DALAM KEPAILITAN
TERMASUK HAK-HAK
NEGARA
Adapun jumlah perkara kepailitan dan PKPU di periode Jan’21-Jun’21 di Lima Pengadilan Niaga sebagai berikut.
No. Pengadilan Niaga Jumlah Perkara PKPU Jumlah Perkara Kepailitan
Tujuan Kepailitan :
▶ Untuk kepentingan dunia usaha dalam penyelesaian masalah utang-piutang secara adil,
cepat, terbuka dan efektif;
▶ Untuk menghindari perebutan harta Debitor oleh beberapa Kreditor;
▶ Untuk menghindari adanya Kreditur Pemegang Hak Kebendaan menjual barang milik
Debitor tanpa memperhatikan kepentingan Para Kreditor lain;
▶ Untuk menghindari adanya kecurangan salah seorang Kreditor dengan Debitor yang
merugikan kepentingan Kreditor lain (Kepailitan adalah collective settlement);
▶ Memberikan Perlindungan kepada Para Kreditor dan Debitor secara seimbang;
▶ Menjamin pembagian harta kekayaan Debitor sesuai dengan Asas Pari Passu Prorata
Parte (Proporsional sesuai jumlah tagihan Kreditor yang tidak dibebani Jaminan
Kebendaan).
PERSYARATAN DEBITOR DINYATAKAN
PAILIT
a. Syarat Materiil
i. Debitor mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat
ditagih (Pasal 2 (1) UUK & PKPU)
ii. Terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana mengenai terpenuhinya butir (i)
Kreditor :
▶ Pihak yang mempunyai piutang baik karena perjanjian atau UU, baik itu berbentuk badan hukum, individu maupun badan usaha
(Pasal 1 (2) dan (11) UUK & PKPU.
Utang :
Kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik
secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari, yang timbul karena perjanjian atau UU dan wajib dipenuhi oleh Debitor
dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapatkan pemenuhan dari harta kekayaan Debitor (Pasal 1 (6) UUK &
PKPU)
▶ Apabila ada suatu keadaan dimana Termohon juga memiliki dalil bahwa Pemohon melakukan wanprestasi dalam perjanjian dan
mengajukan Exceptio Non Adimpleti Contractus berdasarkan Pasal 1478 KUH Perdata, maka permohonan Pernyataan Pailit
tidak memenuhi pasal 8 (4) UUK & PKPU tersebut.
Apabila ada suatu keadaan dimana Termohon juga memiliki dalil bahwa Pemohon melakukan wanprestasi
dalam perjanjian dan mengajukan Exceptio Non Ad Impleti Contractus berdasarkan Pasal 1478 KUH
Perdata, maka permohonan Pernyataan Pailit tidak memenuhi pasal 8 (4) UUK & PKPU tersebut.
Contoh Kasus :
1. Perkara PT Telkomsel vs PT Prima Jaya Informatika
▶ Putusan Pengadilan Niaga Jakpus No. 48/Pilit/2012
▶ Dibatalkan Putusan MA RI No. 704 K/Pdt.Sus/2012
Dasar Hukum :
▶ Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, untuk pertama kali
dibentuknya pengadilan niaga berdasarkan PERPU No. 1 Tahun 1998 yang
diundangkan dengan UU No. 4 Tahun 1998.
▶ Keppres No. 97 Tahun 1999 tentang Pembentukan Pengadilan Niaga Pada
Pengadilan Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri
Surabaya dan Pengadilan Negeri Semarang :
AKIBAT ADANYA PUTUSAN PAILIT
a. Terhadap Debitor
Demi Hukum Debitor kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus
kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit;
b. Hakim Pengawas
▶ Hakim Pengawas mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit (Pasal 65 UUK &
PKPU);
▶ Hakim Pengawas tidak sedang menjalankan fungsi kekuasaan kehakiman (Pro Justisia)
▶ Hakim Pengawas bertindak sebagai Ketua dalam rapat-rapat Kreditor;
▶ Hakim Pengawas ditunjuk dari Hakim Pengadilan Niaga yang memiliki sertifikat pendidikan
dan Latihan dalam bidang Kepailitan.
