corp
Selasa, 05 Juni 2012
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS
DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Agus Supriyadi,S.Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien
denga Obstruksi Saluran Napas.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta
bantuan, terkhusus dari dosen pembimbing yaitu bapak Ns.Agus Supriyadi,S.Kep. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tiada hingganya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat
menunjang kita lebih kreatif dalam sistem belajar mengajar. Dan penulis pun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap khususnya
kepada pendidik dan umumnya kepada pembaca untuk memberi saran dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Tujuan............................................................................................. 2
1.3. Manfaat........................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 44
4.2 Saran............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan Nasional Indonesia yang berpedoman pada Garis
Besar Haluan Negara yang bertujuan mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang
makmur, adil dan merata yang berdasarkan pancasila, dimana pada hakikatnya yaitu
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam kaitan ini, pembangunan itu tidak hanya memperbaiki kemajuan
lahiriah saja tetapi juga memperbaiki kemajuan batiniah. Adapun yang
memperbaiki kemajuan lahiriah seperti sandang pangan, perumahan dan sebagainya,
sedangkan hal yang memperbaiki kemajuan batiniah seperti adanya rasa kesehatan,
kepuasan, kependidikan dan rasa keadilan.
Maka dari itu, untuk menunjang masalah kesehatan bagi masyarakat, pemerintah
mengeluarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No: 938/Menkes/x/1992,
yang berisikan tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
Sehubungan dengan pentingnya kesehatan bagi setiap makhluk hidup, baik
manusia, hewan maupun tumbuhan, maka yang sangat berperan dalam meningkatkan
kesehatan bagi masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri dan instansi-instansi kesehatan
yang ada. Untuk menunjang dalam meningkatkan kuialitas kesehatan, maka rumah sakit
(tenaga kesehatan) dituntut untuk melaksakan upaya kesehatan yang bermutu terutama
dalam proses pemberian Asuhan Keperawatan yang profesional terhadap pasien dengan
berbagai penyakit yang bertujuan untuk kesehatan terhadap pasien.
Dengan demikian, kita dapat melihat dan merasakan bahwa akan pentingnya
kesehatan itu dan sehat itu merupakan suatu keadaan yang paling baik dan paling
mendukung dalam aktivitas apapun.
Untuk mewujudkan suatu pelayanan serta tindakan dalam pemberian asuhan
keperawatan yang profesional, mutu pendidikan dan pengetahuan perlu juga ditingkatkan
agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Obstruksi saluran Napas”.
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi
jalan napas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan, bekuan darah,
atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea. Obstruksi saluran
napas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau pembesaran jaringan pada
dinding jalan napas, seperti: epiglotitis, edema laring, karsinoma laring, atau peritonsilar
abses.
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran , sangat
beresiko mengalami obstruksi jalan napas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya
reflek proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang
menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan napas.
Benda asing yang teraspirasi dan tersangkut di laring dapat menyebabkan
sumbatan total atau persial pada saluran pernapasan. Jenis hambatan ini tergantung dari
ukuran, bentuk dan posisi benda asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda
asing pada pita suara menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit
diantara pita suara.
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk membahas tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan obstruksi jalan napas.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi
Saluran Napas.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar teoritis penyakit Obstruksi Saluran Napas.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
Obstruksi Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keprawatan,
dan intervensi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Obstruksi
Saluran Napas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
1.3. Manfaat
1. Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
pada umumnya dan Mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.
2. Makalah ini di harapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan
pada saluran pernapasan bagian atas. (Irman Sumantri, Salemba Medika)
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari
hidung sampai percabangan trakea).(www.klikdokter.com)
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas
atas, sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan
penderita mengalami gangguan pernapasan.
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan).
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan
pada saluran pernapasan bagian atas.
2.1.2. Etiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Idiopatik (belum diketahui)
2. Karsinoma Nasofaring
Virus Epstein Barr
Faktor rass
Letak geografis
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Faktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan
bahan/bumbu masakan tertentu, asap sejenis kayu tertentu).
