Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis yang berjudul Keperawatan Anak: Asuhan Keperawatan Anak
dengan Gagal Ginjal Kronis dalam keadaan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak pada semester lima.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bebagai pihak yang
telah mendukung dan memotivasi penulis sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan baik,
yaitu:

DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Umum Penulisan ........................................................................3
1.4 Tujuan Khusus Penulisan........................................................................3

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Medis Gagal Ginjal Kronis pada Anak......................................4
2.2 WOC (Web of Caution)...........................................................................8
2..3 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gagal Ginjal Kronis ..............9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................15
3.2 Saran ......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................16


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit yang muncul pada anak bisa disebabkan oleh beberapa penyebab,
baik karena bawaan sejak lahir (kongenital) yang diturunkan dari orangtua secara genetik
dan akibat oleh malabsorbsi nutrisi selama masa kehamilan ibu, maupun penyakit yang
didapatkan anak karena fungsi imunitasnya masih belum terbentuk sempurna. Salah satu
dari penyakit yang dapat diderita oleh anak adalah penyakit gagal ginjal. Gagal ginjal
pada anak bisa terjadi akibat malfungsi organ ginjal; organ ginjal yang tidak terbentuk
dengan sempurna sehingga kehilangan fungsinya, maupun karena suatu penyakit lain
yang diderita anak yang mengakibatkan menurunnya fungsi organ ginjal anak. Penyebab
penyakit gagal ginjal pada anak tersebut dapat menyebabkan bertambah buruknya
kondisi anak dan bisa berlanjut pada gagal ginjal kronis, sehingga dibutuhkan
penanganan khusus pada anak yang menderita gagal ginjal kronis tersebut.
Masih sulit untuk menentukan secara pasti angka kejadian gagal ginjal
kronis pada anak. Epidemiologi gagal ginjal kronis pada anak berdasarkan satu atau
multisenter sangat tidak sesuai untuk keakuratan analisis demografi karena selalu
dipengaruhi oleh bias (sebagai contoh klien dengan gangguan ginjal derajat kurang berat
kadang- kadang dirawat di senter non nefrologi pediatrik; kelainan yang jarang, berat dan
spesifik cenderung terkumpul di senter tertentu; atau beberapa klien remaja biasa dirujuk
ke bagian nefrologi dewasa). Berdasarkan survey the Nephrology Branch dari Chilean
Pediatric Society tahun 1989 dilaporkan bahwa insiden gagal ginjal kronis sebesar 5,7
per satu juta penduduk dan prevalens nasional sebesar 42,5. Sebanyak 50,7% gagal ginjal
kronis terjadi pada anak laki-laki, 58,6% terjadi pada anak usia> 10 tahun, dan 15%
terjadi pada anak usia < 5 tahun.
Terdapat dua pendekatan teoritis untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal
pada gagal ginjal kronis. Sudut pandang tradisional mengatakan bahwa semua unit
nefron yang telah diserang penyakit namun dalam stadium berbeda-beda, dapat
benarbenar rusak atau berubah strukturnya. Misalnya lesi organik pada medula akan
merusak susunan anatomik ansa henle dan vasa recta, atau pompa klorida pada pars
asendens ansa henle akan mengganggu proses aliran balik pemekatan. Pendekatan kedua,
yang diterima sekarang, dikenal dengan nama Hipotesis Bricer atau hipotesis nefron
utuh, yaitu bahwa bila nefron terserang pernyakit, maka seluruh unitnya akan hancur,
namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Hal ini menerangkan pola
adaptasi fungsional ginjal ber upa kemampuan mempertahankan homeostasis dengan
cara sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya melaksanakan seluruh
beban kerja ginjal. Lebih kurang 1 juta nefron terdapat pada masing-masing ginjal dan
semuanya berkontribusi terhadap laju filtrasi glomerulus. Tanpa memandang penyebab
kerusakan ginjal, nefron-nefron, ginjal pada awalnya mampu mempertahankan laju
filtrasi glomerulus dengan cara hiperfiltrasi dan hipertrofi kompensatori dari
nefronnefron yang masih sehat. Kemampuan adaptasi ini terus berlangsung sampai ginjal
mengalami kelelahan dan akan tampak peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam
plasma. Peningkatan kadar kreatinin plasma dari nilai dasar 0,6 mg/dl menjadi 1,2 mg/dl,
meskipun masih dalam rentang normal, sebetulnya hal ini merepresentasikanadanya
penurunan fungsi ginjal sebesar 50%.
Identifikasi faktor-faktor yang berkorelasi dengan tingkat progresifitas menuju
gagal ginjal kronik serta tindakan asuhan keperawatan yang mendukung dapat
bermanfaat dalam penanganan anak dengangagal ginjal kronik yang ditujukan untuk
mempertahankan kemampuan fungsional nefron yang tersisa selama mungkin serta
memacu pertumbuhan fisik yang maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada karya tulis ini
adalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis pada anak?
1.2.2 Apa penyebab dari gagal ginjal kronis pada anak?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronis pada anak?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis yang timbul pada gagal ginjal kronis pada anak?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan pada gagal ginjal kronis pada anak?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan gagal ginjal
kronis?

