Anda di halaman 1dari 54

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Makanan, Gizi pada Bayi, Balita, Anak Sekolah, Remaja, Dewasa, Pra
Hamil, Ibu Hamil, Ibu Nifas, Menyusui, Lansia
Gizi berperan besar dalam daur kehidupan. Semua orang sepanjang kehidupan
membutuhkan nutrien yang sama, namun dengan jumlah yang berbeda. Kebutuhan nutrisi
berubah terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam masing-masing tahap
kehidupan.Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam
jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat bermanifestasi kurang atau lebih. Hal tersebut
dapat membuat berbagai permasalahan gizi dalam daur kehidupan.
Masalah gizi adalah gangguan pada perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh
tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi pada
hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat
dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Pada krisis moneter
seperi saat ini, masalah gizi, khususnya gizi kurang muncul karena masalah pokok yaitu
kemIskinan, kurang pendidikan dan kurang keerampilan dari masyarakat.
Ada sekelompok individu dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan
kesehatan atau rentan terkena penyakit akibat jumlah zat gizi dalam tubuhnya. Kelompok
rentan tersebut terdiri dari bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, wanita pra hamil,
ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, serta lansia.

2.1.1. Permasalahan makan dan gizi pada bayi


Bayi merupakan sebutan untuk anak usia 0-1 tahun (Soetjiningsih, 2004) dan
makhluk hidup yang baru saja dilahirkan dari rahim ibu (Muchtar, 2002).
2.1.1.1. Permasalahan makan pada bayi
Bayi usia 0-12 bulan mendapat kebutuhan gizinya dari Air Susu Ibu (ASI).
Namun ada beberapa permasalahan yang terjadi pada bayi sehingga
menyulitkan bayi mendapat kebutuhan nutrisinya, antara lain:
1. Pemberian air tajin yang digunakan sebagai pengganti ASI
2. Bayi yang langsung diberi makan madu
3. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |1


Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku
tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat
menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola
dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan
sempurna

2.1.1.2. Permasalahan gizi pada bayi


Apabila kebutuhan zat gizi pada bayi tidak terpenuhi, hal tersebut dapat
menimbulkan berbagai masalah gizi bayi, antara lain:
1. Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi
menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut
marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini ditampakkan
oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi
di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan
lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe
malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk
terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).

2. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak
sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |2


merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI,
2000) :
1. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak
dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Iga gambang dan perut cekung
4. Otot paha mengendor (baggy pant)
5. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa
lapar.

3. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger
baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan
protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat
adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung
kaki sampai seluruh tubuh.
1. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
2. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut. Pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat
rambut kepala kusam.
3. Wajah membulat dan sembab
4. Pandangan mata anak sayu
5. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba
dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir
yang tajam.
6. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik


kwashiorkor dan marasmus. Pada penderita demikian disamping
menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda
kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan
kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).

4. Obesitas
Obesitas kini menjadi epidemi sejak usia bayi. Hal ini menjadi
masalah karena berat badan yang berlebih berarti menyimpan bom waktu

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |3


untuk meledaknya sejumlah penyakit di kemudian hari. Obesitas berarti
keadaan penumpukan lemak yang berlebihan di jaringan adiposa. Keadaan
ini timbul akibat pengaturan makan yang tidak baik, gaya hidup kurang
gerak, dan genetik. Kelebihan energi makanan yang kita konsumsi secara
kumulatif akan ditimbun sebagai cadangan energi berupa lemak tubuh.
Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan yang digunakan tubuh
membuat berat badan bertambah.

Obesitas menimbulkan banyak sisi negatif, antara lain tubuh


menjadi cepat lelah, pernapasan terganggu, dan bila tubuh terlalu gemuk
akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti diabetes, tekanan
darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, serta radang sendi.

2.1.2. Permasalahan makan dan gizi pada balita


Balita merupakan anak yang berusia di bawah 5 tahun. Brown (2005) dalam
bukunya membagi batasan usia bayi dan balita, yakni infant (bayi) 0-1 tahun,
toddlers (masa mulai berjalan) 1-3 tahun, dan preschool age (anak usia
prasekolah) 3-5 tahun. Ketegori bayi dan balita cukup beragam, tetapi secara
umum, seseorang dikatakan bayi ketika berusia usia 0-23 bulan dan termasuk
kelompok balita jika anak berusia 24-59 bulan. (Riskesdas, 2010).
2.1.2.1. Permasalahan makan pada balita

1. Pilih-pilih makanan (Picky eater)


Kebiasaan pilih-pilih makanan pada balita dapat terjadi karena beberapa
sebab diantaranya, mulai berkembangnya selera makan balita sehingga
dia bisa menyukai beberapa jenis makanan dan pada saat yang sama
tidak menyukai jenis makanan yang lain, bosan dengan hidangan yang
kurang variatif, dan bisa juga karena kebiasaan keluarga. Saat orang tua
suka pilih-pilih makanan, hal itu dapat ditiru anak.

2. Mengemut makanan
Adakalanya si kecil mengemut atau tidak mengunyak makanan yang
diberikan. Satu sendok makanan yang disuapkan ibunya bisa bertahan

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |4


sangat lama di mulutnya. Hal yang dapat memicu tindakan ini
diantaranya si kecil terlambat dikenalkan dengan makanan padat, si
kecil sedang sariawan, atau sudah merasa kenyang.

3. Susah makan atau makan hanya sedikit


Susah makan sering kali terjadi pada anak balita, beberapa
menyebabnya adalah, orang tua mungkin terlalu banyak memberikan
susu atau cemilan diantara waktu makan besar sehingga saat datang
waktu makan si anak masih merasa kenyang.

2.1.2.2. Permasalahan gizi pada balita


1. Gizi Kurang
Ada 3 tipe KEP sebagai berikut :

 Tipe Kwashiorkor
Kwashiorkor terjadi akibat kekurangan protein. Penyakit gangguan
gizi ini banyak dijumpai pada usia anak 1 – 3 tahun. Orangtua
biasanya tidak menyadari bahwa anaknya sakit. Hal ini disebabkan
kebutuhan energinya tercukupi sehingga berat badan menjadi
normal. Apalagi ditambah dengan adanya oedem (sembap) pada
badan anak karena kekurangan protein.

Gejalanya :
1. Oedema pada kaki dan muka (moon face)
2. Rambut berwarna jagung dan tumbuh jarang
3. Perubahan kejiwaan seperti apatis, wajah memelas, cengeng,
dan nafsu makan kurang
4. Muncul kelainan kulit mulai dari bintik-bintik merah yang
kemudian berpadu menjadi bercak hitam

 Tipe Marasmus

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |5


Marasmus terjadi akibat kekurangan energi. Gangguan gizi ini
biasanya terjadi pada anak usia tahun pertama yang tidak mendapat
cukup ASI (Air Susu Ibu).
Gejalanya :
1. Berat badan sangat rendah
2. Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)
3. Wajah anak seperti orangtua (old face)
4. Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh
5. Cengeng dan apatis (kesadaran menurun)
6. Mudah terkena penyakit infeksi
7. Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan
lemak dibawah kulit
8. Sering diare
9. Rambut tipis dan mudah rontok

 Tipe Kwashiorkor Marasmus


Penyakit ini timbul jika makanan sehari-hari anak tidak cukup
mengandung energi dan protein untuk pertumbuhan normal.
Tanda - tanda yang terjadi:
1. Kulit menjadi kusam
2. Badan kurus
3. Rambut menjadi merah kusan dan mudah dicabut
4. Sekitar mata bengkak

2. Anemia Defisiensi Besi


Terjadi karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan,
terutama pada balita yang terlampau banyak mengonsumsi susu,
sehingga mengundurkan keinginan untuk menyantap makanan lain.
Untuk mengatasi keadaan ini, selain memberikan suplementasi zat besi,
jika dianggap perlu, anak juga harus diberi dan dibiasakan menyantap
makanan yang mengandung besi. Bisa juga dengan mengganti sebagian
susu dengan air atau air jeruk. Meskipun tidak mengandung besi, air
jeruk kaya vitamin C yang mampu membantu penyerapan zat besi
(Santoro, Soegeng, Anne Lies Ranti, 2004).

3. Karies Gigi
Karies dentis sering terjadi pada anak karena sering makan cemilan
yang lengket dan banyak mengandung gula. Sifat lengket itu

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |6


menentukan panjang waktu terhadap karbohidrat dengan plaque bakteri.
Plaque adalah massa gelatin yang lengket yang melekat pada gigi dan
gusi. Di dalam plaque ini bakteri pembentuk asam berkembang biak
dan meragi karbohidrat. Bakteri yang melekat pada plaque antara lain
streptokokus mutan yang lebih menyukai sukrosa (gula pasir). Dalam
jangka waktu dan jumlah tertentu dapat merusuk struktur gigi dan gusi.
Diantara makanan yang menyebabkan karies gigi adalah keripik,
permen, kue manis, dan minuman manis. Namun semua ini dapat
dicegah ini jika anak balita dibiasakan dengan menggosok gigi sejak
dini.

2.1.3. Permasalahan makan dan gizi pada anak sekolah


Anak sekolah menurut WHO adalah golongan anak yang berusia antara 7-15
tahun.
2.1.3.1. Permasalahan makan pada anak sekolah

Masalah timbul karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain
dan banyak kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah
tangganya. Di pihak lain anak kelompok ini kadang-kadang nafsu
makanan mereka menurun sehingga konsumsi makanan tidak seimbang
dengan kalori yang diperlukan. Ketidaktahuan akan gizi yang baik pada
anak maupun orang tua menyebabkan anak sekolah sering berperilaku
salah dalam mengonsumsi zat gizi. Beberapa perilaku gizi yang salah
pada anak sekolah:

1. Tidak mengonsumsi menu gizi seimbang


Masih banyak anak sekolah atau orang tua tidak memerhatikan
kelengkapan menu gizi seimbang. Perilaku tersebut dapat
menyebabkan anak sekolah kekurangan nutrisi yang diperlukan
tubuh untuk tumbuh kembang anak.

2. Tidak sarapan pagi


Sarapan merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agar
dapat berkonsentrasi di sekolah. Apabila anak – anak tidak makan

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |7


pagi, maka akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak terutama
daya ingat anak sehingga dapat menyebabkan prestasi belajar anak
menurun. Selain itu kebutuhan gizi anak tidak tercukupi, anak
menjadi kekurangan tenaga untuk berfikir dan beraktivitas sehingga
tidak dapat konsentrasi dan cenderung malas. Hal ini membuat anak
tidak nyaman berada disekolah dan akhirnya anak hanya main –
main saja.

3. Jajan tidak sehat di sekolah


Biasanya anak sekolah menyukai makanan yang tinggi kalori
bersumber dari minyak dan gula. Padahal, makanan tradisional kaya
akan serat dan kalorinya tidak terlalu tinggi. Namun, makanan
tradisional ini jarang dijual di sekolah dan anak – anak biasanya
tidak menyukainya. Badan POM telah mengungkapkan temuan
tentang berbagai bahan kimia berbahaya seperti formalin dan
pewarna tekstil pada bahan makanan. Bahan – bahan ini dapat
terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik. Selain
itu dapat memengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada
anak sekolah.

4. Kurang mengonsumsi buah dan sayur


Disebabkan kurangnya kesadaran anak dan orang tua akan
pentingnya zat gizi dari buah dan sayuran. Hal ini merupakan pola
makan salah karena tidak memenuhi menu gizi seimbang dan dapat
berakibat pada kesehatan anak.

5. Mengonsumsi fast food dan junk food


Fast food adalah istilah yang diberikan untuk makanan yang dapat
disusun dan disajikan dengan sangat cepat. Istilah ini mengacu pada
makanan yang dijual di restoran. Sedangkan junk food
mendeskripsikan makanan yang tidak sehat atau memiliki sedikit
kandungan nutrisi. Junk food mengandung jumlah lemak yang besar.
Makanan tersebut tidak memenuhi menu gizi seimbang sehingga

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |8


berbahaya bagi kesehatan karena padat kalori dan tingginya
kandungan lemak

2.1.3.2. Permasalahan gizi pada anak sekolah

Masalah gizi pada anak sekolah dapat berdampak pada prestasi belajar
dan pertumbuhan fisik anak SD. Beberapa masalah tersebut, yaitu:

1. Kurang Gizi
Permasalahan yang terjadi karena kurangnya mengonsumsi
makanan yang mengandung energi, protein yang bermutu tinggi (seperti
ikan, telur, daging) serta mineral terutama kalsium yang mudah diserap
oleh tubuh. Gizi kurang dapat pula disebabkan oleh cacingan yang
diderita 50% anak-anak. Gangguan pertumbuhan pada usia anak-anak ini
terjadi akibat berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan gizi kurang pada
usia balita. Kekurangan gizi secara umum ( makanan kurang dalam
kualitas dan kuantitas ) menyebabkan gangguan pada proses
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi
otak, serta perilaku.
Jika seseorang mengalami kekurangan gizi, yang terjadi akibat
asupan gizi di bawah kebutuhan,maka ia akan lebih rentan terkena
penyakit dan kurang produktif. Untuk itu dianjurkan untuk banyak
mengkonsumsi banyak makanan yang banyak mengandung karbohidrat,
protein lemak, vitamin mineral dan lain sebagainya. Karena itu, pedoman
gizi seimbang disusun berdasarkan kebutuhan yang berbeda pada setiap
golongan usia, status kesehatan dan aktivitas fisik.

2. Kegemukan atau gizi lebih


Kegemukan adalah kondisi dimana konsumsi makanan yang
mengandung energi, protein dan lemak yang melebihi kebutuhan. Gizi
lebih menyebabkan obesitas yang merupakan kelebihan energi yang
disimpan di dalam jaringan berupa lemak. Kegemukan merupakan salah
satu risiko dalam terjadi berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi

Masalah Makanan dan Gizi Pada Daur Kehi dupan |9


atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner,
hati, dan kantung empedu.
Berdasarkan RISKESDAS, secara nasional masalah gemuk pada
anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk
10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk
terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta
(30,1%).

3. Anemia gizi besi (AGB)


Gejala anemia antara lain pucat, lemah, lelah, menurunnya
kemampuan konsentrasi belajar, serta menurunnya antibody sehingga
mudah terserang infeksi atau penyakit. Penyebabnya yaitu makanan yang
dimakan kurang mengandung zat besi. Akibat kekurangan sejumlah zat
gizi itu, sekitar 10 persen-15 persen anak usia sekolah menderita anemia.

4. Kurang vitamin A
Hal ini menyebabkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang infeksi. Kurang vitamin A atau yang sering
disebut KVA sering menyebabkan kematian pada anak-anak. Penyebab
KVA di Indonesia kebanyakan adalah kemiskinan dan kurangnya
pengetahuan tentang gizi.

2.1.4. Permasalahan makan dan gizi pada remaja


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 25 Tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.

2.1.4.1. Permasalahan makan pada remaja


Gangguan makan yang sering terjadi pada remaja:
1. Anoreksia Nervosa
Keadaan dimana seseorang kehilangan nafsu makan. Anoreksia
nervosa, yaitu kecemasan akan bentuk tubuh yang membuat remaja
menahan makan karena takut mengalami kelebihan berat badan yang
membuat mereka merasa kurang percaya diri. Hal ini termasuk dalam
masalah kejiwaan yang mempengaruhi psikologis yang terikat dengan
masalah gizi.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 10
2. Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa adalah penyakit pengiring dari gejala obesitas
dimana keinginan atau psikologis yang menyebabkan rasa bersalah setelah
mengonsumsi makanan yang telah disantap. Hal ini terjadi karena
kecenderungan takut gemuk, ditandai dengan “binge eating” atau makan
yang banyak kemudian dikeluarkan lagi, misalnya muntah, olahraga
berlebihan, dll.

Saat ini penyebab terbesar gangguan makan pada remaja adalah:


• Tingkat kepercayaan diri yang rendah
• Terlalu memikirkan penampilan dan berat badan
• Keinginan untuk meniru tokoh idola
• Kekecewaan yang berlebihan
• Depresi

2.1.4.2.Permasalahan gizi pada remaja


1. Gizi Lebih (obesitas)
Akibat pola makan yang kurang gizi namun tinggi kalori yang biasa
dikonsumsi oleh para remajaatau biasa dikenal dengan junk food dapat
memicu terjadinya obesitas. Selain itu, pola olahraga yang tidak teratur
sedangkan remaja terlalu banyak makan menyebabkan energi yang keluar
tidak sesuai dengan kalori yang masuk sehingga terjadi penumpukan
lemak.Di kalangan remaja, obesitas merupakan permasalahan yang
merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri.

2. Anemia
Perempuan lebih rentan terhadap anemia dibandingkan dengan
laki-laki.Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar dari
laki-laki. Setiap bulan perempuan mengalami menstruasi yang secara
otomatis mengeluarkan darah, di mana kehilangan zat besi ± 1,3 mg
perhari.Itulah sebabnya perempuan membutuhkan zat besi untuk
mengembalikan kondisi tubuhnya ke keadaan semula.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 11
Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk di
kalangan perempuan Indonesia. Contohnya kurang mengonsumsi
makanan hewani, kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan, budaya
atau kebiasaan di keluarga sering menomorduakan perempuan dalam hal
makanan. Tanda tanda anemia : mudah lelah, muka pucat, tidak
bersemangat, mudah mengantuk, dan mudah pusing.

2.1.5. Permasalahan makan dan gizi pada dewasa

2.1.5.1. Permasalahan makan pada dewasa


Usia dewasa merupakan usia yang sedang produktif dalam bekerja.
Masalah makanan yang terjadi pada usia dewasa adalah orang-orang
dewasa banyak memilih makanan fast food, selain rasanya enak, makanan
fast food mudah ditemui dan penyajiannya cepat sehingga tidak
membuang waktu kerjanya.

2.1.5.2. Permasalahan gizi pada dewasa


1. Gizi lebih

Prevalensi kegemukan pada dewasa di Indonesia relatif tinggi.


Kegemukan dapat mengurangi kemolekan tubuh, juga bisa mengurangi
kelincahan gerak tubuh dan sering kali lebih cepat menimbulkan
kelelahan.Kegemukan mempengaruhi umur rata-rata seseorang dan
berisiko untuk terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes melitus,
hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit jantung koroner, atritis, dan
kanker.

2. Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada arteri koroner
jantung yang terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis yang
merupakan suatu kelainan degeneratif, walaupun dipengaruhi juga oleh
faktor-faktor lain. Penyakit ini dapat menyerang di usia produktif.
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian mendaadak.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 12
3. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah di atas normal. Tekanan
darah normal orang dewasa rata-rata sebesar 120/80 mmHg., risiko
terhadap penyakit jantung koroner, stroke, dan gangguan ginjal akan
meningkat. Olahraga secara teratur dapat mencegah kenaikan tekanan
darah akibat bertambahnya usia dan dapat menurunkan tekanan darah.
Tekanan darah usia dewasa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tekanan darah usia dewasa (mmHg)

Tekanan Baik Normal Garis Tinggi


darah batas
Sistolik <120 120-130 131-140 >141
Diastolik <80 80-85 86-90 >91
Sumber: Balch P.A. 2000. Prespective for Nutritonal
Healing, ed. 3, hal.268. Avery, New York.

2.1.6. Permasalahan makan dan gizi pada pra hamil


Masa pra ibu hamil atau masa pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil,
wanita prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur
yang siap menjadi seorang ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini berbeda
dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia.
2.1.6.1. Permasalahan makan pada pra hamil
Permasalahan makanan yang sering terjadi pada masa pra ibu hamil
diantaranya yaitu adanya pantangan terhadap suatu makanan karena
beranggapan bahwa makanan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan pada calon bayi nanti, dan ada pula yang tidak
mementingkan asupan gizinya karena sibuk bekerja bagi wanita karier
yang telah menikah.

2.1.6.2. Permasalahan gizi pada pra hamil


1. Kurang Gizi

Kurang gizi pada calon ibu bisa berdampak pada kesehatan ibu dan
juga janin yang dikandungnya, baik jangka pendek atau jangka panjang.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 13
Karena itu, sebelum hamil seorang perempuan harus memiliki status gizi
yang baik. Jika sebelum hamil sang ibu kurang gizi dan selama
kehamilan tidak diperbaiki, bisa berdampak BBLR dan anaknya beresiko
terkena penyakit kronik.

Kurang gizi pada ibu dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yakni
malnutrisi dan kurang zat gizi mikro. Malnutrisi terkait dengan
kurangnya asupan energi, terutama protein dan karbohidrat, dari makanan
dalam waktu lama. Akibatnya si ibu akan mengalami kondisi kurang
berat.

Sementara itu defisiensi zat gizi mikro adalah kurangnya asupan zat
mikro tertentu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi organ.
Misalnya kurang kalsium yang berdampak pada pertumbuhan tulang dan
gigi, atau kurang zat besi yang bisa menyebabkan hipertensi dan
perdarahan saat persalinan.

2. Kurang Energi Kronis


Keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun ( kronis ), yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
ibu. Penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.

Gejala:

1. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23 cm.

2. Kurang cekatan dalam bekerja.

3. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.

Dampak:

1. Bagi ibu

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 14
Resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: Anemia,
perdarahan, berat badan ibu bertambah dan terkena penyakit
infeksi sehingga akan meningkatkan kematian ibu.

2. Pada janin

Mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat


menimbulkan keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan
rendah (BBLR).

3. Saat persalinan

Mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan prematur /


sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan
dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat.

Menurut hasil RISKESDAS 2013, secara nasional prevalensi risiko KEK


WUS sebanyak 20,8 persen. Prevalensi terendah di Bali (14%) dan
prevalensi tertinggi di Nusa Tenggara Timur (46,5%). Enam belas
provinsi dengan prevalensi risiko KEK diatas nasional, yaitu Kalimantan
Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, Aceh, DI Yogyakarta,
Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku, Papua dan
Nusa Tenggara Timur.

2.1.7. Permasalahan makan dan gizi pada ibu hamil


Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim seorang perempuan.
Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sel
sperma laki-laki dengn sel telur yang dihasilkan oleh indung telur. Setelah
pembuahan, terbentuk kehidupan baru berupa janin dan tumbuh didalam rahim
ibu yang merupakan tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin (Dep
Kes, 2009:15).

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 15
2.1.7.1. Permasalahan makan pada ibu hamil

Pada saat hamil, pola makan ibu mulai berubah. Berikut ini masalah
makan pada ibu hamil:

1. Senang ngemil dan makan manis


Ibu hamil ini biasanya senang mengonsumsi makanan manis
biasanya mengandung zat gizi karbohidrat sederhana atau high refined
carbohydrate yang mudah dicerna dan diserap usus hingga terjadi
pengosongan lambung dan usus yang sangat cepat. Ibu hamil dengan
lambung yang sering kosong dan disertai pengeluaran asam lambung
sering menyebabkan gangguan maag. Selain itu, sering mengonsumsi
karbohidrat sederhana juga dapat meningkatkan kadar glukosa darah,
mempengaruhi sistem hormonal dan menyebabkan kegemukan.

2. Gemar menyantap makanan pedas


Bila berlebihan dikonsumsi, makanan asam, pedas ataupun
beraroma terlalu menyengat bisa menyebabkan diare. Terlebih jika perut
belum terisi nasi atau sumber karbohidrat. Lambung kosong karena belum
makan, terutama pagi dan malam, produk asam lambungnya banyak.
Padahal kala hamil muda di mana ibu sering mual-muntah, produksi air
liur dan asam lambung jadi berlebihan akibat terpicu oleh stres. Sementara
makanan yang asam atau pedas sekali akan menyebabkan iritasi lambung
dan usus halus. Iritasi itulah yang kemudian menyebabkan diare.

2.1.7.2. Permasalahan gizi pada ibu hamil


Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin yang
dikandungnya, antara lain : anemia, perdarahan dan berat badan ibu
tidak bertambah secara normal, kurang gizi juga dapat mempengaruhi

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 16
proses persalinan dimana dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, premature, perdarahan setelah persalinan, kurang gizi juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat janin bayi lahir rendah
(Zulhaida, 2005).

1. Anemia
Anemia adalah kondisi dimana kadar HB kurang dari normal ( <
11 gr% ). Zat besi sangat diperlukan ibu hamil untuk pembentukan
sel-sel darah. Selama kehamilan volume sirkulasi darah akan
meningkat hingga 30-40 persen. Pada wanita hamil terjadi hemodilusi
yaitu pertambahan volume cairan darah yang lebih banyak daripada
sel darah, sehingga kadar hemoglobin (Hb) wanita hamil berkurang.
Penyebab:

1. Kurang intake makanan sumber pembentukan sel darah


merah.
2. Kehamilan dan persalinan yang terlalu sering, sehingga
simpanan Fe rendah.
3. Kebutuhan Fe yang meningkat.
4. Gangguan penyerapan Fe.
Gejala: Mudah lelah, lesu, lemas, kunang-kunang,wajah pucat,
konjungtiva pucat, bibir pucat, kurang bergairah, dan mengantuk.

2. Obsesitas (kelebihan berat badan)


Obsesitas dapat memicu penyakit lain seperti hipertensi, jantung, dan
diabetes melitus pada ibu hamil yang dapat mengancam nnyawa ibu
dan janin jika tidak langsung ditanggulangi. Bagi penderita obsesitas,
konsumsi gizi harus tetap seimbang tetapi kadar karbohidrat dan
lemak harus dikurangi, serta olahraga ringan sangat diperlukan selama
kehamilan.

3. Gestational diabetes

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 17
Gestational diabetes adalah gangguan pada toleransi glukosa pada saat
hamil atau penyakit metabolik yang berlangsung kronik prosesif yang
mengenai seluruh organ tubuh karena kekurangan insulin.

Penyebab dari penyakit ini adalah

 Obesitas / kelebihan berat badan, yaitu ibu yang memasuki


kehamilan dengan status gizi obesitas lebih berisiko
mengalami gesrationa diabetes
 Kurang aktivitas fisik/ olahraga
 Stress
 Mengkonsumsi obat – obat tertentu dalam jangka panjang

Dampak yang di timbulkan

 Cairan ketuban Terlalu banyak


 Melahikan bayi lebih besar dari ukuran normal ( makrosomia )
 Untuk janin penderita penyakit kuning dan kesulitan bernafas
saat lahir

2.1.8. Permasalahan gizi pada ibu nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Permasalahan makanan yang sering terjadi pada masa ibu nifas di antaranya, yaitu
adanya pantangan terhadap suatu makanan seperti tidak boleh makan ikan laut,
telur, makan sayur, dan makan-makanan yang pedas (Dinkes, 2010).
1. Anemia nifas
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal (Supariasa, 2002 : 169) sedangkan menurut Arief, (2008 :
109) Anemia sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin
atau Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk
pembentukan darah, tetapi yang sering terjadi adalah anemia kurangnya zat besi.
Kategori Anemia Menurut Wiryo (2002 : 19)
Pada anemia terdapat tingkatan-tingkatan anemia yaitu :
a. Tidak anemia (normal) : > 11 gr%
b. Anemia ringan : 9 - < 11 gr%
c. Anemia sedang : 7- < 9 gr%

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 18
d. Anemia berat : < 7 gr%
Penyebab masalah Anemia Gizi Besi (AGB) adalah kurangnya daya beli
masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan
ketersediaan biologic tinggi (asal hewan), dan pada umumnya perempuan
ditambah dengan kehilangan darah pada persalinan. Anemia Gizi Besi (AGB)
menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau produktifitas kerja, penurunan
kemampuan berpikir dan penurunan antibody sehingga mudah terserang infeksi.

2.1.9. Permasalahan gizi pada ibu menyusui


Ibu Menyusui merupakan salah satu tahap yang ada pada daur kehidupan dimana
sang ibu memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan air susu ibu
langsung dari payudara sang ibu.
Permasalahan makanan yang sering terjadi pada masa ibu menyusui di antaranya,
yaitu kurangnya asupan gizi karena biasanya seorang ibu lebih mementingkan
kesehatan keluarganya daripada dirinya sendiri.
1. Anemia zat besi
Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan asam
folat yang seharusnya tak perlu terjadi bila makanan sehari hari beraneka ragam
dan memenuhi gizi seimbang. Sumber makanan yang mengandung zat besi yang
mudah diabsopsi tubuh manusia adalah sumber protein hewani seperti ikan,
daging, telur, dsb. Sayuran seperti daun singkong, kangkung dan bayam juga
mengandung zat besi akan tetapi lebih sulit absorpsinya di dalam tubuh.
Asupan folat yang cukup penting untuk melindungi kesehatan ibu dan
bayi. Hal ini juga terlibat dalam pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah.
Seorang wanita menyusui membutuhkan 280 mikrogram per hari. Folat terdapat
dalam sayuran berdaun hijau, kacang polong, jeruk, wartel, pisang, alpukat,
gandum utuh, sereal dan biji-bijian dan hati.

2. Kekurangan vitamin A
Pada ibu menyusui, Vitamin A berperan penting untuk memelihara
kesehatan ibu selama masa menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu
kondisi yang kerap terjadi karena Kurang Vitamin A (KVA).
Rendahnya status vitamin A selama masa kehamilan dan menyusui
berasosiasi dengan rendahnya tingkat kesehatan ibu. Pemberian suplementasi
vitamin A dosis rendah setiap minggunya, sebelum kehamilan, pada masa

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 19
kehamilan serta setelah melahirkan telah menaikkan konsentrasi serum retinol ibu,
menurunkan penyakit rabun senja, serta menurunkan mortalitas yang berhubungan
dengan kehamilan hingga 40 %.
Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus gizi baik
dan terlahir dengan cadangan vitamin A yang terbatas dalam tubuhnya hanya
cukup memenuhi kebutuhan untuk sekitar dua minggu. Pada bulan-bulan pertama
kehidupannya, bayi sangat bergantung pada vitamin A yang terdapat dalam ASI.
Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa ASI mengandung cukup vitamin A.
Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan berisiko lebih tinggi
terkena Xeropthalmia
Cara untuk mengatasi defisiensi vitammin A pada ibu menyusui dapat di
lakukan dengan menambah asupan makanan yang mengandung vitamin A
diantaranya adalah wotel, pepaya, tomat. Sumber vitamin A lain juga bisa
didapatkan dengan suplementasi vitamin A 200.000 SI oleh tenaga kesehatan
setelah melahirkan dan kedua selambat-lambatnya 6 minggu setelah mengonsumsi
tablet yang pertama.

3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)


GAKI adalah gangguan akibat kekurangan yodium mengakibatkan
terjadinya gondok atau pembengkakan kelenjer tiroid di leher dan kretinisme.
Yodium merupakan nutrisi penting untuk memastikan perkembangan normal dari
otak dan sistem saraf pada bayi dan anak-anak muda. Pada ibu menyusui,
kekurangan yodium dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada sistem otak dan
saaraf bayi dan menghasilkan IQ lebih rendah .
Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250 mg
per hari. Yodium dapat di peroleh dari makanan yang mengandung yodium.
Makanan yang mengandung yodium tinggi terdapat pada makanan laut. Selain
dari makakn laut yodium di peroleh dari mengkonsumsi garam yang mengandung
yodium. Mengkonsumsi makanan yang mengandung yodium dapat mencegah
GAKI pada ibu menyusui.

4. Kekurangan vitamin D

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 20
Kebutuhan kalsium meningkat selama menyusui karena digunakan
untuk memproduksi ASI yang mengandung kalsium tinggi. Fungsi utama
vitamin D pada ibu menyusui adalah membantu pembentukan dan
pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan C. Vitamin D diperoleh
tubuh melalui sinar matahari dan makanan. Apabila asupan kalsium tidak
mencukupi maka ibu akan mengalami pengeroposan tulang dan gigi
karena cadangan kalsium dalam tubuh ibu di gunakan untuk produksi asi.

Pada ibu menyusui dianjurkan makan makanan hewani yang


merupakan sumber utama vitamin D dalam bentuk kolekalsiferol, yaitu
kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati-ikan.Penyerapan
kalsium akam maksimal jika ibu membiakan diri berjemur di bawah sinar
matahari pada pagi hari.

Menurut Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi


pada 1-6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi
menyusui dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui
terendah terjadi pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%.

Dari diagram diatas terlihat bahwa prosentase IMD tertinggi di provinsi Nusa Tenggara

Barat (NTB) sebesar 52,9 %, sedangkan terendah di provinsi Papua Barat sebesar 21,7%.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 21
Secara Nasional sebesar 34,5 %, sehingga terdapat 15 provinsi yang kondisinya di atas
angka Nasional.

2.1.10. Permasalahan makan dan gizi pada lansia

Lansia Menurut WHO adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia 60-74
tahun. Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir dari rentang kehidupan
manusia.

2.1.10.1. Permasalahan makan pada lansia


Masalah makan pada lansia adalah hialngnya selera makan karena daya
pengecap yang menurun, sehingga akhirnya mereka malas makan atau
makan (terlalu) sedikit. Kondisi gigi yang mulai goyah atau sudah
bertanggalan juga membuat mereka tidak kuat lagi mengunyah makanan
yang relatif keras atau alot. Kondisi pencernaan para usila biasanya juga
mulai bermasalah, karena fungsi usus dan lambung sudah melemah.
Misalnya, makan pedas sedikit, langsung diare.

2.1.10.2. Permasalahan gizi pada lansia


1. Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah di atas


normal.Tekanan darah normal orang dewasa rata-rata sebesar 120/80
mmHg.Tidak boleh lebih dari 140/90. Faktor-faktor penyebab hipertensi
antara lain : Keturunan, konsumsi garam yang berlebihan, stress, kurang
aktifitas fisik, adanya penyakit diabetes,penggunaan obat kontrasepsi,dan
penggunaan obat-obatan bebas (obat sakit kepala,flu).

Jenis makanan yang diperbanyak konsumsi yaitu makanan kaya serat,


seperti kacang hijau,kacang merah, kacang kedele, tempe, tahu, sayuran
seperti buncis,bayam, kangkung, buah seperti apel, jambu biji, anggur.

Jenis makanan yang perlu dibatasi adalah pemakaian garam pada


makanna seperti sosis, daging asap, sarden, bumbu masak, ikan asin,
terasi.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 22
Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan
diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 2025 sebanyak 29% orang dewasa
diseluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angkanya
mencapai 31,7%. Hipertensi dikenal dengan tekanan darah tinggi dan
sering disebut sebagai “sillent killer” karena terjadi tanpa tanda dan
gejala, sehingga penderita tidak mengetahui jika dirinya terkena
hipertensi, dari hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 76,1% tidak
mengetahui dirinya terkena hipertensi.(KEMENKES, 2013).

2.2. Mitos dan Tabu dalam Masa Daur Kehidupan

Sebagai suatu kategori budaya yang penting, ahli-ahli antropologi melihat makanan
mempengaruhi dan berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya. Meskipun
mereka mengakui bahwa makanan adalah yang utama bagi kehidupan, yaitu diatas
segalanya merupakan suatu gejala fisiologi, para ahli antropologi budaya paling sedikit
menaruh perhatian khusus terhadap peranan makanan dalam kebudayaan sebagai
kegiatan ekspresif yang memperkuat kembali hubungan-hubungan social, sanksi-sanksi,
kepercayaan-kepercayaan dan agama, menentukan banyak pola ekonomi dan menguasai
sebagian besar dari kehidupan sehari-hari.

Tabu makanan adalah suatu larangan dalam mengkonsumsi makanan tertentu


Karena ada berbagai ancaman atau hukuman kepada orang yang mengkonsumsinya.
Dalam ancaman ini, ada kekuatan supranatural dan mistik yang akan menghukum
mereka yang melanggar aturan ini atau tabu (Susanto, 1997)

Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Heri


Susanto (dalam Dang, 2000:16), mitos merupakan hasil pemikiran intelektual dan bukan
hasil logika; ia merupakan orientasi spiritual. Rolland Barthes (2003:122) menjelaskan
bahwa mitos termasuk dalam system komunikasi. Dengan demikian, ia merupakan
sebuah pesan tidak mungkin dapat menjadi sebuah objek atau sebuah konsep, atau
sebuah ide. Mitos adalah sebuah model penandaan, yakni sebuah bentuk.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 23
2.2.1. Kebudayaan Menentukan Makanan

Menurut WHO faktor-faktor masyarakat mempercayai mitos dan tabu di


daerahnya karena ada empat hal, yaitu :

1. Thoughts and feeling (pemikiran dan perasaan), wujud pikiran dan perasaan
antara lain:
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain
b. Kepercayaan diperoleh turun-temurun tanpa ada pembuktian
c. Sikap dan nilai diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang
dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu berwujud
tindakan, penyebabnya karena situasi pada saat itu mengacu pada
pengalaman orang lain. Banyak atau tidaknya pengalaman seseorang, dan
nilai yang menjadi pegangan dalam bermasyarakat.
Contoh : perasaan dari seseorang ketika makan makanan yang hanya untuk
mengenyangkan perut tanpa memperhatikan nilai gizi yang dikarenakan
perekonomian keluarga yang kurang.

2. Personal references (orang penting sebagai referensi atau panutan) antara lain :
a. Ulama
b. Kepala desa
c. Kepala adat, dan
d. Guru
Contoh : dalam keluarga, orang tua telah membiasakan anggota keluarganya untuk
makan seadanya sesuai dengan apa yang diperolehnya hari ini.

3. Resource (sumber daya) antara lain :


a. Fasilitas
b. Uang
c. Waktu
d. Tenaga kerja
e. Pelayanan dan
f. Keterampilan
Contoh : kurangnya kemampuan atau tidak adanya uang untuk membeli makanan
sehari-hari yang memenuhi gizi seimbang.

4. Culture (kebudayaan) antara lain :

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 24
a. Perilaku salah satu aspek dari kebudayaan dan
b. Kebudayaan sangat berpengaruh pada perilaku
Contoh : adanya kebudayaan seperti makan tidak makan tetap kumpul.

Bagi para anggota tiap masyarakat, makanan dibentuk secara budaya; bagi sesuatu
yang akan dimakan, ia memerlukan pengesahan budaya, dan keaslian. Tidak ada
suatu kelompok pun bahkan dalam keadaan kelaparan yang akut, akan
mempergunakan semua zat gizi yang ada sebagai makanan. Karena pantangan
agama, tahayul, kepercayaan tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang
kebetulan dalam sejarah, ada bahan-bahan makanan bergizi baik yang tidak boleh
dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”.

Makanan adalah suatu konsep budaya, suatu pernyataan yang sesungguhnya


mengatakan “zat ini sesuai bagi kebutuhan gizi kita.”

Selanjutnya pilihan-pilihan pribadi lebih mengurangi lagi variasi makanan yang


disantap oleh setiap individu, karena tidak seorang pun dari kita yang menikmati
secara mutlak segala sesuatu yang diakui oleh kebudayaan kita sebagai makanan.
Pengalaman-pengalaman masa kecil, sebagaimana yang kita catat, banyak
mempengaruhi kegemaran kita pada usia dewasa; makanan yang kita kenal
semasa kanak-kanak tetap menarik kita, sedangkan yang baru kita kenal setelah
dewasa lebih mudah untuk ditolak. Meskipun sejumlah orang gemar mencoba-
coba makanan baru, sebagian besar lagi paling senang dengan menu yang telah
dikenal.

2.2.2. Contoh mitos dan tabu yang terjadi pada daur kehidupan

2.2.2.1. Mitos dan Tabu Terhadap Ibu Hamil dan Bersalin

Pada dasarnya ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat,
religi, dan moral dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Mereka menganggap masa tersebut adalah masa kritis karena bisa
membahayakan janin atau ibunya. Masa tersebut direspons oleh
masyarakat dengan strategi-strategi, seperti dalam berbagai upacara
kehamilan, anjuran, dan larangan secara tradisional

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 25
Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan
superpower yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang
melanggar pantangan atau tabu tersebut. Tampaknya berbagai pantangan
atau tabu pada mulanya dimaksudkan untuk melindungi kesehatan anak-
anak dan ibunya, tetapi tujuan ini bahkan ada yang berakibat sebaliknya,
yaitu merugikan kondisi gizi dan kesehatan.

Di beberapa negara berkembang umumnya ditemukan larangan atau


pantangan tertentu bagi wanita hamil Di Indonesia wanita hamil dan
setelah melahirkan dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan
lele, keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah, dan makanan
yang digoreng dengan minyak (Afiyah Sri Harnany, 2006: 45).

Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena
akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu
daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil
dan mudah dilahirkan.

Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut,


udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.

Di berbagai suku juga dipercaya bahwa pada saat seorang wanita


dinyatakan positif hamil, maka ia tidak diperbolehkan mengkonsumsi
makanan tertentu (tabu) untuk menjaga perkembangan dan kelahiran
yang sehat. Banyak yang percaya bahwa pada awal kehamilan, makanan
yang asam atau memiliki bagian yang tajam (ikan lele, ikan pari yang
berduri, dan nanas) harus dihindari karena makanan tersebut
berhubungan dengan komplikasi pada kehamilan (seperti aborsi,
pendarahan). Makanan yang harus dipantang (tabu) juga ditekankan
untuk menghindari terjadinya tanda lahir dan juga cacat pada bayi.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 26
Masyarakat Kalimantan Barat juga mempunyai pandangan dan budaya
tentang makanan secara spesifik. Ada pantangan tertentu yang tidak bisa
diberikan kepada ibu hamil dan menyusui karena berbagai keyakinan.
Padahal jika ditinjau dari segi kebutuhan gizi, makanan tersebut
diperlukan untuk menunjang pertumbuhan janin dan balita. Selain itu ada
jenis yang diajurkan untuk dikonsumsi secara terus menerus dalam
jumlah banyak. Namun dari segi kandungan gizi tidaklah mencukupi
(George, 2007).

Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan


menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar
sehingga akan mempersulit persalinan. Selain itu, larangan untuk
memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi
wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat
terutama masyarakat di daerah pedesaan.

Budaya pantang pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan kesehatan


ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Misalnya ibu hamil dilarang
makan telur dan daging, padahal telur dan daging justru sangat
diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil dan janin.
Berbagai pantangan tersebut akhirnya menyebabkan ibu hamil
kekurangan gizi seperti anemia dan kurang energi kronis (KEK).
Dampaknya, ibu mengalami pendarahan pada saat persalinan dan bayi
yang dilahirkan memiliki berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir
dengan berat kurang dari 2.5 kg. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi
daya tahan dan kesehatan si bayi.

Sebagian besar kelahiran berlangsung normal, namun bisa saja tidak,


seperti akibat pendarahan dan kelahiran yang sulit. Persalinan merupakan
peristiwa (kesehatan) besar, sehingga komplikasinya dapat menimbulkan
konsekuensi sangat serius. Sejumlah komplikasi sewaktu melahirkan
sebenarnya bisa dicegah, misalnya komplikasi akibat melahirkan yang

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 27
tidak aman bisa dicegah dengan pertolongan bidan atau tenaga medias
lain. Komplikasi seperti ini menyumbang 6% dari angka kematian (Peter
Salker. 2008: 17).

Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun


beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa
masih terdapat praktik-praktik persalinan oleh dukun yang dapat
membahayakan si ibu. Sebuah penelitian menunjukkan beberapa
tindakan/praktik yang membawa resiko infeksi seperti “ngolesi”
(membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar
persalinan), “kodok” (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus
untuk rnengeluarkan plasenta) atau “nyanda” (setelah persalinan, ibu
duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama
berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya


disebabkan karena beberapa alasan, antara lain dikenal secara dekat,
biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang
berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40
hari.

Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak
rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak
tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada
anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya
yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan
keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari
pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap
pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan
takdir yang tak dapat dihindarkan.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 28
Kenyataannya, perempuan mana pun dapat mengalami komplikasi
kehamilan, kaya maupun miskin, di perkotaan atau di perdesaan, tidak
peduli apakah sehat atau cukup gizi. Ini artinya, kita harus
memperlakukan setiap persalinan sebagai satu potensi keadaan darurat
yang mungkin memerlukan perhatian di sebuah pusat kesehatan atau
rumah sakit, untuk penanganan cepat. Pengalaman internasional
menunjukkan bahwa sekitar separuh dari kematian ibu dapat dicegah
oleh bidan terampil, sementara separuhnya lainnya tidak dapat
diselamatkan akibat tidak adanya perawatan yang tepat dengan fasilitas
medis memadai (KPA, 2006: 13).

Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih


diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun
anjuran ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik.
Misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk
memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang
karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional,
ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya, mengurut
perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula,
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina
dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar
karena proses persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat
tubuh. Padahal praktik-praktik tersebut sering merugikan kesehatan ibu.

2.2.2.2. Mitos dan Tabu Terhadap Bayi atau Pola Asuh Anak

Usia 1-3 tahun adalah periode emas untuk masa tumbuh kembang anak.
Oleh sebab itu sangat penting pola asuh dan status gizi anak diperhatikan
oleh para orang tua. Pola asuh anak mencakup “pola asuh makan” dan
“pola asuh perawatan”. Orang tua yang mampu memberikan pola asuh
yang baik maka status gizi anaknya juga akan baik. Menurut Prof Ali

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 29
Khomsan, salah satu faktor yang menentukan kualitas gizi anak adalah
pola asuh, dimana para ibu memegang peranan penting dalam
pengasuhan anak, yaitu sebesar 94% (Redaksi Go4healtylife.com. 2010:
5).

Pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin memberikan nasi
pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada
bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa
yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi.
Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan
bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada
pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun
madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian
pula halnya dengan pembuangan kolostrum (ASI yang pertama kali
keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, kolostrum ini dianggap
sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena
warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap
bahwa kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin
pada bayi. Padahal, kolostrum sangat berperan dalam menambah daya
kekebalan tubuh bayi.

Peran orang tua terutama ibu dalam pengasuhan anak bawah lima tahun
sangat besar. Balita belum mampu mengatur pola makannya sendiri,
sehingga peran ibu sangat penting disini. Namun, keterbatasan
pengetahuan ibu dan adanya pengaruh budaya setempat menjadi kendala
dalam pengasuhan anak. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang
menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya
dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah
tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi
tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau
dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu, ayah yang bekerja

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 30
sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih
banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain,
atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan.
Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan,
namun seharusnya yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan
mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu, dengan kata lain
ibu mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga.

Pola asuh yang dipengaruhi kebiasaan atau budaya setempat tidak hanya
dalam hal makanan. Pola asuh dalam merawatan anak yang sakit juga
tidak lepas dari pengaruh budaya. Persepsi terhadap penyebab penyakit
akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat
dikategorikan ke dalam dua golongan yaitu personalistik dan naturalistik.
Penyakit- penyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi dari
agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, mahluk halus dan lain-lain
termasuk dalam golongan personalistik. Sementara yang termasuk dalam
golongan naturalistik adalah penyakit- penyakit yang disebabkan oleh
kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain. Perbedaan
pandangan terhadap penyebab penyakit inilah yang menyebabkan
perbedaan dalam mencarian pengobatan.

Dari sudut pandang sistem medis modern adanya persepsi masyarakat


yang berbeda terhadap penyakit seringkali menimbulkan permasalahan.
Sebagai contoh, ada masyarakat pada beberapa daerah beranggapan
bahwa bayi yang mengalami kejang-kejang disebabkan karena
kemasukan roh halus, dan hanya dukun yang dapat menyembuhkannya.
Padahal kejang-kejang tadi mungkin disebabkan oleh demam yang
tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak disembuhkan dengan cara
yang tepat dapat menimbulkan kematian. Kepercayaan-kepercayaan lain
terhadap demam dan diare pada bayi adalah karena bayi tersebut
bertambah kepandaiannya seperti sudah mau jalan. Ada pula yang

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 31
menganggap bahwa diare yang sering diderita oleh bayi dan anak-anak
disebabkan karena pengaruh udara, yang sering dikenal dengan istilah
“masuk angin”. Karena persepsi terhadap penyebab penyakit berbeda-
beda, maka pengobatannyapun berbeda-beda. Misalnya, di suatu daerah
dianggap bahwa diare ini disebabkan karena “masuk angin” yang
dipersepsikan sebagai “mendinginnya” badan anak maka perlu diobati
dengan bawang merah karena dapat memanaskan badan si anak.

2.2.2.3. Mitos dan Tabu Terhadap Remaja

Pada saat menginjak remaja dan menstruasi, pertama sekali muncul


berbagai komentar diberikan kepada seorang yang mengalaminya, seperti
“kamu sudah dewasa” atau “kamu sudah bisa punya anak”, sebagai
pengakuan atas status baru seorang perempuan. Dalam banyak hal,
menstruasi yang dialami dinilai sebagai suatu penyakit yang datang
sebulan sekali yang mengganggu berbagai aktivitas.

Mitos-mitos yang terkait dengan menstruasi ini meliputi : menstruasi


adalah kotor, membahayakan hubungan seks, kutukan Tuhan,
mengganggu kesehatan, tanda dari inferioritas perempuan, mengganggu
kete- raturan sosial, pengecualian dari suatu kebiasaan, dll. Seorang
perempuan yang mengalami menstruasi karenanya tidak boleh
mengerjakan atau terlibat dalam pekerjaan atau kegiatan penting, seperti
dalam upacara dan pengambilan keputusan.

Tabu mentruasi sesungguhnya telah menempatkan perempuan sebagai


“orang lain” yang berbeda dengan orang-orang yang normal (laki-laki).
Darah yang dikeluarkan dianggap sebagai kotoran atau polusi yang harus
disingkirkan atau dikeluarkan dari batas kelompok. Makna darah di sini
terkait dengan sakit, kematian, kehilangan kendali, emosi, atau
peperangan yang menunjuk pada sakit atau tidak berfungsinya tubuh.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 32
Di Bali kaum perempuan tidak boleh memasuki hutan karena hutan
dianggap suci, sementara perempuan telah ternodai oleh adanya darah
haid. Berbagai larangan dalam berbagai masyarakat muncul disebabkan
oleh hubungan menstruasi dengan polusi yang dibawa perempuan yang
dianggap dapat merusak kesuburan dan mengganggu kesucian. Dalam
banyak kasus, terjadi pengucilan terhadap perempuan yang sedang haid
dengan menempatkan mereka pada gubug-gubug yang terpisah dari
masyarakat dan disertai larangan- larangan mereka. Misalnya, tidak boleh
makan makanan tertentu atau tidak boleh melintas di tegal yang ditanami
tanaman laki- laki seperti tales.

Perempuan yang mengalami menstruasi secara ironis justru ditempatkan


pada kelompok yang harus menjalankan diet secara ekstra ketat yang
bertentangan dengan prinsip medis yang berlaku. Hal ini menunjukkan
kesalahan persepsi yang meluas dalam masyarakat tentang proses
menstruasi itu. Secara medis, seorang yang mengalami menstruasi adalah
seseorang yang membutuhkan makanan bernutrisi karena ia harus
menggantikan sel-sel darah yang hilang pada saat menstruasi ber-
langsung. Persoalan ini jelas menunjukkan berbagai proses sosial yang
terkena atau yang dialami perempuan akibat kesalahan konsepsional yang
akut dalam masyarakat.

Berbagai bentuk pengucilan terhadap perempuan terjadi pada saat mereka


mengalami menstruasi. Di Papua New Guinea seorang perempuan
ditempatkan di luar dusun pada saat menstruasi di dalam suatu rumah
yang dibangun oleh perempuan dan tidak boleh didekati oleh laki-laki.

Dari sudut pandang lain, menstruasi adalah penanda kedewasaan bagi


perempuan,saat seorang perempuan mulai memiliki hak untuk terlibat
dalam pembicaraan, lebih bebas berbicara, boleh memiliki sesuatu, dan
juga memiliki sumber otoritas yang secara inheren merupakan ancaman
bagi kekuasaan laki-laki. Mitos ‘penyakit’, ‘darah kotor’, dsb, yang

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 33
ditegaskan dalam berbagai pranata merupakan mekanisme sistematis
untuk mengekang atau membatasi otoritas perempuan dewasa agar tidak
menggugat kekuasaan laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan
publik merupakan ancaman bagi laki-laki. Dengan penjinakan melalui
konstruksi sosial, menstruasi menyebabkan perempuan tidak memiliki
kekuasaan pada tingkat komunitas.

2.2.2.4. Mitos dan Tabu Terhadap Dewasa

 Makanan Tabu bagi Perempuan Dewasa

No Makanan Alasan Tabu

1 Mangga Bau badan

Haidnya tidak berhenti


2 Ikan Balle – Balle Sumpah nenek moyang untuk tidak memakan ikan
tersebut karena mereka pernah ditolong oleh ikan
tersebut
3 Ikan Balana ( ikan gabus) Sumpah nenek moyang untuk tidak memakan ikan
tersebut karena mereka pernah ditolong oleh ikan
tersebut
4 Ikan Hiu Sumpah nenek moyang untuk tidak memakan ikan
tersebut karena mereka pernah ditolong oleh ikan
tersebut
5 Ikan Ciko (ikan merah kecil) Sumpah nenek moyang untuk tidak memakan ikan
tersebut karena mereka pernah ditolong oleh ikan
tersebut. Jika ada yang makan, maka akan
menderita penyakit kulit

 Makanan Tabu bagi Laki-laki Dewasa


Makanan yang ditabukan bagi laki-laki dewasa adalah Daun kelor dan
sayuran terong /makanan yang mengandung Daun Kelor atau terong.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 34
Mereka mengatakan jika kelor tersebut dimakan maka badannya akan
pegal – pegal dan loyo.

2.2.2.5. Mitos dan Tabu Terhadap Lansia

Menurut Sheiera Saul (1974) :

1. Mitos Berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses
menua. (Lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).

2. Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh
kerusakan bagian otak. Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan daya ingat.

3. Mitos Aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun,
minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.

4. Mitos Ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.

Kenyataan dari Mitos-mitos Mengenai Lansia


1. Mitos Berpenyakitan
a. Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh
dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
b. Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
Tidaklah sepenuhnya benar pendapat yang mengatakan bahwa lansia
lemah, jompo, ringkih, sakit-sakitan atau cacat, karena dalam kenyataan
banyak lansia yang masih gagah, masih mampu bekerja keras bahkan
banyak yang masih memiliki jabatan penting dalam suatu lembaga.
Memang kadang-kadang ada lansia yang ringkih (gampang jatuh,
gampang sakit) atau sakit ataupun cacat tetapi hal itu berlaku untuk
semua orang, baik orang muda juga ada yang memiliki kondisi
semacam itu.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 35
2. Mitos Senilitas
Pandangan ini keliru karena tidak semua lansia mengalami pikun
(senile). Pikun ini adalah penyakit (patologis) pada orang tua, yang
ditandai dengan dengan menurunnya daya ingat jangka pendek. Dalam
kehidupan manusia daya ingat akan berubah sesuai dengan usia,
sehingga setelah orang menjadi lansia ia tidak cepat dapat mengingat
sesuatu, terutama hal yang baru. Namun anggapan bahwa lansia sama
dengan pikun merupakan suatu kekeliruan. Banyak cara menyesuaikan
diri dengan perubahan daya ingat dan banyak hal yang mempengaruhi
daya ingat manusia, pada usia berapa saja daya ingat tersebut akan
berkurang ketajamannya jika orang tersebut dalam keadaan lelah, stress,
cemas, khawatir, depresi, sakit atau jiwanya tidak tenang.

3. Mitos Aseksualitas
Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja.
Memang frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan
meningkatnya usia tetapi masih tetap tinggi.
Fungsi psikis setiap orang baik fungsi kognitif, afektif dan konatif
(psikomotorik) serta kombinasi-kombinasinya, selama hayat masih
dikandung badan masih tetap berfungsi. Proses pikir, perasaan dan
kemauannya tetap berfungsi dengan baik, apalagi bila sering mendapat
stimulasi secara teratur dalam kehidupannya. Bahkan relasi seksualpun
tetap berjalan bila masih memiliki pasangan. Oleh karena itu, adalah
tindakan yang keliru jika lansia dianjurkan untuk mengisolasi diri agar
tidak memiliki pikiran yang menyusahkan dirinya ataupun keinginan-
keinginan yang menyusahkan orang lain. Agar gairah hidup tetap
berkobar lansia perlu berinteraksi dengan orang-orang muda untuk
berdiskusi, berkomunikasi atau bersuka ria. Sayangnya seringkali orang
muda tidak tertarik untuk melakukan hal itu.

4. Mitos Ketidakproduktifan

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 36
Umumnya lansia di negara-negara berkembang dan negara-negara yang
belum memiliki tunjangan sosial untuk hari tua, akan tetap bekerja
untuk memenuhi tuntutan hidup maupun mencukupi kebutuhan
keluarga yang menjadi tanggungannya. Jadi tidaklah sepenuhnya benar
jika dikatakan lansia tidak produktif.. Mereka memiliki banyak
pengalaman dalam kehidupannya, sehingga dalam keseharian kita
sering menjumpai bahwa lansia tidak mau tinggal diam, ada saja yang
ingin dikerjakannya. Terkadang memang ada yang menjadi loyo atau
pasrah, mereka ini umumnya lansia yang pada masa mudanya sudah
terkuras oleh tugas-tugas berat dan tingkat pendidikan yang relatif
rendah, sehingga dalam masa lansia tidak berdaya.

2.3. Pola Asuh Gizi Ibu Hamil dan Anak dalam Keluarga
2.3.1. Pengertian Pola Asuh, Pola Asuh Gizi dan Keluarga

Pola asuh merupakan upaya dari lingkungan terutama lingkungan keluarga


dalam memenuhi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal (Israwati, 2010). Menurut Amala (2002) dalam Handono (2010) Pola asuh
didefinisikan sebagai cara atau perilaku yang dipraktekan oleh pengasuh (ibu,
bapak, nenek, kakak, atau orang lain) dalam membimbing, memberikan kasih
sayang, pemeliharaan kesehatan, dukungan emosional, pemberian pendidikan,
pemberian makanan, minuman dan pakaian serta hal lain yang berkaitan dengan
kepentingan hidupnya. Pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi orang tua dan
anak, di mana orang tua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah
tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orang
tua agar anak bisa mandiri, tumbuh, serta berkembang secara sehat dan optimal.
(Tridhonanto. A dan Agency. B, 2014).Dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah
upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak sehingga
dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

Pola asuh gizi merupakan asupan makan dalam rangka menopang tumbuh
kembang fisik dan biologis balita secara tepat dan berimbang (Eveline & nanang
D, 2010, p.11). Pola asuh makan adalah cara makan seseorang atau sekelompok

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 37
orang dalam memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap
pengaruh fisiologi, psikologi budaya dan sosial (Waryana, 2010). Menurut Marian
Zeitien (2000), pola asuh gizi adalah praktek di rumah tangga yang diwujudkan
dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi dapat
disimpulkan, pola asuh gizi adalah cara pemberian makanan yang sesuai dengan
kebutuhan anak yang diberikan dengan penuh kasih sayang demi tercapainya
tumbuh kembang fisik maupun biologis secara sempurna.

Undang-Undang No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga adalah unit


terkecil dari masyarakat, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.Keluarga memiliki beberapa fungsi,
salah satunya adalah sebagai fungsi asuhan kesehatan, keluarga berperan dalam
melakukan pemberian asupan makanan anak sesuai kebutuhannya, terutama orang
tua khususnya ibu mempunyai andil yang besar dalam pemberian asupan makanan
atau nutrisi pada anak (Rasni, 2009).Keluarga adalah lingkungan pertama yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh keluarga dapat dilihat dari
cara keluarga dalam mengasuh (merawat dan mendidik) anak, ibu merupakan
anggota keluarga yang sangat berperan dalam mengasuh anak agar tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang berkualitas (Puspaningtyas et al, 2012; Adriani
dan Kartika, 2011).

2.3.2. Pola Asuh Gizi Anak dalam Keluarga


1) Perawatan dan Perlindungan Bagi Anak
Setiap orang tua berkewajiban untuk memberikan perawatan dan perlindungan
bagi anaknya. Masa lima tahun pertama merupakan masa yang akan menentukan
pembentukan fisik, psikis, maupun intelengensinya sehingga masa ini
mendapatkan perawatan dan perlindungan yang intensif.

Bentuk perawatan bagi anak dimulai sejak bayi lahir sampai dewasa misal sejak
bayi lahir yaitu memotong pusar bayi, pemberian makan dan sebagainya.
Perlindungan bagi anak berupa pengawasan waktu bermain dan pengaturan tidur.

2) Pemberian ASI

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 38
Menyusui adalah proses memberikan ASI pada bayi. Pemberian ASI berarti
menumbuhkan kasih sayang antara ibu dan bayinya yang akan sangat
mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan anak dikemudian hari. ASI
diberikan setelah lahir biasanya 30 menit setelah lahir. ASI diberikan kepada bayi
paling tidak sampai usia 24 bulan. Kolostrum merupakan salah satu kandungan
ASI yang sangat penting yang keluar 4 -6 hari pertama. Kolostrum berupa cairan
yang agak kental dan kasar serta berwarna kekuning-kuningan terdiri dari banyak
mineral (natrium, kalium, dan klorida) vitamin A, serta zat-zat anti infeksi
penyakit diare, pertusis, difteri, dan tetanus. Sampai bayi berumur 6 bulan hanya
diberi ASI saja tanpa tambahan bahan makanan dan minuman lain.

Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan lebih, dapat
menurunkan berat badan bayi, dan bayi tidak dapat zat immunoglobulin yang
terkandung dalam kolostrum yang menyebabkan bayi mudah terserang berbagai
penyakit menular, termasuk infeksi telinga, diare, penyakit pernafasan dan
memiliki riwayat sering sakit. Selain itu, bayi yang tidak diberi ASI memiliki 21
persen lebih tingkat kematian.Di daerah kota dan semi perkotaan ada
kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini
pada ibu-ibu yang bekerja (Soekirman, 2001 dalam Rasni, 2009). Disebutkan pula
adanya mitos ataupun kercayaan/adat-istiadat masyarakat tertentu yang tidak
benar dalam pemberian makanan sebelum ASI, yaitu pemberian air kelapa, air
tajin, air teh, madu dan pisang.

3) Pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)


Pemberian makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan usia anak.
Pengaturan makanan baik untuk pemeliharaan, pemulihan, pertumbuhan, serta
aktifitas fisik. Pemberian makanan pendamping ASI harus bertahap dan bervariasi
dari mulai bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan
lembek dan akhirnya makanan padat.

Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayi usia lebih dari 6 bulan adalah
untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 39
dapat mencukupi kebutuhan bayi yang semakin meningkat, seiring dengan
bertambahnya umur dan berat badan.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan menurut


Waryana (2010, p.87 – 88) adalah :
a) Makanan harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi.
b) Berikan makanan setelah bayi menyusui.
c) Pada permulaan, makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan halus.
d) Gunakan cendok atau cangkir untuk memberi makanan.
e) Makanan bayi mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang singkat.
f) Makanan hendaknya mengandung protein.
g) Susunan hidangan sesuai dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia dan
kebiasaan makan.
h) Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera dan daya makan bayi.
i) Makanan harus bersih dan bebas dari kuman.

4) Penyiapan Makanan
Makanan akan memengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental
anak. Oleh karena itu makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.
Makin bertambah usia anak makin bertambah pula kebutuhan makanannya, secara
kuantitas maupun kualitas. Untuk memenuhi kebutuhannya tidak cukup dari susu
saja. Saat berumur 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara
bertahap, disamping itu anak usia 1-2 tahun sudah menjalani masa penyapihan.
Penyapihan adalah proses memperkenalkan anak dengan sumber pangan dewasa
dan perlahan-lahan menghentikan pemberian air susu ibu. Sumber pangan dewasa
yang diperkenalkan pada anak merupakan menu gizi seimbang yang terdiri dari :
a) Sumber Karbohidrat, terdapat pada nasi, roti, makaroni, mie, jagung,
singkong, dan lainnya
b) Sumber Protein, terdapat pada susu, daging, ikan, tahu, tempe, keju, dan
kacang – kacangan
c) Sumber Vitamin dan Mineral, terdapat pada sayur-sayuran : bayam,
kangkung, buncis, wortel, dll serta buah-buahan : papaya, pisang, melon, air jeruk
dan lainnya.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 40
Masa balita merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan
zat gizi. Kecukupan energi bayi dan balita yaitu 0-1 tahun membutuhkan energi
110-120 Kkal/Kg BB, umur 1-3 tahun membutuhkan energi 100 Kkal/Kg BB, dan
umur 4-6 tahun memerlukan 90 Kkal 90 Kkal/kg BB.

Protein digunakan untuk membangun sel jaringan tubuh, mengganti sel jaringan
tubuh yang rusak atau aus, membuat air susu, protein darah dan untuk menjaga
keseimbangan asam basa dari cairan tubuh. Kecukupan protein bayi dan balita
dalam sehari untuk umur 0-1 tahun memerlukan 2,5 Gr/Kg BB, 1-3 tahun
memerlukan 2 Gr/Kg BB, dan 4-6 tahun memerlukan 1,8 Gr/Kg BB. Semakin
bertambah usia, air semakin banyak dibutuhkan. Umur 3-10 hari membutuhkan
air 80-150 ml/KgBB/hari, 3-9 bulan membutuhkan 125-160 ml/Kg/Hari dan umur
1-5 tahun membutuhkan 100-135 ml/Kg/BB .

5) Pengasuhan Psiko-Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya tidak hidup sendiri-sendiri tetapi
saling membutuhkan antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Pengasuhan
psiko-sosial terwujud dalam pola interaksi dengan anak. Interaksi timbal balik
antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak
akan terbuka kepada orangtuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala
permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya kedekatan dan
kepercayaan antara orangtua dan anak.

Pengasuhan psiko-sosial antara lain terdiri dari cinta dan kasih sayang serta
interaksi antara ibu dan anak. Salah satu hak anak adalah untuk dicintai dan
dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang
tuanya. Pengasuhan psiko-sosial ini didasarkan pada frekuensi interaksi antara ibu
dan anak.

6) Kebersihan Diri dan Sanitasi Lingkungan


Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses tumbuh
kembang anak. Peran orang tua dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah dengan membentuk kebersihan diri dan sanitasi

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 41
lingkungan yang sehat. Hal ini menyangkut dengan keadaan bersih, rapi, dan
teratur. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dalam kehidupannya. Contoh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
adalah sebagai berikut :
a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun;
b. Makan sayur, buah dan daging;
c. Mandi dua kali sehari;
d. Menyikat gigi sebelum tidur;
e. Membuang sampah pada tempatnya;
f. Buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya atau WC.

Lingkungan yang buruk dapat menyebabkan penyebaran kuman penyakit.


Penyebaran kuman ini akan mengarah pada adanya kontribusi infeksi, dimana
infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan
asupan makanan menjadi rendah yang akhirnya menyebabkan kurang gizi.

7) Praktek Kesehatan di Rumah dan Pola Pencarian Pelayanan


Kesehatan
Bayi dan anak perlu diperiksa kesehatannya oleh bidan atau dokter bila sakit
sebab mereka masih memiliki resiko tinggi untuk terserang penyakit. Adapun
praktek kesehatan yang dapat dilakukan dalam rangka pemeriksaan pemantauan
kesehatan adalah:
I.Imunisasi
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada anak untuk melindunginya dari
beberapa penyakit tertentu seperti Hepatitis B, Tuberkolusis, Tetanus, Polio,
Campak. Pemberian harus sedini mungkin dan lengkap (Hanum Marimbi, 2010,
p.109). BCG diberikan pada usia 1 bulan, Polio 1-4 diberikan pada usia 1-4 bulan,
DPT 1-3 diberikan pada usia 2-4 bulan, HB 1-3 diberikan pada usia 2-4 bulan dan
campak diberikan pada usia 9 bulan.

II.Pemantauan Pertumbuhan anak


Hal ini dapat dilakukan dengan aktif mendatangi kegiatan pemeliharaan gizi,
misalnya posyandu. Apabila aktif mengikuti pemeliharaan gizi maka orang tua
dapat melihat pertumbuhan anak melalui penimbangan balita, pemberian vitamin
A pada bulan februari dan Agustus serta pemberian makanan tambahan.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 42
2.3.3. Pola Asuh Gizi Seimbang Pada Anak Usia Sekolah
Gizi dibutuhkan oleh anak untuk “pertumbuhan dan perkembangan”, energi,
berpikir, beraktivitas fisik, dan daya tahan tubuh. Zat gizi yang dibutuhkan anak
adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat gizi makro seperti karbohidrat, protein,
lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Zat gizi yang dibutuhkan
disesuaikan dengan usia, berat badan, dan tinggi badan anak. Ada enam
rekomendasi dalam pola asuh gizi seimbang pada anak, yaitu :
1. Konsumsi gizi seimbang
Ketika mengonsumsi makanan sehari – hari kita harus berpedoman pada
menu gizi seimbang seperti yang diperlihatkan oleh piramida makanan. Piramida
tersebut menunjukkan bahwa mulai dari dasar piramida lalu mengarah ke puncak
piramida yang merupakan urutan jenis makanan dan jumlah makanan yang
seharusnya kita konsumsi.
Untuk memenuhi gizi seimbang anak diperlukan sumber karbohidrat
seperti nasi, pasta, roti sebanyak 3-8 porsi, sayuran 2-3 porsi, buah – buahan 3-5
porsi, protein hewani seperti ikan, daging, telur sebanyak 2-3 porsi, protein nabati
2-3 porsi dan terakhir makanan berlemak, makanan manis, garam dalam jumlah
yang dibatasi dan hanya bila perlu saja kita konsumsi suplemen (zat gizi tertentu
bisa saja vitamin, mineral dan asam lemak).

2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi


Kebutuhan zat gizi yang diperlukan tiap umur berbeda – beda karena pada
saat umur tersebut anak dalam masa pertumbuhan atau perkembangan yang pesat.
Oleh karena itu diperlukan gizi yang sesuai untuk dapat memenuhi nutrisi bagi
tubuh.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 43
3. Selalu sarapan pagi
Sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik.
Ketika bangun pagi, gula darah dalam tubuh rendah karena selama tidur tidak
makan. Sarapan dapat memperbaiki kemampuan memecahkan masalah, daya
ingat, konsentrasi, persepsi visual, dan berpikir kreatif menurut Dr. Joanne Lunn,
ahli gizi senior dari British Nutrition Foundation.Untuk menyediakan sarapan
bergizi, minimal harus ada 3 kelompok makanan yang mengandung energi,
protein, lemak, vitamin-mineral.

4. Pelihara otak
Otak merupakan alat vital tubuh karena seluruh aktivitas dikendalikan
oleh otak. Cara memelihara otak dapat dengan cara sebagai berikut:
a. Sarapan pagi
b. Tidak makan berlebih
c. Tidak mengonsumsi gula berlebih yang akan mengganggu penyerapan
protein
d. Tidak merokok
e. Menjauhi polusi udara dengan memakai masker
f. Tidur cukup
g. Mengurangi stress
h. Berpikir positif
i. Olahraga teratur

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 44
5. Hindari makanan beresiko
- Anak harus menghindari makanan manis berlebih yang dapat
menyebabkan rasa kenyang dan menurunkan nafsu makan sehingga nilai
gizi makanan yang dikonsumsi menjadi berkurang. Selain itu makanan
manis mempunyai efek pada kesehatan gigi (karies gigi) dan obesitas.
- Kurangi makanan junk food , makanan siap saji ini lebih banyak
mengandung lemak jenuh, kurang serat, banyak gula dan garam yang
berakibat obesitas, hipertensi, jantung dan stroke
- Hindari makanan penyedap seperti vetsin. Namun anak sekolah belum
menyadari seberapa sering mereka mengonsumsinya karena jajanan
sekolah banyak menjual makanan mengandung vetsin
- Kurangi makanan yang terlalu asin
- Hindari makanan yang mengandung pewarna yang dijual oleh pedagang
makanan dan minuman yang menggunakan pewarna untuk menggugah
selera anak – anak
- Hindari makanan yang mengandung pengawet
- Kurangi makanan berkafein

2.3.3.1. Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 5-12 tahun. Pada anak usia
ini, anak sudah mulai aktif memilih makanan yang mereka
sukai.Kebutuhan energi pada golongan usia ini lebih besar karena mereka
lebih banyak melakukan aktifitas fisik, misalnya olah raga, bermain, atau
membantu orang tua.
Mulai umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan
anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik
sehingga membutuhkan lebih banyak energi. Sedangkan anak perempuan
biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi
lebih banyak.
Makanan pagi (sarapan) perlu diperhatikan untuk menjaga ketahanan
tubuh dan supaya anak lebih mudah menerima pelajaran. Bertambahnya
berbagai ukuran tubuh pada proses tumbuh, salah satunya dipengaruhi

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 45
oleh faktor gizi. Masukan gizi yang tepat, baik dalam jumlah maupun
jenisnya berpengaruh terhadap proses tumbuh.

Sumber :

Angka Kecukupan Gizi,Widyakarya Nasional Pangan, Tahun 2013

1. Protein
Protein adalah bagian dari seluruh sel hidup dan merupakan bagian terbesar kedua
setelah air. Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot, darah,
kulit, tulang dan jaringan serta organ-organ tubuh lain. Angka Kecukupan Protein
(AKP) anak usia sekolah umur 7-9 tahun : 400 mg untuk anak laki-laki dan
perempuan, umur 10-12 tahun : 400 mg untuk anak laki-laki dan 350 mg untuk
anak perempuan. Disarankan untuk memberi protein sebanyak 1,5-2 g/kg berat
badan bagi anak sekolah.Sumber protein terdapat di bahan makanan hewani
seperti susu, daging, dan ikan. Sumber protein nabati adalah kacang, kedelai dan
lainnya.

Protein diperlukan untuk menyediakan energi. Protein terbuat dari asam amino
dan diantaranya ada asam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh, sehingga
harus diperoleh dari makanan sehari-hari. Asam amino yang demikian disebut
dengan asam amino esensial. Kecukupan protein juga esensial untuk membangun
antibodi sebagai pelindung dari penyakit infeksi.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 46
2. Lemak
Fungsi utama lemak adalah menghasilkan energi yang diperlukan tubuh,
mempunyai fungsi pembentuk struktur tubuh, dan mengatur proses yang
berlangsung dalam tubuh. Lemak merupakan zat gizi esensial yang berfungsi
untuk penyerapan beberapa vitamin dan memberikan rasa enak dan kepuasan
terhadap makanan. Selain itu, lemak juga sangat esensial untuk pertumbuhan,
terutama untuk komponen membran sel dan komponen sel otak.

Defisiensi lemak dalam tubuh akan mengurangi kesediaan energi dan


mengakibatkan terjadinya katabolisme atau perombakan protein. Cadangan lemak
akan semakin berkurang dan lambat laun akan terjadi penurunan berat badan.
Sumber lemak di antaranya susu, minyak olive, minyak jagung, minyak ikan dan
lain-lain.

3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi makanan yang terdiri dari gula atau
monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) atau disakarida (glukosa, laktosa,
dan maltosa), tepung, dan serat makanan. Fungsi utama karbohidrat adalah
menyediakan keperluan energi tubuh, selain itu juga diperlukan dalam
kelangsungan proses metabolisme lemak.

Tepung, glikogen dan serat makanan (selulosa, pektin) sebagai karbohidrat


kompleks tidak bisa dicerna sehingga tidak memberikanenergi, tetapi penting
dalam pencegahan penggunaan protein menjadi energi. Kelebihan konsumsi
karbohidrat akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak sehingga akan
mengakibatkan kegemukan bahkan obesitas.

2.3.4. Pola Asuh Gizi Ibu Hamil Dalam Keluarga


Kebutuhan gizi selama kehamilan harus diperhatikan untuk pemenuhan kebutuhan
gizi ibu dan janin. Di Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil
digunakan batasan berdasarkan rekomendasi Angka Kebutuhan Gizi (AKG)
(Kemenkes, 2013). Bentuk AKG adalah tabel rujukan asupan gizi. AKG di
Indonesia dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 47
Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional. Berikut tabel kecukupan gizi wanita pada
umumnya serta tambahan gizi yang dibutuhkan saat hamil (per orang per hari)

Gizi Wanita Tidak Tambahan Gizi Wanita Hamil


Zat Gizi
Hamil
19-29 30-49 Trimester Trimester Trimester
Tahun tahun 1 2 3
Energi (kkal) 2725 2625 + 180 + 300 + 300
Protein (g) 62 65 + 20 + 20 + 20
Lemak (g) 91 73 +6 + 10 + 10
Karbohidrat (g) 375 394 + 25 + 40 + 40
Serat (g) 38 38 +3 +4 +4
Air (mL) 2500 2600 + 300 + 300 + 300
Sumber : Angka Kecukupan Gizi,Widyakarya Nasional Pangan, Tahun 2013

1) Energi
Energi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta, jaringan
payudara dan cadangan lemak serta untuk metabolisme. Peningkatan kebutuhan
energi dan zat gizi terjadi selama usia kehamilan, diperlukan energi sebesar
80.000 kalori. Kebutuhan energi tambahan ibu hamil pada tiap trimester adalah
sebesar 300 kal/hari. Jika mengacu pada Angka Kecukupan Gizi 2013 yang
menyebutkan bahwa wanita tidak hamil berusia 19-29 tahun membutuhkan 2.250
kal/hari, maka wanita hamil membutuhkan sekitar 2.430 kal pada timester ke-1
dan 2.250 pada timester ke-2 dan ke-3.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan energi yang direkomendasikan, ibu jangan


hanya sekedar memerhatikan kuantitas makanan yang diasup tetapi juga perlu
memerhatikan kualitas makanan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
kebersihan dan higienitas makanan sehingga makanan yang dikonsumsi tidak
menimbulkan penyakit pada ibu hamil.

2) Karbohidrat
Karbohidrat dapat memenuhi 55-75% dari total kebutuhan energi. AKG
merekomendasikan saat hamil setiap harinya harus mengonsumsi sekitar 394 g
karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan glukosa bagi perkembangan otak janin.
Karbohidrat berperan penting dalam perkembangan sel pada proses hipertrofi

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 48
yang akan memengaruhi perkembangan BB bayi, terutama pada trimester ke-3
kehamilan.

Kurangnya asupan karbohidrat pada trimester ke-3 kehamilan dapat berakibat


pada BBL yang tidak optimal, dikarenakan pertumbuhan cepat berat badan janin
terjadi pada trimester ke-3 kehamilan. Oleh karna itu, perlunya penambahan
kebutuhan karbohidrat pada tiap trimester sekitar 40 g/hari agar tidak
mengganggu perkembangan janin.

3) Protein
Total protein yang dianjurkan berdasarkan AKG 2013 adalah 76 g protein/hari,
sekitar 12% dari total energi. Protein juga berperan dalam pertumbuhan plasenta
dan cairan amnion (air ketuban). Selama kehamilan ibu mengalami berbagai
perubahan fisiologis, protein yang berperan dalam pembentukan jaringan dan
regenerasi sel memiliki peran penting, terutama untuk perbanyak sel payudara,
rahim, dan volume plasenta.

Protein juga dapat menjadi cadangan makanan yang dipakai untuk persiapan
persalinan, masa sehabis melahirkan, dan menyusui. Sebaiknya 2/3 bagian dari
protein yang dikonsumsi berasal dari sumber protein dengan nilai biologi tinggi,
yaitu sumber protein hewani seperti daging tak berlemak, ikan, telur,dan susu.
Terjadinya kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu < 2500
gram, dan risiko kematian bayi yang tinggi terkait dengan kurangnya asupan
energi dan protein.

4) Zat Besi
Zat besi adalah komponen pembentuk hemoglobin darah yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen. Zat besi juga sangat diperlukan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh ibu dan kekebalan janin terhadap penyakit infeksi, serta membantu
pertumbuhan dan perkembangan otak janin. Asupan makanan selama kehamilan
umumnya sulit untuk memenuhi kebutuhan akan zat besi. Oleh karena itu, zat besi
dianjurkan dikonsumsi dalam bentuk suplemen. Ketika asupan besi kurang, maka
kebutuhan untuk janin biasanya diperoleh dari tubuh ibu, akibatnya simpanan besi
dalam tubuh ibu dikorbankan.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 49
Sumber Fe yang baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil adalah dari sumber
hewani karena bernilai biologis yang tinggi. Zat besi banyak terdapat pada daging,
hati, dan sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun papaya,
dan sebagainya.

5) Asam Lemak Esensial


Lemak merupakan salah satu sumber energi yang menghasilkan kalori besar
untuk setiap gramnya, yaitu 9 kal. Lemak berguna sebagai cadangan makanan
energi bagi ibu. AKG merekomendasikan kebutuhan lemak kehamilan ditiap
trimester sebesar 10g/hari. Namun saat hamil, ibu perlu memerhatikan jenis lemak
yang baik bagi proses kehamilan. Asam lemak esensial yaitu asam lemak linoleat
dan linolenat dan turunannya yaitu docosahexaenoic acid (DHA) berperan penting
dalam perkembangan penglihatan janin dan kemampuan belajar. Kekurangan
DHA saat hamil dapat mengurangi ketajaman penglihatan bayi dikemudian hari.

6) Asam folat
Asam folat termasuk golongan vitamin B9 yang diperlukan untuk sintesis
asam nukleat dan asam lemak yang berfungsi untuk perkembangan otak. Folat
bersifat larut dalam air dan mudah hilang selama proses pemasakan, sehingga
sebaiknya bahan pangan sumber folat seperti buah dan sayuran dikonsumsi dalam
kondisi segar.

Sintesis DNA dan pematangan sel darah merah juga sangat tergantung pada
asupan asam folat, sehingga akibat kekurangan asam folat dapat menyebabkan
anemia. Kekurangan asam folat dapat meningkatkan risiko cacat pada janin,
persalinan kurang bulan, serta berat badan lahir rendah. Selain itu, kekurangan
folat selama kehamilan dapat berdampak pada perkembangan organ janin yang
abnormal yang berakibat pada cacat bawaan. Jenis makanan yang mengandung
asam folat yaitu ragi, hati, brokoli, kacang-kacangan, daging, jeruk dan telur.

7) Air
Diperlukan tetapi sering dilupakan pada saat pengkajian. Air berfungsi untuk
membantu sistem pencernaan makanan dan membantu proses transportasi. Air
menjaga keseimbangan sel, darah, getah bening, dan cairan vital tubuh lainnya.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 50
Sebaiknya membatasi minuman yang mengandung kafein seperti teh, cokelat,
kopi, dan minuman yang mengandung pemanis.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi merupakan hal yang
kompleks di Indonesia. Gizi adalah zat-zat yang penting yang dibutuhkan tubuh untuk
kelancaran proses metabolisme dan kelangsungan hidup sel-sel tubuh itu sendiri. Dimana ketika
terjadi kekurangan gizi tubuh akan memiliki masalah yang berawal dari masalah gizi itu sendiri
kemudian merembet kepada masalah-masalah lain, seperti sakit. Masalah gizi utama di Indonesia
yaitu Gizi Buruk, Kurang Energi Protein (KEP), Gizi Lebih, Anemia, Kekurangan Vitamin A,
dll.

Banyak faktor yang memengaruhi asupan gizi masyarakat tersebut. Dari hari ke hari angka
dari masalah-masalah di atas terus meningkat, yang secara otomatis juga meningkatkan angka
kematian penduduk. Hal ini disebabkan oleh diantaranya kekurangan pangan, penyakit infeksi,
lingkungan yang kurang bersih serta penyebab pola asuh orang tua

Masalah gizi yang terjadi di masyarakat memang cukup memprihatinkan, namun keadaan ini
dapat dicegah dan diatasi dengan memberikan pengajaran mengenai pentingnya pola asuh zat
gizi bagi tubuh manusia. Pengajaran ini dapat dilakukan langsung kepada remaja, orang tua,
lansia, ataupun melalui tokoh masyarakat yang terjun langsung di masyarakat.

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 51
3.2 Saran

Untuk mengurangi angka kematian akibat masalah-masalah gizi diatas, sebaiknya pemerintah
mengadakan program yang lebih efektif dan berkesinambungan seperti, membuat masyarakat
sadar betapa pentingnya gizi yang baik, sehingga penyuluhan mengenai pentingnya zat gizi ini
penting untuk sering dilakukan mengingat banyak masyarakat yang masih belum mengerti cara
menciptakan dan mengatasi masalah gizi buruk bila memang terjadi. Juga meningkatkan upaya
kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan program gizi
berbasis masyarakat dan memperbaiki sektor lain yang terkait (pertanian, air dan sanitasi,
pemberdayaan masyarakat) sehingga sedikit demi sedikit angka akibat masalah gizi di atas dapat
dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2002. Jurnal: Mitos Menstruasi :Kontruksi Budaya Atas Realitas Gender. Vol
XIV no.1 2002.

ACC/SCN. 2007. Fourth Report on The World Nutrition Situation. WHO, Geneva

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Barasi. Mary.E.2007. At a Glance ILMU GIZI

Departemen Kesehatan. 2005. Pedoman PMT-AS

Dieny, Fillah Fithra. 2014. Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fikawati, Sandra. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Grafindo

Foster dan Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18927/1/ikm-des2006-10%20(5).pdf (dikunjungi
pada 13 Maret 2017 11:30)

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 52
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30073/4/Chapter%20II.pdf
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:GNzVgLBQwRQJ:jurnal.akbiduniska.ac.id/index.php/AKU/article/download/22/21+&
cd=26&hl=id&ct=clnk&client=firefox-b

I dewa nyoman supariasa, bachyar bakri, ibnu fazar.cetakan 1 2002. Penilaian status gizi

Istiany, Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandun: Rosda

Jurnal : David H. Simanjuntak,Etti Sudaryati “Gizi Pada Ibu Hamil Dan Menyusui “ Staf
Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
KEMENKES.Pedoman Gizi Seimbang.2014.Jakarta:Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Khasanah, nur. 2011. Jurnal: Dampak Persepsi Budaya terhadap Kesehatan Reproduksi Ibu dan
Anak di Indonesia. Vol II no.3 2011
Nirmala, Devi. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta: Kompas

No name. 2012. Ekologi Pangan Dan Gizi : Antropologi Gizi.


http://esgezetpunyablog.blogspot.co.id/2012/04/ekologi-pangan-dan-gizi-antropologi.html
(dikunjungi pada 28 Februari 2017 20:17)
Pramitadewi, Putri Agung Sri. 2010. Keperawatan Gerontik “Mitos Lansia”.
https://www.scribd.com/doc/45259134/Mitos-Lansia (dikunjungi pada 2 Maret 2017 17:31)
Rusilanti, Mutiara Dahlia, dkk. 2015. Gizi dan Kesehatan Anak Prasekolah. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Sukandar, Dadang. 2007. Jurnal: Taboo Food in Jeneponto South Sulawesi. Fakultas Ekologi
Manusia IPB, Bogor

Unicef.2005.The State of the World’s Children 2005. Unicef, New York.

Universitas Muhammadiyah Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-


gdl-wahyusetiy-6046-2-babii. (dikunjungi tanggal 19 Februari 2017)

Web http://www.gizi.net

WHO.2006.Nutrition for Health and Development.WHO, Geneva;

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 53
wiryo,Sp.A,DR.Dr.Hananto.2002.Gizi Untuk Praktisi Kesehatan.Jakarta:ECG

M a s a l a h M a k a n a n d a n G i z i P a d a D a u r K e h i d u p a n | 54

Anda mungkin juga menyukai