Faktor genetik
3. Polip hidung
Akibat reaksi hipersensitif / reaksi alergi pada mukosa hidung
B. Obstruksi Laring
Radang akut dan kronis
Benda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan
medik dengan gerakan tangan yang kasar.
Tumor ganas atau jinak
Kelumpuhan Nervus laringeus rekuren bilateral
Abses Peritonsil (Quinsy)
Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,streptococcus
viridans dan treptsococcus pyogenes.
Kuman aerob dan anaerob(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran,
1999)
2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi Obstruksi Saluran Napas atas,Terdiri dari:
A. Obstruksi Nasal
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum
nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah
jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi ini juga
dapat mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan episode
nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus hidung
(rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke
dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini terhambat oleh
deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan dialami pada
region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,
2001:554)
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril
oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat
mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta
Kedokteran, 1999)
Obstruksi pada nasal meliputi:
1. Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung.
(Ramis Ahmad, 2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.
2. Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi
difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di daerah leher.
(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
3. Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di dalam
ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral.
(Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
B. Obstruksi Laring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat
mengarah pada astiksia. (Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
Sumbatan Total Laring
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi
tersangkut dilaring dan menutup seluruh rimaglotis. (Irman Somantri,2008:138)
Abses peritonsil (Quinsy)
Yaitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Arif
Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
STADIUM PENYAKIT
Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan
saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak dan sesak napas. Jika sumbatan
ini berlangsung terus maka akan timbul gejala tambahan yaitu stridor. Pada
pemeriksaan fisik didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat stadium.
(Jackson)
Stadium I : Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang-kadang
belum ada stridor.
Stadium II : Cekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.
Stadium III : Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan
supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
Stadium IV : Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula-mula gelisah,
mulai tampak bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun.
(Irman Somantri,2008:140)
2.1.4. Patofisiologi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan cenderung
kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel
skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan dapat pula
menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan intermiten atau
keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)
2. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang
terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi,
menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat
menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan
pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2
tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan /
organ tubuh lain.
3. Polip Hidung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung
membengkak dan terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang
kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan
jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah
masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang rusak, yang dapat
menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya
hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin dan
terjadinya iritasi di hidung.
B. Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita
suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan
membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab
kematian.
Abses Peritonial (Quinsy)
Proses infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang
peritonsil akan mengalami supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri
piogen, lalu menembus kapsul tonsil dan menjalar serta menginfeksi di sekitar
gigi, ke spatium parafaringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan
sepsis).
3. Abses Peritonsil
Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus-
palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba
fluktuasi, uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil
bengkak, hiperemis, mungkin banyak / detritus dan terdorong ke arah
tengah, depan dan bawah.
2.1.8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Obstrusi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi,
diikuti dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis.
Pada banyak pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan. Pada
waktunya diperlukan tindakan operasi untuk mengalirkan sinus nasal.
Prosedur spesifik dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung yang
ditemukan. Biasanya, operasi dilakukan dibawah anestesi lokal.
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah
akan membuat insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat
membrane mukosa tersebut dari tulang, mengangkat tulang dan kartilago
yang menyimpang dengan forsep tulang. Mukosa kemudian dibiarkan untuk
jatuh ke tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat
dibasahi dalam petrolatum cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan
mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36 jam. Operasi ini disebut reseksi
submukosa atau septoplasti. (Brunner & Sudarth,2001:555)
1. Tumor hidung
Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa
dapat menjadikan ganas.
2. Karsinoma Nasofaring
Radio terapi
Dilakukan diseksi leher
Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi,
seroterapi vaksin dan anti virus.
Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
3. Polip hidung
Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal
Prednison 50 mg/hari
Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis /
prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.
Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason
dipropionah
Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan kawat
senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan memberikan
astringen untuk mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi hidung. (Brunner &
Sudarth,2001:555)
2.Obstruksi Laring
Sumbatan Total Laring
Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah
dengan segera mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total
berlangsung lebih dari lima menit pada orang dewasa atau delapan menit
pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung
berhenti. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis
dan kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini
terjadi dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat
dilakukan :
a. Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total atau benda asing ukuran besar yang
terletak di hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada paru. Dilakukan
tekanan keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong
keatas sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali
hentakan. Dapat dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak.