ORGAN DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PKPU…
c. Kurator
▪ Kurator adalah Balai Harta Peninggalan (BHP) atau Kurator lainnya (Pasal 70 (1) UUK & PKPU
▪ Yang dapat menjadi Kurator adalah :
1) orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam
rangka mengurus dan membereskan harta pailit;
2) Terdaftar pada Kementerian Hukum dan HAM setelah mengikuti Pendidikan dan Latihan dan
menjadi anggota aktif pada organisasi profesi Kurator dan Pengurus (AKPI).
o Dalam surat Permohonan Pernyataan Pailit disebutkan calon Kurator yang direkomendasikan
Pemohon Pailit. Apabila tidak disebutkan maka secara otomatis BHP diangkat sebagai Kurator;
o Kurator yang diangkat harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Debitor dan
Kreditor dan tidak sedang menangani perkara Kepailitan dan PKPU lebih dari 3 perkara. (Pasal 15 (3)
UUK & PKPU)
Tugas Kurator :
▶ Tugas Kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit. (Pasal 69 (1) UUK &
PKPU;
▶ Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalainnya dalam melaksanakan tugas
pengurusan dan/atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.
ORGAN DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PKPU…
d. Pengurus
▶ Pengurus yang diangkat dalam PKPU adalah orang yang memiliki keahlian
khusus dan telah terdaftar sebagai Kurator & Pengurus pada Kementerian
Hukum dan HAM sebagaimana disebutkan di atas.
▶ Pengurus yang diangkat dalam PKPU harus independen dan tidak memiliki
benturan kepentingan dengan Debitor atau Kreditor dengan sanksi apabila
melanggar independensi adalah sanksi pidana dan/atau perdata. (Pasal 234
UUK & PKPU).
Tugas Pengurus :
• Tugas Pengurus adalah bersama-sama dengan Debitor melakukan
pengurusan Harta Kekayaan Debitor. Pengurus memberikan persetujuan
kepada Debitor dalam pengurusan harta kekayaan atau kepemilikan atas
seluruh atau sebagian hartanya. (Pasal 240 (1) UUK & PKPU).
• Pengurus bertanggungjawab terhadap kesalahan atau kelalainnya dalam
melaksanakan tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap
harta Debitor (Pasal 234 (4) UUK & PKPU)
ORGAN DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PKPU…
e. Debitor
Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan (Pasal
1 (3) UUK & PKPU.
f. Debitor Pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan Putusan
Pengadilan (Pasal 1 (4) UUK & PKPU
g. Kreditor
Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
Undang-undang yang dapat ditagih dimuka pengadilan. (Pasal 1 (2) UUK &
PKPU).
Ada 3 penggolongan Kreditor :
▶ Kreditor Preferen
(Pasal 1139 KUH Perdata, Pasal 1149 KUH Perdata, UU Ketenagakerjaan dan
Ketentuan Umum Perpajakan)
▶ Kreditor Separatis, yaitu Kreditur pemagang Gadai, Jaminan Fidusia, Hak
tanggungan atau hak agunan atas kebendaan lainnya;
▶ Kreditor Konkuren, yaitu Kreditor yang tidak memiliki hak istimewa (previlege) dan
tidak memegang jaminan kebendaan. Kreditor Konkuren menerima pembagian
harta pailit secara Proporsional (pariparu prorate parte).
h. Rapat Kreditor
✔ Rapat kreditor adalah Roh Kepailitan dan PKPU.
✔ Hampir seluruh keputusan dalam Kepailitan dan PKPU dilakukan dalam
pembahasan dalam Rapat Kreditor mulai voting perdamaian, insolvensi, going
concern, PKPU Tetap, Perpanjangan PKPU Tetap, Pengesahan Perdamaian,
Penolakan Pengesahan Perdamaian bahkan penjualan beberapa asset dalam
pemberesan Hakim Pengawas ingin mendengar suara pada Kreditor dan Debitor
sebelum memberikan izin/persetujuan kepada Kurator.
HUKUM ACARA DALAM PERKARA
KEPAILITAN DAN PKPU
a. Dasar Hukum
Kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini maka hukum acara
yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata (Pasal 299 UUK & PKPU)
Hukum Acara yang berlaku dalam mengadili perkara yang termasuk
“hal lain-lain” adalah sama dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku
bagi perkara permohonan pernyataan pailit temasuk mengenai
pembatasan jangka waktu penyelesaiannya. (Penjelasan Pasal 3 (1)
UUK & PKPU).
Tolak Kasasi PK
Kepailitan
Permohonan Pailit
Kabul Kasasi PK
Rapat Kreditor
Pertama
Rapat Verifikasi
Utang
Pemberesan,B
oedel Pailit dan
Tidak Ada Insolvensi Pembagian
Rencana
Perdamaian
Ada Rapat Pembahasan & Voting
▶ Debitor Pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada semua Kreditor (Pasal 144 UUk &
PKPU).
▶ Rencana Perdamaian diajukan paling lambat 8 hari sebelum Rapat Pencocokan Utang.
▶ Atas Rencana Perdamaian selanjutnya dilakukan pemungutan suara (voting) yang diikuti oleh suara
Kreditur Konkuren. Apabila mayoritas Kreditor Konkuren menyetujui maka Rencana Perdamaian
dituangkan dalam Perjanjian Perdamaian dan diajukan kepada Majelis Hakim Pemutus (Pengadilan)
untuk disahkan (dihomologasi).
▶ Apabila Rencana Perdamaian tidak disetujui oleh mayoritas Kreditor Konkuren (Pasal 151 UUK & PKPU)
atau Apabila tidak diajukan Rencana Perdamain maka demi hukum Harta Pailit berada dalam keadaan
Insolvensi dan selanjutnya Kurator dapat melakukan pemberesan harta pailit.
▶ Mekanisme Voting diatur dalam Pasal 144, Pasal 150 dan Pasal 151 UUK & PKPU serta PP No. 10
Tahun 2005 tentang Penghitungan Jumlah Hak Suara Kreditor.
▶ Jumlah suara Rp. 10 juta dihitung 1 suara, apabila piutang tidak sampai Rp. 10 jt tapi lebih dari Rp. 5jt
dihitung 1 suara apabila kurang dari Rp. 5 jt tidak dihitung sebagai suara tambahan.
▶ Apabila Putusan Menolak Permohonan Pailit, Pemohon pernyataan Pailit dapat mengajukan Kasasi yang
diputus selama 60 hari sejak Penetapan penunjukkan Majelis Hakim. Sebaliknya apabila Putusan
menyatakan Pailit, Termohon dapat mengajukan Kasasi dengan jangka waktu yang sama.
▶ Selanjutnya atas putusan Kasasi dapat diajukan upaya hukum Peninjauan Kembali dengan alasan
adanya Novum atau Kekeliruan Nyata dalam putusan Kasasi. Apabila alasan Novum tenggang waktu
pengajuan 180 hari sejak Putusan berkekuatan hukum tetap, apabila alasan Kekeliruan Nyata tenggang
waktunya 30 hari sejak adanya putusan yang memiliki kekuatan hukum tetap.
HUKUM ACARA DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PKPU…
c. Hukum Acara Dalam Perkara PKPU
(i) Pendaftaran Permohonan PKPU (baik voluntary petition oleh Debitor maupun permohonan
oleh Kreditor)
(ii) Persidangan (Tidak ada Eksepsi kecuali Kompetensi Absolut, tidak ada replik, duplik,
intervensi dan gugatan rekonvensi).
(iii) Dalam Pasal 303 UUK & PKPU disebutkan bahwa meskipun dalam Perjanjian memuat
Klausula Arbitrase, Pengadilan Niaga tetap berwenang memeriksa dan memutus “perkara pailit”
tidak disebutkan “perkara PKPU” namun dalam praktek baik pailit maupun PKPU dapat
mengesampingkan Klausula Arbitrase.
(iv) Alat Bukti (dalam Surat Keputusan MA No. 109/KMA/IV/2020 disebutkan meliputi : surat, saksi
dan ahli)
(v) Putusan Majelis Hakim
▶ Dalam jangka waktu 3 hari diputuskan PKPU Sementara untuk permohonan voluntary;
▶ Dalam jangka waktu 20 hari diputuskan PKPU Sementara untuk permohonan dari Kreditor
(vi) Dua kemungkinan Bunyi Amar Putusan Majelis Hakim :
▶ Menolak, selanjutnya perkara selesai tetapi di kemudian hari dapat diajukan kembali Permohonan
PKPU karena tidak dikenal asas Nebis in Idem;
▶ Mengabulkan, selanjutnya Pengurus dengan pengawasan Hakim Pengawas mengumuman dalam
Surat Kabar dan Berita Negara RI dan bersama-sama Debitor melakukan tindakan pengurusan
terhadap harta Debitor PKPU.
Terhadap Putusan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum apapun (Pasal 235 (1) UUK & PKPU)
Hukum Acara PKPU
Tolak PKPU bisa diajukan lagi (tidak ada nebis in idem)
Pengumuman Surat Kabar & BNRI
Permohonan Kabul
PKPU (PKPU-S) Rapat Kreditor Pertama
maksimal
Rapat Verifikasi Utang
45 hari
Rencana Perdamaian
Pailit
Perlu Waktu Cukup waktu 45 Voting Setuju Homologasi dan
Tambahan untuk hari PKPU berakhir
Pembahasan
Homologasi dan
Voting Setuju PKPU berakhir
PKPU tetap dan
perpanjangan
sampai dengan
maksimal 270
hari
f. Upaya Kurator untuk Pembatalan Hibah Debitor sebelum Pailit (Pasal 43- 44
UUK & PKPU)
g. Upaya Kurator untuk pembatalan pembayaran utang Debitor sebelum Pailit
dengan persengkokolan (Pasal 45 UUK & PKPU) ;
h. Penangguhan eksekusi jaminan kebendaan (Stay) ditujukan untuk
memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian, mengoptimalkan harta pailit
dan untuk memungkinkan Kurator melaksanakan tugas secara optimal (Penjelasan
Pasal 56 (1) UUK & PKPU)
i. Penjualan harta pailit berupa benda bergerak (Fidusia) untuk kelangsungan
usaha Debitor dengan perlindungan wajar kepada Kreditor, antara lain : ganti rugi
atas terjadinya penurunan harta pailit, hasil penjualan bersih, hak kebendaan
pengganti, imbalan yang wajar dan adil serta pembayaran tunai (utang yang
dijamin) lainnya. (Pasal 56 (3) UUK & PKPU)
j. Untuk Kreditor Preferen yang kedudukannya lebih tinggi dari Kreditor
Separatis, dalam hal ini Pajak dan Upah Buruh, dibayarkan terlebih dahulu,
bahkan apabila Jaminan Kebendaan dari Kreditor Separatis berhasil dijual, hasil
penjualannya wajib menyerahkan kepada Kreditor Preferen tersebut. (Pasal 60 (2)
UUK & PKPU).
… PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITOR
s. Dalam perkara Renvoi Prosedur, Kreditor yang piutangnya dibantah, tidak wajib
mengajukan bukti lebih daripada Debitor Pailit (Pasal 129 UUK & PKPU)
t. Dalam hal adanya Rencana Perdamaian dari Debitor Pailit, Kreditor Konkuren dapat
mengeluarkan suara untuk menyetujui dan menolaknya dengan alasan- alasan; (Pasal 151
UUk & PKPU);
u. Kreditor Konkuren dapat mengemukakan alasan untuk pengesahan atau penolakan
perdamaian (Pasal 157 UUk & PKPU)
v. Kreditor Konkuren yang menyetujui Rencana Perdamaian dapat mengajukan Kasasi
bila rencana perdamaian ditolak oleh mayoritas Kreditor Konkuren;
w. Kreditor Konkuren yang menolak Rencana Perdamaian dapat mengajukan Kasasi bila
Rencana Perdamaian diterima dan disahkan (Pasal 160 UUK & PKPU);
x. Meskipun sudah ada Perdamaian, Kreditor tetap memiliki hak terhadap Para
Penanggung dan sesama Debitor (Pasal 165 (1) UUK & PKPU); Lihat Pasal 1831 KUH
Perdata.
y. Kreditor dapat menuntut Pembatalan Perdamaian bila Debitor lalai (wanprestasi)
dalam memenuhi isi Perdamaian (Pasal 170 UUK & PKPU);
z. Kreditor berhak mengusulkan supaya perusahaan Debitor Pailit dilanjutkan (Pasal
179 dan Pasal 180 UUK & PKPU);
… PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITOR
aa. Sebaliknya atas usulan Kreditor, Hakim Pengawas dapat memerintahkan supaya
kelanjutan perusahaan dihentikan (Pasal 183 UUK & PKPU);
bb. Kurator wajib membayar piutang Kreditor yang mempunyai hak menahan suatu
benda, sehingga benda itu masuk Kembali dan menguntungkan harta pailit (Pasal 185 (4)
UUK & PKPU);
cc. Apabila Hakim Pengawas berpendapat terdapat cukup uang tunai, Kurator diperintahkan
untuk melakukan pembagian kepada Kreditor yang piutangnya telah dicocokkan (Pasal 188
UUK & PKPU;
dd. Kreditor yang terlambat dalam pencocokan piutang diberikan hak pembagian apabila
uang masih ada (Pasal 200 UUk & PKPU);
ee. Setelah Daftar Pembagian Penutup, Kreditor memperoleh Kembali hak eksekusi
terhadap harta Debitor mengenai piutang yang belum dibayar (Pasal 204 UUK 7 PKPU);
ff. Pembayaran semua utang oleh Debitor PKPU tidak boleh dilakukan kecuali
pembayaran dilakukan kepada semua Kreditor (Pasal 245 UUK & PKPU);
gg. Kreditor Konkuren dan Kreditor Separatis berhak mengeluarkan suara dalam Voting
untuk menyetujui atau menolak rencana Perdamaian atau perpanjangan PKPU (PKPU Tetap)
Pasal 229 dan Pasal 281 UUK & PKPU
hh. Keseluruhan tindakan Kurator (dalam Kepailitan) dan Pengurus (dalam PKPU) adalah
untuk kepentingan perlindungan Kreditor serta Debitor secara seimbang.
IMBALAN JASA KURATOR
(1) Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak.
(2) Ketentuan tentang hak mendahulu sebagiamana dimaksud pada ayat (1) meliputi pokok pajak, sanksi
administrasi berupa bunga, denda, kenaikan dan biaya penagihan pajak.
(3) Hak Mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap :
a. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu
barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak
b. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan atau;
c. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan
(3a) Dalam hal wajib pajak dinyatakan pailit, bubar atau dilikuidasi, maka kurator, likuidator atau orang
atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta wajib pajak dalam pailit,
pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta
tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.
HAK NEGARA DALAM KEPAILITAN…
B. UTANG SELAIN PAJAK
Kedudukan Negara sebagai Kreditor dapat menjadi Kreditor Preferen, Kreditor Separatis maupun Kreditor Konkuren sesuai
dengan posisi hukumnya dalam kerjasama dengan Debitor.
▶ Dalam bidang Kredit Perbankan, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BBPN) qq Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan
Bank-bank BUMN juga banyak mengisi daftar Kreditor Separatis dalam Kepailitan dan PKPU.
▶ Dalam Kontrak-kontrak Kerjasama antara Pemerintah (baca ; Negara) Dengan Swasta meliputi Kontrak Pengadaan Barang
dan Jasa, Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) atau kerjasama lain dalam Sektor Hulu Minyak dan Gas Bumi,
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam Pembangunan Infrastruktur atau kontrak-kontrak kerjasama lainnya
antara Pemerintah dengan swasta tidak dapat dipungkiri bahwa masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang dapat
saja menimbulkan perselisihan (disputes) manakala terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan perjanjian (breach of
contract).
▶ Pada saat terjadi perselisihan yang menimbulkan hak yang dapat dikategorikan sebagai Utang, pihak Pemerintah dapat saja
mengambil Langkah hukum Kepailitan atau PKPU.
Kedudukan Pemerintah dalam kontrak-kontrak kerjasama seperti itu pada umumnya adalah sebagai Kreditor Konkuren karena
tidak memiliki kualifikasi sebagai Kreditor Separatis maupun Kreditur Preferen. Untuk Kreditor Separatis memegang jaminan
kebendaan meliputi Gadai, Hak Tanggungan, Fidusia dan Hipotik. Sedangkan kedudukan sebagai Kreditor Preferen yang memiliki
hak istimewa sebagaimana diatur dalam Pasal 1139 KUH Perdata (Preferen Umum) dan Pasal 1149 KUHP Perdata (Preferen
Khusus).
Kedudukan sebagai Kreditor Konkuren dalam Praktek Kepailitan di Indonesia masih sangat rendah dalam tingkat pelunasan
utang (debt recovery) dikarenakan Badan Usaha pada umumnya telah memberikan harta kekayaannya sebagai jaminan
kebendaan kepada Bank selaku Pemberi Kredit, sedangkan untuk mengharapkan sisa dari hasil eksekusi jaminan kredit tersebut
sangat kecil harapannya. Dalam praktek pembagian hasil penjualan harta pailit, jarang ditemui adanya kelebihan nilai hasil
penjualan jaminan kredit kebendaan (Gadai, Hak Tanggungan dan Fidusia) untuk dibagikan kepada Para Kreditor Konkuren.
Justru Para Kreditur Separatis seringkali membagi sebagian tagihannya menjadi tagihan Konkuren karena nilai jaminan
kebendaan tidak mencukupi untuk melunasi seluruh Utang. (Pasal 60 (3), Pasal 138 dan Pasal 189 (5) UUK & PKPU).
HAK NEGARA DALAM KEPAILITAN…
▶ Menurut Robertus Bilitea (Pejabat pada BPPN, sekarang Komisaris Independen Bank Mandiri) dalam
halaman 154 Buku Dr. Andriani Nurdin, SH, MH berjudul “ Kepailitan BUMN Persero Berdasarkan Asas
Kepastian Hukum” disebutkan bahwa upaya BPPN yang dibentuk untuk menyelamatkan ekonomi Negara
dengan melakukan penagihan piutang negara melalui Pengadilan Niaga masih jauh dari harapan. Dari tagihan
Negara sebesar Rp. 5,5 Triliun yang berhasil dikembalikan tidak lebih dari 7 %.
▶ Menurut Dr. Bernard Nainggolan, SH, MH (Dosen dan Kurator) dalam Buku “Perlindungan Hukum Seimbang
Debitor, Kreditor dan Pihak-pihak Dalam Kepailitan” disebutkan bahwa nilai pemulihan utang yang umum
dicapai dalam kepailitan rata-rata hanya sebesar 11,6 %.
▶ Pembicara sendiri selaku Kurator/Pengurus dan Kuasa Hukum dari beberapa bank Swasta yang menangani
perkara-perkara Kepailitan dan PKPU menghitung tingkat rata-rata pemulihan utang tidak sampai 15 %.
▶ Mengantisipasi kekurangan dari Kepailitan dalam hal tingkat recovery tersebut Para Kreditor termasuk
Pemerintah sebaiknya menempuh Upaya Permohonan PKPU terhadap Debitor-debitor yang melakukan
pelanggaran perjanjian dan dikategorikan memiliki Utang karena dengan PKPU diharapkan Debitor memiliki
itikad baik mengajukan Rencana Perdamaian dan rencana Perdamaian yang disetujui oleh mayoritas Kreditor
Konkuren dan Kreditor Preferen (Pasal 229 dan Pasal 281 UUK & PKPU) potensi pemulihan utang masih
lebih besar dibandingkan apabila terjadi Kepailitan yang diselesaikan dengan Pemberesan Harta Pailit.
▶ Dalam pengelolaan kegiatan usaha sektor hulu minyak dan gas bumi dilaksanakan oleh SKK Migas selaku
Badan Pelaksana dengan Para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) beserta Para Kontraktor Pengadaan,
Supplier dan Vendor.
▶ Dalam Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) yang baku mengandung prinsip bahwa seluruh asset
(baik peralatan maupun tanah) yang diperoleh dari pembelian, yang diperlukan untuk pelaksanaan eksplorasi
dan eksploitasi menjadi milik negara sehingga berlaku ketentuan UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
▶ Apabila terjadi kepailitan pada KKKS, Kontraktor Pengadaan, Supplier atau Vendor sebagai Debitor Pailit akan
bersinggungan dengan tugas-tugas Kurator yang mengambilalih peran Debitor Pailit untuk pengurusan harta
pailit. Kurator diharapkan memahami aspek-aspek hukum didalam pengelolaan kegiatan usaha sektor hulu
migas meliputi seluruh peraturan terkait dan kontrak kerja samanya.
HAK NEGARA DALAM KEPAILITAN…
• Persero adalah BUMN yang modalnya terbagi atas saham yang seluruh atau paling sedikit 51 %
sahamnya dimiliki Negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan (Pasal 1 (2) UU BUMN);
• Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang maupun jasa yang bermutu tinggi
dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan (Pasal 1 (4) UU
BUMN).
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka terhadap BUMN yang berbentuk Persero dapat diajukan
Kepailitan maupun PKPU oleh pihak swasta, sedangkan BUMN Perum diajukan oleh Menteri
Keuangan.
HAK NEGARA DALAM KEPAILITAN…
BEBERAPA CONTOH BUMN SEBAGAI DEBITOR DALAM KASUS KEPAILITAN DAN
PKPU :
(i) PT Leces (Persero) (Dalam Pailit)
- PT Lautan Warna Sari selaku Pemohon PKPU;
- Putusan PKPU Dikabulkan;
- Homologasi
- Pembatalan Perdamaian (Pasal 291 Jo. Pasal 170 UUK & PKPU)
- Pailit dan Pemberesan
(ii) PT Dok & Perkapalan Koja Bahari
- BNP Paribas Hongkong dkk selaku Pemohon Pernyataan Pailit;
- Putusan Permohonan Pailit Ditolak sampai tingkat Peninjauan Kembali
(iii) PT Dirgantara Indonesia (Persero)
- Serikat Pekerja Forum Komunikasi Karyawan DI selaku Pemohon Pernyataan
Pailit
- Putusan Tolak sampai Tingkat Kasasi
(iv) PT Iglas (Persero)
- PT Interchem Plasagro Jaya selaku Pemohon Pernyataan Pailit;
- Putusan Permohonan Pailit PN Ditolak krn harus diajukan Menkeu, tetapi
dibatalkan oleh Putusan Kasasi MA, selanjutnya pada saat tingkat PK
terjadi perdamaian.
HAK NEGARA DALAM KEPAILITAN…
▶ Dari Putusan-putusan tersebut ternyata Majelis Hakim Tingkat Pertama maupun Mahkamah Agung memiliki
perbedaan penafsiran tentang frasa “BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik” yang mencakup
BUMN Persero dan BUMN Perum, maka beberapa Perkara kepailitan ditolak.
▶ Upaya yang sebaiknya ditempuh pihak swasta terhadap BUMN Persero adalah PKPU karena Majelis Hakim
sebagaimana berhasil dalam permohonan PKPU dalam kasus PT Leces (Persero) karena PKPU memang pada
dasarnya ditujukan untuk terciptanya perdamaian dengan restukturisasi utang. Bahwa dalam kelanjutannya PKPU
sampai pada Kepailitan hal itu dimungkinkan dibandingkan upaya hukum Permohonan Pernyataan Pailit secara
langsung kepada BUMN Persero sebagaimana kasus PT Dok & Perkapalan, PT DI dan PT Iglas tersebut di atas.
Sepatutnya Majelis Hakim dapat mempedomani Penjelasan Pasal 2 (5) UUK & PKPU serta Pasal 11 UU BUMN :
Pasal 11 UU BUMN :
“Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana
diatur dalam Undang-undang No. 1Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas”
Pengajuan PKPU terhadap BUMN yang berbentuk Perum dapat diajukan oleh Menteri Keuangan (Pasal 223 UUK &
PKPU).
b. Selain BUMN
- UUKPKPU tidak mengatur tentang kepailitan atau PKPU terhadap institusi Negara selain BUMN;
- Apabila Pemerintah melakukan wanprestasi terhadap Kontrak-kontrak Kerjasama dengan Badan
Usaha dan menimbulkan piutang bagi pihak swasta, maka pihak Swasta tidak dapat mengajukan
upaya hukum Kepailitan karena berdasarkan Pasal 50 Jo. Pasal 1 butir 10 UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (“UUPN”) disebutkan terhadap harta kekayaan negara tidak dapat
dilakukan Penyitaan, karena pengertian Kepailitan adalah “Sita Umum”.
▶ Bunyi Pasal 50 UUPN : HAK NEGARA DALAM KEPAILITAN…
“Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN
atau diperoleh dari perolehan lainnya yang sah”
Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh Badan Usaha atau pihak swasta yang merasa
dirugikan dalam Kontrak Perdata Dengan Pemerintah adalah mengajukan upaya gugatan
perdata melalui Pengadilan Negeri ataupun melalui Arbitrase apabila terdapat Klausula
Arbitrase dalam kontrak kerjasamanya.
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH