Anda di halaman 1dari 19

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................1
BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian .....................................................................................................................2
B. Etiologi .........................................................................................................................2
C. Tanda dan Gejala ..........................................................................................................3
D. Klasifikasi/ Stadium ......................................................................................................4
E. Patofisiologi...................................................................................................................4
F. Penatalaksanaan: Medis dan Prinsip Keperawatan .......................................................5
G. Pathways ........................................................................................................................6
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Data Fokus .....................................................................................................................7
B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................................9
C. Perencanaan .................................................................................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................................17
B. Saran ............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................18

1
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya
pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit yang sillent killer
atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah
terserang kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau
membesar.
Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium. Untuk
mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya dilakukan
pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap. Sehingga dengan
ini pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan.
Di Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan laporan program dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas tahun 2010, kasus penyakit
tumor terdapat 7.345 kasus terdiri dari tumor jinak 4.678 (68%) kasus dan tumor ganas 2.667
(42%) kasus, kasus terbanyak ditemukan di Kota Semarang (Dinkes Jateng, 2010).
Kista ovarium memiliki jenis dan klasifikasi yang cukup banyak. Tergantung dari mana
kista itu berasal. Untuk lebih lanjutnya akan penulis bahas pada BAB II Konsep Dasar.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Kista Ovarium
2. Mengetahui etiologi Kista Ovarium
3. Mengetahui tanda dan gejala Kista Ovarium
4. Mengetahui klasifikasi/ stadium Kista Ovarium
5. Mengetahui patofisiologi Kista Ovarium
6. Mengetahui penatalaksanaan baik medis maupun berdasarkan prinsip keperawatan
7. Mengetahui pathway dari Kista Ovarium
8. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada klien Kista Ovarium
2
9. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan klien Kista
Ovarium berdasarkan prioritas masalah
10. Dapat menentukan perencanaan pada klien Kista Ovarium
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana
saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan
atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh sema cam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium ( Agusfarly, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan
dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005).

B. Etiologi
Kista ovarium terb entuk oleh bermacam sebab. Penyebab inil ah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena
pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang
normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini
akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus,
folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang
terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh
jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

3
C. Tanda dan Gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang
tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri
yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin
gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik
(di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila
anda mempunyai kista ovarium :

1. Perut terasa penuh, berat, kembung


2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:

1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba


2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah

D. Klasifikasi/ Stadium
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen
dan progresterone diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium
yang berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional

4
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12
tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone
setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat
pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.

2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang
lain.
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium).
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid.
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis

E. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun
bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.

5
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin
yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan
kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang
disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain
dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,
seperti terlihat dalam sonogram.

F. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip Keperawatan


a. Medis
Pengobatan kista ovari yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau
fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
b. Prinsip Keperawatan
Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah tindakan keperawatan
seperti melakukan asuhan keperawatan yang holistik dan sesuai dengan prioritas
masalah klien. Untuk kasus seperti ini, yang dilakukan perawat adalah melakukan
pengamatan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada klien.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
6
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat,
komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

G. Pathway

7
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Data Fokus
1. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama dan alamat, serta data penanggung jawab

2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri pada daerah
perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-
henti.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri


pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.

c. Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit


menular/keturunan.

d. Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh


terhadap timbulnya kista ovarium.

e. Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan


persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya
suatu kista ovarium.

f. Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi


digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.

4. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah


secara sistematis.

8
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera: ikterik/tidak
2) Konjungtiva: anemis/tidak
3) Mata: simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
5. Data Sosial Ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

6. Data Spritual

Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.

7. Data Psikologis

9
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai penghasil
ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang
ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.

8. Pola kebiasaan Sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Data laboratorium

1) Pemeriksaan Hb

b. Ultrasonografi

1) Untuk mengetahui letak batas kista.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Preoperasi

a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi

b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan

c. PK: perdarahan

2. Post operasi

a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan

c. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

10
C. Perencanaan

Pre Operasi
DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan


injuri biologi keperawatan selama 3x24 jam Pain Management
§ Lakukan pengkajian nyeri secara
diharapkan nyeri pasien berkurang
komprehensif termasuk lokasi,
NOC : karakteristik, durasi, frekuensi,
v Pain Level, kualitas dan faktor presipitasi

v Pain control, § Observasi reaksi nonverbal dari


ketidaknyamanan
v Comfort level
§ Gunakan teknik komunikasi
Kriteria Hasil : terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
v Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu § Kaji kultur yang mempengaruhi
menggunakan tehnik respon nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan) § Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen § Evaluasi bersama pasien dan tim
nyeri kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
v Mampu mengenali nyeri (skala, masa lampau
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri) § Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
v Menyatakan rasa nyaman setelah dukungan
nyeri berkurang
§ Kontrol lingkungan yang dapat
v Tanda vital dalam rentang normal mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

§ Kurangi faktor presipitasi nyeri

§ Pilih dan lakukan penanganan


nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)

11
§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi

§ Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

§ Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

§ Tingkatkan istirahat

§ Kolaborasikan dengan dokter jika


ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :


diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 jam
pembedahan diharapakan cemasi terkontrol Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)
NOC :
· Gunakan pendekatan yang
v Anxiety control menenangkan

v Coping · Nyatakan dengan jelas


harapan terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil :
· Jelaskan semua prosedur dan
v Klien mampu mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala cemas prosedur

v Mengidentifikasi, mengungkapkan
· Temani pasien untuk
dan menunjukkan tehnik untuk memberikan keamanan dan
mengontol cemas mengurangi takut

v Vital sign dalam batas normal · Berikan informasi faktual


mengenai diagnosis, tindakan
v Postur tubuh, ekspresi wajah,
prognosis
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya · Dorong keluarga untuk
kecemasan menemani anak

· Lakukan back / neck rub

· Dengarkan dengan penuh


perhatian

12
· Identifikasi tingkat kecemasan

· Bantu pasien mengenal situasi


yang menimbulkan kecemasan

· Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

· Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi

· Barikan obat untuk


mengurangi kecemasan

3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan · Monitor tanda-tanda


keperawatan selama 3x24 jam perdarahan gastrointestinal
diharapakan pasien menunjukkan
perdarahan dapat diminimalkan · Awasi petheciae, ekimosis,
perdarahan dari suatu tempat

· Monitor vital sign

· Catat perubahan mental

· Hindari aspirin

· Awasi HB dan factor


pembekuan

· Berikan vitamin tambahan dan


pelunan feses

13
Post Operasi

DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan


injuri fisik keperawatan selama 3x24 Pain Management
jam diharapkan nyeri § Lakukan pengkajian nyeri secara
pasien berkurang komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC : kualitas dan faktor presipitasi
v Pain Level, § Observasi reaksi nonverbal dari
v Pain control, ketidaknyamanan

v Comfort level § Gunakan teknik komunikasi


terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien

v Mampu mengontrol nyeri§ Kaji kultur yang mempengaruhi


(tahu penyebab nyeri, respon nyeri
mampu menggunakan
tehnik §
nonfarmakologi Evaluasi pengalaman nyeri masa
untuk mengurangi nyeri, lampau
mencari bantuan) §Evaluasi bersama pasien dan tim
v Melaporkan bahwa nyeri kesehatan lain tentang
berkurang dengan ketidakefektifan kontrol nyeri
menggunakan manajemen masa lampau
nyeri § Bantu pasien dan keluarga untuk
v Mampu mengenali nyeri mencari dan menemukan
(skala, intensitas, frekuensi dukungan
dan tanda nyeri) § Kontrol lingkungan yang dapat
v Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu
setelah nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
v Tanda vital dalam rentang
normal § Kurangi faktor presipitasi nyeri

§ Pilih dan lakukan penanganan


nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)

14
§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi

§ Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

§ Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

§ Tingkatkan istirahat

§ Kolaborasikan dengan dokter jika


ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol


penurunan keperawatan selama 3x 24 infeksi)
pertahanan primer jam diharapakan infeksi
terkontrol · Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
NOC :
· Pertahankan teknik isolasi
v Immune Status
· Batasi pengunjung bila perlu
v Knowledge : Infection
control · Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
v Risk control berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
Kriteria Hasil :
· Gunakan sabun antimikrobia
v Klien bebas dari tanda dan untuk cuci tangan
gejala infeksi
· Cuci tangan setiap sebelum
v Mendeskripsikan proses dan sesudah tindakan kperawtan
penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi
· Gunakan baju, sarung tangan
penularan serta sebagai alat pelindung
penatalaksanaannya,
· Pertahankan lingkungan
v Menunjukkan kemampuan aseptik selama pemasangan alat
untuk mencegah timbulnya
infeksi · Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum

15
v Jumlah leukosit dalam batas
· Gunakan kateter intermiten
normal untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
v Menunjukkan perilaku
hidup sehat · Tingktkan intake nutrisi

· Berikan terapi antibiotik bila


perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)

· Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal

· Monitor hitung granulosit,


WBC

· Monitor kerentanan terhadap


infeksi

· Batasi pengunjung

· Saring pengunjung terhadap


penyakit menular

· Partahankan teknik aspesis


pada pasien yang beresiko

· Pertahankan teknik isolasi k/p

· Berikan perawatan kuliat pada


area epidema

· Inspeksi kulit dan membran


mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase

· Ispeksi kondisi luka / insisi


bedah

· Dorong masukkan nutrisi yang


cukup

· Dorong masukan cairan

16
· Dorong istirahat

· Instruksikan pasien untuk


minum antibiotik sesuai resep

· Ajarkan pasien dan keluarga


tanda dan gejala infeksi

· Ajarkan cara menghindari


infeksi

· Laporkan kecurigaan infeksi

· Laporkan kultur positif

3. Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen


diri b.d imobilitas keperawatan selama 3x24
(nyeri pembedahan) jam diharapakan pasien · Kaji keterbatasan pasien
menunjukkan kebersihan dalam perawatan diri
diri · Berikan kenyamanan pada
pasien dengan membersihkan
NOC :
tubuh pasien (oral,tubuh,genital)
v Kowlwdge : disease process
· Ajarkan kepada pasien
v Kowledge : health Behavior pentingnya menjaga kebersihan
diri
Kriteria Hasil :
· Ajarkan kepada keluarga
v Pasien bebas dari bau pasien dalam menjaga
v Pasien tampak kebersihan pasien
menunjukkan kebersihan

v Pasien nyaman

17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga
seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006).
Kasus kista ovari terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya nyeri pada saat
haid di abdomen suprapubic dengan pemeriksaan penunjang lab yaitu USG untuk memastikan
diagnosa kista ovari. Pemeriksaan dini lebih baik dilakukan apabila ada manifestasi klinis lain.

B. Saran
1. Untuk pasien kista ovari perlu adanya bantuan keluarga dalam melakukan aktivitas
pasca operasi.
2. Untuk pasien kista ovari dianjurkan miring kiri untuk menghindari muntah dan
aspirasi.
3. Untuk pasien kista ovari sebaiknya mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk
mempercepat penyembuhan luka.

18
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

19

Anda mungkin juga menyukai