( Abdul Rachman, 2000)
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing
yang menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar
yang terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah
dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas
rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga
dorongan ini akan mendesak udara dalam paru keluar. Perasat Heimlich
ini dapat dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak.
Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang
penderita sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan
bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas,
kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas
dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali
benda asing akan terlempar keluar.
Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada
pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat
digerakkan (yaitu; bergerak saat fonasi). Selain itu, pasien ini masih memiliki
suara yang hampir normal. Beberapa mungkinmengalami kondritis. (inflamasi
cartilage) atau stenosis; sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis
nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara
praoperatif untuk engurangi ukuran tumor.
Algoritme penatalaksanaan sumbatan/obstruksi komplet dan obsrtuksi
sebagian dari saluran napas
1.1.9. Komplikasi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat
menyebar memenuhi nasofaring dan terlihat dari orofaring.
2. Karsinoma Nasofaring
Metastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada
tulang, batuk-batuk dan gangguan fungsi hati.
3. Polip Hidung
Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran
pembuluh darah.
B. Obstruksi Larings
Abses Peritonsial (Quinsy)
Abses parafaringeal
Abses retrofaringeal dan edema larings
Dehidrasi perdarahan
Aspirasi paru
Mediastinitis
Trambus sinus kavernosus
Meningitis dan abses otak. (Arif Mansjoer, dkk, 1999)
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi
termasuk:
Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
Hemoragi
Infeksi. (Brunner & Suddarth,2001:559)
5. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak.
Bengkak, luka.
(malnutrisi)
6. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda)
Ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara.
Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
8. Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam
berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara.
Riwayat penyakit paru kronis.
Batuk dengan/tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis .
Dispnea.
9. Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-
tahun atau radiasi.
Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.
Menghilangkan
Jelaskan proses ansietas karena
penyakit dan ketidaktahuan dan
prosedur dalam menurunkan takut
tingkat tentang keamanan
kemampuan pribadi. Pada fase
pasien untuk dini penjelasan
memahami dan perlu diulang
menangani dengan sering dan
informasi. Kaji singkat karena
situasi saat ini pasien mengalami
dan tindakan penurunan lingkup
yang diambil perhatian.
untuk
mengatasi Membantu dalam
masalah. menurunkan
ansietas yang
berhubungan
Tinggal dengan dengan penolakkan
pasien atau adanya dispnea
membuat berat/ perasaan mau
perjanjian pingsan.
dengan
seseorang Alat untuk
untuk menurunkan stress
menunggu dan perhatian tak
selama langsung untuk
serangan akut. meningkatkan
relaksasi dan
Berikan kemampuan koping.
tindakan
kenyamanan Memberikan pasien
mis. Pijatan tindakan
punggung, mengontrol
perubahan untukmenurunkan
posisi ansietas dan
ketegangan otot.
Bantu pasien
untuk Mekanisme koping
mengidentifika dan partisipasi
si perilaku dalam program
membantu, pengobatan
mis. Posisi mungkin
yang nyaman, meningkatkan
focus bernapas, belajar pasien untuk
teknik menerima hasil
relaksasi. yang diharapkan
dari penyakit dan
Dukung pasien meningkatkan
atau orang beberapa rasa
terdekat dalam control.
menerima
realita, situasi, Memberikan
khususnya kesehatan untuk
rencana untuk membentuk energy
periode dengan perasaan.
penyembuhan
yang
lama. Libatkan Pengembangan
pasien dalam dalam kapasitas
perencana dan ansietas dalam
partisipasi memerlukan
dalam evaluasi lanjut dan
perawatan. kemungkinan
intervensi dengan
Kembangkan obat antiansietas.
program
aktivitas dalam
batas
kemampuan
fisik
Waspadai untuk
perilaku diluar
control atau
peningkatan
disfungsi
kardiopulmonal
, mis
memburuknya
dispnea dan
takikardia.
2. Mandiri :
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan KH:
Kaji dan
tidkefektif intervensi selama Mempertahankan document asikan Meningkatkan
berhubungan dengan 3x 24 jam jalan napas paten keefektifan keefektifan upaya
pemberian
terdapatnya benda diharapka bersihan kepatenan jalan oksigen, penapasan dan
asing dalam saluran jalan napas napas dengan pengobatan yang pembersihan secret.
diresepkan dan
pernapasan yang kembali bunyi napas kaji
nenyebabkan efektif,Mempunyai bersih atau jelas kecenderungan
pada gas darah
sumbatan jalan napas Mengeluarkan arteri
paten,Dapat atau Auskultasi Memberikan
bagian dada
mengeluarkan membersihkan informasi tentang
anterior dan
sekret secara sumbatan dan posterior untuk aliran udara melalui
efektif,Irama dan bebas aspirasi mengetahui trakeobronkial dan
adanya
frekuensi napas Menujukkan penurunan atau adanya atau tidak
dalam rentang perilaku untuk tidak adanya adanya
ventilasi dan
normal,Mempunyai memperbaiki/ adanya bunyi cairan,obstuksi
fungsi paru dalam atau tambahan mukosa.
Tentukan
batas mempertahankan kebutuhan Penghisapan tidak
normal,Mampu jalan napas pengisapan oral harus rutin,dan
dan atau trakea
mendiskripsikan bersih dalam lamanya harus
rencana untuk tingkat dibatasi untuk
perawatan di kemampuan/ menurunkan bahaya
rumah situasi. Pantau status hipoksia
oksigen pasien
-tidak ada bunyi dan status
napas tambahan hemodinamik Memaksimalkan
(tingkat Mean
-tidak ada Arterial Pressure status penghisapan
Perubahan irama dan irama oksigen
jantung) segera
dan frekuensi sebelum, selama
pernpasan. dan setelah
pengisapan
-tidak ada
Catat tipe dan
Sianosis jumlah sekret Kuning/hijau,sputum
-Tidak Sulit yang
dikumpulkan. berbau purulen
bersuara
menunjukkan
- bunyi napas
infeksi; sputum
normal
Jelaskan kepada kental,lengket
-tidak gelisah keluarga diduga dehidrasi
lagi pengunaan
peralatan
-Tidak ada
pendukung
sputum dengan benar
- TTV dalam (misalnya
batas normal : oksigen,
TD: 120/80 pengisapan,
mmHg spirometer,
ND: 60-100 x/i inhaler).
RR: 16 -24 x/i Informasikan
S :37 oC kepada pasien
dan keluarga
bahwa merokok
merupakan
kegiatan yang
dilarang di dalam
ruang perawatan.
Instruksikan
kepada pasien
dan keluarga
dalam rencana
perawatan di
rumah (misal
pengobatan,
hidrasi,
nebulisasi,
peralatan,
drainase
postural, tanda
dan gejala
komplikasi)
Instruksikan
kepada pasien
tentang batuk
efektif dan
teknik napas
dalam untuk
memudahkan
keluarnya sekresi
Ajarkan untuk
mencatat dan
mencermati
perubahan pada
sputum seperti:
warna, karakter,
jumlah dan bau
Ajarkan pada
pasien atau
keluarga
bagaimana cara
melakukan
pengisapan
sesuai denan
kebutuhan.
KOLABORASI
Konsultasikan
dengan dokter
atau ahli
pernapasan
tentang
kebutuhan untuk
perkusi dan atau
alat pendukung
Berikan oksigen
yang telah
dihumidifikasi
sesuai protap
Bantu dengan
memberikan
aerosol,
nebulizer dan
perawatan paru
lain sesuai
kebijakan
institusi
Beritahu dokter
ketika analisa
gas darah arteri
abnormal
3. Kerusakan Setelah dilakukan Menyatakan Mandiri: Menguatkan
komunikasi verbal intervensi kebutuhan dalam Kaji instruksi/ pendidikan pada
berhubungan dengan keperawatan cara yang efektif atau diskusikan waktu takut
pengangkatan laring selama 3x24 jam Mengidentufikasi praoperasi terhadap
dan terhadap edema diharapka atau mengapa bicara pembedahan sudah
kerusakan merencanakan dan bernapas berlalu
kmunikasi verbal pilihan metode terganggu,
dapat diatasi berbiara yang gunakan
tepat setelah gambaran
sembuh anatomic atau
model untuk
membantu
penjelasan
Tentukan apakah Adanya masalah
pasien lain akan
mempunyai mempengaruhi
gangguan rencana untuk pian
komunikasi komunikasi
lain
Pasien memerlukan
Berikan cara- keyakinan bahwa
cara yang cepat perawat waspada
dan kntinu dan akan berespons
untuk terhadap panggilan.
memanggil Kepercayaan dan
perawat harga diri diberikan
bila perawat yang
cukup perhatian
untuk hadir pada
waktu daripada bila
di panggil pasien
Dapat menurunkan
ansietas pasien
tentang ketidak
Atur mampuan untuk
sebelumnya berbicara
tanda-tanda
untuk Kemungkinan
mendapatkan pasien untuk
bantuan cepat menyatakan
kebutuhan/ masalah
Berikan pilihan
cara Kehilangan bicara
komunikasi dan stress
yang tepat bagi mengganggu
kebutuhan komunikasi dan
pasien mnyebabkan
frustasi dan
hambatan ekspresi,
Berikan waktu khususnya bila
yang cukup perawat terlihat
untuk terlalu sibuk atau
komunikasi bekerjalah d
Mengkomunikasikan
masalah dan
memenuhi
kebutuhan kontak
dengan orang lain
Berikan Mempertahankan
komunikasi kontak dengan pola
non- verbal hidup normal dan
melanjutkan
komunikasi
melaluai cara lain
Dorong Memeberikan
komunikasi dorongan dan
terus-menerus harapan untuk masa
dengan dunia depan dengan
luar memikirkan pilihan
arti komunikasi
dan bicara tersedia
dan mungkin
Beri tahu
kehilangan Meningkatkan
bicara penyembuhan pita
sementara suara dan
setelah membatasi potensial
laringektomi disfungsi pita
sebagian dan/ permanen
tergantung Memberikan model
pada peran,
tersedianya alat meningkatkan
bantu suara motivasi untuk
pemecahan masalah
Ingatkan pasien danmempelajari
untuk tidak cara baru untuk
bersuara berkomunikasi
sampai dokter
member izin Kemampuan untu
Atur pertemuan menggunakan pilihan
dengan orang suara dan metode
lain yang suara sangat
mempunyai bervariasi, tergantung
pengalaman pada luasnya prosedur
prosedur ini pembedahan, usia
dengan cepat pasien, status emosi,
Kolaborasi : dan motvasi untuk
kembali kehidup aktif,
waktu rehabilitasi
Konsul dengan dapat memanjang dan
anggota tim memrlukan sejumlah
kesehatan yang agen atau sumber
tepat/ terapi/ agen untuk menyediakan
rehabilitasi atau mendukung
proses belajar.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Lengkap
1. Biodata/data biografi:
Nama : Tn. R
Umur : 35 tahun
Suku/ Bangsa : serawai
Status Perkawinan : kawin
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : petani
Alamat : jln. Kapuas raya, bengkulu
Tanggal Masuk RS : 04 mei 2012
Tanggal Pengkajian : 06 mei 2012
Catatan Kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( )
2. Riwayat kesehatan/keperawatan
1).Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit:
Tn. R (36) dating ke RS dr. M Yunus Bengkulu pada tanggal 4 mei 2012 jam 16.00
wib dengan keluhan batuk, dan rasa nyeri pada tenggorokan, batuk, sesak napas,
kesulitan berbicara dan menelan.
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Berpakaian
Toileting
Mobilisasi dtmpat tidur
Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Pekerjaan : petani
Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga
serumah ( ), keluarga tinggal berjauhan ( )
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan diRS : kelurga memiliki masalah
dengan biaya perawatan diRS dan keluarga yang akan bergantian menjaga pasien
selama dirumah sakit.
4.Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas
dan klien tampak gelisah
TTV :
o TD : 130/90 mmHg
o ND : 120x/i
o S : 37,5
BB : 57 (turun 3 kg dari 60 menjadi 57)
TB : 170
Sistem integumen(kulit) : turgor kulit buruk
Kuku : pucat
Hidung : pernapasan cuping hidung
Mulut : mukosa bibir kering dan pucat
Laring
Inspeksi : takipnea, pernapasan dangkal adanya pembesaran
jaringan , edema laring
Pemeriksaan penunjang
Hasil foto rontgen : menunjukkan pembesaran jarinan pada laring
Pemeriksaan sputum : ditemukan kuman streptococcus beta hemolyticus
Pemeriksaan darah rutin didapatkan:
o Leukosit: 16000/mm3
o Hb : 11 gr/dl
o Trombosit: 265.000/mm3protein total : 5,85 gr/dll.
Analisa data
Nama kilen : Tn. R
Ruang Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnose medic :
DS:
2. klien mengatakan rasa nyeri Adanya lesi pada Kerusakan komunikasi
pada tenggorok tenggorokan. verbal
klien mengatakan adanya
kesulitan menelan
klien mengatakan kesulitan
berbicara
DO:
adanya bakteri
streptococcus beta
hemolyticus
adanya edema pada laring
adanya pembesaran jaringan
pada daerah laring
Menyatakan
kebutuhan dalam
cara yang efektif
Mengidentufikasi
atau
merencanakan Menguatkan
pilihan metode
pendidikan pada
berbiara yang
tepat setelah waktu takut
sembuh
terhadap
pembedahan sudah
berlalu
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3x24
jam diharapkan
gangguan Mandiri:
komunikasi Kaji instruksi/
verbal teratasi
atau diskusikan
praoperasi Adanya masalah
mengapa bicara lain akan
dan bernapas mempengaruhi
terganggu, rencana untuk pian
Kerusakan
gunakan komunikasi
komunikasi
gambaran Pasien memerlukan
verbal
anatomic atau keyakinan bahwa
berhubungan
model untuk perawat waspada
dengan
membantu dan akan berespons
pengangkatan
penjelasan terhadap panggilan.
laring dan
Tentukan apakah Kepercayaan dan
terhadap edema.
pasien harga diri diberikan
mempunyai bila perawat yang
gangguan cukup perhatian
komunikasi untuk hadir pada
lain waktu daripada bila
di panggil pasien
Berikan cara- Dapat menurunkan
cara yang cepat ansietas pasien
dan kntinu tentang ketidak
untuk mampuan untuk
memanggil berbicara
perawat Kemungkinan
pasien untuk
menyatakan
kebutuhan/ masalah
Kehilangan bicara
dan stress
mengganggu
komunikasi dan
mnyebabkan
3
Atur frustasi dan
sebelumnya hambatan ekspresi,
. tanda-tanda khususnya bila
untuk perawat terlihat
mendapatkan terlalu sibuk atau
bantuan cepat
Kandungan
makanan dapat
mengakibatkan
Pertahankan
ketidak toleransiian
selang makan
Kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan Awasi Membantu pasien
dengan kesulitan mengatasi frustasi
masukkan berat
menelan dan keamanan
badan sesuai dalam masalah
indikasi menelan
Meningkatkan
sosialisasi dan
memaksimalkan
kenyamanan pasien
bila kesakitan
Ajarkan pasien makan
menyebabkan malu
makan sendiri
Meningkatkan
pemahaman
belajar Mulai kebutuhan individu
dan pentingnya
nutrisi pada
dengan makan
penyembuhan dan
kecil dan proses penyembuhan
ditingkatkan
sesuai toleransi
Dorong pasien
bila belajar
menelan
Berguna dalam
Kembangkan identifikasi
dan dorong kebutuhan nutri
individu untuk
lingkungan meningkatkan
yang nyaman penyembuhan dan
regenerasi jaringan
untuk makan
Macam-macam jenis
dapat dibuat untuk
tambahan atau
batasan factor
tertentu seperti lemak
Bantu pasien
dan gulaan.
atau orang Indicator penggunaan
nutrisi sesuai fungsi
terdekat
org
mengembangk
an
keseimbangan
nutrisi pada
rencana makan
dirumah
Kolaborasi
Konsul dengan
ahli gizi atau
dukungan tim
nutrisi sesuai
indikasi
Berikan diet
nutrisi
seimbang
Awasi
pemeriksaan
laboraturium
3. 4 implementasi dan evaluasi SOAP
No Hari/tgl Dx kep Implementasi Evaluasi
1. jumat, 6mei Pukul 08. 00 wib Pukul 10. 00 wib
Bersihan jalan
2012 Mandiri: S=
napas tidak efektif Mencatat hasil pengkajian dan Klien mengatakan batuk
berhubungan kefektifan pemberian oksigen,
dan gas darah arteri. berdahak berkurang dan
denganpenumpukan Hasil : gas darah dan oksigen tidak lagi sesak napas
sekret pada saluran efektif.
Mencatat adanya bunyi nafas , Klien mengatakan tidak nyeri
pernapasan misalnya mengi, krekels dan lagi pada daerah
ronki.
Hasil : Bunyi napas mengi. tenggorokan
Memberikan oksigen sesuai O :
kebutuhan pasien melalui oral. klien tampak bergairah,
Hasil : Pasien mau
klien tampak tidak kesulitan
diberikanoksigen melalui oral.
Membantu tindakan untuk bernapas
memperbaiki keefektifan upaya
klien tampak tidak gelisah lagi
batuk.
Hasil : Pasien dapat batuk tidak ada pernapasan cuping
efektif. hidung
Mempertahankan polusi
lingkungan dari debu dan asap Takipnea tidak ada
rokok. pernapasan normal
Hasil : Lingkungan kondusif. Klien tampak tidak lagi
Mengajarkan pasien untuk menahan rasa sakit /nyeri
latihan pernapasan abdomen pada dada.
atau bibir. Klien tidak kesulitan bernapas.
Hasil : Pasien mau latihan Tidak ada pucat
pernapasan abdomen. Tanda tanda vital dalam batas
Mengajarkanpasien untuk normal
melakukan teknik napas dalam. TD: 120/80 mmHg
Hasil : Pasien dapat melakukan ND: 90x/menit
tehnik napas dalam. RR: 20x/menit
Mengukur TTV. S :37 oC
Hasil : A=
TD: 120/80 mmHg Masalah teratasi
ND: 90x/menit Batuk berdahak berkurang,
RR: 20x/menit napas normal, nyeri dada
S :37 oC tidak ada lagi, dan TTV
dalam batas normal.
KOLABORASI P=
Memberikan obat sesuai indikasi Intervensi di hentikan.
yang dianjurkan dokter.
Hasil : Obat efektif.
Melakukan pemasangan
nebuliser ultranik atau
humidifier aerosol ruangan.
Kolaborasi
Mengonsulkan dengan ahli gizi
atau dukungan tim nutrisi
sesuai indikasi.Hasil : Pasien
mendapatkan gizi yang baik
sesuai dengan kebutuhan
tubuhnya.
Memberikan diet nutrisi
seimbang.
Hasil : BB pasien normal.
Mengawasi pemeriksaan
laboraturium.
Hasil : Tidak terjadi kesalahan
dalam pemeriksaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Obstruksi saluran napas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab. Obstruksi
jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran
pernapasan bagian atas. Beberapa gangguan yang merupakan obstruksi pada jalan napas
atas, diantaranya adalah :
A. Obstruksi Nasal
1) Tumor hidung
2) Karsinoma Nasofaring
3) Polip Hidung
B. Obstruksi Laring
1. Sumbatan Total Laring
2. Abses Peritonsial (Quinsy)
Dan Dalam Penatalaksanaannya sangat dibutuhkan keahlian. Misalnya dengan
metode Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat
laring secara total atau benda asing berukuran besar yang terletak dihipofaring. Prinsip
mekanisme perasat Heimlich adalah dengan memberikan tekanan pada paru-paru.
4.2. Saran
Diharapkan mahasiswa paham tentang Obstruksi Saluran napas agar tidak salah dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Diharapkan sebagai mahasiswa mengerti cara mengatasi dari Obstruksi Saluran napas.
DAFTAR PUSTAKA
Poskan Komentar