Anda di halaman 1dari 36

ORGANISASI GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

SERTA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PIMPINAN QABILAH

Oleh: Ramanda Uun Harun Syamsuddin

Disampaikan dalan Orientasi Kepanduan Hizbul Wathan

Qabilah Jenderal Soedirman Universitas Muhammadiyah Semarang

Semarang, 16 Desember 2015

STRUKTUR ORGANISASI

Kwartir Pusat – Kwartir Wilayah – Kwartir Daerah – Kwartir Cabang – Qabilah

QABILAH

Rumpun Athfal Pasukan Pengenal Kerabat Penghela Kafilah Penuntun

TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PIMPINAN QABILAH

1. Memimpin HW ditingkat Qabilah


2. Menetapkan kebijakan HW berdasarkan kebijakan Kwartir di atasnya, keputusan
Musyawarah Qabilah dan Rapat Pimpinan Qabilah
3. Membuat pedoman kerja, pembagian tugas dan wewenang anggotanya
4. Membina rumpun Athfal, Pasukan Pengenal, Kerabat Penghela, Kafilah Penuntun
5. Membina hubungan dengan Pimpinan Muhammadiyah, Ortom AUM setempat
6. Memberi laporan kepada kwartir di atasnya

PROGRAM KERJA QABILAH

1. Organisasi:

 Membangun organisasi/manajemen kepanduan islami terdepan


 Membangun organisasi professional, efektif, efisien, sehat, akuntabel,
tanggungjawab bersama
 Meningkatkan mutu anggota
 Membina rumpun athfal, pasukan pengenal, kerabat penghela, dan kafilah
penuntun
 Membangun dan membina organisasi yang amanah
2. Administrasi, Dana , dan Keuangan

Melengkapi buku – buku administrasi seperti:

 Buku Induk Anggota


 Buku Keuangan
 Buku Agenda Kegiatan
 Buku Inventaris
 Buku Ekspedisi Surat
 Buku Harian
 Buku Risalah Rapat
 Buku Kenaikan Tingkat
 Kartu Pribadi

Mewujudkan kemandirian pendanaan, memiliki ruang kerja, iuran anggota

3. DIKLAT

Peserta didik:

 Mengadakan kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan menantang yang mampu


membekali dengan nilai-nilai yang islami
 Mengintensifkan pelaksanaan SKT dan SKP
 menyelenggarakan temu giat peserta didik yang berjenjang seperti ceria pandu
athfal, perkemahan besar pandu pengenal, mahrojan pandu penghela dan
penuntun
 pemberian tanda penghargaan sepeti TKT, TKP, Bintang Tahunan
 upacara penerimaan anggota, kenaikan tingkat, pemindahan golongan, penyerahan
kepada masyarakat

Anggota Dewasa:

 mengikuti pelatihan jabatan seperti jaya pertiwi, jaya melati, jaya matahari
 pertemuan pelatih athfal, pengenal, penghela dan penuntun
 Pembinaan dan Akreditasi Pelatih Qabilah

4. HUMAS, Komunikasi dan Informasi

 Menjalin kerjasama dengan Muhammadiyah, AUM dan Ortom


 Menjalin hubungan dengan instansi pemerintah, swasta, orangtua peserta didik dan
masyarakat
 Mensosialisasikan kepanduan HW dengan kegiatan yang maslahat dan manfaat
 Pelatihan tenaga terampil pengguanaan alat-alat komunikasi/informasi
 Membuat data base keanggotaan
 Pelatihan muballigh dan kemampuan berkunikasi

Share
PROGRAM PRIORITAS GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL
WATHAN 2011 - 2015
Strategi dasar dan Kebijakan dasar pengembangan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
tahun pengamalan 2011-2015, dituangkan dalam 5 (lima) Program Prioritas yang saling terkait,
yaitu: Untuk : Peserta didik, Anggota dewasa, hubungan Masyarakat dan Keuangan, Manajemen,
Dana dan Keuangan .

I . PROGRAM PESERTA DIDIK PANDU HW


A. Prioritas
Peningkatan mutu kepanduan Hizbul Wathan dalam bentuk kegiatan yang lebih menarik,
menyenangkan dan menantang, yang mampu memberi bekal nilai nilai kehidupan islami,
kepribadian, watak, moral dan disiplin, berlandaskan program Kegiatan Peserta Didik (Youth
Programme) yang telah dimutakhirkan, dan diselenggarakan dengan menerapkan Prinsip Dasar dan
Metode Kepanduan (PDMK) secara efektif.
Memperkokoh kekuatan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dalam bidang pendidikan dan
latihan yang bercirikan islam, sehingga mampu menjadi kader yang istiqomah dimana – pun ia
berada .

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Kegiatan Peserta Didik Pandu HW
Pemutakhiran Program Pandu Athfal, Pandu Pengenal, Pandu Penghela dan, Penuntun dan
penerapannya harus dilaksanakan secara terus menerus agar lebih segar dan lebih menarik bagi
generasi muda ataupun angkatan muda Muhammadiyah serta sesuai dengan perkembangan minat
dan selera anak muda dan kebutuhan persyarikatan dan masyarakat.
Program Kegiatan Peserta Didik diarahkan terutama pada pembentukan kehidupan
islami , menumbuhkan jiwa “ wathaniyah “ semangat jihad, amal shaleh,watak, pendidikan budi
pekerti dan disiplin, dilaksanakan di alam bebas (terbuka ), berkaitan dengan lingkungan hidup,
penanaman jiwa semangat wiraswasta dan kemandirian serta amalan amalan dalam usaha
Muhammadiyah .
Dalam pelaksanaan program ini , peran terbesar ada pada Qabilah . Perlu dikembangkan
pelaksanaan program terpadu dengan melibatkan Kwarda dan adanya pengawasan / evaluasi dalam
implementasi . Dikaitkan dengan program ortom Persyarikatan Muhammadiyah .

2. Qabilah
Membenahi dan memantapkan Qabilah- Qabilah sehingga Qabilah benar-benar merupakan
wadah pembinaan kepribadian islami dan pangkal keanggotaan bagi peserta didik, sesuai dengan
ketentuan ketentuan dalam Petunjuk Pembentukan Qabilah.
Qabilah berpangkalan sekolah Muhammadiyah perlu dibenahi kembali sehingga
keberadaannya lebih otonom, dapat berkembang menjadi Qabilah lengkap dan berorietasi ke
Kwartir Daerah . Pihak sekolah dan Majelis Dikdasmen membantu dan memberi kemudahan-
kemudahan.
Qabilah yang berpangkalan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah perlu mempedomani
ketentuan dalam Petunjuk Pelaksanaan Qabilah yang berpangkalan di Perguruan Tinggi dan tetap
mengacu pada petunjuk Pelaksanaan Qabilah yang masih berlaku.
Perlu sedini mungkin diadakan temu pikir, penggalangan koordinasi dan sinkronisasi dengan
Majelis Dikdasmen Muhammadiyah dan Majelis Pendidikan Tinggi (mengenai Qabilah pangkalan
Perguruan Muhammadiyah /sekolah) dan (mengenai Qabilah Pesantren).
3. Penyelenggara Temu Giat Pandu APPP yang berjenjang dan dijadwalkan
Penyelenggaraan Temu Giat antar Qabilah perlu lebih sering diadakan. Khususnya
penyelenggaraan Temu Giat Pandu APPP yang berjenjang dan dijadwalkan, seperti Ceria Pandu
Athfal (CPA ) Jambore Pandu Pengenal (JAMPANAL), Jambore Pandu Penghela (JAMPALA),
lomba Tingkat Pandu Prestasi(LT ) , Perkemahan Besar Pandu HW dan sebagainya perlu
diperhatikan. Mutu dan nilai pendidikan serta mutu manajemen penyelenggaraannya harus
ditingkatkan.
Langkah-langkah penyempurnaan supaya dimulai jauh sebelumnya dan penjadwalannya
disesuaikan dengan jadwal atau kalender Silaturrahim Pandu Nasional maupun Internasional yang
relevan.

4. TEGRESPAN ( Temu Giat Prestasi Pandu )


Masing – masing jenjang dari Jambore Athfal , sampai Jambore Penuntun mengadakan temu giat
prestasi seperti lomba – lomba .

5. Buku Kepanduan Hizbul Wathan


Untuk memperluas kesempatan bagi peserta didik dalam pengembangan diri, maka buku-buku
kepanduan HW dan petunjuk-petunjuk teknik perlu dimutakhirkan, dilengkapi serta diperluas
penyebarannya melalui kedai Pandu HW seluruh jenjang dengan harga yang terjangkau.
Penulis dan pakar yang ada di daerah perlu dikerahkan perlindungan Hak Cipta perlu tetap
diperhatikan.
Pengetikan ulang buku kepanduan HW terbitan tahun 1950 – 1960 .
Jenis buku – buku yang mendesak perlu segera diterbitkan :
 Hand Book GKHW pegangan bagi pemimpin Pandu di lapangan dengan berbagai contoh nyata .
 Buku penuntun bagi peserta didik
 Buku saku sejenis pedoman ringkas untuk peserta didik
 Buku – buku petunjuk teknik ketrampilan kepanduan
 Buku panduan ( Guide book ) bahan acuan bagi para pelaksana organisasi dan pelaksana kegiatan .
 Buku bahan bacaan sebagai alat pendidikan terbuka secara umum
 Buku dan bahan – bahan lain dari WOSM ( World Organisasi Scout Movement / organisasi
Kepanduan Dunia ) dari yang diterjemahkan atau diadaptasikan.
Penerbitan buku kepanduan HW harus ditangani dengan mengorganisasikan dan memadukan upaya
penulisan dan penerbitan baik di Kwarda maupun di Kwartir Pusat, dengan demikian dapat
dikembangkan : Mutu, kemutakhiran, penyebaran dan ketersediaan , pengendalian harga dan
peningkatan pendapatan, imbalan bagi penulis dan perlindungan hak cipta Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan .

II . PROGRAM ANGGOTA DEWASA


A. Prioritas
Progam ini memprioritaskan implementasi pengelolaan anggota dewasa dalam Kepanduan
dengan menitikberatkan pada penyediaan pemimpin-pemimpin Pandu HW yang berkualifikasi
tepat, mempunyai komitmen kuat akan Kewajibannya /tugasnya, dan berkemauan untuk
mengembangkan kecakapan ketrampilan serta sikap yang dituntut oleh fungsinya.

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Kebijakan Mengenai Anggota Dewasa Dalam Kepanduan HW
Mengembangkan dan mengiplementasikan anggota dewasa dalam Kepanduan HW sebagai
suatu program yang sistematis mulai dari pengadaan/rekrutmen sampai pemberhentian/purna tugas.
Sebagai Acuan: WOSM: Adult in scouting, yang telah dikembangkan dalam Wold Adult Resources
policy.
2. Perkiraan dan Rencana Kebutuhan Pemimpin Pandu HW
Penentuan kebutuhan Pemimpin HW / pembina HW dan pelatih orang dewasa sesuai dengan
ratio per Pembina/Pemimpin 1 Pasukan , yang ditetapkan secara realistis, dihadapkan pada
kemampuan mendidik disertai dengan rancangan jadwal pengadaannya untuk memenuhi kebutuhan
secara bertahap.

3. Rencana Pengadaan Pemimpin HW dan Pelatih


Berdasarkan Rencana kebutuhan maka dibuat Rencana Pengadaan Pemimpin /Pembina HW
dan Pelatih yang realistis dapat dilaksanakan. Untuk ini perlu adanya peningkatan jumlah pelatih
dan pemerataan bagi setiap Kwartir, peningkatan kemampuan menyelenggarakan pelatihan / kursus
bagi lulusan Jaya Melati I, Jaya Melati II, Jaya Matahari I, Jaya Matahari II, Jaya Pertiwi, Latihan
Kepemimpinan, evaluasi dan akreditasi bagi para pelatih guna menjaga kompetensi dan mutu para
pelatih .
Rencana pengadaan ini hendaklah menjadi Rencana Induk yang disertai dengan rancangan
jadwal pengadaannya. Penyelenggaraan pelatihan secara bertahap untuk memenuhi seluruh
kebutuhan, menjangkau lebih dari 5 tahun. Untuk ini perlu peningkatan jumlah dan mutu
pemimpin Pandu HW .

4. Sistem Diklat Pusat keseluruh jenjang .


Peningkatan kemampuan penyelenggaraan kursus untuk memenuhi kebutuhan kuantitas dan
kualitas pemimpin HW dan pelatih putra dan putri. Pengaturan penyelenggaraan kursus tingkat
nasional, regional, dan daerah, serta penyusunan katalog kursus dan pelatihan yang lengkap dengan
di milikinnya pondok diklat HW.
Penyelenggaraan Diklat :
a. Jaya Melati I diwenangkan kepada Kwarda
b. Jaya Melati II di wenangkan kepada Wilayah
c. Jaya Matahari I , Jaya Matahari II dan Jaya pertiwi diwenangkan kepada Kwarpus.
Konsep Sistem selesai tahun 2011. Implementasi tahun 2012, dan Sistem sudah sepenuhnya
operasional mulai tahun 2013.

5. Pelatihan Sesuai Rencana Pengadaan


Proses ini mulai dari merekrut, melatih sampai menghasilkan pemimpin mahir yang siap
tugas dan pelatih-pelatih pemimpin HW. Bila Sumber Daya Insani (SDI ) dan keuangan berasal
dari instansi lain/amal usaha, perlu dikoordinasikan dan diadakan sinkronisasi dengan program
instansi tersebut.
Pengembangan dan penetapan kurikulum dan Silabi ,selesai sebelum akhir tahun 2011.
Pelatihan sesuai dengan Rencana Induk Pengadaan Pemimpin dan Pelatih dimulai tahun 2012.
Setiap jenjang melakukan pembinaan 6 bulan sekali sesuai kalender Pendidikan .

6. Pembinaan dan Pendanaan .


Koordinasi HW dengan Majelis atau lembaga dalam persyarikatan dengan amal usaha menyangkut
keberadaan HW di lingkungannya menjadi tanggung jawab bersama antara Majelis Dikdasmen ,
Majelis Dikti , Dalam pembinaan dan Pendanaan .
7. Pembinaan dan Akreditasi .
Pembinaan Tim Pelatih guna memelihara mutu dan kompetensi para pelatih dan pemimpin
pandu HW.
Sistem Akreditasi yang meliputi registrasi dan pemberian mandat (SHB = Surat Hak Bekerja
/ SHL= Surat Hak Latih ) demi meningkatkan kontrol terhadap pengaktifan dan mutu pembina dan
pelatih.
III . PROGRAM : HUBUNGAN MASYARAKAT, KOMUNIKASI DAN INFORMASI
A. Prioritas
Peningkatan citra umum mengenai Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dengan penyelenggaraan
kehumasan yang lebih terarah, memberikan pelayanan informasi, baik internal maupun eksternal,
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi yang cocok, mengembangkan dan
memelihara hubungan baik dengan semua pihak, seperti Majelis, Ortom , dan Amal usaha
Muhammadiyah , instansi pemerintah dan Kepanduan .
-Terbangunnya hubungan masyarakat, komunikasi dan informasi yang kondusif dan tidak kaku di
tengah dinamika perkembangan masyarakat yang komplek, dinamis dan kemajuan teknologi
komunikasi / informasi di era global .
- Meningkatkan hubungan masyarakat secara luas untuk membangun dan meningkatkan citra
GKHW, layanan publikasi cetak dan elektronik , mengembangkan system komunikasi dan
informasi tradisional dan modern .
- Menyusun “database” profil, kegiatan, pendataan multi media di setiap Kwartir, mengadakan
pelatihan ketrampilan penggunaan alat –alat komunikasi / informasi dan membuat, serta mengelola
“ website “ Kwarpus , Kwarwil dan Kwarda .

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Penerangan Tentang Gerakan Kepanduan HW yang Lebih Efektif
Meningkatkan pengertian dan citra mengenai Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
Penerangan tidak hanya ditujukan kepada masyarakat umumnya, melainkan lebih diarahkan kepada
Amal Usaha Persyarikatan Muhammadiyah tertentu yang penting.

2. Penampilan dan Kinerja Pandu HW yang Positif


Peningkatan citra dan kesadaran tentang kepanduan HW bagi lingkungan di dalam Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan sendiri maupun di masyarakat luas. Demikian pula Citra Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan forum regional dan internasional.
Penanganan permasalahan ini dikembangkan bersama dengan program kegiatan dan Kegiatan
Pengamalan Pandu HW. Dampak paling besar diberikan oleh penampilan sehari-hari, pemakaian
seragam, tingkah laku dan kesediaan menolong yang menjadi ciri-ciri Kepanduan HW. Di Tingkat
Kwartir.

3. Hubungan dan Kerjasama internal dan eksternal persyarikatan


Muhammadiyah .
Hubungan yang baik antara Gerakan Kepanduan HW dengan lembaga negara, instansi
pemerintah maupun amal usaha Muhammadiyah .
4. Pelayanan Informasi Intern dan Ekstern yang Meluas ,
Peningkatan pelayanan informasi terkini, Dengan pemanfaatan Internet dan Wasantara Net,
adanya Homepage Gerakan Kepanduan HW, forum diskusi dan percakapan langsung, perlu
ditingkatkan dan dimantapkan dibawah kendali Departemen Humas.
5. Kemampuan Kehumasan
Pembinaan kemampuan kehumasan di jajaran Gerakan Kepanduan HW. Dengan
menyelenggarakan kursus dan pentaloka kehumasan, ditingkatkan dengan melibatkan praktisi-
praktisi kehumasan profesional. Sementara kepada seluruh Anggota Gerakan kepanduan HW,
disusun paduan untuk dapat bertindak sebagai pelaku kehumasan.

IV . PROGRAM MANAJEMEN / ORGANISASI


A. Prioritas
Mengembangkan manajemen dalam Gerakan Kepanduan HW yang tanggap perkembangan
zaman dan mampu mendayagunakan sumberdaya yang tersedia secara efektif dan efisien dan
memfungsikan secara optimal kwartir. (Terutama Kwartir Daerah, sebagai Pembina Qabilah ) dan
pembinaan bank data mengenai Qabilah dan keanggotaan Pandu HW.
Membangun pelaksanaan organisasi / manajemen dalam memacu GKHW sebagai kepanduan
Islami terdepan ( leading ) dalam memfungsikan peranannya dalam dinamika umat dan
perkembangan IPTEK dan IMTAQ di era informasi global .
a. Membangun dan membina organisasi / Manajemen GKHW agar berjalan dengan baik (
professional, efektif , efisien, sehat, akuntabel ) dalam mensinergikan ( takafulul ijtimal) semua
jaringan dan potensi HW untuk mencapai tujuan.
b. Membiasakan dan mengembangkan organisasi / manajemen, yang amanah dan terukur
(measurable) diseluruh jenjang organisasi / manajemen , mengintensifkan penggunaan instrument –
instrument evaluasi dan penilaian kinerja organisasi/ manajemen yang amanah .
c. Mempercepat pembentukan Kwarwil, Kwarda, Kwarcab di daerah yang belum ada kwartirnya.
Memberdayakan Qabilah di tingkat ranting Muhammadiyah, mengintensifkan model regu / patrol
dalam kegiatan di masyarakat .
d. Peningkatan kualitas pengelola Kwartir dan Qabilah untuk kelancaran misi GKHW dan
pembentukan Dewan Sugli untuk semua Kwartir.
B. Hal hal yang perlu diperhatikan:
1. Pemantapan AD, ART, Peraturan Organisasi , system dan Prosedur
Penataan kembali terhadap kelembagaan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan terutama yang
bersangkutan dengan aturan, system dan prosedur organisasi agar berfungsi lebih baik,
inventarisasi, penataan kembali dan penyempurnaan, serta implementasinya.

2. Pemberdayaan Kwartir Daerah


Fungsionalisasi Kwarda HW dimulai tahun 2011, dengan devinisi permasalahan dan
pengembangan rencana pemantapan Kwarda HW, dengan melibatkan Kwarda HW. Perlu
diperhatikan tertib administrasi umum Gerakan Kepanduan HW terutama fungsi Kwarda sebagai
Kwartir tumpuan atau pangkal administrasi dan “Kwartir Penggerak” dalam membina Qabilah.

3. Staf Profesional / di KwartirPentingnya peranan staf profesional kepanduan agar lebih


difahami. Kebijakan dan Implementasinya ditetapkan tahun 2011. Implementasi direncanakan
selambatnya tahun 2012.
Pengkajian perlu diadakan mengenai apa benar introduksi staf profesional sudah diperlukan
dan apakah GerakanKepanduan HW sudah siap untuk Implementasinya?

4. Standarisasi / Pembekalan Perlengkapan dan Bank Data Pandu HW


Perlu ditetapkan standarisasi dan Perlindungan Hak milik Intelektual Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan mengenai Pakaian seragam, Perlengkapan dan buku Kepanduan HW .
Konsep Perlengkapan Pandu HW dan kedai HW dikembangkan terutama mengenai
penyediaan, distribusi pengendalian mutu dan harga barang perlengkapan Pandu .
Data mengenai Qabilah, keanggotaan Pemimpin Pandu HW dan Pelatih merupakan unsur-
unsur yang harus segera dikuasai dalam rangka pembenahan organisasi / manajemen GKHW.
Kwarda merupakan kunci dalam susunan system informasi GKHW yang didasarkan database yang
tersedia.
Jika kwarda belum mampu melaksanakan, maka hendaklah diterapkan system pengganti
dengan database yang dipusatkan di Kwarpus / Kwarwil. Yaitu dimulai dengan Sistem Registrasi
Qabilah yang pusatkan di Kwarpus sudah harus diimplementasikan selambat-lambatnya tahun
2012. Fungsi registrasi dialihkan secara berangsur kepada Kwarwil – Kwarda , sejalan dengan
refungsionalisasi Kwarda HW .
5. Bank Data
Data mengenai Qabilah, keanggotaan Pembina/Pemimpin HW dan Pelatih merupakan unsur-
unsur yang harus segera dikuasai dalam rangka pembenahan organisasi /manajemen Gerakan
Kepanduan HW . Kwarda HW merupakan organisasi kunci dalam susunan sistem Informasi
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan yang didasarkan database yang tersedia.
Jika Kwarda HW masih belum mampu melaksanakannya, maka hendaklah diterapkan sistem
pengganti dengan database yang dipusatkan di Kwarpus/ kwarwil. Yaitu dimulai dengan Sistem
Registrasi Qabilah. Sistem Registrasi Qabilah yang dipusatkan di Kwapus sudah harus
diimplementasikan selambatnya tahun 2012. Fungsi registrasi dialihkan secara berangsur kepada
Kwarwil – Kwarda , sejalan dengan Refungsionalisasi Kwarda Pandu Hizbul Wathan.

V. PROGRAM ADMINISTRASI, DANA DAN KEUANGAN


A. Prioritas
Mengupayakan kemandirian yang lebih besar dalam hal pendanaan guna mendukung Program
dan Kegiatan Pandu HW, serta meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan yang lebih baik
meliputi administrasi keuangan, kemampuan usaha dana dan penggunaannya secara efisien, efektif
dengan “ Mewujudkan administrasi yang baik, sebagai media kelancaran proses / rangkaian
kegiatan dalam organisasi dan manajemen GK HW .
Mewujudkan kemandirian dalam pendanaan sebagai upaya mendukung kelancaran
tugas – tugas organisasi / menajemen dan berupaya meningkatkan kemampuan pengelolaan
keuangan, sehingga terwujud efektifitas , efisiensi , dan kepercayaan dari berbagai pihak .
a. Membina kelancaran proses kegiatan Kwartir ( dengan kelancaran / administrasi yg baik )
membangun keharmonisan kerja, memfungsikan sarana dan prasarana kantor/ secretariat.
b. Inventarisasi petunjuk / pedoman penyelenggaraan administrasi, membuat pusat data keanggotaan
, kelembagaan dan mengintensifkan pengawasan / perlindungan standardisasi hak milik Kwartir,
seperti pakaian seragam dan atribut .
c. Intensifikasi iuran anggota , menggiatkan amal, zakat, infak, shadaqah dan membentuk koperasi,
serta menghidupkan kedai .
d. Menyebarluaskan pedoman administrasi keuangan, menyusun pedoman asuransi anggota dan
meningkatkan pembuatan KTA dan Penyampaian laporan .
B. Hal hal yang perlu diperhatikan :
1. Rencana Pengembangan Sumberdaya Keuangan dan Usaha Dana
Diupayakan sumberdaya keuangan dan usaha dana dalam mencapai kemandirian yang lebih
besar dalam hal Pengadaan Dana. Untuk itu perlu dibuat suatu rencana pengembangan sumberdaya
keuangan yang koomprehensif terintegrasi .

2. Pendayagunaan Aset dan Unit Usaha/ koperasi


Pembenahan aset dan unit usaha agar lebih efektif dalam pemberian jasa pelayanannya
maupun dalam menghasilkan pendapatan. Koperasi di jajaran Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
sebagai upaya menjadikan GK HW lebih mandiri dalam peningkatan kesejahteraan anggota .

3. Sistem Administrasi Keuangan


Dengan adanya Sistem Perencanaan Pemrograman dan Penganggaran (SPPP), maka perlu
ditindaklanjuti dengan pengembangan Sistem Administrasi Keuangan yang sesuai guna
memberikan kemudahan dalam perencanaan dan pengendalian keuangan kwartir.

4. Sistem Iuran
Disusun Petunjuk Penyelenggaraan tentang Iuran Anggota Pandu HW. Pada prinsipnya harus
ditekankan bahwa sedapat mungkin setiap anggota Pandu HW iuran sebagai bukti
keikutsertaannya dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
5. Asuransi
Disusun dan dikembangkan sistem asuransi yang tepat bagi seorang anggota Gerakan
Kepanduan Hizbul Wathan. Sistem Asuransi diharapkan dapat dikaitkan dengan sistem iuran
anggota KTA dan sekaligus pendataan anggota.
Koperasi Pandu HW
Memapankan usaha perkoperasian di jajaran Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, dalam
upaya untuk menjadikan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan lebih mandiri dalam peningkatan
kesejahteraan anggota.

Program prioritas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan 2011 – 2015 ini adalah acuan pokok
yang mengarahkan semua penetapan sasaran dan kegiatan dalam Rencana Kerja dan Program
Kerja untuk masa pengamalan 2011 – 2015 bagi seluruh jajaran Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan .
Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh suatu kesatuan upaya Kwartir Pusat dan
Kwartir Wilayah – Kwartir Daerah yang terpadu dalam meningkatkan penyelenggaraan Kepanduan
HW, mengatasi kekurangan dan kelemahan, serta mencapai sasaran yang dianggap prioritas masa
bakti pengamalan ini .
Untuk itu Program strategis ini harus dimasyarakatkan secara luas, semua jajaran Kwartir, dan
para fungsionaris Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan harus mengetahui, memahami, dan memiliki
komitmen untuk menyukseskannya dengan ikhsan .

KESIMPULAN HAL HAL YANG PERLU DIBENAHI :


 Program Kegiatan Peserta didik ( youth Programe )
 Penetapan Prinsip Dasar dan Metode Kepanduan masih kurang efektif.
 Penyediaan Pemimpin pandu HW Mahir
 Qabilah berpangkalan Sekolah, maupun Qabilah yg di Ranting Muhammadiyah .
 Demikian pula Pembinaan Karya Mandiri ( BKM HW )
 Pemberdayaan Kwartir Daerah ( Kota dan Kabupaten )
 Sistem registrasi dan pelaporan tidak berjalan teratur
 Pengembangan tenaga Profesional
 Kemandirian dalam Pendanaan
 Komunikasi informasi yang lebih terarah .
 Penampilan dan kinerja Pandu HW sehari – hari .

Demikian Program Prioritas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan untuk periode masa bakti 2011 –
2015, sedangkan penganggaran dan program / rencana aksi setiap departeman dan lembaga non
departeman akan dirumuskan / ditetapkan pada rapat kerja pimpinan Kwarpus setelah pelantikan .

Pondok Silat TMII Jakarta , 15 Januari 2011


Pimpinan sidang Sekretaris Sidang

SOLICHIN ISDIYANTO
Program Tahunan
Amal Bakti Santri (ABAS)
Merupakan program sosial yang diikuti oleh seluruh santri, baik putra maupun putri. Program ini berlangsung sekitar
4 – 5 hari dan bertempat di daerah – daerah perdesaan yang jauh dari keramaian kota. Acara ini dikemas dalam
bentuk pembagian sembako dan mengirim santri ke rumah – rumah warga yang masuk kategori masyarakat ekonomi
menengah kebawah untuk tinggal di dalamnya. Di rumah – rumah warga ini nantinya, santri mendapatkan tugas
mendalami peran dan turut langsung membantu kegiatan yang dilakukan oleh tuan rumah. Sebagai contoh, jika tuan
rumah seorang pedagang keliling, maka santri wajib turut aktif menjajakan dagangan tersebut. Atau jika tuan rumah
seorang buruh tani, maka santri turut aktif membantu melakukan kegiatan bertani.

Kegiatan ini dilakukan untuk mengasah kepekaan para santri terhadap kehidupan sosial yang ada disekitarnya.
Dengan melihat dan turut terjun langsung pada keluarga ekonomi menengah ke bawah ini, para santri mendapatkan
pelajaran penting tentang mensyukuri kehidupan. Karena, boleh jadi mereka, para santri, lebih beruntung dari isi
ekonomi jika dibandingkan dengan sebagaian warga pernah dimana acara ABAS berlangsung.

Dakwah Santri (DS)


Merupakan program tahunan yang diselenggarakan setiap bulan Ramadhan dan diikuti oleh santri tingkat SMA.
Dengan kelompok – kelompok kecil, para santri ditempatkan di daerah yang minim dai dan pengajar agama.
Sehingga tujuan dari program ini tercapai. Adapun di antara tujuannya adalah;

Menguji mental para santri untuk tampil di tengah masyarakat sebagai pendakwah serta menguji kecakapan untuk
berbaur dan berinteraksi.

Menguji kemampuan mereka memakmurkan masjid – masjid dan surau – surau dengan berbagai kegiatan keislaman.

Mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari di MBS dalam bentuk ceramah, khutbah dan mengajar TPA

Kemah Santri
Kemah santri merupakan satu agenda yang diikuti oleh sebagian besar santri kecuali santri kelas 12 SMA dan 9
SMP. Secara teknis, acara ini dipandu langsung oleh pembina kepanduan Hizbul Wathan (HW). Diselenggarakan
acara ini bertujuan sebagai berikut;

Menumbuhkan kemandirian dan keberanian, kreatifitas dalam diri setiap santri

Melatih kepemimpinan, tanggung jawab dan kedisiplinan

Mengajarkan kepada santri arti sebuah kerja sama

Memupuk kepedulian para santri terhadap kelestarian alam sekitar

Ujian kenaikan tingkat tapak suci


Ujian kenaikan tingkat bagi kader tapak suci putra muhammadiyah dilaksanakan setiap tahun melibatkan seluruh
santri yang ada. Kegiatan ini selain menguji kemampuan mereka dalam hal bela diri juga menjadi ajang pengkaderan
untuk mecari bibit unggul yang akan membawa nama harum MBS dibidang olahraga pencak silat.

Pentas seni dan kreatifitas santri (event – event tertentu)


Acara pentas seni ini diadakan beberapa kali dalam setahun. Seperti, gebyar Muharram, Semarak Idul Adha dan
jelang kelulusan (wisuda) kelas 12 SMA. Tujuan diadakannya acara ini antara lain untuk menumbuhkan kreatifitas
santri dalam bidang seni. Diantara pentas seni yang sering menjadi agenda rutin adalah

 Gelar pentas drama bahasa arab


 Festival nasyid
 Lomba kaligrafi

Pembekalan life skill


Program ini dikhususkan untuk para santri tingkat akhir di kelas 6 (enam) selepas mereka menyelesaikan ujian
pondok, jeda waktu yang ada digunakan untuk memberikan bekal kemampuan dalam life skill berupa pelatihan yang
bermanfaat dan bisa dipraktekan selepas mereka berada di lingkungan masyarakat.
MUQADDIMAH

Bismillaahirrahmaanirrahiimi

Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi
Munkar, dan Tajdid, beraqidah Islam, bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah, bertujuan menegakkan
dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
bergerak dalam segala bidang kehidupan, antara lain bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan
ekonomi.

Bahwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan harus diperjuangkan secara terus menerus antara lain
dengan membina generasi muda yang memiliki aqidah, fisik dan mental kuat, berilmu dan berteknologi
serta berakhlaqul karimah.

Allah berfirman :

Yang artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandaimya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mengucapkan perkataan yang
benar.” [Q.S. An Nisaa’ (4): 9]

Bahwa membina dan menggerakkan angkatan muda dengan cara memperteguh iman, mempergiat
ibadah, mempertinggi akhlaq, dan meningkatkan semangat jihad sehingga menjadi manusia muslim
yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa, merupakan bagian dari usaha Muhammadiyah untuk
mencapai tujuannya.

Gerakan kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom, mempunyai visi dan mengemban misi
Muhammadiyah dalam pendidikan anak, remaja, dan pemuda, sehingga mereka menjadi muslim yang
sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.

Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah untuk anak, remaja,
dan pemuda dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang,
dalam rangka membentuk warga negara yang berguna dan mandiri.

Dalam mewujudkan cita-cita di atas, pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H bertepatan dengan 18 November
1999 M, Persyarikata Muhammadiyah membangkitkan kembali Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan,
yang dalam seluruh kegiatannya bersemboyanFastabiqul khairat (berlomba-lombalah dalam berbuat
kebaikan)

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadaNya. Maka berlomba-
lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan”. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan
kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu” [Q.S.Al-
Baqarah (2):148].

Untuk landasan dasar Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan disusunlah Anggaran Dasar sebagai berikut.

BAB I

NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama

Gerakan kepanduan dalam Muhammadiyah adalah Hizbul Wathan disingkat HW.

Pasal 2

Waktu

HW didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336 H. (Hijriyah) / 1918 M (Miladiyah) dan dibangkitkan
kembali pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan surat keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 tanggal 10
Sya’ban 1420 H / 18 November 1999 M dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003 tanggal 1 Dzulhijjah 1423 H / 2 Februari 2003 untuk waktu
yang tidak ditentukan.

Pasal 3

Tempat Kedudukan

(1) Kedudukan pusat HW di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta.

(2) Di Jakarta Ibu Kota Negara Republik Indonesia, dibentuk perwakilan istimewa Kwartir Pusat HW.

(3) Kegiatan HW diselenggarakan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

BAB II

ASAS, MAKSUD, DAN TUJUAN

Pasal 4

Asas

HW berasas Islam.

Pasal 5

Maksud dan Tujuan

Maksud HW adalah menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda yang memiliki aqidah, mental
dan fisik, berilmu dan berteknologi serta berakhlaq karimah dengan tujuan untuk terwujudnya pribadi
muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa

BAB III

SIFAT, IDENTITAS, DAN CIRI KHAS

Pasal 6

Sifat

HW adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di luar lingkungan keluarga dan
sekolah, bersifat nasional, terbuka, dan sukarela serta tidak terkait dan tidak berorientasi pada partai
politik.

Pasal 7

Identitas

(1) HW adalah kepanduan islami, artinya dalam melaksanakan metode kepanduan adalah untuk
menanamkan aqidah Islam dan membentuk peserta didik berakhlak mulia.

(2) HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya mendidik anak, remaja, dan
pemuda dengan sistem kepanduan.

Pasal 8

Ciri Khas

(1) Ciri khas HW hakikatnya adalah bahwa Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode Kepanduan yang
harus diterapkan dalam setiap kegiatan yang pelaksanaannya disesuaikan kepentingan,
kebutuhan, sutuasi, kondisi maasyarakat, serta kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah.

(2) Prinsip Dasar Kepanduan adalah :

a. pengamalan akidah Islamiah;

b. pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam;

c. pengamalan kode kehormatan pandu.

(3) Metode pendidikan :

a. pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu;

b. kegiatan dilakukan di alam terbuka;

c. pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang;

d. penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan;

e. sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.

BAB IV

USAHA

Pasal 9

Macam-macam usaha

Untuk mencapai maksud dan tujuan, HW berusaha:

1. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak, remaja dan pemuda muslim;

2. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepanduan untuk para pelatih, pimpinan dan pemimpin
anak didik;

3. mengembangkan HW di seluruh Indonesia;

4. mengadakan kerjasama kelembagaan di dalam dan di luar negeri.

5. memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada Persyarikatan, Tanah air, dan Bangsa;

6. menumbuhkan rasa persaya diri, rasa bertanggung jawab, sikap dan perilaku yang kreatif dan
inovatif, disiplin, dan istiqamah;

7. melakukan usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan HW.

BAB V

KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN, DAN HAK

Pasal 10

Keanggotaan
Anggota HW adalah warga negara Republik Indonesia, beragama Islam, terdiri dari: anggota biasa,
anggota pembina, dan anggota kehormatan.

Pasal 11

Kewajiban dan Hak

(1) Setiap anggota Kepanduan HW mempunyai kewajiban dan hak.

(2) Kewajiban dan hak anggota Kepanduan HW diatur dalam anggaran Rumah Tangga

BAB VI

SUSUNAN DAN PENETAPAN ORGANISASI

Pasal 12

Susunan Organisasi

Susunan organisasi HW dari atas ke bawah secara bertingkat sebagai berikut :

1. Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara

2. Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi

3. Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten

4. Cabang ialah kesatuan Qabilah dalam satu Kecamatan

5. Qabilah ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan.

Pasal 13

Penetapan Organisasi

(1) Penetapan organisasi tingkat Pusat dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.

(2) Penetapan organisasi tingkat Wilayah, tingkat Daerah, tingkat Cabang , dan tingkat Qabilah masing-
masing dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh pimpinan Kwartir setingkat di
atasnya.

(3) Dalam hal yang luar biasa Kwartir Pusat dapat mengambil ketetapan lain.

(4) Dalam hal yang luar biasa Kwartir Pusat dapat mengambil keputusan lain

BAB VII

KWARTIR

Pasal 14

Pengertian dan Ketentuan

(1) Kwartir adalah nama sebutan pimpinan pada tingkat Pusat, tingkat Wilayah, tingkat Daerah, dan
tingkat Cabang yang dalam melaksanakan kepemimpinan pada tingkat masing-masing bersifat
kolektif-kolegial. Sedangkan pada tingkat Qabilah disebut Pimpinan Qabilah.

(2) Kwartir Pusat dipilih dan ditetapkan oleh Muktamar dan di antara calon terpilih dipilih Ketua Umum.

(3) Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Pimpinan Qabilah dipilih dan ditetapkan oleh
Musyawarah pada tingkatnya masing-masing. Siapa diantara mereka yang terpilih mendapatkan
suara terbanyak ditetapkan oleh Musyawarah pada tingkatnya masing-masing menjadi Ketua
Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Pimpinan Qabilah.
(4) Pengesahan diatur sebagai berikut :

a. Kwartir Pusat dilakukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah


b. Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Pimpinan Qabilah dilakukan oleh Kwartir
setingkat di atasnya.

Pasal 15

Pemilihan Kwartir

(1) Anggota Kwartir dan Pimpinan Qabilah adalah anggota Muhammadiyah dan anggota HW.

(2) Pemilihan Kwartir dan Pimpinan Qabilah dapat dilakukan secara langsung atau formatur

Pasal 16

Masa Jabatan dan Serah terima Jabatan

(1) Masa jabatan Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, dan Kwartir Cabang masing-masing
lima tahun.

(2) Serahterima jabatan Kwartir Pusat dilakukan pada waktu Muktamar. Sedangkan serahterima
jabatan Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Pimpinan Qabilah dilakukan
setelah disahkan oleh Kwartir setingkat di atasnya.

BAB VIII

PERMUSYAWARATAN

Pasal 17

Muktamar

Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi dalam HW, diselenggarakan oleh Kwartir Pusat, diadakan
satu kali dalam lima tahun, serta dihadiri oleh Kwartir Pusat, anggota Tanwir dari Kwartir Wilayah, dan
utusan Kwartir Daerah.

Pasal 18

Tanwir

Tanwir adalah permusyawaratan tertinggi dalam HW di bawah Muktamar, diselenggarakan oleh Kwartir
Pusat diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam masa jabatan Kwartir Pusat, serta dihadiri oleh
Kwartir Pusat dan anggota Tanwir dari Kwartir Wilayah.

Pasal 19

Muktamar Luar Biasa

Apabila dipandang perlu oleh Kwartir Pusat atau keputusan Tanwir dapat diselenggarakan Muktamar
Luar Biasa.

Pasal 20

Musyawarah Wilayah

Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan HW dalam Kwartir Wilayah, diselenggarakan oleh


Kwartir Wilayah diadakan satu kali dalam lima tahun, serta dihadiri oleh Kwartir Wilayah, utusan Kwartir
Daerah, dan utusan Kwartir Cabang.

Pasal 21
Musyawarah Daerah

Musyawarah Daerah adalah permusyawaratan HW dalam Kwartir Daerah, diselenggarakan oleh Kwartir
Daerah diadakan satu kali dalam lima tahun serta dihadiri oleh Kwartir Daerah, utusan Kwartir Cabang
dan utusan Pimpinan Qabilah .

Pasal 22

Musyawarah Cabang

Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan HW dalam Kwartir Cabang, diselenggarakan oleh


Kwartir Cabang diadakan satu kali dalam lima tahun, serta dihadiri oleh Kwartir Cabang, dan utusan
Pimpinan Qabilah.

Pasal 23

Musyawarah Qabilah

Musyawarah Qabilah HW adalah permusyawaratan HW dalam Qabilah, diselenggarakan oleh Pimpinan


Qabilah diadakan setiap dua tahun sekali,serta dihadiri Pimpinan Qabilah.

Pasal 24

Peraturan Permusyawaratan

(1) Setiap Musyawarah, baik yang diselenggarakan di tingkat Wilayah, tingkat Daerah, tingkat Cabang
maupun di tingkat Qabilah mengundang Kwartir setingkat di atasnya.

(2) Keputusan-keputusan Musyawarah tersebut dalam pasal 17 sampai dengan 23 diambil secara
mufakat atau dengan suara terbanyak

BAB XI

RAPAT DAN TANFIDZ

Pasal 25

Rapat Pimpinan

Rapat Pimpinan tingkat Kwartir dan tingkat Pimpinan Qabilah adalah rapat pimpinan pada tingkat
Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang, dan Pimpinan Qabilah untuk membahas masalah
mendesak dan kebijakan organisasi.

Pasal 26

Rapat Kerja

Rapat kerja Kwartir dan Pimpinan Qabilah adalah rapat pada tingkat Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah,
Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Pimpinan Qabilah untuk membahas dan memutuskan
penyelenggaraan program

Pasal 27

Tanfidz

(1) Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, Rapat Kwartir
dan Pimpinan Qabilah serta Rapat Kerja yang dilakukan oleh Kwartir pada tingkatnya masing-
masing dan Pimpinan Qabilah.

(2) Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, Rapat Kwartir dan Pimpinan Qabilah serta Rapat Kerja
berlaku sejak ditanfidzkan oleh Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang
dan Pimpinan Qabilah.

BAB X
KEKAYAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 28

Kekayaan

Kekayaan HW diperoleh dari:

(1) Uang pangkal, iuran anggota, dan bantuan yang tidak mengikat.

(2) Zakat, infaq, shadaqah, hibah, dan wakaf.

(3) Usaha lain yang halal dan sah.

Pasal 29

Pengawasan

(1) Untuk mengawasi gerak dan langkah organisasi diadakan sistem pengawasan.

(2) Pengawasan meliputi: sumber daya manusia, keuangan, dan harta kekayaan organisasi.

(3) Pembentukan, kedudukan, tugas, dan wewenang pengawas diatur dalam peraturan tersendiri.

BAB XI

LAMBANG, SIMBOL, BENDERA, MARS, DAN HIMNE

Pasal 30

Lambang dan Simbol

(1) Lambang HW adalah lingkaran matahari bersinar utama dua belas dan di tengahnya tertulis inisial
HW.

(2) Simbol HW adalah sekuntum bunga melati dengan pita di bawahnya yang bertuliskan

Pasal 31

Bendera

Bendera resmi HW berbentuk empat persegi panjang, dengan perbandingan lebar dan panjangnya dua
banding tiga, di dalamnya berisi enam garis hijau dan lima garis kuning mendatar berselang-seling. Di
sudut kiri atas terdapat lambang HW berwarna putih di atas dasar persegi panjang hijau.

Pasal 32

Mars dan Himne

HW mempunyai Mars dan Himne yang menyatakan jati diri dan perjuangannya dalam bentuk lirik lagu
yang bernada dan berirama.
BAB XII

KODE KEHORMATAN

Pasal 33

Janji dan Undang-Undang Pandu

(1) Kode kehormatan merupakan janji, semangat, dan akhlak pandu HW, baik dalam kehidupan pribadi
maupun bermasyarakat.
(2) Kode kehormatan pandu HW adalah janji pandu HW dan undang-undang pandu HW.

BAB XIII

ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 34

Penetapan Anggaran Rumah Tangga

(1) Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam Anggaran
Dasar.

(2) Perubahan Anggaran Rumah Tangga diputuskan dan disahkan oleh Tanwir atas usul Kwartir Pusat
HW.

BAB XIV

ANGGARAN DASAR

Pasal 35

Perubahan Anggaran Dasar

(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Muktamar yang mengagendakan acara
Perubahan Anggaran Dasar, atas usul Tanwir, yang dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari jumlah Kwartir Wilayah yang ada.

(2) Perubahan Anggaran Dasar diputuskan oleh Muktamar.

BAB XV

PEMBUBARAN

Pasal 36

Pembubaran

(1) HW hanya dapat dibubarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

(2) Jika HW dibubarkan, kekayaan organisasi akan diserahkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

BAB XVI

PENUTUP

Pasal 37

Penutup

(1) Hal-hal yang belum disebut dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
dan Buku Peraturan Dasar, atau petunjuk lain yang akan ditetapkan kemudian.

(2) Anggaran Dasar ini disahkan dan diputuskan oleh Muktamar I hizbul Wathan di Yogyakarta pada
tanggal 27-29 Dzulqa’dah 1426 H bertepatan dengan tanggal 29-31 Desember 2005 M dan
dinyatakan berlaku sejak ditanfidzkan.

(3) Anggaran Dasar ini sebagai pengganti Anggaran Dasar sebelumnya yang dinyatakan tidak berlaku
lagi.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

BAB I

NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT

Pasal 1

Nama

(1) Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, disingkat HW, adalah organisasi kepanduan dalam
Muhammadiyah.

(2) Sebagai satu gerakan, berarti setiap anggota harus aktif mengamalkan dan menyebar-
luaskan maksud dan tujuan HW.

(3) Arti Hizbul Wathan adalah Pembela Tanah Air.

Pasal 2

Waktu

(1) HW didirikan di Yogyakarta tahun 1336 Hijriyah / 1918 Miladiyah.

(2) Pada tahun 1943 bersama dengan organisasi kepanduan lainnya, HW dibubarkan oleh
Pemerintah Penjajahan Jepang.

(3) Pada tanggal 29 Januari 1950 HW bangkit lagi dengan berbagai perubahan.

(4) Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238/61 tanggal 20 Mei 1961
bersama dengan organisasi kepanduan lainnya HW dilebur menjadi Pramuka.

(5) Pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M. HW
dibangkitkan kembali berdasarkan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 92/SK-
PP/VI-B/1.b/1999 M tanggal 10 Sya’ban 1420 H / 18 November 1999 M dan dipertegas
dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 10/KEP/I.O/B/2003 M
tanggal 1 Dzulhijjah 1423 H / 22 Februari 2003 M.

Pasal 3

Tempat Kedudukan

(1) Kwartir Pusat HW, berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
sebagai pimpinan tertinggi HW se Indonesia, memimpin dan menyelenggarakan
aktivitasnya dari Yogyakarta

(2) Di Jakarta Ibu Kota Negara Republik Indonesia, dibentuk perwakilan istimewa Kwartir Pusat
HW yang tugasnya ditentukan dan ditetapkan oleh Kwartir Pusat HW.

BAB II

KEANGGOTAAN

Pasal 4

Anggota Biasa
(1) Anggota Biasa HW adalah peserta didik putera dan puteri yang dikelompokkan menjadi:

a. Athfal berumur 6 sampai 10 tahun.

b. Pengenal berumur 11 sampai 16 tahun.

c. Penghela berumur 17 sampai 20 tahun.

d. Penuntun berumur 21 sampai 25 tahun.

(2) Untuk menjadi anggota HW harus memenuhi syarat dan menempuh tata-cara tertentu yang
diatur dalam Buku Peraturan Dasar.

Pasal 5

Anggota Pembina

(1) Anggota pembina HW adalah mereka yang tugas utamanya:

a. melatih Pemimpin dan atau melatih serta memimpin peserta didik;

b. mengelola dan atau memimpin Kwartir atau Qabilah

(2) Anggota Pembina HW terdiri dari Pelatih, Instruktur, Pemimpin Satuan.

(3) Semua anggota Pembina harus dibekali pelatihan yang terkait dengan tugasnya, sesuai
dengan pola dan sistem pelatihan di HW.

Pasal 6

Anggota Kehormatan

(1) Anggota Kehormatan adalah para pecinta HW yang karena usia, kesehatan, atau
kesibukan kerja tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepanduan.

(2) Anggota Kehormatan terdiri atas :

a. Pandu Wreda HW dan Pandu Wreda NA (Nasyiatul `Aisyiyah)

b. Orang yang berjasa dalam pengembangan HW

c. Simpatisan HW.

(3) Untuk dapat menjadi Anggota Kehormatan, mereka didaftar atas rekomendasi Pimpinan
Kwartir ataupun Pimpinan Qabilah yang bersangkutan.

Pasal 7

Kewajiban dan Hak

(1) Setiap anggota biasa dan anggota pembina HW berkewajiban untuk:

a. menjunjung tinggi dan mengamalkan Kode Kehormatan HW;

b. mentaati semua peraturan yang berlaku di lingkungan HW;

c. memakai seragam HW pada saat pelatihan, upacara, dan kegiatan lain yang diatur
dalam Buku Peraturan Dasar;

d. membayar iuran anggota yang jumlahnya ditentukan oleh Kwartir ;

(2) Setiap anggota biasa seperti tersebut pada ayat (1) pasal ini, mempunyai hak:
a. mendapat kartu tanda anggota,

b. mengikuti pendidikan dan pelatihan,

c. menyampaikan pendapat,

d. memilih dan dipilih.

(3) Setiap Anggota Kehormatan memiliki hak:

a. mendapat kartu tanda anggota,

b. mengeluarkan pendapat.

Pasal 8

Pemberhentian

(1) Anggota HW berhenti:

a. atas permintaan sendiri

b. meninggal dunia

c. diberhentikan dengan keputusan kwartir yang mengangkatnya

(2) Anggota HW dapat diberhentikan apabila:

a. melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ataupun Peraturan HW


lainnya;

b. melakukan tindak pidana

(3) Sebelum diberhentikan, yang bersangkutan diberi peringatan lisan dan


tertulis. Surat peringatan diberikan sebanyak tiga kali dengan selang waktu masing-
masing satu bulan.

(4) Usul pemberhentian dilakukan oleh Kwartir atau Qabilah kepada Kwartir setingkat diatasnya.

Pasal 9

Pembelaan

Anggota HW yang diberhentikan dapat mengajukan pembelaan dalam Musyawarah


ataupun Muktamar terdekat.

Pasal 10

Rehabilitasi

(1) Anggota HW yang diberhentikan berdasarkan pasal 8 ayat (2) ART ini dapat mengajukan
permohonan menjadi anggota HW kembali setelah memperbaiki kesalahannya.

(2) Penerimaan kembali anggota HW yang berhenti sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat (1)
huruf a dan c dilakukan dengan persetujuan Kwartir atau Qabilah yang mengangkatnya.
BAB III

KWARTIR

Pasal 11

Kwartir Pusat

(1) Kwartir Pusat memimpin gerakan kepanduan HW tingkat nasional.

(2) Kwartir Pusat menetapkan kebijakan HW berdasarkan keputusan Muktamar dan Tanwir.

(3) Kwartir Pusat membuat pedoman kerja, pembagian tugas, dan wewenang bagi anggotanya.

(4) Kwartir Pusat sekurang-kurangnya tiga belas orang, dan apabila diperlukan dapat ditambah
sesuai dengan kebutuhan organisasi.

(5) Kwartir Pusat dipilih dan ditetapkan oleh Muktamar HW untuk satu masa jabatan dari calon-
calon yang diusulkan oleh Tanwir.

(6) Di antara calon terpilih, Ketua Umum dipilih dan ditetapkandengan cara musyawarah
mufakat.

(7) Jabatan Ketua Umum Kwartir Pusat dapat dijabat oleh orang yang sama, sebanyak-
banyaknya duakali masa jabatan berturut-turut.

(8) Jika Ketua Umum Kwartir Pusat berhalangan tetap, Kwartir Pusat mengusulkan kepada
Tanwir untuk menentukan penggantinya. Selama menunggu ketetapan Tanwir, Ketua
Umum Kwartir Pusat yang berhalangan tetap, dijabat oleh salah satu seorang ketua
berdasarkan keputusan rapat Kwartir Pusat.

(9) Ketua Umum, Ketua, Sekretaris Umum, Sekretaris, Bendahara Umum dan Bendahara
ditetapkan untuk menjalankan tugas sehari-hari Kwartir Pusat.

Pasal 12

Kwartir Wilayah

(1) Kwartir Wilayah memimpin HW di tingkat wilayah.

(2) Kwartir Wilayah menetapkan kebijakan HW dalam wilayahnya berdasar kebijakan Kwartir
Pusat, keputusan Musyawarah Wilayah dan Rapat Pimpinan tingkat Kwartir Wilayah.

(3) Kwartir Wilayah membuat pedoman kerja, pembagian tugas dan wewenang bagi
anggotanya.

(4) Kwartir Wilayah sekurang-kurangnya sebelas orang, dan dapat menambah sesuai dengan
kebutuhan organisasi.

(5) Kwartir Wilayah dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah dan disahkan oleh
Pimpinan Kwartir Pusat.

(6) Di antara calon terpilih yang mendapat suara terbanyak tidak harus ditetapkan sebagai
Ketua Kwartir Wilayah serta disahkan oleh Kwartir Pusat

(7) Jabatabn Ketua Kwartir Wilayah dapat dijabat oleh orang yang sama, sebanyak-
banyaknya duakali masa jabatan berturut-turut.

(8) Jika Ketua Kwartir Wilayah berhalangan tetap, Wakil Ketua ditunjuk sebagai pejabat atas
keputusan rapat Kwartir Wilayah sampai berlangsungnya Rapat Pimpinan tingkat Kwartir
Wilayah.
(9) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara
ditetapkan untuk menjalankan tugas sehari-hari Kwartir Wilayah.

Pasal 13

Kwartir Daerah

(1) Kwartir Daerah memimpin HW di tingkat Daerah.

(2) Kwartir Daerah menetapkan kebijakan HW dalam daerahnya berdasarkan kebijakan Kwartir
diatasnya, keputusan Musyawarah Daerah dan Rapat Pimpinan tingkat Kwartir Daerah.

(3) Kwartir Daerah membuat pedoman kerja, pembagian tugas dan wewenang bagi
anggotanya.

(4) Kwartir Daerah sekurang-kurangnya sembilan orang, dan dapat menambah sesuai dengan
kebutuhan organisasi.

(5) Kwartir Daerah dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Daerah dan disahkan oleh Kwartir
Wilayah.

(6) Di antara calon terpilih yang mendapat suara terbanyak tidak harus ditetapkan oleh
Musyawarah Daerah sebagai Ketua Kwartir Daerah dan disahkan oleh kwartir Wilayah.

(7) Ketua Kwartir Daerah dapat dijabat oleh orang yang samasebanyak-banyaknya duakali
masa jabatan berturut-turut.

(8) Jika Ketua Kwartir Daerah berhalangan tetap, wakil ketua ditunjuk sebagai pejabat atas
keputusan rapat Kwartir Daerah sampai berlangsungnya Rapat Pimpinan tingkat Kwartir
Daerah.

(9) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara
ditetapkan untuk menjalankan tugas sehari-hari Kwartir Daerah.

Pasal 14

Kwartir Cabang

(1) Kwartir Cabang memimpin HW di tingkat Cabang.

(2) Kwartir Cabang menetapkan kebijakan HW dalam Cabangnya berdasar kebijakan Kwartir di
atasnya, keputusan Musyawarah Cabang, dan Rapat Pimpinan tingkat Kwartir Cabang.

(3) Kwartir Cabang membuat pedoman kerja, pembagian tugas dan wewenang bagi
anggotanya.

(4) Kwartir Cabang sekurang-kurngnya tujuh orang, dan dapat menambah sesuai dengan
kebutuhan organisasi.

(5) Kwartir Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Cabang dan disahkan oleh Kwartir
Daerah.

(6) Diantara calon terpilih yang mendapat suara terbanyak tidak harus ditetapkan sebagai
Ketua Kwartir Cabang.

(7) Jika Ketua Kwartir Cabang berhalangan tetap, Wakil Ketua ditunjuk sebagai pejabat atas
putusan rapat Kwartir Cabang sampai berlangsungnya rapat Pimpinan tingkat Kwartir
Cabang.

Pasal 15
Pimpinan Qabilah

(1) Pimpinan Qabilah memimpin HW di tingkat Qabilah.

(2) Pimpinan Qabilah menetapkan kebijakan HW berdasar kebijakan Kwartir di atasnya,


keputusan Musyawarah Qabilah dan Rapat Pimpinan Tingkat Qabilah.

(3) Pimpinan Qabilah membuat pedoman kerja, pembagian tugas dan wewenang bagi
anggotanya.

(4) Pimpinan Qabilah sekurang-kurngnya lima orang, dan dapat menambah sesuai kebutuhan
organisasi.

(5) Pimpinan Qabilah dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Qabilah dan disahkan oleh
Kwartir Cabang.

(6) Di antara calon terpilih yang mendapat suara terbanyak tidak harus ditetapkan sebagai
Ketua Qabilah.

(7) Jika Ketua Qabilah berhalangan tetap, salah seorang anggota Pimpinan Qabilah ditunjuk
sebagai pejabat atas keputusan rapat Pimpinan Qabilah sampai berlangsungnya Rapat
PimpinanTingkat Qabilah.

Pasal 16

Pemilihan Kwartir

(1) Syarat anggota Kwartir dan Pimpinan Qabilah :

a. taat beribadah dan mengamalkan ajaran Islam;

b. setia pada prinsip-prinsip dasar HW;

c. dapat menjadi teladan dalam HW;

d. memiliki kecakapan dan kemampuan untuk menjalankan tugas;

e. telah menjadi anggota Muhammadiyah dan HW.

(2) Pemilihan Kwartir dan Qabilah dapat dilakukan secara langsung ataupun dengan formatur
atas keputusan Musyawarah masing-masing.

(3) Pelaksanaan pemilihan Kwartir dan Pimpinan Qabilah dilakukan oleh Panitia Pemilihan
dengan ketentuan :

a. Panitia Pemilihan Kwartir Pusat ditetapkan oleh Tanwir atas usul Kwartir Pusat.

b. Panitia Pemilihan Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, dan Kwartir Cabang ditetapkan oleh
Rapat Pimpinan pada tingkatnya masing-masing atas usul Kwartir pada tingkatnya.

c. Panitia Pemilihan Pimpinan Qabilah ditetapkan oleh Rapat Pimpinan tingkat Pimpinan
Qabilah.

d. Panitia Pemilihan diangkat untuk satu kali pemilihan.

(4) Pelaksanaan pemilihan Kwartir dan Pimpinan Qabilah diatur berdasarkan tata tertib
pemilihan dengan ketentuan :

a. Tata tertib Pemilihan Kwartir Pusat ditetapkan oleh Tanwir atas usul Kwartir Pusat

b. Tata tertib Pemilihan Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, dan Kwartir Cabang ditetapkan
oleh Rapat Pimpinan pada tingkatnya masing-masing atas usul Kwartir pada
tingkatnya.

c. Tata tertib Pemilihan Pimpinan Qabilah atas usul Pimpinan Qabilah.

Pasal 17

Masa Jabatan

(1) Masa jabatan Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang sama dengan masa jabatan
Kwartir Pusat. Khusus untuk Pimpinan Qabilah masa jabatannya dua tahun.

(2) Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Pimpinan Qabilah yang telah habis
masa jabatannya tetap menjalankan tugasnya sampai dilakukan serah terima dengan
Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Pimpinan Qabilah yang baru.

BAB IV

PERMUSYAWARATAN

Pasal 18

Muktamar

(1) Muktamar HW diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab serta dipimpin Kwartir Pusat.

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, susunan acara Muktamar ditetapkan oleh
Kwartir Pusat.

(3) Muktamar dihadiri oleh:

a. Utusan

1) Kwartir Pusat

2) Ketua Kwartir Wilayah

3) Dua orang anggota Tanwir wakil Kwartir Wilayah

4) Ketua Kwartir Daerah

5) Tiga orang wakil Kwartir Daerah

b. Peninjau, yang diundang oleh Kwartir Pusat.

(4) Acara Muktamar adalah:

a. Laporan Kwartir Pusat.

b. Program kerja

c. Pemilihan Kwartir Pusat dan penetapan Ketua Umum

d. .Hal-hal lain yang bersifat mendasar.

e. Usul-usul

(5) Setiap Utusan Muktamar mempunyai hak suara dan hak bicara. Sedangkan peninjau
mempunyai hak bicara, tetapi tidak mempunyai hak suara.

(6) Keputusan Muktamar berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir Pusat paling lambat dua
bulan sesudah Muktamar.

(7) Pada waktu berlangsungnya Muktamar dapat diselenggarakan kegiatan lain selama tidak
mengganggu ketertiban dan kelancaran jalannya Muktamar.

Pasal 19

Tanwir

(1) Tanwir diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab serta dipimpin oleh Kwartir Pusat

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib dan susunan acara Tanwir ditetapkan oleh
Kwartir pusat.

(3) Peserta Tanwir terdiri atas :

a. Utusan

1) Kwartir Pusat.

2) Ketua Kwartir Wilayah

3) Dua orang anggota Tanwir wakil Kwartir Wilayah yang dipilih oleh Musyawarah
Wilayah atau Rapat Pimpinan tingkat Kwartir Wilayah

b. Peninjau yang diundang oleh Kwartir Pusat.

(4) Acara Tanwir

a. Laporan Kwartir Pusat

b. Masalah yang oleh Muktamar diserahkan kepada Tanwir

c. Masalah-masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai Muktamar

d. Masalah yang akan dibahas dalam Muktamar sebagai pembicaraan pendahuluan

e. Usul-usul

(5) Setiap utusan Tanwir memiliki hak suara dan hak bicara. Sedangkan peninjau mempunyai
hak bicara tetapi tidak mempunyai hak suara.

(6) Keputusan Tanwir berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir Pusat paling lambat dua bulan
setelah Tanwir.

(7) Pada waktu berlangsungnya Tanwir dapat diselenggarakan acara lain selama tidak
mengganggu ketertiban dan kelancaran Tanwir.

Pasal 20

Muktamar Luar Biasa

(1) Muktamar Luar Biasa diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab serta dipimpin oleh
Kwartir Pusat.

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan acara, peserta Muktamar Luar
Biasa sama dengan ketentuan dalam Muktamar.

Pasal 21

Musyawarah Wilayah

(1) Musyawarah Wilayah diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab serta dipimpin oleh
Kwartir Wilayah.

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib dan susunan acara Musyawarah Wilayah
ditetapkan oleh Kwartir Wilayah.

(3) Peserta Musyawarah Wilayah terdiri atas:

a. Utusan

1) Kwartir Wilayah;

2) Ketua Kwartir Daerah;

3) Tiga orang wakil Kwartir Daerah;

4) Ketua Kwartir Cabang

5) Satu orang wakil Kwartir Cabang

b. Peninjau, yang diundang oleh Kwartir Wilayah.

(4) Acara Musyawarah Wilayah

a. Laporan Kwartir Wilayah

b. Program Kerja.

c. Pemilihan Kwartir Wilayah dan penetapan ketuanya.

d. Pemilihan anggota Tanwir wakil Kwartir Wilayah

e. Masalah HW dalam Wilayah

f. Usul-usul

(5) Setiap utusan Musyawarah Wilayah mempunyai hak suara, dan bicara, sedangkan peninjau
mempunyai hak bicara, tetapi tidak mempunyai hak suara.

(6) Keputusan Musyawarah Wilayah berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir Wilayah paling
lambat satu setengah bulan setelah Musyawarah Wilayah.

(7) Pada waktu Musyawarah Wilayah dapat diselenggarakan kegiatan lain selama tidak
mengganggu ketertiban dan kelancaran Musyawarah Wilayah.

Pasal 22

Musyawarah Daerah

(1) Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh dan atas tangungjawab serta dipimpin oleh
Kwartir Daerah.

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib, dan susunan acara Musyawarah Daerah
ditetapkan oleh Kwartir Daerah.

(3) Peserta Musyawarah Daerah terdiri atas:

a. Utusan

1) Kwartir Daerah

2) Ketua Kwartir Cabang

3) Dua orang wakil Kwartir Cabang

4) Ketua Qabilah

5) Satu orang wakil Qabilah


b. Peninjau, yang diundang oleh Kwartir Daerah.

(4) Acara Musyawarah Daerah adalah:

a. Laporan Kwartir Daerah.

b. Program Kerja.

c. Pemilihan Kwartir Daerah dan penetapan Ketua.

d. Masalah HW dalam Daerah

e. Usul-usul

(5) Setiap utusan mempunyai hak suara dan bicara. Sedangkan peninjau mempunyai hak bicara
tetapi tidak mempunyai hak suara.

(6) Keputusan Musyawarah Daerah berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir Daerah paling
lambat satu bulan setelah Musyawarah Daerah.

(7) Pada waktu Musyawarah Daerah dapat diselenggarakan kegiatan lain selama tidak
menggganggu ketertiban dan kelancaran Musyawarah Daerah.

Pasal 23

Musyawarah Cabang

(1) Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh dan atas tangungjawab serta dipimpin oleh
Kwartir Cabang.

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib, dan susunan acara Musyawarah Cabang
ditetapkan oleh Kwartir Cabang.

(3) Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas:

i. Utusan

1) Kwartir Cabang

2) Ketua Qabilah

3) Tiga orang wakil Qabilah

ii. Peninjau, yang diundang oleh Kwartir Cabang.

(4) Acara Musyawarah Cabang :

a. Laporan Kwartir Cabang.

b. Program Kerja

c. Pemilihan Kwartir Cabang dan penetapan Ketua.

d. Masalah HW dalam Cabang

e. Usul-usul

(5) Setiap utusan mempunyai hak suara dan bicara. Sedangkan peninjau mempunyai hak bicara
tetapi tidak mempunyai hak suara.

(6) Keputusan Musyawarah Cabang berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir Cabang paling
lambat satu bulan setelah Musyawarah Cabang.

(7) Pada waktu Musyawarah Cabang dapat diselenggarakan kegiatan lain selama tidak
menggganggu ketertiban dan kelancaran Musyawarah Cabang.

Pasal 24

Musyawarah Qabilah

(1) Musyawarah Qabilah diselenggarakan oleh dan atas tangungjawab serta dipimpin oleh
Pimpinan Qabilah.

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata tertib, dan susunan acara Musyawarah Qabilah
ditetapkan oleh Pimpinan Qabilah.

(3) Peserta Musyawarah Qabilah terdiri atas:

a. Utusan

1) Pimpinan Qabilah

2) Pimpinan Satuan

b. Peninjau, yang diundang oleh Qabilah.

(4) Acara Musyawarah Qabilah :

a. Laporan Qabilah.

b. Program Kerja

c. Pemilihan Pimpinan Qabilahdan penetapan Ketua

d. Masalah HW dalam Qabilah

e. Usul-usul

(5) Setiap utusan mempunyai hak suara dan bicara. Sedangkan peninjau mempunyai hak bicara
tetapi tidak mempunyai hak suara.

(6) Keputusan Musyawarah Qabilah berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan Qabilah paling
lambat setengah bulan setelah Musyawarah Qabilah.

(7) Pada waktu Musyawarah Qabilah dapat diselenggarakan kegiatan lain selama tidak
menggganggu ketertiban dan kelancaran Musyawarah Qabilah.

Pasal 25

Pengambilan Keputusan

(1) Pengambilan Keputusan Muktamar, Tanwir, Muktamar Luar Biasa, Musyawarah Wilayah,
Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang, dan Musyawarah Qabilah, Rapat Pimpinan,
dan rapat-rapat lainnya diusahakan dengan cara mufakat.

(2) Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai, maka dilakukan pemungutan suara
dengan suara terbanyak.

(3) Pemungutan suara dapat dilakukah secara terbuka atau tertutup/rahasia.

BAB V

RAPAT

Pasal 26

Rapat Pimpinan
(1) Rapat Pimpinan pada tingkat Kwartir (Wilayah, Daerah, danCabang) dan tingkat Qabilah
diselengarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Kwartir pada tingkatnya
masing-masing dan Pimpinan Qabilah sekurang-kurangnya satu kali dalam satu masa
jabatan.

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan tata tertib, dan susunan acara Rapat Pimpinan ditetapkan
oleh masing-masing penyelenggara.

(3) Acara Rapat Pimpinan :

a. Laporan Pelaksanaan Kegiatan

b. Masalah mendesak

c. Masalah kebijakan organisasi

d. Usul-usul

(4) Peserta Rapat Pimpinan

a. Tingkat Kwartir Wilayah

1). Utusan

a). Kwartir Wilayah

b). Ketua Kwartir Daerah

c). Tiga orang wakil Kwartir Daerah

2). Peninjau yang diundang oleh Kwartir Wilayah

b. Tingkat Kwartir Daerah

1). Utusan

a) Kwartir Daerah

a) Ketua Kwartir Cabang

b) Dua orang wakil Kwartir Cabang

2). Peninjau yang diundang oleh Kwartir Daerah

c. Tingkat Kwartir Cabang

1). Utusan

Kwartir Cabang

a) Ketua Kwartir Cabang

b) Ketua Pimpinan Qabilah

c) Dua orang wakil Pimpinan Qabilah

2). Peninjau yang diundang oleh Kwartir Cabang

d. Tingkat Pimpinan Qabilah

1). Utusan

a) Pimpinan Qabilah
b) Pimpinan Satuan

2). Peninjau yang diundang oleh Pimpinan Qabilah.

(5) Setiap utusan Rapat Pimpinan pada masing-masing tingkat tersebut mempunyai hak suara
dan hak bicara. Sedangkan peninjau mempunyai hak bicara, tetapi tidak mempunyai hak
suara.

(6) Keputusan Rapat Pimpinan pada masing-masing tingkat tersebut berlaku setelah
ditanfidzkan oleh Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah, Kwartir Cabang dan Pimpinan Qabilah.

Pasal 27

Rapat Kerja

(1) Rapat Kerja Kwartir (Pusat, Wilayah, Daerah, dan Cabang) dan Pimpinan Qabilah
diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Kwartir pada
tingkatnya masing-masing dan Pimpinan Qabilah.

(2) Rapat Kerja Kwartir (Pusat, Wilayah, Daerah, dan Cabang) untuk membahas pelaksanaan
program dan diselenggarakan sekurang-kurangnya tiga kali dalam satu masa jabatan.

(3) Rapat Kerja Pimpinan Qabilkah untuk membahas pelaksanaan program dan
diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam masa jabatan.

(4) RapatKerja tersebut dihadiri oleh :

a. Tingkat Kwartir Pusat

1) Kwartir Pusat

2) Ketua dan Sekretaris Kwartir Wilayah

b. Tingkat Kwartir Wilayah

1) Kwartir Wilayah

2) Ketua dan Sekretaris Kwartir Daerah

c. Tingkat Kwartir Daerah

1) Kwartir Daerah

2) Ketua dan Sekretaris Kwartir Cabang

d. Tingkat Kwartir Cabang

1) Kwartir Cabang

2) Ketua dan Sekretaris Pimpinan Qabilah

e. Tingkat Pimpinan Qabilah

1) Pimpinan Qabilah

2) Pimpinan Satuan

(5) Keputusan Rapat Kerja berlaku setelah ditanfidzkan oleh Kwartir (Wilayah, Daerah, dan
Cabang) dan Pimpinan Qabilah.

BAB VI

LAMBANG, SIMBOL, MARS, DAN HIMNE


Pasal 28

Lambang dan Simbol

(1) Lambang Hizbul Wathan adalah lingkaran dengan gambarmatahari bersinar utama dua
belas dengan monogram HW di tengahnya, yang selanjutnya disebut Lambang HW.

(2) Sinar utama Matahari sebanyak dua belas di dalamnya terdapat monogram HW bermakna
bahwa setiap pandu HW diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi muslim sehari
penuh kepada masyarakat, bangsa, dan negara.

(3) Simbol HW sebagai jati diri adalah lingkaran dengan gambarsekuntum bunga melati yang di
bawahnya terdapat pita bertuliskan “Fastabiqul khairat” dalam huruf Arab, yangbermakna
“Berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan”

(4) Kuncup Melati dengan daun mahkota berwarna putih bermakna suci, berjumlah lima helai
bermakna rukun Islam. Daun kelopak berjumlah enam bermakna Rukun Iman. Dua
lembar daun berarti dua kalimah Syahadat, ditopang oleh selembar pita berbentuk mulut
tertawa, artinya Pandu itu selalau bahagia, dalam pita bertuliskanfastabiqul
khairat (dengan tulisan arab) yang artinya berlomba-lomba dalam kebajikan.

Pasal 29

Bendera

(1) Bendera resmi HW berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan lebar dan
panjangnya dua banding tiga, di dalamnya berisi enam garis hijau dan lima garis kuning
berselang-seling. Di sudut sebelah kiri atas terdapat lambang HW berwarna putih di atas
dasar persegi panjang hijau, dengan ukuran lebar dan panjang, masing-masing sepertiga
lebar dan sepertiga panjang bendera.

(2) Garis hijau berjumlah enam bermakna Rukun Iman, dan garis kuning
berjumlah lima bermakna Rukun Islam.

(3) Ukuran bendera resmi sama untuk seluruh tingkatan dan qabilah, yaitu 90 cm. X 135 cm.

(4) Bendera Penghela, Pengenal, Athfal disesuaikan dengan ciri khas dan kebanggaan masing-
masing.

Pasal 30

Mars dan Himne Pandu HW.

(1) Mars resmi HW adalah “MARS HW”.

(2) Himne HW adalah ”HIZBUL WATHAN PANDUKU”.

BAB VIII

PAKAIAN SERAGAM DAN ATRIBUT

Pasal 31

Pakaian Seragam

(1) Sebagai gerakan kepanduan untuk anak, remaja dan pemuda, pandu HW memiliki pakaian
seragam yang berfungsi untuk menyatakan jati diri, memperkuat jiwa karsa, menambah
daya tarik, mengendalikan disiplin, menjalin kebersamaan, dan mencerminkan kerapian.

(2) Sesuai dengan ciri pandu HW, maka seragam tersebut harus memenuhi norma agama,
pendidikan, berdaya tarik bagi anak didik, cocok untuk kegiatan di lapangan, selaras
dengan perkembangan zaman, dan mengandung makna.

(3) Ketentuan umum pakaian seragam, warnanya sama sedangkan modelnya disesuaikan untuk
berbagai kelompok anak didik, jabatan, laki-laki dan perempuan.

(4) Warna sama yang dimaksud adalah:

a. Baju/blouse : khaki tua.

b. Celana/Rok : biru tua

c. Tutup kepala : disesuaikan dengan kelompok dan jabatan

d. Setangan leher: hijau tua.

e. Ikat pinggang : warna hitam/coklat

f. Sepatu : hitam

(3) Di samping pakaian seragam baku, dapat diadakan pakaian tambahan yang lebih cocok
untuk kegiatan lapangan maupun keperluan lainnya.

Pasal 32

Atribut

(1) Atribut adalah tanda-tanda yang dikenakan oleh anggota pandu untuk menunjukkan jabatan,
jenjang, tingkat kecakapan, satuan, dan daerah.

(2) Model, bentuk dan warna atribut harus menarik, anggun, dan membanggakan.

BAB VIII

KODE KEHORMATAN

Pasal 33

Kode Kehormatan Umum

(1) Kode Kehormatan Pandu HW merupakan jiwa, semangat, dan keterikatan sebagai Pandu,
baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.

(2) Kode Kehormatan Pandu HW terdiri atas Janji dan Undang-Undang HW.

a. Janji Pandu diucapkan secara sukarela oleh calon anggota ketika dilantik menjadi
anggota dan merupakan komitmen awal untuk mengikatkan diri dalam menetapi dan
menepati janji tersebut.

b. Undang-Undang Pandu merupakan ketentuan moral untuk dijadikan kebiasaan diri


dalam bersikap dan berperilaku sebagai warga masyarakat yang berakhlaq mulia

(3) Pengucapan Janji selalu diawali dengan basmalah,disambung dengan dua kalimat syahadat
berikut artinya.

(4) Kode Kehormatan Pandu HW, diucapkan pada saat pelantikan anggota, pelatihan, dan
kegiatan lain yang diatur dalam Buku Peraturan Dasar.

(5) Kode Kehormatan merupakan landasan pembinaan anggota untuk mencapai maksud dan
tujuan HW.
Pasal 34

Kode Kehormatan bagi Pandu Athfal

(1) Janji Athfal:

Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:

Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah.

Dua, selalu menurut Undang-Undang Athfal dan setiap hari berbuat kebajikan.

(2) Undang-Undang Athfal:

Satu, Athfal itu selalu setia dan berbakti pada ayah dan bunda

Dua, Athfal itu selalu berani dan teguh hati.

Pasal 34

Kode Kehormatan bagi Pandu Athfal

(1) Janji Athfal:

Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:

Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah.

Dua, selalu menurut Undang-Undang Athfal dan setiap hari berbuat kebajikan.

(2) Undang-Undang Athfal:

Satu, Athfal itu selalu setia dan berbakti pada ayah dan bunda

Dua, Athfal itu selalu berani dan teguh hati.

Pasal 35

Kode Kehormatan bagi Pandu Pengenal,

Penghela, dan Penuntun

(1) Janji Pandu HW.

Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:

Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, Undang-Undang dan Tanah Air.

Dua, menolong siapa saja semampu saya.

Tiga, setia menepati Undang-Undang Pandu HW.

(2) Undang-Undang Pandu HW.

Undang-Undang Pandu HW:

Satu , HW selamanya dapat dipercaya.

Dua , HW setia dan teguh hati.

Tiga , HW siap menolong dan wajib berjasa.

Empat , HW cinta perdamaian dan persaudaraan.


Lima , HW sopan santun dan perwira.

Enam , HW menyayangi semua makhluk.

Tujuh , HW siap melaksanakan perintah dengan ikhlas.

Delapan , HW sabar dan bermuka manis.

Sembilan, HW hemat dan cermat.

Sepuluh , HW suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

AD dan ART Hizbul Wathan ditanfiz berdasarkan :

SURAT KEPUTUSAN

KWARTIR PUSAT GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

No : 009/SK/B.U/Kwarpus/II/2006

Ditetapkan di Yogyakarta, 29 Muharram 1427 H

28 Februari 2006 M

Ketua Umum, Sekretaris Umum,

Ttd. Ttd.

HILMAN NAJIB M.BACHRUN NAWAWI

GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN


A.Pendahuluan
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan Da’wah Amar Ma’ruf nahi Munkar, beraqidah
Islam, bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah, bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, bergerak dalam segala bidang kehidupan,
antara lain bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom, memiliki tugas mengemban visi dan misi
Muhammadiyah dalam pendidikan anak, remaja dan pemuda, sehingga mereka menjadi muslim yang
sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.
Sebagai suatu gerakan, setiap anggota Hizbul Wathan berarti memiliki tugas dan tanggungjawab untuk ikut
serta secara aktif mengamalkan dan menyebar-luaskan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul
Wathan.
Hizbul Wathan sendiri memiliki arti Pembela Tanah Air. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota memiliki jiwa
dan semangat nasionalisme yang tinggi, sehingga sanggup untuk membela dan mempertahankan tanah air
Indonesia dari segala hal yang dapat mengancam keutuhan dan kedaulatannya.

B.Sejarah Singkat Berdirinya


Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336 H/1918 M. Namun pada tahun
1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh
pemerintah penjajahan Jepang.
Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bangkit kembali dengan berbagai
perubahan. Namun berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret
1961 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan dilebur menjadi
Pramuka, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia.
Dan pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M. oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat
keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.

C. Asas, Maksud dan Tujuan


Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berasaskan Islam. Sedangkan maksud dan tujuannya adalah menyiapkan
dan membina anak, remaja, dann pemuda menjadi manumur muslim yang sebenar-benarnya dan siap
menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.

D.Metode Pendidikan
Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah untuk anak, remaja dan
pemuda. Dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang, dalam
rangka membentuk warga negara yang berguna dan mandiri.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah Kepanduan Islami, artinya dalam upaya menanamkan aqidah
Islamiyah dan membentuk akhlaq mulia kepada peserta didik dilakukan dengan metode kepanduan.
Ciri khas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ada dalam prinsip dasar dan metode pendidikannya , yaitu:
1. Pengamalan aqidah Islamiyah.
2. Pembentukan dan pembinaan akhlaq mulia menurut ajaran Islam.
3. Pengamalan kode kehormatan pandu.
4. Pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu.
5. Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
6. Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang.
7. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
8. Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.
9. Tidak terkait dan berorientasi pada partai politik atau golongan tertentu.

E. Usaha
Dalam mencapai maksud dan tujuan yang telah diterangkan di atas, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
berusaha :
1. Mengembangkan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di seluruh Indonesia.
2. Mengadakan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak, remaja, dan pemuda muslim.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk para pelatih, pimpinan, dan pemimpin anak
didik.
4. Menyelenggarakan pendidikan kepanduan Islami.
5. Mengadakan kerjasama kelembagaan di dalam dan di luar negeri.
6. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.

F. Keanggotaan dan Keorgansisasian


Anggota Kepanduan Hizbul Wathan adalah warga negara Republik Indonesia, beragama Islam, yang terdiri
dari :
1. Anggota Biasa adalah peserta didik putera dan puteri yang dikelompokkan menjadi:
a. Athfal : berumur 6 sampai 10 tahun
b. Pengenal : berumur 11 sampai 16 tahun
c. Penghela : berumur 17 sampai 20 tahun
d. Penuntun : berumur 21 sampai 25 tahun

2. Anggota Pembina adalah mereka yang tugas utamanya memimpin dan atau melatih peserta didik serta
mengelola dan atau memimpin Kwartir atau Qabilah. Anggota pembina terdiri dari pelatih, Instruktur, Pemimpin
Satuan, dan Pimpinan Kwartir atau Qabilah.

3. Anggota Kehormatan adalah para pecinta Kepanduan Hizbul Wathan, yang karena usia, kesehatan, atau
kesibukan kerja tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepanduan. Anggota Kehormatan terdiri dari:
a. Pandu Wreda Hizbul Wathan dan Pandu Wreda Nasyiatul ‘Aisyiyah.
b. Orang yang berjasa dalam pengembangan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
c. Simpatisan Kepanduan Hizbul Wathan.

Jenjang organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diatur sejajar dengan jenjang organisasi di
Persyarikatan Muhammadiyah, sebagai berikut:
1. Di tingkat PP Muhammadiyah disebut Kwartir Pusat
2. Di tingkat PW Muhammadiyah disebut Kwartir Wilayah
3. Di tingkat PD Muhammadiyah disebut Kwartir Daerah
4. Di tingkat PC Muhammadiyah disebut Kwartir Cabang
5. Di tingkat PR Muhammadiyah disebut Qabilah
Diposting oleh Qobilah KI Bagus Hadikusuma di 12.50

Reaksi:

Anda mungkin juga menyukai