1.3

Tujuan Umum Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan umum penulisan
dalam karya tulis ini adalah untuk mengetahui konsep medis dan asuhan keperawatan dari
penyakit gagal ginjal kronis pada anak.
1.4 Tujuan Khusus Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujua umum penulisanm maka tujuan
khusus pada karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Untuk mengetahui definisi dari gagal ginjal kronis pada anak.
1.4.2 Untuk mengetahui penyebab dari gagal ginjal kronis pada anak.
1.4.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari gagal gnjal kronis pada anak.
1.4.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan gagal
ginjal kronis.

1.4.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gagal ginjal kronis pada anak.
1.4.6 Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan
gagal ginjal kronis.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Medis Gagal Ginjal Kronis pada Anak
2.1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis pada Anak
Gagal ginjal kronis adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus menerus (Corwin, 2001). Menurut Stein (2001) gagal ginjal kronis
didefinisikan sebagai kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan tidak
reversible yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit. Penyakit yang
mendasari sering sulit dikenali bila gagal ginjal telah parah, gagal ginjal ronik
yaitu penurunan fungsi ginjal sehingga kadar kreatinin serum lebih dari 2 atau 3
kali nilai normal untuk anak dengan jenis kelamin dan usia yang sama, atau bila
laju filtrasi glomerulus, 30 ml/menit/1,73 m2 sekurang-kurangnya selam 3 bulan
(Hanif, 2007).

2.1.2 Etiologi Gagal Ginjal Kronis pada Anak


Etiologi gagal ginjal kronis pada masa kanak-kanak berkorelasi erat
dengan umur penderita pada saat pertama kali gagal ginjal tersebut terdeteksi.
Gagal ginjal kronis dibawah 5 tahun biasanya akibat kelainan anatomis
(hipoplasdia, displadia, obstruksi dan malformasi), sedangkan setelah usia 5
tahun yang dominan adalah penyakit glomerulus didapat (glumerolusnefritis,
sindrom hemolitik uremik, atau gangguan herediter (sindrom alport, penyakit
kistik). Menurut Stein (2001), penyebab gagal ginjal yang sering temui pada
anak-anak antara lain: penyakit glomerulonefritis, penyakit glomerulus yang
disertai dengan penyakit sistemik, penyakit tubulointerstisial, penyakit
renovaskuler, penyakit tromboembolik, sumbatan saluran kemih, nefrosklerosis
hipertensif, nefropati dibetes, penyakit polikistik dan penyakit bawaan lain.

2.1.3 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis pada Anak


Menurut Wong (2004), gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap
akhir (end stage renal disease/ESRD) terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu
mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam batas normal di bawah
kondisi normal. Akumulasi berbagai subtansi biokimia dalam darah yang terjadi
karena penurunan fungsi ginjal yang menimbulkan komplikasi seperti berikut
(Wong, 2004).
a. Retensi produk sisa, khususnya nitrogen urea dah dan kreatinin
b. Retensi air dan natrium yang berperan pda edema dan kongesti vaskuler
c. Hiperkalemia dari kadar bahaya
d. Asidosis metabolik bersifat terus menerus karena retensi ion hidrogen dan
kehilangan bikarbonat terjadi terus menerus
e. Gangguan kalium dan fosfor yang mengakibatkan perubahan metabolism
tulang, yang pada gilirannya menyebabkan berhentinya pertumbuhan atau
retadasi, nyri tulang dan deformitas yang diketahui sebagai osteodistrofi
renal
f. Anemia yang disebabkan oleh disfungsi hematologis, kerusakan produksi sel
darah merah, pemendekan umur sel darah merah yang berhubungan dengan
penurunan produksi eritropeitin, pemanjangan masa pendarahan dan anemia
nutrisional
g. Gangguan pertumbuhan, kemungkinan disebabkan oleh suatu faktor seperti
nutrisi buruk, anoreksia, osteodostrofi renal dan abnormalitas biokimia
Tanpa memandang kerusakan ginjal, bila tingkat kemunduran fungsi
ginjal mencapai kritis, penjelasan sampai gagal ginjal stadium akhir mencapai
kritis, penjelekan sampai gagal ginjal stadium akhir tidak dapat dihindari.
Mekanisme yang tepat mengakibatkan kemunduran fungsi secara progresif belum
jelas, tetapi faktor yang dapat memainkan peran penting mencakup cedera
imunologi yang terus-menerus; hiperfiltrasi yang ditangani secara hemodinamik
di dalam mempertahankan kehidupan glomerulus; masukan diet protein dan
fosfor; proteinuria yang terus menurus; hipertensi sitemik.
Endapan kompleks imun atau antibodi anti-membran basalis
glomerulus akhir, tidak tergantung mekanisme yang memulai cedera pada ginjal.
Bila nefron hilang karena alasan apaun, nefron sisanya mengalami hipertrofi
struktural dan fungsional yang ditengahi, setidak-tidaknya sebagian, oleh
peningkatan aliran darah glomerulus. Mekanisme yang berpotensi menimbulkan
kerusakan adalah pengaruh langsung peningkatan tekanan hidrostatik pada
intefritas dinding kapiler, hasilnya mengakibatkan keluarnya protein melewati
dinding kapiler atau keduanya.
Diet tinggi protein mempercepat perkembangan gagal ginjal,
sebaliknya diet rendah protein mengurangi kecepatan kemunduran fungsi. Serta diet
fosfor melindungi fungsi ginjal pada insufisiensi ginjal kronis.
Proteinuria menetap atau hipertensi sistemik karena sebab apapun
dapat merusak dinding kapiler glomerulus secara langsng, mengakibatkan
sklerosis golmerulus dan permulaan cedera darah hiperfiltrasi. Ketika fungsi
ginjal mulai mundur, mekanisme kompensator berkembang pada nefron sisanya
dan mempertahankan lingkungan internal yang normal.
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi
kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronis. Jika angka
filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai
gagal. Hal ini mnimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan
bahan utama yang ditangani ginjal. Ketidakseimbangan ginjal untuk memekatkan
urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolic
terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia.
2.1.4 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis pada Anak
Menurut STIKIM (2009) manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
anak dengan gagal ginjal kronis antara lain sebagai berikut.
a. Edema, oliguria, hipertensi, gagal jantung kongesti
b. Poliuria, dehidrasi
c. Hiperkalemia
d. Hipernatremia
e. Anemia
f. Gangguan fungsi trombosit
g. Apatis, letargi
h. Anoreksia
i. Asidosis
j. Gatal-gatal
k. Kejang, koma
l. Disfungsi pertumbuhan
2.1.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis pada Anak
Manajemen anak yang mengalami gagal ginjal kronis memerlukan
pemantuan keadaan klinis penderita secara ketat. Secara optimal, penderita harus
ditangani oleh pusat medis yang mampu menyediakan pelayanan medis,
perawatan, sosial dan dukungan nutrisi ketika keadaan penderita memburuk
menjadi gagal ginjal stadium akhir. Berikut adalah beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menangani gagal ginjal kronis pada anak.
a. Diet pada gagal ginjal kronis. Makanan kalori yang optimal pada insufiensi
gagal ginjal belum diketahui, tetapi upaya yang harus dilakukan untuk
memenuhi atau melampaui kalori harian yang sesuai umur penderita.
Pemberian vitamin, serta pemberian zat besi bila ada anemia.
b. Manajemen air dan elektrolit pada gagal ginjal kronis. Sampai
perkembangan pada gagal ginjal stadium akhir memerlukan dialysis.
Pembatasan air jarang diperlukan pada anak dengan insufiensi ginjal,
karena kebutuhan air diatur oleh pusat haus di otak.
c. Asidosis pada gagal ginjal kronis. Asidosis berkembang pada hamper
semua anak yang mengalami insufisiensi ginjal dan tidak perlu diobati
kalau bikarbonat serum turun dibawah 20 mEq/L. Bicitra atau tablet
natrium bikarbonat dapat digunakan untuk menaikkan bikarbonat serum
didalam darah.
d. Hipertensi pada gagal ginjal kronis. Keadaan gawat darurat pada hipertensi
harus diobati dengan nifedipene oral atau pemberian intarvena dari
diazoksid. Penanganan hipertensi yang sulit dapat dilakukan dengan
pembatasan garam. Obat kaptopril dapat menimbulkan hiperkalemia.
e. Dosis obat pada gagal ginjal kronis: karena banyak obat yang diekresikan
oleh ginjal, pemberiannya pada penderita dengan insufisiensi ginjal harus
diubah untuk memaksimalkan efektifitas dan meminimalkan resiko
toksisitas.
2.2 WOC (Web of Caution)

Cedera Konsumsi Protein Proteinuria Hipertensi


imunologi terus Hiperfiltrasi dan Fosfor berlebih sering terjadi sistemik

Dinding kapiler
Endapan kompelks Peningkatan Terjadi timbunan glomerulus
imun & antibody di tekanan hidrostatik di glomerulus rusak
glomerulus pd infiltrasi

Sklerosis glomerulus
Merusak fungsi
dan cedera darah
glomerulus
Cedera pada Protein dpt hiperfiltrasi
ginjal keluar dr filtrasi

Cedera pada
ginjal Fungsi ginjal
mulai mundur

Fungsi filtrasi
glomerulus turun
5-20 ml/menit

Masalah pengaturan
biokimia dlm ginjal

Ketidakseimbangan Sekresi kalium Reabsorbsi bikarbonat


memekatkan urine turun & produksi ammonia
terganggu

Hiperkalemia
Asidosis
Metabolik
2.3 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gagal Ginjal Kronis
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, fokus pengkajian
pada anak dengan gagal ginjal adalah :
a. Pengkajian awal
1) Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada pengukuran
parameter pertumbuhan.
2) Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi ginjal, perilaku
makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.
3) Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik.
b. Pengkajian terus menerus
1) Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru atau peningkatan gejala.
2) Lakukan pengkajian fisik dengan sering, dengan perhatian khusus pada
tekanan darah, tanda edema, atau disfungsi neurologis 3) Kaji respons
psikologis pada penyakit dan terapinya.
4) Bantu pada prosedur diagnostik dan pengujian (urinalisis, hitung darah lengkap,
kimia darah, biopsi ginjal).
c. Biodata
70 % kasus GGA terjadi pada bayi di bawah 1 tahun pada minggu pertama
kahidupannya.
d. Riwayat penyakit sekarang
Urine klien kurang dari biasanya kemudian wajah klien bengkak dan klien muntah.
e. Riwayat penyakit dahulu
1) Diare hingga terjadi dehidrasi
2) Glomerulonefritis akut pasca streptokokus
3) Penyakit infeksi pada saluran kemih yang penyembuhannya tidak adekuat
sehingga menimbulkan obstruksi.
f. Activity Daily Life
1) Nutrisi: Nafsu makan menurun (anorexia), muntah

2) Eliminasi: Jumlah urine berkurang sampai 10–30 ml sehari (oliguri)


3) Aktivitas: Klien mengalami kelemahan
4) Istirahat tidur: Kesadaran menurun
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum:
BB meningkat, TD dapat normal, meningkat atau berkurang tergantung
penyebab primer gagal ginjal.
2) Pemeriksaan Fisik:
a) Keadaan Umum: malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk, koma.
b) Kepala: Edema periorbital
c) Dada: Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas tambahan.
d) Abdomen: Terdapat distensi abdomen karena asites.
e) Kulit: Pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut
tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering
bersisik.
f) Mulut: Lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan perdarahan
pada mulut
g) Mata: Mata merah.
h) Kardiovaskuler: Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, pericarditis,
pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena jugularis, friction rub
perikardial.
i) Respiratori: Hiperventilasi, asidosis, edema paru, efusi pleura, krekels,
napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan liat.
j) Gastrointestinal: Anoreksia, nausea, gastritis, konstipasi/ diare, vomitus,
perdarahan saluran pencernaan.
k) Muskuloskeletal: Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang, foot
drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D, gout.
l) Genitourinari: amenore, atropi testis, penurunan libido, impotensi,
infertilitas, nokturia, poliuri, oliguri, haus, proteinuria,
m) Neurologi: Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
n) Hematologi: Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami
perdarahan.
2.3.2

Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi cedera sekunder berhubungan dengan akumulasi elektrolit dan
produk sisa.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagalnya mekanisme
regulasi ginjal.
c. Perubahan nutrisi berhubungan dengan pembatasan diet.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, kerusakan
pertumbuhan dan persepsi tentang menjadi “berbeda”.
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita
penyakit kronis.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1: Resiko tinggi cedera sekunder berhubungan dengan
akumulasi elektrolit dan produk sisa.

Tujuan: klien mempertahankan kadar elektrolit mendekati – normal.


Hasil yang diharapkan:
Anak tidak menunjukkan bukti akumulasi produk sisa.

Intervensi Keperawatan:
1) Bantu pada dialysis
Rasional: untuk mempertahankan fungsi ekskretori.

2) Berikan Kayexalate sesuai ketentuan


Rasional: menurunkan kadar kalium serum.

3) Berikan diet rendah protein, kalium, natrium, dan fosfor.


Rasional: menurunkan kebutuhan ekskretori pada ginjal.

4) Observasi adanya bukti produk sisa yang


terakumulasi,
hiperkalemia, hiperfosfatemia, uremia
Rasional: untuk menjamin pengobatan yang segera.
b.
Diagnosa Keperawatan 2: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gagalnya mekanisme regulasi ginjal.
Tujuan 1: klien mempertahankan volume cairan yang tepat.

Hasil yang diharapkan:


Anak tidak menunujukkan bukti-bukti atau komplikasi cairan yang terakumulasi
di antara waktu dialisis.

Intervensi Keperawatan:

1) Bantu dengan dialysis


Rasional: mempertahankan fungsi ekskretori.

2) Pantau kemajuan
Rasional: mengkaji keadekuatan terapi dan mendeteksi
kemungkinan komplikasi.

Tujuan 2: klien mempertahankan volume cairan yang tepat melalui pengaturan


masukan cairan.
Hasil yang diharapkan:
Anak tidak menunjukkan bukti-bukti penambahan cairan.

Intervensi Keperawatan:
1) Berikan cairan oral sesuai kebutuhan.
Rasional: mencegah terjadinya kelebihan cairan berulang

2) Melakukan strategi pemberian cairan


Rasional: mencegah masukan yang tidak diinginkan.

3) Tinjau ulang pembatasan cairan setiap hari dengan orang tua dan anak
Rasional: mendorong kerja sama dalam melakukan intervensi

4) Anjurkan cara untuk membagi volume cairan total ke dalam jumlah kecil
untuk diberikan selama sehari penuh.
Rasional: orang tua mengerti pentingnya memenuhi kebutuhan cairan
secara tepat pada anaknya
5) Mempertahankan kelembaban mulut dengan cara-cara lain, seperti
permen keras, es batu, sprei embun lembut dari air dingin Rasional:
untuk mencegah perasaan kering.
c.

Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan nutrisi berhubungan dengan pembatasan


diet.
Tujuan: klien mengkonsumsi diet yang tepat

Hasil yang diharapkan: kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Intervensi Keperawatan:

1) Berikan instruksi diet untuk makanan yang menurunkan kebutuhan


ekskretorius pada ginjal dan berikan kalori yang cukup serta protein
Rasional: kalori dan protein berfungsi untuk pertumbuhan klien

2) Batasi protein, fosfor, garam, dan kalium sesuai ketentuan.


Rasional: natrium dapat menyebabkan retensi cairan

3) Dorong makanan tinggi kalsium


Rasional: untuk mencegah demineralisasi tulang.

4) Anjurkan makanan yang kaya asam folat dan besi


Rasional: mencegah anemia, karena anemia adalah komplikasi dari gagal
ginjal kronis.

5) Atur pertemuan ahli diet ginjal dengan keluarga untuk membahas makanan
yang diijinkan dan membantu dalam perencanaan diet Rasional: keluarga
memahami kebutuhan diet anak.

6) Bantu klien hemodialisis dalam mengisi permintaan menu makanan


rasional: makanan untuk dimakan pada saat dialisis
d. Diagnosa Keperawatan 4: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
kronis, kerusakan pertumbuhan dan persepsi tentang menjadi “berbeda”.
Tujuan: klien mengembangkan harga diri positif dan memahami
penyakit.

Hasil yang diharapkan:


1) Anak menunjukkan pemahaman tentang gagal ginjal kronis dan mematuhi
terapi.
2) Anak menunjukkan tanda-tanda harga diri positif.
Intervensi Keperawatan:

1) Berikan pendidikan tentang gagal ginjal kronis. Termasuk


penatalaksanaan, pengobatan, dan hasil jangka panjang.
Rasional: informasi yang akurat dapat menungkatkan pemahaman pasien
tentang penyakit yang diderita

2) Dorong kemandirian anak dalam perawatan dan penatalaksanaan


gagal ginjal kronis
Rasional: kemandirian membantu anak mengembangkan harga diri positif.

3) Ijinkan anak untuk berpartisipasi dalam prosedur dialisis.


Rasional: anak kooperatif saat dilakukan dialisis

4) Ijinkan anak untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan bila


tepat.
Rasional: anak merasa dihargai

5) Tingkatkan harga diri pada anak gagal ginjal kronis.


Rasional: anak menjadi percaya diri dan tidak minder

6) Atur kelompok pendukung klien atau berikan konseling sesuai kebutuhan


Rasional: dkungan akan membuat pasien memiliki penguatan yang positif

7) Berikan penguatan positif selama prosedur dialisis dan kunjungan tindak


lanjut
Rasional: pasien memiliki harapan tinggi untuk sembuh
e. Diagnosa Keperawatan 5: Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak
yang menderita penyakit kronis.
Tujuan: klien (keluarga) menunjukkan perilaku koping yang positif .

Intervensi Keperawatan:

1) Bantu orang tua dalam perencanaan diet dan dukung upaya mereka
untuk menyesuaikan diet, memenuhi kebutuhan semua anggota
keluarga.
Rasional: dukungan dapat membuat keluarga lebih bersemangat dalam
melakukan tindakan yang dianjurkan
2) Berikan bimbingan antisipasi yang berhubungan dengan
kemungkinan dan kejadian yang diperkirakan, seperti gejala, diet, dan
efek obat-obatan.
Rasional: keluarga maupun pasien tidak kaget jika terjadi sesuatu
BAB 3
PENUTUP

3.1

Simpulan
Dari pembahasan yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif yang irreverible. Penyebab
dari gagal ginjal kronis pada anak dubedakan menjadi dua, yaitu terjadi pada anak dengan
usia kurang dari 5 tahun yang disebabkan oleh kelainan anatomis dari organ ginjal anak,
dan pada anak dengan usia lebih dari 5 tahun yang disebabkan oleh adanya penyakit pada
ginjal yang menyebabkan fungsi organ tersebut menurun dan rusak. Gagal ginjal kronis
pada anak terjadi bila ginjal yang sakit tidak mampu mempertahankan komposisi
kimiawi cairan tubuh dalam batas normal dibawah kondisi normal. Manifestasi klinis
yang muncul pada anak dengan gagal ginjal kronis diantaranya adalah: edema, oliguria,
hipertensi, gagal jantung kongesti, poliuria, dehidrasi, hiperkalemia, hipernatremia,
anemia, gangguan fungsi trombosit, apatis, letargi, anoreksia, asidosis, gatal-gatal,
kejang, koma, dan disfungsi pertumbuhan. Penatalaksanaan dari gagal ginjal kronis pada
anak adalah dengan memperhatikan kalori pada makanan anak dan membatasi asupan
cairan dan elektrolit anak.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus gagal ginjal kronis pada anak
adalah: (1) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan akumulasi elektrolit dan produk
sisa, (2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gagalnya mekanisme regulasi
ginjal, (3) Perubahan nutrisi berhubungan dengan pembatasan diet, (4) Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, kerusakan pertumbuhan dan persepsi
tentang menjadi “berbeda”, dan (5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak
yang menderita penyakit kronis.
3.2 Saran
Kepada mahasiswa yang menekuni bidang kesehatan terutaa bidang keperawatan, agar
untuk terus menggiatkan semangat belajar diri, agar nantinya dapat menjadi tenaga
kesehatan yang profesional yang memiliki kompetensi yang baik dalam bidangnya,
sehingga nantinya dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
tepat, baik penanganan secara fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Alpers, Ann, alih bahasa: A. Samik Wahab, Sugiarto. 2006. Buku Ajar Pediatri. Jakarta:
EGC.

Behrman, Robert M. Kliegman, dan Ann M. Narvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Volume 3. Jakarta: EGC.

Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi(terjemahan). Cetakan 1. Jakarta: Penerbit


BukuKedokteran EGC

Hanif. 2007. Gagal ginjal Kronis. http://hanif.web.ugm.ac.id/gagal-ginjal-Kronis/. Diunduh


tanggal 10 Oktober 2014.

Hatake, Kapevi. 2013.”Askep Gagal Ginjal (GGA/GAGAL GINJAL KRONIS) pada Anak”
http://macrofag.blogspot.com/2013/ 02/askep-gagal-ginjal-ggagagal ginjal
kronispada-anak.html. Diakses pada 20 Oktober 2014.

Sekarwana, Nanan. 2004. “Gagal Ginjal Kronik pada Anak” dalam Sari Pediatri Vol. 6, No.1
(Supplement) Juni 2004; 68-84

Stein, J.H. 2001 Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: ECG.

Wong, Donna L, alih bahasa: Monica ester. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.
Jakarta: EGC.

_____________. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik (terjemahan). Edisi 4. Jakarta:


ECG.

Anda mungkin juga menyukai