LAPORAN KASUS
Nama : Tn. K
Umur : 54 tahun
1.2 ANAMNESA :
Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan nyeri perut bagian atas dan
bawah hilang timbul ± 1 bulan. Perut terasa sebah,
badan lemas, nafsu makan menurun. Mual (+),
Muntah (+) Susah BAB ± 1 minggu. Sering minum
jamu, HD regular.
Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi (-) Diabetes Melitus (-) Asma (-)
Alergi Obat (-) Cuci darah 1 kali ± 2 minggu yang
lalu, sering minum jamu.
1
1.3 PEMERIKSAAN FISIK :
GCS : 456
TTV :
Nadi : 85 x/menit
Suhu : 37 oC
Kepala / leher :
Rambut : normal
Thorax :
2
Perkusi : sonor kedua lapang paru.
midclavicula sinistra.
Abdomen :
Perkusi : timpani
Ekstremitas :
3
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hb 11.4 L : 13-17g%,
P : 11,4-15,19 g%
Leukosit 6.500 4.500 – 11.000
PCV 34 L : 40-50%
P : 37-47%
Thrombosit 241.000 150.000 – 350.000 µL
MCV 85 80 – 94
MCH 29 26 – 33
MCHC 34 32 – 36
FAAL GINJAL
BUN 78.7 HN 4.8-23
SERUM CREATININ 15.10 HN 0.7-1.2
SERUM ELEKTROLIT
NATRIUM 139 HN 135-145
KALIUM 4.1 3.5-5.5
CHLORIDA 102 98-108
4
Problem List Initial
Planning
TPL PPL Assessment
Ny. K (54 th) Pdx:
Anamnesa: Cek DL
- Nyeri perut bagian - Sering minum jamu Cek UL
atas dan bawah ± 1 - HD reguler Test Fungsi Ginjal
bulan, hilang timbul. - PCV 34 PGK V
Pemeriksaan Fisik:
- a/i/c/d : -/-/-/-
- Tensi 214/95 mmHg
- Suhu 37 oC
- Nadi 85x/menit
- Nyeri perut ± 1 Inj. Pantoprazole 2x1
Pemeriksaan Penunjang: bulan yang lalu, Inj. Tomit 3x1
- PCV 34 Vomiting
hilang timbul Inj. Ranitidin 2x1
- GDA 208 - Perut terasa sebah Inj. Ondasentron 3 x1
- BUN 78.7 - Nafsu makan Sukralfat 3x C.I
- Serum Creatinin 15.10 menurun
- Badan lemas
- Mual (+)
- Muntah (+)
5
Konstipasi
- Susah BAB ± 1 Fleet enema 1x1
minggu
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang tidak diperlukan oleh tubuh dan juga mensekresi air yang berlebihan
dalam darah. Ginjal memproses hampir 200 liter darah setiap hari dan
menghasilkan kurang lebih 2 liter urin. Bahan buangan adalah hasil daripada
jaringan tubuh, dan lain-lain. Ginjal juga memainkan peran yang penting
garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah, serta sekresi bahan
secara perlahan tapi pasti, yang dapat mencapai 60 % dari kondisi normal
disebut dengan penyakit ginjal kronik. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau
penyakit ginjal tahap akhir (ESRD) adalah gangguan fungsi ginjal yang
gagal, menyebabkan uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain
8
obat)
Penyakit kistik (ginjal polikistik)
Penyakit ginjal transplantasi Rejeksi kronik, keracunan obat
(siklosporin/takrolimus)
Penyakit reccurent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
9
2.3 Etiologi Penyakit Ginjal Kronis
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) pada tahun 2000
menyebutkan beberapa etiologi penyebab PGK, antara lain:
Tabel 3. Penyebab utama PGK di Amerika Serikat
Penyebab Insiden
Diabetes mellitus 44%
Tipe 1 (7%)
Tipe 2 (37%)
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah 27%
besar
Glomerulonefritis 10%
Nefritis intersisialis 4%
Kista dan penyakit bawaan lain 3%
Penyakit sistemik (misal, lupus dan 2%
vaskulitis)
Neoplasma 2%
Tidak diketahui 4%
Penyakit lain 4%
10
2.4 Patofisiologi Penyakit Ginjal Kronis
Patofisiologi PGK melibatkan mekanisme awal yang spesifik, yang terkait
kompensasi maka nefron yang masih baik akan mengalami hiperfiltrasi oleh
terjadi hipertrofi.
Hipertrofi struktural dan fungsional dari sisa nefron yang masih baik
12
antara lain anemia, peningkatan darah, gangguan metabolisme fosfor dan
kalsium, pruritus, mual, dan muntah.
Pasien juga dapat terjangkit penyakit infeksi pada saluran kemih,
saluran pernafasan, dan saluran pencernaan, selain itu pasien menderita
hipovolemia atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara
lain dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi komplikasi lebih
serius dan pasien sudah memerlukan terapi penggantian ginjal antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal.
2.6 Gambaran Laboratorium
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi penyakit yang
mendasarinya; penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum (Nilai
normal: 20-35) dan kreatinin serum (< 1,20 mg/dL). Kadar serum kreatinin
saja tidak dapat menggambarkan fungsi ginjal; kelainan biokimiawi darah
meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper
atau hypokalemia, hyponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia,
hipokalsemia, asidosis metabolik; kelainan urinalisis meliputi proteinuria,
hematuria, leukosuria, isotenuria.
2.7 Gambaran Radiologi
Gambaran batu penyakit ginjal kronis meliputi foto plos abdomen, bisa
didapatkan gambaran radio-opak, pada pielografi intravena jarang dikerjakan,
karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus, disamping kontras
yang bersifat toksik oleh terhadap ginjal. Ultrasonografi ginjal dapat
memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis,
hodrpnefrosis atau batu ginjal, kista, massa, dan kalsifikasi.
14
Sedangkan terapi untuk PGK meliputi:
a) Terapi dislipidemi
Dislipidemi merupakan faktor risiko primer penyakit kardiovaskular
dan komplikasi penyakit ginjal progresif karena dapat menyebabkan
aterosklerosis difus dan iskemi renal. Abnormalitas lipid pada PGK paling
sering adalah peningkatan trigliserida, low density lipoprotein (LDL) yang
diakibatkan gangguan klirens. Rekomendasi dari KDOQI bertujuan
mengurangi kadar kolsterol < 100 mg/dL dan trigliserid < 200 mg/dL.
Atorvastatin dan kolestiramin efektif dan aman digunakan pada anak.
b) Terapi Hipertensi
Hipertensi menyebabkan kerusakan langsung pembuluh darah
nefron sehingga ginjal kehilangan kemampuan otoregulasi tekanan dan
laju filtrasi glomerulus dengan hasil akhir hiperfiltrasi yang bermanifestasi
sebagai albuminuri. Target tekanan darah pada anak dengan PGK adalah
dibawah persentil 90 sesuai usia dan jenis kelamin. Angiotensin
converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin receptor blocker
(ARB) lebih efektif dibandingkan antihipertensi lain dalam mencegah
progresifitas kerusakan ginjal karena obat-obatan tersebut menurunkan
tekanan intraglomerular dan proteinuri melalui efek langsung terhadap
tekanan darah sistemik dan sirkulasi glomerulus.
15
c) Terapi anemia
Anemia pada penyakit ginjal kronis teradi akibat produksi
eritropoietin yang menurun dan massa sel tubular renal yang berkurang.
Kompensasi jantung terhadap anemia menyebabkan hipertrofi ventrikel
dan kardiomiopati sehinga meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung
atau penyakit jantung iskemik. Rekomendasi KDOQI menyebutkan target
hemoglobin 11 hingga 12 g/dL pada penderita PGK, dan penderita dengan
kadar feritin serum < 100 ng/mL harus mendapat suplementasi besi.
Recombinant human erythropoietin (rHuEPO) dengan dosis 50-150
mg/kgBB/hari subkutan digunakan untuk anemia akibat PGK.
d) Terapi osteodistrofi
Anak dengan PGK mengalami penurunan kadar kalsitriol serum
(1,25 dihidroksi vitamin D) dan peningkatan kadar hormon paratiroid
(PTH) serum sehingga KDOQI menganjurkan pemeriksaan kadar kalsium
dan fosfat setiap bulan dan kadar PTH minimal setiap 3 bulan.Pasien
dengan kadar PTH tinggi (> 300 pg/mL) dapat diberikan vitamin D aktif
(Rocatrol) 0.01-0.05 µg/kgBB/hari untuk mensupresi sekresi PTH serta
harus membatasi asupan fosfat dari diet.
e) Hormon pertumbuhan
Gangguan hypothalamic-pituitary-growth hormone axis
berkontribusi terhadap resistensi hormon pertumbuhan pada kadaan
uremia. Menurut KDOQI, recombinant human growth factor (rHuGH)
0.05 µg/kgBB/hari subkutan dapat dipertimbangkan apabila tinggi anak
untuk usia kronologis < 2 standar deviasi dan anak dengan growth velocity
< 2 SD.
f) Diet
Diet memegang peranan penting pada anak PGK karena penderita
rentan terhadap malnutrisi dan hipoalbuminemi. Tantangan bagi dokter
anak dan ahli gizi adalah untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal.
16
Kebutuhan energi harus memenuhi recommended dietary allowance
(RDA) untuk anak normal dengan tinggi sesuai. Jika terdapat malnutrisi,
asupan kalori dapat ditingkatkan untuk memperbaiki penambahan berat
badan dan pertumbuhan linier. Asupan kalori harus cukup untuk
meningkatkan efisiensi protein (protein-sparing effect) dan mencegah
pasien dari proses katabolik. Diet restriksi protein hingga kini masih
menjadi perdebatan. Analisis Cochrane menyimpulkan bahwa restriksi
protein dapat mengurangi proteinuri pada nefropati diabetes. Sedangkan
rekomendasi KDOQI menganjurkan asupan protein 0.8 hingga 1
g/kgBB/hari dan asupan kalori sebesar 30-35 kcal/kgBB/hari pada anak
PGK. Pada PGK stadium 1-4, asupan natrium dibatasi 2000 mg/hari,
kalsium 1200 mg/hari, dan kalium serta fosfat dinilai berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pada PGK stadium 5 asupan kalium, fosfat,
kalsium, natrium dan cairan perlu dibatasi.
2.10 Pencegahan
Dokter anak berperan dalam skrining pasien anak dengan risiko tinggi,
mencegah kerusakan ginjal, dan merubah perjalanan penyakit PGK dengan
melakukan terapi awal dan pengawasan progresifitas penyakit. Pencegahan ini
memiliki 3 aspek penting yaitu pencegahan:
18
BAB III
RESUME
19
DAFTAR PUSTAKA
Fogo AB, Kon V. Chronic renal failure. Dalam: Avner WD, Harmon FE.
Pediatric
Nephrology. Edisi ke-5. Lippincott Williams and Wilkins. 2004; hal 1645-70.
Pranay, K., Stoppler, M.C. (ed), 2010. Chronic Kidney Disease. Available
from:http://www.emedicinehealth.com/chronic_kidney_disease/page18_e
m.htm#Authors%20and%20Editors
Smeltzer, S.C., dan Bare B.G., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC.
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
United States Renal Data System., 2016., PGK In General Population.
https://www.usrds.org/2016/view/v1_01.aspx tgl 21-11-2016 pukul 19.25
WIB
Vijayakumar M, Namalwar R, Prahlad N. Prevention of chronic kidney disease in
children. Ind J of Nephrol. 2007;17:47-52.
Arora, P., Varelli, M, 2010. Chronic Renal Failure. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview
20
Brück, Katharina., Stel, Vianda S., Gambaro, Giovanni., Hallan, Stein., Volzke,
Henry., Arnlov, Johan., Kastarinen, Mika., Idris, Guessous., Jose , Vinhas.,
Bénédicte, Stengel, Hermann, Brenner., Jerzy, Chudek., Solfrid,
Romundstad., Charles, Tomson., Alfonso, Otero Gonzalez., Aminu, K.
Bello., Jean, Ferrieres., Luigi, Palmieri., Gemma, Browne., Vincenzo,
Capuano., Wim, Van Biesen., Carmine, Zoccali., Ron, Gansevoort.,
Gerjan, Navis., Dietrich, Rothenbacher., Pietro, Manuel Ferraro., Dorothea
, Nitsch., Christoph, Wanner., Kitty, J. Jager., 2015., PGK Prevalence
Varies across the European General Population., J Am Soc Nephrol, hal
1-13.
21