Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN SISTEM PERINGATAN

DINI BENCANA BANJIR DI KOTA


BEKASI
SYIFA SAFIRA (1610713133)
NURUL INDAH CAHYANINGRUM (1610713135)
DIRA LANORI (1610713148)
Kota Bekasi merupakan daerah rawan banjir. Karenanya, Bekasi
dapat digolongkan sebagai daerah rentan bencana. Pada daerah
kecamatan Medan Satria di daerah Perumahan Pondok Ungu
Permai sering sekali terendam banjir.
Untuk itulah, penting bagi masyarakat Bekasi untuk dapat
melakukan tindakan pencegahan atau pengurangan risiko
bencana. Kebutuhan ini dapat dimulai dengan melakukan
penyiapan kesiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir.
Salah satu upaya menyiapkan kesiagaan masyarakat dalam
menghadapi banjir adalah dengan meningkatkan kecepatan
masyarakat untuk mengidentifikasi ketinggian air pada pintu
air. Upaya inilah yang disebut dengan Sistem Peringatan Dini.
Semakin cepat dan akurat sistem peringatan dininya semakin
Pengertian Banjir
Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang
(palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap
menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya.

Karakteristik yang berkaitan dengan banjir

• Banjir dapat datang secara tiba-tiba dengan intensitas besar


namun dapat langsung mengalir.
• Banjir datang secara perlahan namun intensitas hujannya sedikit.
• Pola banjirnya musiman.
• Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan
yang lama di daerah depresi.
• Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan
sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya adalah terisolasinya
daerah pemukiman dan diperlukan evakuasi penduduk.
Faktor Penyebab Banjir

Faktor Alami Faktor Manusia


■ Pengaruh Air ■ Menurunnya fungsi DAS di bagian
hulu sebagai daerah resapan
■ Curah hujan ■ Kawasan kumuh
■ Pengaruh Fisiografi ■ Sampah
■ Erosi dan Sedimentasi ■ Bendung dan bangunan lain
■ Kerusakan bangunan pengendali
■ Menurunnya Kapasitas Sungai banjir
■ Kapasitas Drainase Yang Tidak ■ Perencanaan sistem pengendalian
Memadai banjir tidak tepat
KONDISI GEOGRAFIS KOTA
BEKASI DAN BANJIR DI
BEKASI
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ratih Utami Khairana mahasiswi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia, dengan
menggunakan metode overlay dapat
diketahui bahwa wilayah di Kabupaten
Bekasi memiliki kerentanan terhadap banjir
■ wilayah yang sangat rentan terhadap
banjir adalah sebesar
347878072221,949 m2.
■ wilayah yang rentan terhadap banjir
adalah sebesar 483918431981,470
m2 .
■ wilayah yang tidak rentan banjir adalah
sebesar 206490016797,008 m2.
Dengan kata lain wilayah Bekasi memiliki
kerentanan yang cukup tinggi terhadap
banjir.
Luas Wilayah dan Letak Geografis
Luas Wilayah Letak Geografis
Kota Bekasi memiliki luas wilayah 106o48’28’’ – 107o27’29’’ Bujur
sekitar 210,49 km2, dengan batas Timur dan 6o10’6’’ – 6o30’6’’ Lintang
wilayah Kota Bekasi adalah: Selatan.
• Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
• Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor
dan Kota Depok
• Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta
• Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi
Topografi
■ Kondisi Topografi kota Bekasi dengan kemiringan antara 0 – 2 % dan terletak pada
ketinggian antara 11 m – 81 m di atas permukaan air laut.
• Ketinggian >25 m : Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Selatan,
Bekasi Timur dan Pondok Gede
• Ketinggian 25 – 100 m : Kecamatan Bantargebang, Pondok Melati, Jatiasih
■ Wilayah dengan ketinggian dan kemiringan rendah yang menyebabkan daerah
tersebut banyak genangan, terutama pada saat musim hujan yaitu: di Kecamatan
Jatiasih, Bekasi Timur, Rawalumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Kecamatan
Pondok Melati.
PENERAPAN SISTEM
PERINGATAN DINI BANJIR DI
KOTA BEKASI
Crisis Center Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Banjir dan
Pengungsi (CC Satkorlak PBP), yakni dengan pemasangan EWS, yang
merupakan sistem peringatan dini terhadap bencana banjir melalui
Short Message Service (SMS) hingga ke tingkat RT atau RW, yang
terintegrasi dengan CC Satkorlak PB. CC Satkorlak PB inilah yang
memegang peranan dalam penanganan banjir di kota Bekasi.

Petugasnya diberikan kemampuan merespons informasi dan


meneruskan laporan itu ke petugas Satuan Koordinasi (Satlak)
Kotamadya serta kabupaten.
EWS dilakukan dengan pencatatan data curah hujan dan
pengukuran ketinggian air sungai yang dilakukan secara manual
maupun otomatis. Data radar telah dimanfaatkan untuk peringatan
dini banjir, dengan melihat sebaran awan, volume awan, jumlah
potensi uap air dari awan, prediksi intensitas dan tebal hujan,
kecepatan angin, arah angin dan sebagainya.

Pemerintah melalui Satkorlak PBP Kota Bekasi akan


memanfaatkan informasi pintu air sebagai salah satu
informasi peringatan dini banjir selain prakiraan cuaca dari
BMKG. Informasi ketinggian pintu air dan prakiraan cuaca
menjadi EWS yang ada di Satkorlak.
Pengetahuan
tentang risiko

Kemampuan 4 Kunci Pemantauan


dan Layanan
Merespon
EWS Peringatan

Penyebarluasan
dan komunikasi
PENGEMBANGAN SISTEM PERINGATAN
DINI BANJIR DALAM PROGRAM DRR ACF
MONIKA
(Alat Monitor Informasi Ketinggian Air)
Monika melibatkan pemasangan sensor
air di bendungan.
Sensor ini berwarna biru, untuk
mengetahui level siaga (siaga empat
hingga siaga satu).

Informasi akan masuk ke


Lurah, ketua RW dan RT, ketua Karang komputer yang akan
Taruna, Ketua PKK dan beberapa mengirimkan signal ke
tokoh masyarakat adalah mereka yang kelurahan, satlinmas dan media
telah terdaftar menerima SMS dari massa.
Monika.

Pada saat permukaan air mencapai Pihak Kelurahan dan media massa
ketinggian 100 cm maka alat dapat mengirimkan nomor HP yang
Monika akan mengirim SMS secara akan disimpan pada data base
otomatis ke nomor telepon seluler Monika. selanjutnya akan
yang disimpan di database mesin mendapatkan informasi mengenai
penjawab. ketinggian air secara otomatis.
Alat ini juga dapat dipasang di
semua pintu air yang sungai-
sungai yang mengalir ke
Bekasi, dan dapat Keakuratan informasi terletak
memberikan informasi kepada pada hasil pengukuran oleh
seluruh penduduk Bekasi stasiun pengamatan di pintu
karena SMS (baik yang air. Telah tersedia klasifikasi
otomatis maupun yang tingkat siaga yang ditetapkan
dengan permintaan) akan oleh SATKORLAK berdasarkan
terkirim ke pemancar radio, ketinggian muka air pada
pemancar televisi, pintu air.
Kecamatan, Kelurahan dan
bisa diakses oleh seluruh
warga Bekasi melalui telepon
seluler.
Selain itu, juga terdapat beberapa sarana pendukung seperti berikut
:

1. Pengeras Suara
Selain EWS, sarana pengeras
suara juga dioperasikan
sebagai penunjang sistem
untuk menyampaikan
himbauan dan pengumuman
kepada warga.
2. Workshop

1. Workshop Penyusunan Prosedur Tetap EWS di 2. Workshop EWS bersama dengan


Kelurahan-kelurahan fasilitator dari Satkorlak PBP Bekasi,
yang menghasilkan modul prosedur
tetap (Protap) EWS.
Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bahaya banjir

Membenahi sistem peringatan dini yang ada,

Membuat suatu pedoman atau langkah-langkah


sistematis dalam,

Mengantisipasi datangnya bahaya banjir, dan

Menentukan srategi dalam pengambilan keputusan


kegiatan peringatan dini banjir.
3. Sosialisasi SOP/Prosedur Tetap Sistem Peringatan
Dini Banjir

Sosialisasi SOP atau prosedur tetap EWS Panduan berupa Prosedur Tetap yang
bertempat di kantor Kelurahan dan dihadiri dapat dipakai untuk kegiatan
oleh fasilitator atau pembicara contohnya antisipasi datangnya bahaya banjir
seperti orang dari unsur Satlinmas, staf (Protap EWS). Protap ini merupakan
Kelurahan, Dewan Kelurahan, RW, RT, Karang dokumen resmi berisikan suatu
Taruna, PKK, Kali Arus dan para tokoh tindakan-tindakan atau langkah-
masyarakat. Selama berlangsungnya langkah sistematis yang disepakati
sosialisasi, para perwakilan dari masyarakat bersama antara instansi atau
menyepakati isi dari prosedur tetap tersebut. kelompok
■ Pembelajaran dari proses pengembangan EWS Banjir bersama masyarakat EWS yang
efektif harus bisa dipahami oleh masyarakat hingga kemudian dapat tertanam kesadaran
yang kuat untuk menjadikannya sebagai kebutuhan bersama.
■ Oleh karenanya, masyarakat perlu didorong untuk terus terlibat aktif dan
bertanggungjawab dalam penerapan EWS termasuk dalam pemeliharaanya.
■ Hal tersebut baru bisa diwujudkan apabila masyarakat dan pemerintah memahami
prinsip dan tujuan penerapan sistem peringatan dini. Oleh karena itu, upaya strategis
penguatan kapasitas masyarakat serta membangun kerjasama antar semua pihak dalam
meminimalkan dampak/risiko banjir masih perlu dilakukan secara berkesinambungan.

Keberhasilan perencanaan program EWS terletak pada perencanaan yang dilakukan


bersama masyarakat. Sudah semestinya kebutuhan akan EWS juga berdasarkan kebutuhan
dari masyarakat sehingga program menjadi efektif memenuhi kebutuhan bukan menciptakan
pemenuhan dari penciptaan kebutuhan. Pelaksanaan program pun dapat akan menjadi
sangat efektif. Alat-alat yang diusulkan untuk sistem peringatan dini juga berdasarkan
kebutuhan dan partisipasi masyarakat sehingga mereka bisa menggunakan dengan mudah
dan tidak terlalu menelan biaya.
1. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang. 2010.
Penduduk Akhir Tahun 2010 Kabupaten Malang. Malang :
BPS Kabupaten Malang.

DAFTAR
2. Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, cetakan ke-26, 2009.
3. http://www.kompas.com/kompascetak/0303/22/Ilpeng/190
014.html. Diakses tanggal 6 April 2018.

PUSTAKA
4. https://drracfjkteng.files.wordpress.com/2010/03/ews-
documentation1.pdf
5. Putuhena, W.M., dan Ginting, S. 2013. Pemodelan Simulasi
Banjir DKI Jakarta.Jurnal Tehnik Hidraulik, vol.4 no.2.
6. http://www.bekasikota.go.id/pages/kondisi-geografis-wilayah-
kota-bekasi
7. https://www.academia.edu/12555014/Kerentanan_Banjir_d
i_Bekasi
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai