TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu
keadaan dimana:
a. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai
seringnya kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk
b. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir
dalam tinja.
c. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan.
d. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Supartini, 2010).
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah
lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4 kali buang air besar (Dewi, 2010).
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali
sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik
berlangsung lebih dari dua minggu.
4
5
dari 1 minggu. Diare akut lebih banyak disebabkan oleh agent infeksi yang
mencakup virus, bakteri dan patogen parasit.
2) Diare Kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan
konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih.
2.3 Etiologi
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor,
yaitu:
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan
intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit.
Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif
dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan
dan elektrolit akan meningkat.
a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
b) Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
c) Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis),
Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
d) Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans).
e) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA),tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
6
2) Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
a) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan
dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi
terhadap makanan.
4) Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat
mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
7
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
2.6 Komplikasi
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram)
4) Hipoglikemia
5) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7) Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
1) Feses
a) Makroskopis dan Mikroskopis
b) pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c) Biakan dan uji resisten bakteri
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah
3) Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfat.
5) Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit.
Personal hygiene anak kurang: kebiasaan ibu memelihara kuku anak, cuci
tangan sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan
basi.
b) Nutrisi dan metabolik
Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, anoreksia, muntah.
c) Eliminasi BAB
Feses encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20 per hari.
d) Aktifitas
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.
e) Sensori
Nyeri ditandai dengan menangis dan kaki diangkat ke abdomen.
9) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Tampak lemah dan kesakitan.
b) Tanda vital
- Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
- Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang
- Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
- TD menurun karena dehidrasi
- RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul)
- Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
- Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
c) Mata: cekung
d) Mulut: mukosa kering
e) Abdomen: turgor jelek
f) Kulit: kering, kapilari refil > 2’
(7) Pemberian obat antidiare, antibiotik, anti emeti dan anti piretik sesuai
program.
Rasional: menurunkan pergerakan usus dan muntah.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake absorbsi makanan
a) Tujuan: Anak-anak toleran diet yang sesuai.
b) Hasil yang diharapkan:
- BB dalam batas normal
- Tidak terjadi kekambuhan diare.
c) Intervensi :
(1) Timbang BB tiap hari
Rasional: mengevaluasi keefektifan dalam pemberian nutrisi./
(2) Pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Rasional: mengurangi rasa nyeri
(3) Jaga kebersihan mulut pasien
Rasional: mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
(4) Monitor intake dan output
Rasional: observasi kebutuhan nutrisi.
3) Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandai dengan kerusakan pada
mukosa usus.
a) Tujuan: mengembalikan suhu tubuh menjadi normal.
b) Hasil yang diharapkan:
- Suhu tubuh kembali normal 36-37oC
c) Intervensi :
(1) Hindarkan dan cegah penggunaan sumber dari luar
Rasional: mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps paskuler.
(2) Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan peningkatan dari nilai dasar
suhu normal pasien.
Rasional: mendeteksi peningkatan suhu tubuh dan mulainya hipertermi
(3) Anjurkan pada anak agar tidak memakai pakaian/ selimut tebal.
Rasional: mengurangi peningkatan suhu tubuh.
(4) Kolaborasi pemberian obat anti infeksi
13
(3) Jelaskan setiap prosedur yang akan dlakukan pada anak kepada orang
tua
Rasional: mengurangi rasa cemas orang tua.
(4) Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional: anak tidak merasa kehilangan perhatian akan orang lain.
(5) Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan
Rasional: meningkatkan pengetahuan orang tua dan agar orang tua
mengetahui kondisi anak.
6) Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi.
a) Tujuan: Agar keluarga mengetahui informasi tentang diare.
b) Hasil yang diharapkan:
- Keluarga mengerti tentang diare
- Keluarga mengetahui cara pencegahan dan pengobatan yang dapat
dilakukan apabila terjadi lagi diare.
c) Intervensi:
(1) Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional: ajarkan orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
mengetahui kontaminasi.
(2) Jelaskan pentingnya kebersihan
(3) Ajarkan tentang positif diet dan kontrol diare
Rasional: meningkatkan pengetahuan dan cara mencegah diare.
(4) Membiasakan bersih agar air di jamban dan jamban harus selalu bersih
agar tidak ada lalat
(5) Rasional: mencegah penyebaran kuman dan diare