Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Hakikat
Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya”
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan. Yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan YME akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
(Penulis)
1|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I
BAB II
BAB III
Kesimpulan ...................................................................................................... 13
LAMPIRAN
2|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
BAB I
PENDAHULUAN
3|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
hal yang terus perlu dipertimbangkan ketika manusia menjalani hidupnya, baik sebagai individu
maupun sebagai bagian dari sebuah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah “Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai
Kekayaan Sosial Budaya” adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hakikat keragaman dan kesetaraan manusia?
2. Bagaimanakah kemajukan dalam dinamika sosial budaya?
3. Bagaimanakah keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya bangsa?
4. Apa sajakah problematika keragaman dan kesetaraan dalam kehidupan masyarakat dan
negara?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah “Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan
Sosial Budaya” adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang hakikat keragaman dan kesetaraan manusia
2. Untuk mengetahui tentang kemajemukan dalam dinamika sosial budaya
3. Untuk mengetahui tentang keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya
bangsa
4. Untuk mengetahui problematika keragaman dan kesetaraan dalam kehidupan masyarakat
dan negara
4|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
BAB II
PEMBAHASAN
5|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
Sedangkan Timur mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga konsep kesetaraan dan
keberagaman, berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan melalui ajaran-ajarannya.
Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia, khususnya pada
suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal kebudayaan pada berbagai periodisasi
kehidupan masyarakat.Sehubungan dengan itu Negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan ciri
yang amat unik dan spesifik. Berbeda dengan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Yunani, yang
menjadi suatu negara bangsa karena kesamaan bahasa. Atau Australia, India, Sri Lanka, Singapura,
yang menjadi satu bangsa karena kesamaan daratan. Atau Jepang, Korea, dan negara-negara di
Timur Tengah, yang menjadi satu negara karena kesamaan ras. Indonesia menjadi satu negara
bangsa meski terdiri dari banyak bahasa, etnik, ras, dan kepulauan. Hal itu terwujud karena
kesamaan sejarah masa lalu; nyaris kesamaan wilayah selama 500 tahun Kerajaan Sriwijaya dan
300 tahun Kerajaan Majapahit dan sama-sama 350 tahun dijajah Belanda serta 3,5 tahun oleh
Jepang.
6|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
Sementara itu seksualitas adalah pembeda karena jenis kelamin. Karena perbedaan seks
bersifat kodrati, maka yang bisa melahirkan dan menyusui hanyalah perempuan.
2. Perbedaan Etnisitas, kesukuan, dan asal-usul keluarga
Dalam masyarakat kuno nama seseorang kadang menunjukkan derajat kebangsawanan
mereka. Tetapi masyarakat modern sekarang ini tidak lagi mengaitkan nama dengan nama
desa asal, tapi tergantung dari keluarga masing-masing pemilik nama. Sekarang banyak
orang mengambil nama dari suku lain, bahkan bangsa lain yang tidak punya ikatan sama
sekali. Terlepas dari perubahan apapun yang terjadi, etnisitas, kesukuan, dan asal-usul
keluarga merupakan cirri pembeda seseorang, kendatipun kemurniannya mulai menipis
lantaran frekuensi perkawinan campur antar antarsuku mulai meningkat.
3. Perbedaan Ekonomi
Perbedaan ini paling mudah dilihat, yang dalam terminology Marxisme tampak sebagai
perbedaan kelas social (golongan kaya-miskin), yang sering menimbulkan ketegangan dan
konflik antar golongan.
4. Kemajemukan Budaya
Kemajemukan budaya, berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dalam menjalani hidup.
Misalnya: cara memandang dan menyelesaikan persoalan, cara beribadah, perbedaan
dalam menerapkan pola pengelolan keluarga; atau singkatnya dapat disebutkan bagaimana
seseorang memandang dunia, masyarakat dan kehidupan di dalamnya.
7|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
mengatasi masalah kesehatan, bukannya mencari dokter. Demikian pula dalam hal mendidik anak
dalam keluarga. Ada yang menekankan bahwa berselisih pendapat dengan orang lain itu dianggap
tidak sopan dan mengggangu ketentraman. Karena itu, ada keluarga yang mendidik untuk tidak
membantah orang lain. Keluarga ini ketika mendapat seorang aak kecil berdepat dengan orang
tuanya merasa bahwa anak tersebut tidak sopan, kurang pendidikan, bahkan nakal dan kuarang
ajar. Hal ini menimbulkan persoalan bagi keluarga yang tidak menekankan pendidikan bahwa anak
harus penurut.
Keragaman budaya juga menjadi persoalan ketika dikaitkan dengan perbedaan sosial.
Munculah pandangan stereotip yaitu pandangan tentang sekelompok orang yang didefinisikan
karakternya kedalam grup. Pandangan tersebut bisa bersifat positif atau negatif. Sebagai contoh,
suatu bangsa dapat distereotipkan sebagai bangsa yang ramah atau tidak ramah.
Biasanya ciri-ciri dalam stereotip kebanyakan negatif, seperti cara bicara dan perilaku
orang batak kasar, cara bicara dan perilaku orang jawa lamban, orang cina pelit dan orang madura
suka berkelahi. Sejarah juga menjelaskan bahwa perbedaan budaya dan stereotip telah
menimbulkan banyak persoalan. Sindiran atau pelecehan tehadap budaya pernah terjadi dalam
sejarah kehidupan manusia seperti budaya atau orang tertentu sudah di cap buruk. Karena itu dalam
sejarah pernah terjadi pertobatan budaya. Penginjilan dan atau dakwah dari agama tertentu pada
masa lampau mencerminkan pandangan yang menganggap bahwa suatu budaya tertentu lebih
rendah dari budaya lain misalnya dalam konteks kekristenan sejarah pengijilan selalu terkait
dengan perendahan dan pelecehan budaya bahwa semua orang harus bertobat dan masuk agama
kristen yang baru dan menyelamatkan. Istilah budaya yang tinggi merupakan milik keraton yang
dipertentagkan dengan kebudayaan rakyat, milik orang biasa dan miskin merupakan bentuk upaya
membedakan sekaligus sindiran dan pelecehan antara suatu budaya dengan yang lain. Sekarang
ini muncul budaya global yang datang dari barat dan negara maju berhadapan dengan budaya lokal.
Budaya global tersebut memberikan dampak positif dan negatif bagi budaya lokal.
8|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
kebudayaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultur artinya memiliki banyak
budaya.
Etnik atau suku merupakan identitas sosial budaya seseorang. Artinya identifikasi
seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan, dan pranata yang dijalaninya
yan gbersumber dari etnik dari mana ia berasal. Namun dalam perkembangan berikutnya, identitas
sosial budaya seseorang tidak semata-mata ditentukan dari etniknya. Identitas seseorang mungkin
ditentukan dari golongan ekonomi, status sosial, tingkat pendidikan, profesi yang digelutinya, dan
lain-lain. Identitas etnik lama-kelamaan bisa hilang, misalnya karena adanya perkawinan campur
dan mobilitas yang tinggi.
Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan,
karakteristik Indonesia yang lain adalah sebagai berikut (Sutarno, 2007) :
1) Jumlah penduduk yang besar
2) Wilayah yang luas
3) Posisi hilang
4) Kekayaan alam dan daerah tropis
5) Jumlah pulau yang banyak
6) Persebaran pulau
Kesetaraan atau kesederajatan menunjuk pada adanya persamaan kedudukan, hak dan
kewajiban sebagai manusia. Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik
nyata dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme
kontrol yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip
kesetaraan dalam kehidupan nyata. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia
yang berderajat sama dengan meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya
berdasarkan atas asal rasial, sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan.
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan itu secara yuridis diakui dan dijamin
oleh negara melalui UUD’45. Warga negara tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama, dan
budayanya diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan negara Indonesia mengakui adanya prinsip persamaan kedudukan warga negara. Hal
ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27 ayat (1) UUD’45 bahwa “segala warga Negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
9|Page
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
Dinegara demokrasi, kedudukan dan perlakuan yang sama dari warga Negara merupakan ciri
utama sebab demokrasi menganut prinsip persamaan dan kebebasan. Persamaan kedudukan di
antara warga Negara, misalnya dalam bidang kehidupan seperti persamaan dalam bidang politik,
hukum, kesempatan, ekonomi, dan sosial.
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya daerah
memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun
Indonesia yang multicultural. Namun, kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah
dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri dari dua fase, yaitu fase disharmoni dan fase
disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai,
norma, dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi
disatukannya pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan
antarkelompok.
Konflik horizontal yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman
itu sendiri. Adanya perbedaan ras, etnik, dan agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan
10 | P a g e
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
pihak lain. Yang menjadi penyebab adalah tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada
berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain, inilah justru yang dapat memicu konflik.
Kesadaranlah yang dibutuhkan untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip
kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat tersebut. Satu hal yang penting adalah
meningkatkan pemahaman antar budaya dan masyarakat yang mana sedapat mungkin
menghilangkan penyakit budaya. Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrisme stereotip,
prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. (Sutarno, 2007).
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya
orang lain dengan standar budayanya sendiri. Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap
seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok
yang berbeda. Prasangka adalah sikap emosi yang mengarah pada cara berpikri dan berpandangan
secara negative dan tidak melihat fakta yang nyata ada. Rasisme bermakna anti terhadap ras lain
atau ras tertentu di luar ras sendiri. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan
kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Space goating
artinya pengkambinghitaman.
Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negates dari keragaman adalah sebagai berikut :
a. Semangat religious
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Dialog antar umat beragama
e. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia.
11 | P a g e
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
Problem yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk
tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antarmanusia atau antarwarga.
Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi. Upaya untuk menekan dan
menghapus praktik-praktik diskriminasi adalah melalui perlindungan dan penegakan HAM
disetiap ranah kehidupan manusia. Seperti negara kita Indonesia yang berkomitmen untuk
melindungi dan menegakkan hak asasi warga negara melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
tentang HAM.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hukum dan penghapusan
diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan
Republik Indonesia (SBKRI) melalui keputusan Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi
Presiden No. 4 Tahun 1999. Disamping itu, ditetapkannya Imlek sebagai hari libur nasional
menunjukkan perkembangan upaya penghapusan diskriminasi rasial telah berada pada arah yang
tepat.
Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial terjadinya perilaku diskriminatif. Untuk
mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah ditetapkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
12 | P a g e
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13 | P a g e
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan, nilai, norma, dan
tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antarkelompok. Ada beberapa solusi
yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil konflik-konflikyang muncul dari
keragaman adalah sebagai berikut : Semangat religious, semangat nasionalisme, semangat
pluralisme, dialog antar umat beragama, dan ,embangun suatu pola komunikasi untuk
interaksi maupun konfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia.
14 | P a g e
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya
DAFTAR PUSTAKA
http://catarts.wordpress.com/2012/04/13/bab-iv-manusia-keragaman-dan-kesetaraan/
http://liliputsupercrazy.blogspot.com/2012/10/kemajemukan-dalam-dinamika-sosial-
dan.html
http://rustadi29-dinamikakehidupan.blogspot.com/2011/07/kemajemukan-dan-
kesetaraan-sebagai.html
http://bagongmendem.blogspot.com/2012/09/makalah-manusia-keragaman-dan-
kesetaraan.html
http://buyungfbriant.blogspot.com/2012/11/problematika-keragaman-dan-kesetaraan.html
15 | P a g e
Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia sebagai Kekayaan Sosial Budaya