Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tanggung Jawab PT. Pacific Express Cargo terhadap Keterlambatan

ataupun hilangnya Barang pada Konsumen

Ekspeditur sebelum menjalankan kegiatan pengangkutan yang

diberikan kuasa oleh pengirim terlebih dahulu para pihak membuat suatu

perjanjian yang dimana perjanjian tersebut dapat berbentuk lisan ataupun

tertulis. Tujuan dari pembuatan perjanjian tersebut sendiri adalah untuk

mengatur hubungan hukum antara para pihak mengenai apa yang menjadi

hak dan kewajiban para pihak hal ini dibuat agar perbuatan yang

sewenang-wenang antara pihak yang satu terhadap pihak yang lain dapat

dihindari. Tanggung jawab seorang ekspeditur dalam hal kerugian yang

diterima oleh penerima barang sendiri sebelumnya telah dijelaskan pada

Pasal 91 KUHD terkait pengganti kerugian terhadap kerusakan barang

yang diterima dari dilaksanakannya kegiatan pengangkutan tersebut dan

pada Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

tepatnya pada Pasal 19 ayat 1 menjelaskan bahwa “pelaku usaha dalam

melaksanakan kegiatan usahanya patut memberikan pengganti kerugian

atas, pencemaran, kerusakan dan/atau kerugian yang diterima oleh


konsumen yang dapat disebabkan pada pengkonsumsian barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan dan/atau dihasilkan oleh pelaku usaha

tersebut.” Terkait dengan tanggung jawab seorang pelaku usaha dalam hal

kerugian yang diterima oleh seorang konsumen perlu diketahui terlebih

dahulu mengenai prinsip dari tanggung jawab yaitu:

1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan

2) Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga selalu bertanggung

jawab

3) Prinsip tanggung jawab praduga selalu tidak bertanggung jawab

4) Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan

A. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan

Unsur kesalahan yang merupakan salah satu dari 4 prinsip

tanggung jawab tersebut memiliki arti bahwa pertanggungjawaban

secara hukum yang dimintakan kepada seseorang hanya bisa

dilakukan apabila dalam melaksanakan kewajibannya terdapat

unsur kesalahan yang disebabkan oleh kelalainnya sendiri. Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang selanjutnya dapat disebut

sebagai KUHPER pada salah satu Pasal menjelaskan mengenai

tanggung jawab hukum terhadap kerugian yang diderita oleh

seseorang tercantum pada Pasal 1365 yang isinya yaitu mengenai

pengganti kerugian yang harus dilakukan seseorang sebagai


tanggung jawab terhadap perbuatan melanggar hukum yang telah

dilakukannya.

Penjelasan Pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa

terdapat 3 unsur yang terdapat didalamnya yaitu :

a) Adanya perbuatan

b) Adanya unsur kesalahan

c) Adanya kerugian yang diderita.1

B. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab

Prinsip ini dari namanya tersebut kita telah mengetahui bahwa

tanggung jawab seorang pengangkut sendiri harus bertanggung

jawab terhadap kerugian yang diterima oleh pengirim tetapi hal

tersebut dapat pengecualian apabila pengangkut dapat

membuktikan bahwa dia tidak bersalah dengan bukti yang kuat.

Prinsip tanggung jawab tersebut terdapat doktrin pada hukum

pengangkutan yang mengenal 4 hal yang dapat dilakukan

pengangkut untuk sebagai dasar tidak melaksanakan tanggung

jawabnya terhadap barang yang rusak ataupun hilang yaitu:

a) Pengangkut dapat tidak melaksanakan tanggung jawabnya

mengenai pengganti kerugian barang yang rusak selama

kegiatan pelaksanaan tersebut dilaksanakan apabila

1
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, “Hukum Perlindungan Konsumen”, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
93
pengangkut tersebut dapat membuktikan, bahwa kerugian yang

tersebut terjadi karena suatu keadaan yang diluar kekuasaan

(bencana alam)

b) Pengangkut dapat mengesampingkan tanggung jawabnya

membuktikan, bahwa selama pengangkutan barang tersebut

pihak pengangkut tersebut telah melakukan tindakan tertentu

untuk menghindari kerugian terhadap barang tersebut

c) Pengangkut dapat mengesampingkan tanggung jawabnya

sebagai penanggung jawab suatu barang yang menjadi

tanggungannya dalam pengangkutan dilaksanakan apabila ia

bisa membuktikan apabila kerugian yang telah menimpa barang

pengirim bukan disebabkan oleh kelalaian maupun perbuatan

pengangkut.

d) Pengangkut tidak bertanggung jawab apabila suatu barang

yang menjadi tanggungannya rusak pada saat pengangkutan

barang dilaksanakan dikarenakan pihak penumpang lalai

terhadap barang seperti dalam hal pengepakan barang maupun

karena kualitas barang yang kurang baik menyebabkan barang

tersebut rusak.

C. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab


Prinsip berbanding terbalik dengan prinsip pengangkut yang

selalu bertanggung jawab, dimana prinsip praduga untuk tidak selalu

bertanggung jawab. Salah satu contohnya adalah baik itu kerusakan

maupun kehilangan barang pada kabin yang dimana barang tersebut

diawasi oleh penumpang sendiri. Hal yang dijelaskan tersebut maka

pihak pengangkut tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.

D. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan

Prinsip ini memiliki pengertian bahwa dalam suatu perjanjian

pelaku usaha dapat menentukan tanggung jawabnya atau dapat

dibatasi sampai mana tanggung jawabnya dapat dilaksanakan yang

tentu harus berdasarkan kesepakatan dengan konsumen agar tidak

menimbulkan kerugian di kemudian hari dan biasanya tanggung jawab

terbatas ini tertulis dalam klausul suatu perjanjian.

Menurut Reza Rivaldi selaku operasional PT Pacific Express

Cargo terkait dengan objek penelitian yang dibahas mengenai

penyelesaian sengketa ekspeditur terhadap keterlambatan dan

kehilangan barang pada konsumen dijelaskan terlebih dahulu bahwa

yang dimaksud dengan keterlambatan barang adalah suatu keadaan

dimana barang yang menjadi tanggungannya tidak dapat terkirim tepat

waktu ke tempat tujuan.2 Keterlambatan pengiriman barang menurut

2
Wawancara dengan operasional PT Pacific Express Cargo, 12 September 2019
Pak Komang selaku Manager Marketing PT Pacific Express Cargo

sebagian besar terjadi karena overmacht.3 Overmacht memiliki

pengertian suatu keadaan yang tidak terduga setelah dibuatnya suatu

kesepakatan dalam perjanjian yang menyebabkan salah satu pihak

tidak dapat memenuhi prestasinya.4 Kejadian yang tak terduga yang

menyebabkan keterlambatan pengiriman barang PT Pacific Express

Cargo pada jalur udara dan laut biasanya disebabkan oleh faktor

cuaca yang tidak mendukung sehingga pengiriman barang perlu

ditunda sampai cuaca membaik. Terkait dengan hilangnya barang

menurut Komang selaku Manager Marketing PT Pacific Express Cargo

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hilangnya barang adalah

keadaan dimana pemilik barang tidak dapat menemukan barang baik

itu sebagian maupun sepenuhnya dalam hal saat pengangkutan

barang tersebut telah dikirimkan ketujuan, 5 dalam melaksanakan

kegiatan pengangkutan tersebut dijelaskan bahwa yang menjadi

penyebab hilangnya barang pada konsumen adalah karena terjadinya

pencurian selama perjalanan.

PT Pacific guna menjaga barang yang menjadi tanggungannya

terhadap pengirim pada awal pelaksanaan kegiatan pengangkutan

3
Wawancara dengan manager marketing PT Pacific Express Cargo, 19 September 2019.
4
Shohib Muslim, Khotbatul Laila, 2018 “Hukum Bisnis Edisi Revisi”, Polinema Press, Malang, hlm.
62
5
Wawancara dengan marketing PT Pacific Express Cargo, 19 September 2019.
tersebut pihak ekspeditur bersama dengan pengirim membuat perjanjian

