan gejala dengan placebo atau sugesti
merupakan poin-poin penting dalam diagnosis gangguan somatoform.
Tabel 3. Pemeriksaan

 Pemeriksaan medis menyeluruh untuk menyingkirkan gangguan medis


serius apa pun
 Pemeriksaan awal gabungan antara psikiater dan dokter ( jika memungkink
an)
 Menentukan diagnosis positif gangguan somatoform.
Pemeriksaan psikososial
 Faktor-faktor individual

Pemeriksaan intelejensia untuk menyingkirkan fungsi intelektual rendah atau


borderline.
 Faktor-faktor terkait keluarga

Memperolah contoh bagaimana anggota keluarga menangani situasi stres dapat


sangat membantu.

 Faktor lingkungan

Faktor-faktor lingkungan dapat pula muncul sebagai stresor akut maupun berjalan
pada kehidupan anak dan perlu dinilai secara komprehensif.
Tabel 4. Pemeriksaan psikososial

Faktor individu
Temperamen (cemas, inhibisi perilaku, penghindaran bahaya)
Kemampuan coping buruk
Fungsi intelektual borderline
Penyakit psikiatri yang mendasari (ansiates, depresi)
Faktor terkait keluarga
Kemampuan coping anggota keluarga
Respons anggota keluarga terhadap masalah anak
Gaya parenting
Hubungan intrafamilial
Masalah fisik dan psikiatri pada anggota keluarga
Penyalahgunaan zat pada anggota keluarga
Faktor lingkungan
Hubungan dengan teman sebaya
Bullying
Stres akademik
Gaya pengajaran
Pengalaman menakutkan (kekerasan fisik atau seksual)
PENANGANAN

 Sangat penting untuk menangani gangguan ini secepatnya untuk


mencegah habituasi dan disabilitas di masa depan.

 Semakin lama gejala menetap, maka semakin agresif terapi yang


diberikan.

 Dimungkinkan dapat membantu untuk mempertimbangkan terapi


secara bertahap dengan tujuan jangka cepat, pendek, dan panjang
 Pada kasus-kasus berat, gejala yang ada sulit untuk menghilang
seluruhnya dan meskipun bisa, akan lebih mudah mengalami relaps.

 Tujuan yang tidak realistis seringkali menyebabkan penggantian


gejala oleh anak untuk tetap dalam peran menjadi ‘si sakit’.
Tabel 5.Tujuan Terapi

Tujuan segera
Hilangnya intervensi medis yang tidak tepat
Memastikan keamanan anak
Melibatkan keluarga dalam terapi

Tujuan jangka pendek


Mencegah intervensi medis yang tidak diperlukan lebih jauh
Mempertahankan pengawasan medis yang masuk akal
Penurunan gejala
Memulai aktivitas sesuai usia

Tujuan jangka panjang


Penggunaan pelayanan medis yang tepat (tidak berlebih)
Resolusi/minimalisasi gejala dan stresor psikososial
Pengembangan kemampuan coping yang baik untuk menghadapi stresor psikologis dan
lingkungan
Melanjutkan aktivitas sesuai usia
Mengarah pada tujuan realistis pada kasus berat dan panjang
Rapor dan kerjasama terapeutik
 Proses yang paling sulit adalah memulai dan mengikutsertakan anak
dan keluarga dalam rencana terapi.

 Poin penting dari terapi yang berhasil antara lain menciptakan rapor
dan kerjasama terapeutik dengan mereka.

 Pengaruh keluarga menjadi relevan, khususnya pada anak-anak kecil,


dan hal ini perlu disusun ke dalam formulasi.
Psikoedukasi

 Keluarga dan anak perlu diedukasi.

 Posisi yang lebih baik adalah bahwa meskipun tidak ada bukti adanya penyakit
medis serius yang mengancam jiwa, sang anak memang memiliki penyakit yang
mengganggu yang mana belum dipahami dengan baik.

 Jika diagnosis gangguan somatoform yang meyakinkan telah ditegakkan, maka


pemeriksaan medis yang tidak dibutuhkan perlu dihindari.
 Di saat yang sama, perlu dikomunikasikan bahwa pendekatan praktik
psikologis dapat meringankan gejala.

 Anak dan keluarga diedukasi mengenai gejala anak dapat berupa psikologis,
interpretasi keluarga dan perilaku lanjutan sianak.

 Pendekatan terapi lanjutan menggunakan metode CBT perlu dijelaskan di


awal, dan sifat kolaboratifnya perlu ditekankan.
Tabel 6. Psikoedukasi – poin-poin kunci

Meyakinkan bahwa gejala bukan akibat penyakit medis yang serius


Menggunakan contoh untuk menyampaikan hubungan antara stres
dan gejala fisik
Mencoba dan memperolah formulasi bersama dengan keluarga dan
anak menggunakan model CBT
Mengomunikasikan bahwa pendekatan psikologis dapat membantu
bahkan jika keluarga tidak setuju dengan diagnosis
Komunikasi yang jelas mengenai formulasi dan penanganan pada
keluarga dan semua yang terlibat dalam rencana penanganan
CBT – Cognitive behavioral therapy
Menyelesaikan masalah psikososial

 Merupakan hal penting untuk memahami masalah psikososial yang dapat


berkontribusi pada kondisi anak.

 Masalah yang ada perlu dibahas dengan anak dan keluarga.

Jika masalah telah dikemukakan pada dokter atau staf bangsal secara rahasia, maka
persetujuan si remaja perlu didapatkan sebelum membahas hal tersebut dengan
keluarga.

 Penting untuk membuka jalur komunikasi antara anak dan keluarganya.

 Perhatian perlu terfokus pada anak dibanding pada gejala untuk memastikan perba
ikan yang cepat.
Terapi psikologis

 Pendekatan berbasis CBT telah ditunjukkan dapat membantu dalam menurun


kan intensitas gejala.

 Formulasi CBT berguna dalam memahami gejala tanpa memandang apakah


CBT formal digunakan dalam terapi atau tidak.
Poin-poin kunci:

8-16 sesi mingguan setelah bingkai kerja CBT umum

 Formulasi bersama untuk memahami masalah anak

 Menggunakan teknik CBT aktif.

 Secara bertahap mengganti perilaku penyakit dengan perilaku yang lebih sehat

 Merundingkan kembali masuk ke sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya


yang diikuti anak sebelumnya dengan berfase.

 Mengombinasikan latihan relaksasi, yoga, pemecahan masalah, latihan kemampua


n sosial, dan mindfulness pada anak.
Terapi farmakologis

Tidak terdapat data berkualitas untuk merekomendasikan obat-obatan


tertentu untuk gangguan somatoform pada populasi pediatri

 Obat-obatan seperti SSRI dan SNRI telah digunakan dan dilaporkan


membantu dalam gangguan somatoform.

 Sebaiknya obat dimulai dari dosis rendah dan ditingkatkan secara


progresif untuk menghindari efek samping.
Manajemen nonfarmakologis

Menggunakan model CBT untuk mengomunikasikan bagaimana memeriksa,


mencari pembenaran, mencari konsultasi berkali-kali, dan menghindari
aktivitas harian normal makin memperberat gejala

 Mencoba dan menyelesaikan masalah psikososial yang relevan.

 Mendorong anak untuk bertahap melanjutkan aktivitas harian normal.

 Menyarankan orang tua untuk memberi perhatian kepada anak jika dia
melakukan aktivitas positif yang disarankan.
 Mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik teratur setiap hari dan aktivitas sesuai
usia.

 Mendorong aktivitas bersama dengan orang tua

 Menyarankan pada keluarga untuk berhenti mencari konsultasi kecuali disarankan oleh
psikiater yang menangani.

 Menyarankan anak dan keluarga untuk tidak mencari informasi mengenai gejala
di Internet.

 Menggunakan latihan relaksasi (seperti, latihan pernapasan), mindfulness untuk


menghadapi gejala
Secara bertahap menurunkan manfaat sekunder maladaptif yang dapat
diperoleh anak karena gejalanya

 Mengombinasikan latihan pemecahan masalah, keterampilan sosial sesuai


kebutuhan

 CBT formal khususnya ketika gejala bersifat kronis, berulang, dan


menyebabkan disabilitas
Manfaat sekunder
 Di kemudian hari, keluarga perlu diberikan penjelasan adekuat mengenai manfaat
sekunder.

 Penurunan pada manfaat sekunder perlu dibarengi dengan memberikan anak


peran alternatif, sehat, dapat diterima secara sosial dan sesuai usia dimana ia dapat
dihargai untuk melakukan sesuatu yang positif.
Mengatasi emosi negatif

 Psikiater perlu mengatasi baik emosi-emosi negatif dalam dirinya


sendiri dan membantu anggota tim yang lain termasuk spesialis anak,
dalam menghadapinya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai