PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap
Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar Mph, Dirjen Bina Kesehatan masyarakat Departemen
masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada di
masyarakat. Adapun jenis gangguan kesehatan jiwa yang banyak diderita masyarakat
Indonesia antara lain psikosis, demensia, retardasi mental, mental emosional usia 4-15 tahun,
mental emosional lebih dari 15 tahun dan gangguan kesehatan jiwa lainnya.
gangguan tersebut menunjukkan seperti klien berbicara sendiri, mata melihat kekanan-kekiri,
Sedangkan halusinasi adalah merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra
yaitu persepsi palsu. (Maramis, 2005). Panca indra yang di rasakan meliputi halusinasi
Halusinasi Pendengaran) .
Angka prevalensi klien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Pusat Mataram pada tahun
2008 adalah berjumlah 871 jiwa yang meliputi : skizofrenia 365 jiwa, gangguan depresi 8
jiwa, epilepsi 10 jiwa, gangguan psikotik akut 119 jiwa, gangguan afektif 63 jiwa, paraprenia
17 jiwa, gangguan paranoid 253 jiwa, gangguan retardasi mental 22 jiwa, ansietas 3 jiwa,
sindrom ketergantungan obat 3 jiwa, lain – lain 8 jiwa (Laporan Tahunan Rumah Sakit Jiwa
Pusat Mataram).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul Asuhan
Sensori Persepsi pada kasus Halusinasi Pendengaran dengan metode yang baik dan
benar.
2. Merumuskan diagnosa keperwatan yang baik dan benar pada klien dengan
3. Menyusun atau rencana asuhan keperawatan dengan baik dan benar pada klien
4. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan dengan baik dan
benar pada klien dengan perubahan sensori persepsi pada kasus halusinasi
pendengaran.
5. Mengevaluasi asuhan keperawatan dengan baik dan benar pada klien dengan
perubahan sensori persepsi pada kasus halusinasi pendengaran dengan baik dan
benar.
1.4.1 Institusi
keperawatan yang berkaitan dengan perubahan sensori persepsi pada kasus halusinasi
dimana hal ini dapat dicapai dalam bentuk pengembangan pembelajaran keperawatan
jiwa.
Dapat memberi masukan kepada rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan
pelayanan keperawtn pada klien yang mempunyai masalh gangguan jiwa terutama pada
kasus halusinasi.
1.4.4 Masyarakat
1.4.5 Penulis
Teknik dan instrumen pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
1. Teknik Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab secara langsung pada klien, keluarga, perawat, dan pihak
2. Teknik Observasi
3. Studi Kepustakaan
dalam kepustakaan ini penulis mengunakan literature atau sumber buku yang ada
4. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data dari status klien, catatan keperawatan di serta mengadakan
diskusi dengan tim kesehatan untuk dianalisa sebagai data yang mendukung masalah
klien.
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis ilmiah ini penulis membagi menjadi 5 BAB,
yaitu :
2.2.1. Pengkajian.
2.2.5. Evaluasi.
3.1 Pengkajian.
3.5 Evaluasi.
4.1 Pengkajian.
4.5 Evaluasi.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).
2. Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada
sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005
3. Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
a. Faktor predisposisi
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik
diri.
2. Psikologis
hidup klien.
3. Sosiobudaya
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
Menurut Budi Anna Keliat (1999), gejala atau karakteristik prilaku dari halusinasi
takut.
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
3. Halusinasi Penciuman
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
4. Halusinasi Pengecapan
5. Halusinasi Perabaan
kesetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi Genostolik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
7. Halusinasi Kinistetik
persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa
berupa bayang – bayang atau kilauan cahaya. Tetapi paling sering berupa bayangan
nyata yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons
tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan,
penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.
schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001)
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
berkuasa
pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan klien menjadi sibuk dengan
halusinasinya dan tidak dapat lagi melakukan interaksi dengan orang lain.
a. Psikofarmakologis
Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti
psikosis.
2.2.1 Pengkajian
data, menganalisa dan merumuskan diagnosa. Data yang dikumpulkan meliputi data
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk
Klien dibawa ke rumah sakit karena melihat berupa bayang – bayang atau kilauan
cahaya. Tetapi paling sering berupa bayangan nyata yang mempengaruhi tingkah
laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri,
3. Faktor predisposisi
4. Pemeriksaan fisik
Tanda vital seperti : tekanan darah, ukuran berat badan, suhu tinggi badan, dan
5. Aspek psikososial
Aspek psikososial meliputi : Citra tubuh, identitas diri, peran, ideal diri, harga
diri.
6. Status mental
alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran dan orientasi tepat dan waktu baik, memori, tingkat konsentrasi
Kebutuhan persiapan pulang seperti bagaimana cara klien atau mampukah klien
untuk memenuhi kebutuhannya seperti: makan, buang air besar/buang air kecil,
8. Mekanisme koping
Klien dengan halusinasi sering menggunakan mekanisme koping seperti regresi,
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakan oleh klien
selama perawatan.
Masalah Keperawatan :
2. Halusinasi (pendengaran).
Pohon Masalah :
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok, dimana
diri
3. Kerusakan interaksi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Diagnosa Perencanaan
No Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi
hubungan interaksi
perawat e. Menerima
klien apa
adanya
f. Kontak mata
positif
g. Ciptakan
lingkungan
yang
terapeutik
mengungkapkan kliensebagai
mempercayai
3. Dengarkan perawat
empati. hubungan
terapeutik
perawat-klien
halusinasinya menyendiri.
dengan halusinasi
(sikap seperti
mendengarkan
sesuatu, bicara
atau tertawa
sendiri, terdiam
di tengah –
tengah
pembicaraan).
munculnya halusinasinya.
halusinasi, isi
halusinasi dan
frekuensi
timbulnya
halusinasi.
perasaannya intervensi
muncul. selanjutnya.
5. Diskusikan 5. Membantu
terjadi halusinasi.
TUK 3 : 1. Identifikasi 1. Mengetahui
yang positif
maupun yang
negatif.
3. Diskusikan 3. Memberikan
halusinasi. mengatasi
halusinasi pada
klien.
halusinasi. memilihkan
cara sesuai
kehendak dan
7. Diskusikan dilakukan.
dilakukan. masalah
halusinasi
lanjutan
terhadap
halusinasinya.
2. Bantu klien untuk 2. Memastikan
sesuai program
dokter.
samping. pengobatan.
4. Diskusikan 4. Memastikan
obat diharapkan
terhadap klien.
dukungan terapeutik
mengendalikan keluarga.
halusinasi.
2. Kaji pengetahuan 2. Mencari data
klien.
klien.
diri. d. Jelaskan
TUK 1 : tujuan
saling percaya
dengan
perawat.
perilaku sehingga
merencanakan
tindakan yang
mengungkapkan mengetahui
menarik diri.
3. Diskusikan
bergaul dengan
lingkungan
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
lain. lain.
untuk mengetahui
menyebutkan tingkat
menyebutkan
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 4 : 1. Dorong klien 1. Klien mungkin
sehingga perlu
dilatih secara
bertahap dalam
berhubungan
dengan orang
lain.
klien dalam
berhubungan mempertahanka
antara lain :
a. Klien-perawat
b. Klien-perawat-
perawat lain
c. Klien-perawat-
perawat lain-
klien lain
3. Reinforcement 3. Reinforcement
keberhasilan meningkatkan
dicapai klien.
dengan
keluarga.
rekreasi. dengan
keluarga.
perhatian yang
khusus.
mempertahankan membantu
memperlihatkan n interaksi
sakit.
3 Menarik diri TUM : 1. Diskusikan 1.Mengidentifi
TUK 1 : yang
memperluas kekurangan.
sempurna, semua
memiliki
kelebihan dan
kekurangan.
dengan kelebihan
yang dimiliki.
klien.
ingin dicapai.
mengembangkan membentuk
yang dimilikinya.
berhasil. klien.
dicapainya.
tersebut. sendiri.
3. Bicarakan 3. Mengetahui
klien.
mengatasinya. klien.
datang.
dengan
kemampuan klien.
dicapainya.
telah dipilih.
melakukan telah dipilih
dipilih. 5. Memberikan
5. Tunjukan penghargaan
dicapai.
dan menghargai
klien tidak
mengejek, tidak
menjauhi.
klien.
klien.
pertemuan anggota
keluarga. keluarga.
mendiskusikan
-nya.
Untukmemuda
hkan rasa
percaya dan
2. Jangan membantah 2.Untuk
kemampuan
untuk mengerti
akan tindakan
dan komunikasi
pasien
membantah atau
menyangkal
tidak akan
bermanfaat apa –
apa.
tidak terancam
akan mendorong
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya
yang mungkin
sudah
terpendam.
terpendam.
mengerti menghentikan
dapat dicegah.
1. Mengingatkan
dicapainya. kesempatan
dengan sendiri.
keberhasilan. 3. Mengetahui
koping yang
usaha.
bahwa kegagalan
untuk mengatasi
kesulitan yang
mungkin terjadi di
datang.
dengan
kemampuan klien.
dicapainya.
4. Beri kesempatan 4. Menghargai
dipilih.
5. Tunjukkan 5. Memberi
keberhasilan
yang telah
dicapai.
5 Perubahan TUM : 1. Diskusikan dengan 1. Meng-
memperluas mempunyai
sempurna, semua
memiliki
kelebihan dan
kekurangan.
dengan kelebihan
yang dimiliki.
5. Beritahukan klien
di balik
TUK 2 : 1. Diskusikan dengan 1. Untuk
mengembangkan untuk
berhasil klien
telah diberikan
menyebutkan
keuntungan
melakukan
perawatan diri
TUK 2 : 1. Diskusikan tentang 1. Untuk
melakukan perlunya
menyebutkan
kerugian tidak
melakukan
perawatan diri.
TUK 3 : 1. Dorong dan bantu 1. Untuk
melakukan
perawatan diri
melakukan menyenangkan
meningkatkan
minat klien
untuk
melakukan
perawatan diri.
2.2.4. Implementasi Keperawatan
utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum
dengan kondisi klien pada saat ini (here and now). Hubungan saling percaya antara
keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus
Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif yang
dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau
sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan yang
telah ditentukan.
diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan
dilakukan.
3. A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
4. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat. Rencana tindak