secara lisan mengenai hal-hal yang dilaksanakannya kegiatan

pengangkutan baik sebelum, saat, maupun setelah barang telah sampai

ketujuan, adapun beberapa hal yang menjadi pokok perjanjian tersebut

adalah mengenai biaya penggunaan jasa pengangkutan, tanggung jawab

seorang ekspeditur terhadap terlambatnya ataupun hilangnya barang

selama pengangkutan dilaksanakan, maupun hak dan kewajiban

pengirim dan ekspeditur, dan tentu tanggung jawab seorang ekspeditur

hanya bisa terjadi apabila ekspeditur tidak dapat memenuhi

kewajibannya dalam hal menjaga pengiriman barang agar sampai

ketujuan dengan selamat. Dijelaskan oleh Pak Komang selaku Manager

Marketing PT Pacific bahwa keterlambatan barang terjadi biasanya

karena overmacht. Overmacht sendiri merupakan keadaan memaksa

seseorang yang merupakan penyebab seseorang tidak dapat memenuhi

prestasi yang dilindungi undang-undang dalam kasus PT Pacific sendiri

seperti cuaca buruk yang menyebabkan pesawat ataupun kapal tersebut

delay sehingga pengiriman tertunda dan tidak dapat sampai ke tujuan

sesuai dengan waktu yang ditentukan, sedangkan terkait hilangnya

barang dijelaskan oleh Pak Komang selaku Manager Marketing PT

Pacific yang merupakan penyebab utama adalah pencurian yang terjadi

pada saat pemindahan barang ke kargo kapal.


Pertanggungjawaban ekspeditur terhadap kerugian yang diterima

konsumen dalam undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen pada Pasal 4 poin ke 8 menjelaskan bahwa salah satu hak

konsumen adalah hak untuk mendapatkan ganti rugi atau kompensasi

dalam hal apabila barang yang telah diterima tidak sesuai dengan apa

yang telah diperjanjikan bersama, Pasal tersebut menjelaskan bahwa

ganti rugi harus diberikan oleh pelaku usaha terhadap kerugian yang

diterima oleh konsumen. Pasal tersebut tidak menjelaskan secara penuh

sebatas mana tanggung jawab seorang pelaku usaha dalam kasus ini

ekspeditur. Dijelaskan oleh Pak Komang selaku manager marketing PT

Pacific Express bahwa dalam hal kerugian berupa kerusakan ataupun

kehilangan yang diterima konsumen biasanya didasari dengan perjanjian

yang disepakati para pihak yang mana biasanya di awal perjanjian

dijelaskan kepada konsumen PT Pacific secara lisan bahwa apabila

terjadi kerugian baik itu kehilangan atau kerusakan pihak asuransilah

yang bertanggung jawab terhadap kerusakan ataupun kehilangan barang

tersebut dengan membayar premi sejumlah 2% dari nilai barang milik

pengirim barang, adapun perusahaan asuransi yang bekerja sama

dengan PT Pacific terkait terjadinya kerugian baik itu kehilangan ataupun

kerusakan barang adalah Asuransi Mitra, dan terkait untuk claim asuransi

terhadap adanya kerusakan dan kehilangan barang tersebut dari pihak

penerima barang dapat melampirkan foto terkait barang yang rusak


ataupun barang yang hilang dan dari pihak PT Pacific sendiri akan

memproses hasil dokumentasi berupa foto dari penerima barang dengan

membuat surat claim asuransi terkait hilang ataupun rusaknya barang

kepada Mitra Asuransi setelah itu pihak asuransi akan memproses

pengganti kerugian kepada penerima barang sebesar kerugian yang

diterima oleh penerima barang tersebut tetapi tidak melebihi 2% dari

jumlah asuransi yang telah dibayarkan sebelumnya oleh pengirim

barang, hal tersebut tentu memberikan penjelasan kepada kita bahwa

tanggung jawab seorang ekspeditur harus didasari pada suatu perjanjian

yang tentunya disepakati oleh para pihak. Perlindungan hukum dari pihak

ekspeditur terhadap konsumen yang menggunakan jasa pengangkutan

dan apabila terjadi kerugian semuanya tergantung pada klausul

perjanjian yang telah disepakati antara para pihak yang terikat tersebut,

hal ini sesuai dengan doktrin privity of contract mengenai tanggung jawab

seorang pelaku usaha yang hanya mengganti kerugian sebatas dengan

apa yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut.

PT Pacific Express Cargo terkait dengan keterlambatan pengiriman

barang pada konsumen sebelumnya perlu kita ketahui bahwa dijelaskan

oleh Pak Komang selaku Manager Marketing PT Pacific Express Cargo

dalam dilaksanakannya kegiatan pengangkutan oleh PT Pacific yang

merupakan penyebab utama barang tersebut tidak dapat sampai


ketujuan sesuai dengan waktu yang diperjanjikan adalah banyaknya

order yang berdatangan serta objek barang yang diangkut adalah barang

yang belum jadi sehingga barang tersebut tidak dapat langsung dikirim

ketujuan, apabila terjadi keterlambatan pengiriman barang upaya yang

dilaksanakan oleh PT Pacific dijelaskan oleh Pak Komang Selaku

Manager Marketing PT Pacific Express Cargo adalah memberikan

informasi terkait penyebab barang tersebut tidak dapat sampai ketujuan

tepat waktu kepada penerima barang yang biasanya disebabkan oleh

cuaca yang buruk terkait dengan kelalaian dari pihak PT Pacific dan

terhadap hal tersebut bentuk tanggung jawab dari PT Pacific adalah terus

memberitahukan kabar dari barang yang dikirimkan sampai ketujuan dan

apabila terdapat hambatan diperjalanan pihak PT Pacific melakukan

dokumentasi berupa foto dan komunikasi melalui aplikasi whatsapp untuk

memberitahukan bahwa barang tersebut tidak dapat sampai ke tujuan

tepat waktu karena suatu hal tertentu seperti cuaca yang buruk.

4.2 Penyelesaian Sengketa Ekspeditur terhadap Keterlambatan dan/atau

Kehilangan Barang pada Konsumen

Kegiatan jual beli barang atau jasa pasti tidak terlepas dengan

namanya sengketa, setiap sengketa yang terjadi selalu menuntut

pemecahan dan penyelesaian yang tepat sehingga diperlukan alternatif

penyelesaian sehingga sengketa yang terjadi tidak berkepanjangan,


menimbulkan kerugian yang besar dan tercapainya keadilan para pihak

bersengketa. Menjawab penyelesaian sengketa yang dapat menjaga

hubungan bisnis maka alternatif penyelesaian sengketa melalui non litigasi

adalah upaya yang dapat dilaksanakan. Undang-Undang no 30 tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10

menjelaskan bahwa alternatif penyelesaian sengketa adalah “cara

penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang

disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara,

konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”. Ruang lingkup

dari alternatif penyelesaian sengketa sendiri telah diatur dalam pasal 66

huruf b yakni :

1. Perniagaan

2. Perbankan

3. Keuangan

4. Penanaman Modal

5. Industri

6. Hak Kekayaan Intelektual.

Adapun mekanisme penyelesaian sengketa melalui negosiasi yaitu :

1) Negosiasi

Negosiasi adalah upaya penyelesaian sengketa yang

dilaksanakan oleh para pihak yang berselisih yang dalam


pelaksanaannya yaitu dengan berdiskusi antara dua belah pihak

tanpa menggunakan pihak ketiga sampai tercapainya kesepakatan

diantara para pihak. Alur negosiasi sendiri sepenuhnya dikuasai

oleh pihak yang bersengketa dan supaya pelaksanaan negosiasi

dapat berjalan dengan baik diperlukannya suatu strategi negosiasi

guna selesainya sengketa dan memuaskan kedua belah pihak.

Menurut Garry Goodpaster bahwa dalam bernegosiasi terdapat 3

dasar strategi yang dapat dilaksanakan yakni :

A. Bersaing

Negosiasi bersaing memiliki maksud bahwa dalam

melaksanakan negosiasi untuk mendapatkan keuntungan

secara maksimal terhadap tawar menawar dengan pihak lain

guna mendapatkan kemenangan pihak yang satu terhadap

pihak yang lain.

B. Kompromi

Strategi negosiasi melalui kompromi sendiri memiliki

maksud bahwa salah satu pihak yang dalam hal ini berselisih

harus mengorbankan sesuatu terhadap pihak lain untuk

mendapatkan suatu kesepakatan atau dalam hal ini para

negosiator tidak menerima semua yang diinginkan melainkan

hanya sebagian.
C. Kolaborasi pemecahan masalah

Strategi ini memiliki tujuan untuk mendapatkan

kepentingan sendiri dan tentunya kepentingan mitra yang diajak

bernegosiasi tersebut, dalam hal ini para pihak harus

menemukan jalan tengah dari perselisihan yang terjadi agar

keuntungan dapat diterima bersama.6

Negosiasi dalam pelaksanaannya terdapat beberapa tahap sebelum

pada akhirnya mencapai suatu kesepakatan, dijelaskan oleh William Ury

bahwa negosiasi terdapat empat tahapan yaitu :

1. Tahap persiapan

1) Mengenal lawan, pelajari lawan sebanyak mungkin dan lakukan

penelitian.

2) Berpikir dengan cara berpikir lawan seolah-olah kepentingan

lawan sama dengan kita.

3) Memahami kepentingan kita dan kepentingan lawan.

4) Mengidentifikasi masalah apakah masalah tersebut merupakan

masalah bersama.

5) Menentukan alternatif terbaik yang bisa dijadikan kesepakatan

negosiasi.
6
Dewi Tuti Muryati, 2011, “Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Non Litigasi Di Bidang
Perdagangan”, Volume 13 Nomor 1, Universitas Semarang, Semarang, hlm. 57
2. Tahap mengatur posisi

1) Saling melakukan pertukaran informasi.

2) Menjelaskan kebutuhan beserta permasalahan.

3) Mengajukan penawaran awal.

3. Tahap tawar menawar

1) Pihak yang berselisih saling menyampaikan penawaran beserta

alasannya yang kemudian digunakan untuk membujuk pihak lain.

2) Memahami pikiran lawan.

3) Mengidentifikasi kebutuhan bersama.

4) Mendiskusikan pilihan penyelesaian terhadap perselisihan

tersebut.

4. Tahap Penutup

1) Mengevaluasi pilihan penyelesaian yang paling rasional dan

menguntungkan para pihak.

2) Mengeksekusi solusi dari negosiasi yang dilaksanakan. 7

Penyelesaian sengketa terkait keterlambatan barang pada konsumen

yang dilakukan oleh PT Pacific sendiri dijelaskan oleh Pak Komang selaku

Manager Marketing PT Pacific Express Cargo adalah melakukan negosiasi

dengan pihak penerima barang mengenai penjadwalan ulang terhadap


7
R. Sefianto D. Purnomo, 2018,”Penyelesaian Sengketa Bisnis”, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, hlm.72
sampai barang ke tujuan yang harus menyesuaikan dengan jadwal

penerima barang dan penyebab dari pengiriman barang tersebut tidak

dapat sampai tepat waktu yang biasanya terjadi pada pengiriman barang

melalui jalur udara dan laut dikarenakan cuaca yang buruk yang

menyebabkan delay pada pengangkutan barang tersebut, selain hal

tersebut terdapat upaya lain yang dilakukan oleh PT Pacific terhadap

keterlambatan yang terjadi di kemudian hari yaitu dengan melakukan

upaya pencegahan dengan menganalisis pengiriman barang mengenai

kapan barang tersebut sudah harus sampai ke tujuan, booking

transportasi, dan menghitung waktu berapa lama barang tersebut telah

sampai di pelabuhan ataupun bandara sebelum selanjutnya dikirimkan

langsung kepada penerima barang, sedangkan terkait dengan kehilangan

barang penyelesaian sengketa yang dilaksanakan oleh ekspeditur dengan

penerima barang adalah sama dengan keterlambatan barang yakni melalui

negosiasi tetapi poin yang didiskusikan adalah apabila terdapat komplain

dari konsumen PT. Pacific memberikan penjelasan kembali dari perjanjian

yang telah disepakati bersama terkait kehilangan dan kerusakan barang

adalah asuransi yang bertanggung jawab dalam hal ini Mitra Asuransi

yang wajib mengganti barang yang rusak ataupun hilang dengan sejumlah

uang sesuai nilai barang yang telah hilang.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Tanggung jawab ekspeditur terhadap keterlambatan dan/atau

kehilangan barang pada konsumen

Tanggung jawab PT Pacific Express Cargo terhadap

keterlambatan dan kehilangan barang yaitu didasari dengan suatu

perjanjian yang dimana terhadap keterlambatan barang bentuk

tanggung jawab dari PT Pacific adalah terus memberitahukan kabar

dari barang yang dikirimkan sampai ketujuan dan apabila terdapat

hambatan diperjalanan pihak PT Pacific melakukan dokumentasi

berupa foto dan komunikasi melalui aplikasi whatsapp untuk

memberitahukan bahwa barang tersebut tidak dapat sampai ke tujuan

tepat waktu karena suatu hal tertentu seperti cuaca yang buruk,

sedangkan tanggung jawab PT Pacific terhadap kerugian baik itu

kehilangan atau kerusakan pihak asuransilah yang bertanggung jawab

terhadap kerusakan tersebut dengan membayar premi sejumlah 2%

dari nilai barang milik pengirim, adapun perusahaan asuransi yang

bekerja sama dengan PT Pacific terkait terjadinya kerugian baik itu


kehilangan ataupun kerusakan barang adalah Asuransi Mitra, dan

untuk claim asuransi terhadap adanya kerusakan dan kehilangan

barang tersebut dari pihak penerima barang dapat melampirkan foto

terkait barang yang rusak ataupun barang yang hilang dan dari pihak

PT Pacific sendiri akan memproses hasil dokumentasi berupa foto dari

penerima barang dengan membuat surat claim asuransi terkait hilang

ataupun rusaknya barang kepada Mitra Asuransi setelah itu pihak

asuransi akan memproses pengganti kerugian kepada penerima

barang sebesar kerugian yang diterima oleh penerima barang tersebut

tetapi tidak melebihi 2% dari jumlah asuransi yang telah dibayarkan

sebelumnya oleh pengirim barang.

5.1.2 Penyelesaian sengketa ekspeditur terhadap keterlambatan dan/atau

kehilangan barang pada konsumen

Penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh PT. Pacfic terhadap

keterlambatan pengiriman barang adalah melakukan negosiasi dengan

pihak penerima barang mengenai penjadwalan ulang terhadap sampai

barang ke tujuan yang harus menyesuaikan dengan jadwal penerima

barang dan penyebab dari pengiriman barang tersebut tidak dapat

sampai tepat waktu yang biasanya terjadi pada pengiriman barang

melalui jalur udara dan laut dikarenakan cuaca yang buruk yang

menyebabkan delay pada pengangkutan barang tersebut, sedangkan


terkait kehilangan barang yaitu dengan negosiasi tetapi poin yang

didiskusikan adalah apabila terdapat komplain dari konsumen PT.

Pacific memberikan penjelasan kembali dari perjanjian yang telah

disepakati bersama terkait kehilangan dan kerusakan barang adalah

asuransi yang bertanggung jawab dalam hal ini Mitra Asuransi yang

wajib mengganti barang yang rusak ataupun hilang dengan sejumlah

uang sesuai nilai barang yang telah hilang

5.2 Saran

Perlu diberikannya edukasi bagi seluruh masyarakat Indonesia

akan pentingnya suatu perjanjian dalam melaksanakan kegiatan jual beli

dikarenakan dalam perjanjian tersebut banyak hal-hal yang penting

terkait hak-hak dan kewajiban para pihak, hal lainnya yang menjadi saran

setelah dilaksanakannya penelitian ini adalah perlu diterapkannya

penginformasian kembali kepada konsumen terhadap keterlambatan

pengiriman barang seperti yang dilaksanakan oleh PT. Pacific Express

Cargo dikarenakan masih banyak perusahaan yang tidak memberikan

keterangan terhadap keterlambatan pengiriman barang sehingga

konsumen merasa ragu akan keberadaan barang tersebut akankah

sampai ketujuan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai