Anda di halaman 1dari 42

STIKES TMS.

corp
Selasa, 05 Juni 2012
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS

MAKALAH SISTEM RESPIRASI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5
 Martini Aprilia (1026010016) ( pacar saya ) hehehe
promosi
 Noviyanti (1026010051)
 Nita wulandari (1026010022)
 Okta Dwi P. (1026010004)
 Okky A. (10260100 )
 Neksiy (1026010045)
 Pesi Nomelisa (1026010039)
 Yaumul Hafish (1026010048)

DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Agus Supriyadi,S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien
denga Obstruksi Saluran Napas.

Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta
bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat
menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya
kepada pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Bengkulu, Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Tujuan............................................................................................. 2
1.3. Manfaat........................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi................................................................................................... 3
2.1.2. Etiologi................................................................................................... 3
2.1.3. Klasifikasi dan Stadium Penyakit............................................... 4
2.1.4. Patofisiologi................................................................................ 6
2.1.5. WOC (Web Of Causa)............................................................... 8
2.1.6. Manifestasi Klinis....................................................................... 9
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 10
2.1.8. Penatalaksanaan.......................................................................... 11
2.1.9. Komplikasi.................................................................................. 16
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap...................................................... 17
2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................ 20
2.2.3. NCP (Nursing Care Planning).................................................... 21

BAB III TINJAUAN KASUS (Kasus Fiktif)


3.1... Pengkajian Lengkap..................................................................... 28
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul........................................ 31
3.3. NCP (Nursing Care Planning)....................................................... 32
3.4. Implementasi Dan Evaluasi SOAP................................................ 37

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 44
4.2 Saran............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis
Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang
makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan
lahiriah saja tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang
memperbaiki kemajuan lahiriah seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya,
sedangkan hal yang memperbaiki kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan,
kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan.
Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah
mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992,
yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik
manusia, hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan
kesehatan bagi masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan
yang ada. Untuk menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit
(tenaga kesehatan) dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama
dalam proses pemberian Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan
berbagai penyakit yang bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien.
Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya
kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling
mendukung dalam aktivitas apapun.
Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan
keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan
agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”.
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi
jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah,
atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran
napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada
dinding jalan napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar
abses.
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat
beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya
reflek proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang
menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas.
Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan
sumbatan total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari
ukuran, bentuk dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda
asing pada pita suara menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit
diantara pita suara.
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi
Saluran Napas.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan,
dan intervensi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi
Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.

1.3. Manfaat
1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.
2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan
pada saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika)
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari
hidung sampai percabangan trakea).(www.klikdokter.com)
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas
atas, sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan
penderita mengalami gangguan pernapasan.
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan).
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan
pada saluran pernapasan bagian atas.

2.1.2. Etiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
 Idiopatik (belum diketahui)
2. Karsinoma Nasofaring
 Virus Epstein Barr
 Faktor rass
 Letak geografis
 Jenis kelamin : laki-laki > wanita
 Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan
bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu).
 Faktor genetik
3. Polip hidung
 Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung
B. Obstruksi Laring
 Radang akut dan kronis
 Benda asing
 Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan
medik dengan gerakan tangan yang kasar.
 Tumor ganas atau jinak
 Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral
Abses Peritonsil (Quinsy)
 Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,streptococcus
viridans dan treptsococcus pyogenes.
 Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran,
1999)
2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari:
A. Obstruksi Nasal
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum
nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah
jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga
dapat mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode
nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung
(rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke
dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini terhambat oleh
deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada
region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,
2001:554)
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril
oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat
mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta
Kedokteran, 1999)
Obstruksi pada nasal meliputi:
1. Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung.
(Ramis Ahmad, 2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
 Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
 Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.

2. Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi
difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher.
(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
3. Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam
ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral.
(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)

B. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat
mengarah pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
 Sumbatan Total Laring
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi
tersangkut dilaring dan menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138)
 Abses peritonsil (Quinsy)
Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif
Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
STADIUM PENYAKIT
Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan
saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan
ini berlangsung terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada
pemeriksaan fisik didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium.
(Jackson)
 Stadium I : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang
belum ada stridor.
 Stadium II : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.
 Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan
 supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
 Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah,
mulai tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun.
(Irman Somantri,2008:140)

2.1.4. Patofisiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung
kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel
skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula
menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau
keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)
2. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang
terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi,
menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat
menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan
pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2
tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan /
organ tubuh lain.
3. Polip Hidung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung
membengkak dan terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang
kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan
jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah
masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang rusak, yang dapat
menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya
hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin dan
terjadinya iritasi di hidung.

B. Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita
suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan
membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab
kematian.
Abses Peritonial (Quinsy)
Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang
peritonsil akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri
piogen, lalu menembus kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar
gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan
sepsis).

2.1.6. Manifestasi Klinik


A. Obstruksi Nasal
1. Tumor Hidung
Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak
mengkilat. Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma inversi) yang
terakhir bersifat sangat invasif, dapat merusak tulang dan jaringan lunak
sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
 Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung.
 Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
 Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah
pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot
bahu dan sering tersedak.
 Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.
3. Polip Hidung
 Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.
 Dapat terjadi hiposmig / anosmia
 Bersin
 Iritasi di hidung
 Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.
 Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
 Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah.
B. Obstruksi Laring
 Hipersalivasi
 Suara sengau
 Kadang-kadang sulit membuka mulut
 Pembengkakan
 Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
 Palatum mole pembengkakan
 Teraba fruktuasi
 Tonsil bengkak

Abses Peritonsil (Quinsy)


 Demam tinggi
 Leukositosis
 Nyeri tenggorokan
 Otalgia
 Nyeri menelan
 Muntah
 Mulut berbau
 Hiperemis

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang


A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung dan karsinoma
 Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
 CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang
 MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal
 Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di
daerah nasofaring.
 Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus
tubarius dan dinding posterior nasofaring.
 Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan
adanya tumor, mendeteksi kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini
tumor.
2. Polip Hidung
 Rinoskopi anterior → terlihat adanya polip
 Endoskopi → terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar
kom. dapat terlihat.
 Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
 Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada
foto rontgen ada gambaran erosi tulang.

3. Abses Peritonsil
Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-
palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba
fluktuasi, uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil
bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan terdorong ke arah
tengah, depan dan bawah.

2.1.8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Obstrusi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi,
diikuti dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis.
Pada banyak pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan. Pada
waktunya diperlukan tindakan operasi untuk mengalirkan sinus nasal.
Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung yang
ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal.
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah
akan membuat insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat
membrane mukosa tersebut dari tulang, mengangkat tulang dan kartilago
yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa kemudian dibiarkan untuk
jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat
dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan
mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi
submukosa atau septoplasti. (Brunner & Sudarth,2001:555)
1. Tumor hidung
 Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
 Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa
dapat menjadikan ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
 Radio terapi
 Dilakukan diseksi leher
 Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi,
seroterapi vaksin dan anti virus.
 Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
3. Polip hidung
 Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal
Prednison 50 mg/hari
 Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis /
prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.
 Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason
dipropionah
 Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
 Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat
senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan
astringen untuk mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner &
Sudarth,2001:555)
2.Obstruksi Laring
Sumbatan Total Laring
Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah
dengan segera mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total
berlangsung lebih dari lima menit pada orang dewasa atau delapan menit
pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung
berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis
dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini
terjadi dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat
dilakukan :
a. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar yang
terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada paru. Dilakukan
tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong
keatas sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali
hentakan. Dapat dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak.
( Abdul Rachman, 2000)
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing
yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar
yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah
dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas
rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga
dorongan ini akan mendesak udara dalam paru keluar. Perasat Heimlich
ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak.
Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang
penderita sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan
bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas,
kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas
dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali
benda asing akan terlempar keluar.

Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich


dapat juga dilakukan denga cara : penolong berlutut dengan kaki pada
kedua sisi penderita. Sebelumnya posisi muka penderita dan leher harus
lurus. Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri didaerah
epigastrium. Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa
kali udara dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar.
b. Krikotirotomi
Krikotirotomi adalah tindakan ‘life saving’ untuk mengatasi
sumbatan jalan napas dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara
membuka membrane krikotiroid secara cepat. Penderita dibaringkan
telentang dengan leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan
kulit tepat dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada
garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau
dengan arah kebawah untuk menghindari tersayatnya pita suara.
Masukkan corong atau pipa plastik sebagai ganti kanul.
c. Laringoskopi
Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda
yang tersangkut dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung
dapat dikeluarkan dengan bantuan cunam. Untuk tindakan ini penderita
dirujuk kerumah sakit. (Irman Somantri,2008:138)
3. Abses peritonsial (Quinsy)
Pada stadium infiltrasi, tindakan yang dilakukan :
 Berikan antibiotik dosis tinggi (penisilin 600.000 – 1.200.000 unit,
ampisilin, dll)
 Berikan analgesik, antipirotik (parasetamol 3x250 . 500 mg)
 Anjurkan berkumur dengan antiseptik / air hangat dan kompres dengan
air hangat bila telah terbentuk abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai
berikut :
 Insisi pada pertemuan garis horizontal melalui vulva dengan garis vertikal
melalui arkus faringeus. Luka insisi dilebarkan dengan klem, nanah
dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke faring, sebelum insisi dapat
diberikan anestesia dengan spray silokain 1 % / anastesi blok pada
ganglion stenoplatinum.
 Setelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau
larutan betadin / larutan peroksid 3% atau larutan PK 0,001 %
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan secara umum adalah :
1. Posisikan klien dengan posisi semi fowler.
2. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
3. Berikan makanan dalam bentuk lunak.
4. Ciptakan lingkungan yang konduktif.
5. Berikan dukungan pada pasien.
6. Lakukan perawatan luka dengan kumur antiseptik.

Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada
pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat
digerakkan (yaitu; bergerak saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki
suara yang hampir normal. Beberapa mungkinmengalami kondritis. (inflamasi
cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis
nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara
praoperatif untuk engurangi ukuran tumor.
Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi
sebagian dari saluran napas

1.1.9. Komplikasi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat
menyebar memenuhi nasofaring dan terlihat dari orofaring.
2. Karsinoma Nasofaring
Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada
tulang, batuk-batuk dan gangguan fungsi hati.
3. Polip Hidung
Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran
pembuluh darah.
B. Obstruksi Larings
Abses Peritonsial (Quinsy)
 Abses parafaringeal
 Abses retrofaringeal dan edema larings
 Dehidrasi perdarahan
 Aspirasi paru
 Mediastinitis
 Trambus sinus kavernosus
 Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi
termasuk:
 Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
 Hemoragi
 Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559)

2.2. KONSEP DASAR ASKEP


2.2.1. Pengkajian Teoritis Lengkap
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk
berdahak, nyeri dada, sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak ,
dan disertai sesak napas dan adanya edema pada laring.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok,
penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.
5. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain
seperti: penyakit Asma.

6. Data Dasar Pengkajian Pasien


1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kkelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat.
Perubahan irama pernapasan.
Takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat.
Penampilan kemerahan, atau pucat.
3. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya /
berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga,
kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak
Menyangkal.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru

5. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak.
Bengkak, luka.
(malnutrisi)
6. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda)
Ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara.
Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).

8. Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam
berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara.
Riwayat penyakit paru kronis.
Batuk dengan/tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis .
Dispnea.
9. Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-
tahun atau radiasi.
Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.

11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman


:transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan /
pemeliharaan rumah.

12. Pemeriksaan Penunjang :


 Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring.
 Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus.
 Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
1. Leukosit: 16000/mm3
2. Hb : 11 gr/dl
3. Trombosit: 265.000/mm3
4. protein total : 5,85 gr/dl
 Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
 Rontgen polos (CT Scan) → mendeteksi adanya simetrif
 Biopsi → penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto
rontgen ada gambaran erosi tulang.
13. Prioritas keperawatan
 Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat
 Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative.
 Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
 Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang
terganggu.
 Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda asing
dalam saluran pernapasan yang nenyebabkan sumbatan .
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan laring dan
terhadap edema.
4. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral, cardial, dan pulmoner)
yang berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi
saluran napas.

2.2.3. NCP (Nursing Care Planning)

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Ansietasberhubungan Setelah dilakukan KH: Mandiri:
dengan adanya intervensi selama  Melaporkan  Catat derajat  Pemahaman bahwa
ancamankematian. 3x24 jam takut atau ansietas dan perasaan (dimana
diharapkan tidak ansietas hilang takut. berdasarkan situasi
ada lagi perasaan atau menurun Imformasikan sters ditambah
cemas sampai tingkat pasien/orang ketidak seimbangan
yang dapat terdekat bahwa oksigen yang
ditangani. perasaannya mengancam) norma
 Penampilan normal dan l dapat membantu
rileks dan dorong pasien
istirahat atau mengekspresik meningkatkan
tidur dengan an perasaan. beberapa perasaan
tepat. control emosi.

 Menghilangkan
 Jelaskan proses ansietas karena
penyakit dan ketidaktahuan dan
prosedur dalam menurunkan takut
tingkat tentang keamanan
kemampuan pribadi. Pada fase
pasien untuk dini penjelasan
memahami dan perlu diulang
menangani dengan sering dan
informasi. Kaji singkat karena
situasi saat ini pasien mengalami
dan tindakan penurunan lingkup
yang diambil perhatian.
untuk
mengatasi  Membantu dalam
masalah. menurunkan
ansietas yang
berhubungan
 Tinggal dengan dengan penolakkan
pasien atau adanya dispnea
membuat berat/ perasaan mau
perjanjian pingsan.
dengan
seseorang  Alat untuk
untuk menurunkan stress
menunggu dan perhatian tak
selama langsung untuk
serangan akut. meningkatkan
relaksasi dan
 Berikan kemampuan koping.
tindakan
kenyamanan  Memberikan pasien
mis. Pijatan tindakan
punggung, mengontrol
perubahan untukmenurunkan
posisi ansietas dan
ketegangan otot.

 Bantu pasien
untuk  Mekanisme koping
mengidentifika dan partisipasi
si perilaku dalam program
membantu, pengobatan
mis. Posisi mungkin
yang nyaman, meningkatkan
focus bernapas, belajar pasien untuk
teknik menerima hasil
relaksasi. yang diharapkan
dari penyakit dan
 Dukung pasien meningkatkan
atau orang beberapa rasa
terdekat dalam control.
menerima
realita, situasi,  Memberikan
khususnya kesehatan untuk
rencana untuk membentuk energy
periode dengan perasaan.
penyembuhan
yang
lama. Libatkan  Pengembangan
pasien dalam dalam kapasitas
perencana dan ansietas dalam
partisipasi memerlukan
dalam evaluasi lanjut dan
perawatan. kemungkinan
intervensi dengan
 Kembangkan obat antiansietas.
program
aktivitas dalam
batas
kemampuan
fisik

 Waspadai untuk
perilaku diluar
control atau
peningkatan
disfungsi
kardiopulmonal
, mis
memburuknya
dispnea dan
takikardia.
2. Mandiri :
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan KH:
 Kaji dan
tidkefektif intervensi selama Mempertahankan document asikan  Meningkatkan
berhubungan dengan 3x 24 jam jalan napas paten keefektifan keefektifan upaya
pemberian
terdapatnya benda diharapka bersihan kepatenan jalan oksigen, penapasan dan
asing dalam saluran jalan napas napas dengan pengobatan yang pembersihan secret.
diresepkan dan
pernapasan yang kembali bunyi napas kaji
nenyebabkan efektif,Mempunyai bersih atau jelas kecenderungan
pada gas darah
sumbatan jalan napas Mengeluarkan arteri
paten,Dapat atau  Auskultasi  Memberikan
bagian dada
mengeluarkan membersihkan informasi tentang
anterior dan
sekret secara sumbatan dan posterior untuk aliran udara melalui
efektif,Irama dan bebas aspirasi mengetahui trakeobronkial dan
adanya
frekuensi napas Menujukkan penurunan atau adanya atau tidak
dalam rentang perilaku untuk tidak adanya adanya
ventilasi dan
normal,Mempunyai memperbaiki/ adanya bunyi cairan,obstuksi
fungsi paru dalam atau tambahan mukosa.
 Tentukan
batas mempertahankan kebutuhan  Penghisapan tidak
normal,Mampu jalan napas pengisapan oral harus rutin,dan
dan atau trakea
mendiskripsikan bersih dalam lamanya harus
rencana untuk tingkat dibatasi untuk
perawatan di kemampuan/ menurunkan bahaya
rumah situasi.  Pantau status hipoksia
oksigen pasien
-tidak ada bunyi dan status
napas tambahan hemodinamik  Memaksimalkan
(tingkat Mean
-tidak ada Arterial Pressure status penghisapan
Perubahan irama dan irama oksigen
jantung) segera
dan frekuensi sebelum, selama
pernpasan. dan setelah
pengisapan
-tidak ada
 Catat tipe dan
Sianosis jumlah sekret Kuning/hijau,sputum
-Tidak Sulit yang
dikumpulkan. berbau purulen
bersuara
menunjukkan
- bunyi napas
infeksi; sputum
normal
 Jelaskan kepada kental,lengket
-tidak gelisah keluarga diduga dehidrasi
lagi pengunaan
peralatan
-Tidak ada
pendukung
sputum dengan benar
- TTV dalam (misalnya
batas normal : oksigen,
TD: 120/80 pengisapan,
mmHg spirometer,
ND: 60-100 x/i inhaler).
RR: 16 -24 x/i  Informasikan
S :37 oC kepada pasien
dan keluarga
bahwa merokok
merupakan
kegiatan yang
dilarang di dalam
ruang perawatan.
 Instruksikan
kepada pasien
dan keluarga
dalam rencana
perawatan di
rumah (misal
pengobatan,
hidrasi,
nebulisasi,
peralatan,
drainase
postural, tanda
dan gejala
komplikasi)
 Instruksikan
kepada pasien
tentang batuk
efektif dan
teknik napas
dalam untuk
memudahkan
keluarnya sekresi
 Ajarkan untuk
mencatat dan
mencermati
perubahan pada
sputum seperti:
warna, karakter,
jumlah dan bau
 Ajarkan pada
pasien atau
keluarga
bagaimana cara
melakukan
pengisapan
sesuai denan
kebutuhan.
KOLABORASI
 Konsultasikan
dengan dokter
atau ahli
pernapasan
tentang
kebutuhan untuk
perkusi dan atau
alat pendukung
 Berikan oksigen
yang telah
dihumidifikasi
sesuai protap
 Bantu dengan
memberikan
aerosol,
nebulizer dan
perawatan paru
lain sesuai
kebijakan
institusi
 Beritahu dokter
ketika analisa
gas darah arteri
abnormal
3. Kerusakan Setelah dilakukan Menyatakan Mandiri:  Menguatkan
komunikasi verbal intervensi kebutuhan dalam  Kaji instruksi/ pendidikan pada
berhubungan dengan keperawatan cara yang efektif atau diskusikan waktu takut
pengangkatan laring selama 3x24 jam Mengidentufikasi praoperasi terhadap
dan terhadap edema diharapka atau mengapa bicara pembedahan sudah
kerusakan merencanakan dan bernapas berlalu
kmunikasi verbal pilihan metode terganggu,
dapat diatasi berbiara yang gunakan
tepat setelah gambaran
sembuh anatomic atau
model untuk
membantu
penjelasan
 Tentukan apakah  Adanya masalah
pasien lain akan
mempunyai mempengaruhi
gangguan rencana untuk pian
komunikasi komunikasi
lain

 Pasien memerlukan
 Berikan cara- keyakinan bahwa
cara yang cepat perawat waspada
dan kntinu dan akan berespons
untuk terhadap panggilan.
memanggil Kepercayaan dan
perawat harga diri diberikan
bila perawat yang
cukup perhatian
untuk hadir pada
waktu daripada bila
di panggil pasien
 Dapat menurunkan
ansietas pasien
tentang ketidak
 Atur mampuan untuk
sebelumnya berbicara
tanda-tanda
untuk  Kemungkinan
mendapatkan pasien untuk
bantuan cepat menyatakan
kebutuhan/ masalah

 Berikan pilihan
cara  Kehilangan bicara
komunikasi dan stress
yang tepat bagi mengganggu
kebutuhan komunikasi dan
pasien mnyebabkan
frustasi dan
hambatan ekspresi,
 Berikan waktu khususnya bila
yang cukup perawat terlihat
untuk terlalu sibuk atau
komunikasi bekerjalah d
Mengkomunikasikan
masalah dan
memenuhi
kebutuhan kontak
dengan orang lain

 Berikan  Mempertahankan
komunikasi kontak dengan pola
non- verbal hidup normal dan
melanjutkan
komunikasi
melaluai cara lain

 Dorong  Memeberikan
komunikasi dorongan dan
terus-menerus harapan untuk masa
dengan dunia depan dengan
luar memikirkan pilihan
arti komunikasi
dan bicara tersedia
dan mungkin
 Beri tahu
kehilangan  Meningkatkan
bicara penyembuhan pita
sementara suara dan
setelah membatasi potensial
laringektomi disfungsi pita
sebagian dan/ permanen
tergantung  Memberikan model
pada peran,
tersedianya alat meningkatkan
bantu suara motivasi untuk
pemecahan masalah
 Ingatkan pasien danmempelajari
untuk tidak cara baru untuk
bersuara berkomunikasi
sampai dokter
member izin Kemampuan untu
 Atur pertemuan menggunakan pilihan
dengan orang suara dan metode
lain yang suara sangat
mempunyai bervariasi, tergantung
pengalaman pada luasnya prosedur
prosedur ini pembedahan, usia
dengan cepat pasien, status emosi,
Kolaborasi : dan motvasi untuk
kembali kehidup aktif,
waktu rehabilitasi
Konsul dengan dapat memanjang dan
anggota tim memrlukan sejumlah
kesehatan yang agen atau sumber
tepat/ terapi/ agen untuk menyediakan
rehabilitasi atau mendukung
proses belajar.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Lengkap
1. Biodata/data biografi:
 Nama : Tn. R
 Umur : 35 tahun
 Suku/ Bangsa : serawai
 Status Perkawinan : kawin
 Agama : islam
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : petani
 Alamat : jln. Kapuas raya, bengkulu
 Tanggal Masuk RS : 04 mei 2012
 Tanggal Pengkajian : 06 mei 2012
 Catatan Kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( )

Keluarga Terdekat Yang Dapat Dihubungi :


 Nama/ Umur : Ny. B
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Jl. Lingkar Barat
 Sumber Informasi : Pasien, keluarga terdekat, status pasien
 No.Telepon : (0736)20871

2. Riwayat kesehatan/keperawatan
1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit:
Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00
wib dengan keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas,
kesulitan berbicara dan menelan.

2). Riwayat kesehatan sekarang (RKS)


 Faktor pencetus: klien mengatakan rasa sakit pada leher serta batuk 2 hari sebelum
masuk ke rumah sakit.
 Munculnya keluhan (eksaserbasi): klien mengatakan batuk dan sakit pada leher.
 Sifat keluhan: klien mengatakan rasa sakit pada leher timbul perlahan-lahan, batuk
terus-menerus, serta kesulitan menelan setiap kali makan.
 Berat ringannya keluhan: klien mengatakan: rasa sakit dan sesak pada leher cendrung
bertmbah sejak 2 Hari yang lalu.
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi: klien mengatakan karena seringnya
rasa sakit pada bagian leher maka klien banyak minum, akibat adanya batuk klien
minum obat (komix).

2. Riwayat kesehatan dahulu


 Klien mengataan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dll.
 Klien mengatakan sebelumya tidak pernah menderita sesak napas .

3. Riwayat kesehatan keluarga(RKK)


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang seperti
dialaminya dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular lainnya.

3.Pola fungsi kesehatan (Gordon):


1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : memiliki kecemasan yang berlebihan.
Penggunaan : sehari-harinya pasien merokok 1 bungkus perhari sejak usia 23
tahun
Alkohol: sering meminum minuman kaleng kurang lebih 3 botol perminggu.
Alergi : pasien tidak memiliki allergi terhadap obat-obatan dan jenis makanan
laut.
2). Pola nutrisi dan metabolisme
Diet / suplemen khusus : -
Instruksi diet sebelumnya : -
Nafsu makan : menurun karena sering batuk-batuk dan mual.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir : menurun
Kesulitan menelan : mengalami kesulitan karena adanya lesi pada tenggorokan
Gigi : tidak lengkap
Jumlah minum/24 jam : normal
Frekuensi makan : menghabiskan porsi makan kecil.
Jenis makanan : nasi dan lauk seadanya
3.Pola eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : sedikit
Warna : kuning terang

Buang air kecil (BAK) :


Frekuensi : normal
Warna : kuning kecoklatan

4.Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri :

0= mandiri 3= dibantu orang lain & peralatan


1=dengan alat bantu 4=ketergantungan/tidak mampu
2=dibantu orang lain

Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Berpakaian 
Toileting 

Mobilisasi dtmpat tidur
Berpindah 
Berjalan 
Menaiki tangga 
Berbelanja 
Memasak 
Pemeliharaan rumah 

Alat bantu : tongkat


Keluhan saat beraktivitas: sering sesak nafas saat beraktivitas

5.Pola istirahat dan tidur


Lama tidur : 5 jam / malam
Waktu : dari jam 8 – 1 malam
Masalah tidur : sering terbangun karena sulit bernafas
6.Pola kognitif dan persepsi
Status mental : sering emosi
Bicara : normal( ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
Kemampuan berkomunikasi : ya ( ), tidak ( )
Kemampuan memahami : ya ( ), tidak ( )
Tingkat ansietas : ringan ( ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )
Pendengaran : DBN ( ), tuli ( ) kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar ( 0
Penglihatan : normal

7.Persepsi diri dan konsep diri

Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : sangat mengganggu dalam


beraktivitas sehari-hari

8.Pola peran hubungan :

Pekerjaan : petani
Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga
serumah ( ), keluarga tinggal berjauhan ( )
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah
dengan biaya perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien
selama dirumah sakit.

9.Pola seksual dan reproduksi


Masalah seksual b.d penyakit : pola seksual menurun

10.Pola koping dan toleransi stress


Penggunaan obat untuk menghilangkan stress; tidak menggunakan obat.
Keadaan emosi dalam sehari-hari : memiliki emosi yang tidak stabil
11.Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : sering meninggalkan kewajiban sebagai
seorang muslim.

4.Pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas
dan klien tampak gelisah
 TTV :
o TD : 130/90 mmHg
o ND : 120x/i
o S : 37,5
 BB : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)
 TB : 170
 Sistem integumen(kulit) : turgor kulit buruk
 Kuku : pucat
 Hidung : pernapasan cuping hidung
 Mulut : mukosa bibir kering dan pucat
 Laring
Inspeksi : takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran
jaringan , edema laring

Pemeriksaan penunjang
 Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring
 Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus
 Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
o Leukosit: 16000/mm3
o Hb : 11 gr/dl
o Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.

Analisa data
Nama kilen : Tn. R
Ruang Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnose medic :

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Terdapatnya penumpukan Bersihan jalan napas
 Klien mengatakan batuk sekret pada saluran napas. tidak efektif
berdahak dan sesak napas
 Klien mengatakan nyeri
pada daerah tenggorokan
DO:
 klien tampak lemah, klien
tampak kesulitan bernapas
dan klien tampak gelisah
 TTV:
TD : 130/90 mmHg
ND : 120x/i
S : 37,5
 Penapasan cuping
hidung
 Takipnea
 pernapasan dangkal

DS:
2.  klien mengatakan rasa nyeri Adanya lesi pada Kerusakan komunikasi
pada tenggorok tenggorokan. verbal
 klien mengatakan adanya
kesulitan menelan
 klien mengatakan kesulitan
berbicara
DO:
 adanya bakteri
streptococcus beta
hemolyticus
 adanya edema pada laring
 adanya pembesaran jaringan
pada daerah laring

DS: Kesulitan menelan, rasa Pola nutrisi kurang dari


3.  pasien mengatakan lemah tidak nyaman kebutuhan tubuh
 pasien mengatakan
menghabiskan
makan ¼porsi setiap kali
makan (pagi, siang. Sore)
 kesulitan menelan
 rasa tidak nyaman
DO:
 Berat badan pasien turun 3
kg dari 60 kg menjadi 57
kg
 Pasien tampak lemah
 Pembekakan pada laring
3.2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada
saluran pernapasan.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan lesi pada tenggorokan akibat
bakteri streptococus.
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan.

3.3. NCP (Nursing Care Planning)


Nama : Tn. R
Ruang : RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa Medik : Obtruksi Saluran Napas

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Setelah  Kaji dan
Bersihan jalan KH:  Meningkatkan
1 dilakukan document asikan
napas tidak intervensi Mempertahankan keefektifan keefektifan upaya
efektif selama 1x 24 jalan napas pemberian penapasan dan
jam diharapka oksigen,
berhubungan bersihan jalan paten. pengobatan yang pembersihan secret.
dengan napas kembali  Kepatenan jalan diresepkan dan
efektif, kaji
terdapatnya Mempunyai napas dengan kecenderungan
benda asing jalan napas bunyi napas pada gas darah  Memberikan
paten, arteri
dalam saluran Dapat bersih atau jelas.  Auskultasi informasi tentang
pernapasan yang mengeluarkan Mengeluarkan bagian dada aliran udara melalui
sekret secara anterior dan
menyebabkan atau trakeobronkial dan
efektif, posterior untuk
sumbatan Irama dan membersihkan mengetahui adanya atau tidak
frekuensi napas sumbatan dan adanya adanya
dalam rentang penurunan atau
normal, bebas aspirasi. tidak adanya cairan,obstuksi
Mempunyai Menujukkan ventilasi dan mukosa.
fungsi paru adanya bunyi
dalam batas perilaku untuk tambahan  Penghisapan tidak
normal, memperbaiki/ harus rutin,dan
Mampu  Tentukan
mendiskripsikan atau lamanya harus
kebutuhan
rencana untuk mempertahanka pengisapan oral dibatasi untuk
perawatan di dan atau trakea.
rumah n jalan napas menurunkan
bersih dalam bahaya hipoksia
tingkat
 Pantau status
kemampuan/ oksigen pasien  Memaksimalkan
situasi. dan status status penghisapan
hemodinamik
 TTV dalam batas (tingkat Mean oksigen
normal : Arterial Pressure
TD: 120/80 dan irama
mmHg jantung) segera
ND: 60-100 x/i sebelum, selama
RR: 16 -24 x/i dan setelah Kuning/hijau,sputum
o
S :37 C pengisapan berbau purulen
 Catat tipe dan
jumlah sekret menunjukkan
yang infeksi; sputum
dikumpulkan.
 Jelaskan kepada kental,lengket
keluarga diduga dehidrasi
pengunaan
peralatan
pendukung
dengan benar
(misalnya
oksigen,
pengisapan,
spirometer,
inhaler).
 Informasikan
kepada pasien
dan keluarga
bahwa merokok
merupakan
kegiatan yang
dilarang di dalam
ruang perawatan.
 Instruksikan
kepada pasien
dan keluarga
dalam rencana
perawatan di
rumah (misal
pengobatan,
hidrasi,
nebulisasi,
peralatan,
drainase
postural, tanda
dan gejala
komplikasi)
 Instruksikan
kepada pasien
tentang batuk
efektif dan
teknik napas
dalam untuk
memudahkan
keluarnya sekresi
 Ajarkan untuk
mencatat dan
mencermati
perubahan pada
sputum seperti:
warna, karakter,
jumlah dan bau
 Ajarkan pada
pasien atau
keluarga
bagaimana cara
melakukan
pengisapan
sesuai denan
kebutuhan.
KOLABORASI
 Konsultasikan
dengan dokter
atau ahli
pernapasan
tentang
kebutuhan untuk
perkusi dan atau
alat pendukung
 Berikan oksigen
yang telah
dihumidifikasi
sesuai protap
 Bantu dengan
memberikan
aerosol,
nebulizer dan
perawatan paru
lain sesuai
kebijakan
institusi
 Beritahu dokter
ketika analisa
2. gas darah arteri
abnormal

Menyatakan
kebutuhan dalam
cara yang efektif
Mengidentufikasi
atau
merencanakan  Menguatkan
pilihan metode
pendidikan pada
berbiara yang
tepat setelah waktu takut
sembuh
terhadap
pembedahan sudah
berlalu
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3x24
jam diharapkan
gangguan Mandiri:
komunikasi  Kaji instruksi/
verbal teratasi
atau diskusikan
praoperasi  Adanya masalah
mengapa bicara lain akan
dan bernapas mempengaruhi
terganggu, rencana untuk pian
Kerusakan
gunakan komunikasi
komunikasi
gambaran  Pasien memerlukan
verbal
anatomic atau keyakinan bahwa
berhubungan
model untuk perawat waspada
dengan
membantu dan akan berespons
pengangkatan
penjelasan terhadap panggilan.
laring dan
 Tentukan apakah Kepercayaan dan
terhadap edema.
pasien harga diri diberikan
mempunyai bila perawat yang
gangguan cukup perhatian
komunikasi untuk hadir pada
lain waktu daripada bila
di panggil pasien
 Berikan cara-  Dapat menurunkan
cara yang cepat ansietas pasien
dan kntinu tentang ketidak
untuk mampuan untuk
memanggil berbicara
perawat  Kemungkinan
pasien untuk
menyatakan
kebutuhan/ masalah

 Kehilangan bicara
dan stress
mengganggu
komunikasi dan
mnyebabkan
3
 Atur frustasi dan
sebelumnya hambatan ekspresi,
. tanda-tanda khususnya bila
untuk perawat terlihat
mendapatkan terlalu sibuk atau
bantuan cepat

Menunjukkan  Berikan pilihan


 Makan dimulai
pemahaman
cara hanya setelah bunyi
pentingnya
nutrisi untuk komunikasi usus membaik
proses yang tepat bagi pembed
penyembuhan
dan keeshatan kebutuhan
umum pasien
Menunjukkan
 Selang di masukan
peningkatan
berat badan  Berikan waktu pada pembedahan
proggresif dan biasanya di
mencapai tujuan yang cukup
dengan nilai untuk jahit
laboraturium
komunikasi
normal dan
 Memberikan
penyembuhan
jaringan seuai informasi
waktunya sehubumgan

Setelah dengan kebutuhan


dilakukan nutrisi dn
intervensi
kefektifan terapi
selama 3x 24
jam diharapkan
kebutuhan
nutrisi dapat
dipnuhi  Membantu
Mandiri
meningkatkan
 Auskultasi
keberhasilan nutrisi
bunyi usus

 Kandungan
makanan dapat
mengakibatkan
 Pertahankan
ketidak toleransiian
selang makan
Kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan  Awasi  Membantu pasien
dengan kesulitan mengatasi frustasi
masukkan berat
menelan dan keamanan
badan sesuai dalam masalah
indikasi menelan

 Meningkatkan
sosialisasi dan
memaksimalkan
kenyamanan pasien
bila kesakitan
 Ajarkan pasien makan
menyebabkan malu
makan sendiri

 Meningkatkan
pemahaman
 belajar Mulai kebutuhan individu
dan pentingnya
nutrisi pada
dengan makan
penyembuhan dan
kecil dan proses penyembuhan
ditingkatkan
sesuai toleransi
 Dorong pasien
bila belajar
menelan

 Berguna dalam
 Kembangkan identifikasi
dan dorong kebutuhan nutri
individu untuk
lingkungan meningkatkan
yang nyaman penyembuhan dan
regenerasi jaringan
untuk makan
 Macam-macam jenis
dapat dibuat untuk
tambahan atau
batasan factor
tertentu seperti lemak
 Bantu pasien
dan gulaan.
atau orang  Indicator penggunaan
nutrisi sesuai fungsi
terdekat
org
mengembangk
an
keseimbangan
nutrisi pada
rencana makan
dirumah

Kolaborasi
 Konsul dengan
ahli gizi atau
dukungan tim
nutrisi sesuai
indikasi
 Berikan diet
nutrisi
seimbang

 Awasi
pemeriksaan
laboraturium
3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP
No Hari/tgl Dx kep Implementasi Evaluasi
1. jumat, 6mei Pukul 08. 00 wib Pukul 10. 00 wib
Bersihan jalan
2012 Mandiri: S=
napas tidak efektif  Mencatat hasil pengkajian dan  Klien mengatakan batuk
berhubungan kefektifan pemberian oksigen,
dan gas darah arteri. berdahak berkurang dan
denganpenumpukan Hasil : gas darah dan oksigen tidak lagi sesak napas
sekret pada saluran efektif.
 Mencatat adanya bunyi nafas ,  Klien mengatakan tidak nyeri
pernapasan misalnya mengi, krekels dan lagi pada daerah
ronki.
Hasil : Bunyi napas mengi. tenggorokan
 Memberikan oksigen sesuai O :
kebutuhan pasien melalui oral.  klien tampak bergairah,
Hasil : Pasien mau
 klien tampak tidak kesulitan
diberikanoksigen melalui oral.
 Membantu tindakan untuk bernapas
memperbaiki keefektifan upaya
 klien tampak tidak gelisah lagi
batuk.
Hasil : Pasien dapat batuk  tidak ada pernapasan cuping
efektif. hidung
 Mempertahankan polusi
lingkungan dari debu dan asap  Takipnea tidak ada
rokok.  pernapasan normal
Hasil : Lingkungan kondusif.  Klien tampak tidak lagi
 Mengajarkan pasien untuk menahan rasa sakit /nyeri
latihan pernapasan abdomen pada dada.
atau bibir.  Klien tidak kesulitan bernapas.
Hasil : Pasien mau latihan  Tidak ada pucat
pernapasan abdomen.  Tanda tanda vital dalam batas
 Mengajarkanpasien untuk normal
melakukan teknik napas dalam. TD: 120/80 mmHg
Hasil : Pasien dapat melakukan ND: 90x/menit
tehnik napas dalam. RR: 20x/menit
 Mengukur TTV. S :37 oC
Hasil : A=
TD: 120/80 mmHg  Masalah teratasi
ND: 90x/menit  Batuk berdahak berkurang,
RR: 20x/menit napas normal, nyeri dada
S :37 oC tidak ada lagi, dan TTV
dalam batas normal.
KOLABORASI P=
 Memberikan obat sesuai indikasi Intervensi di hentikan.
yang dianjurkan dokter.
Hasil : Obat efektif.
 Melakukan pemasangan
nebuliser ultranik atau
humidifier aerosol ruangan.

Hasil : Pasien mau


menggunakan nebulizer ultranik.

2 sabtu, 7mei Pukul 12. 00 wib Pukul 16. 00 wib


Kerusakan
2012 Mandiri: S:
komunikasi verbal
 Memberikan penjelesan tentang  Klien mengatakan tidak ada
berhubungan
kondisi yang rasa nyeri pada tenggorok.
denganadanya lesi
dialami pasien agar  Klien mengatakan tidak ada
pada tenggorokan
pasien dapat mengerti apa kesulitan menelan.
yang sedang dialaminya.  Klien mengatakan tidak
Hasil : Pasien mengerti kesulitan berbicara lagi.
keadaanya saat ini.
 Melakukan pemeriksaan untuk O:
mengetahui apakah pasien  Tidak ada bakteri
memiliki gangguan streptococcus beta
komunikasi lainnya. hemolyticus.
Hasil : Pasien tidak memiliki  Tidak ada edema pada laring.
gangguan komunikasi lain.  Tidak ada pembesaran
 Mengajarkan pasien cara-cara jaringan pada daerah laring.
 TTV dalam batas normal
untuk memanggil perawat
TD: 120/80mmHg
dengan cepat. RR:22x/i
Hasil : Pasien mengerti cara ND:90x/i
S: 37C
memanggil perawat dengan
cepat. A:
 Masalah teratasi
 Membantu pasien untuk
 Tidak ada lagi sakit dan nyeri
memilih cara komunikasi yang pada Laring, tidak ada batuk,
tepat sesuai kebutuhan pasien. klien rileks, TTV dalam batas
normal.
Hasil : Pasien dapat memilih
cara komunikasi yang tepat P:
Intervensi di hentikan.
sesuai kebutuhannya.
 Berikan kesempatan kepada
pasien untuk berbicaraagar
pasien merasa dihargai oleh
perawat dengan berkomunikasi
dengan baik dan memberikan
cukup waktu untuk
berkomunikasi.
Hasil : Pasien lebih percaya
diri dalam berkomunikasi.

3 minggu, 8 Kebutuhan nutrisi Pukul 09. 00 wib Pukul 13. 00 wib


mei 2012 kurang dari
Mandiri S:
kebutuhan tubuh
berhubungan  Mencatat derajat kesulitan  Pasien mengatakan tidak
dengan kesulitan menelan dan nilai bunyi usus lemah lagi.
menelan.
pasien.  Pasien mengatakan
Hasil : Pasien tidak menghabiskan makan 1
mempunyai kesulitan menelan porsi setiap kali makan
dan bunyi usus. (pagi, siang. Sore).
 Memberikan makan secara  Pasien tidak kesulitan
rutin untuk mencukupi menelan lagi.
kebutuhan pasien.  Pasien merasa nyaman.
Hasil : Nutrisi pasien O:
terpenuhi.  Berat badan pasien naik dari
 Menimbang berat badan 57 ke 59kg.
pasien .  Pasien tampak segar.
Hasil : Berat badan pasien  Tidak ada pembekakan pada
kembali normal. laring.
A:
 Membantu pasien untuk makan
 Masalah teratasi .
sendiri.
Hasil : Pasien dapat makan P:
intervensi di hentikan.
sendiri.
 Mengajarkan pasien cara
untuk menelan yang baik.
Hasil : Pasien dapat menelan
dengan baik.

Kolaborasi
 Mengonsulkan dengan ahli gizi
atau dukungan tim nutrisi
sesuai indikasi.Hasil : Pasien
mendapatkan gizi yang baik
sesuai dengan kebutuhan
tubuhnya.
 Memberikan diet nutrisi
seimbang.
Hasil : BB pasien normal.
 Mengawasi pemeriksaan
laboraturium.
Hasil : Tidak terjadi kesalahan
dalam pemeriksaan.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi
jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran
pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas
atas, diantaranya adalah :
A. Obstruksi Nasal
1) Tumor hidung
2) Karsinoma Nasofaring
3) Polip Hidung
B. Obstruksi Laring
1. Sumbatan Total Laring
2. Abses Peritonsial (Quinsy)
Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan
metode Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat
laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip
mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
4.2. Saran
 Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
 Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.

DAFTAR PUSTAKA

Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta :


Salembah Medika.
Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta.:EGC
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC
cupu.web.id/category/kuliah/anatomi-dan-patofisiologi/
http//www.klikdoter.com/2006/
Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC : jakarta.
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI : Jakarta.
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi. EGC : Jakarta
Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Diposkan oleh faldho iswary di 04.22


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Anda mungkin juga menyukai