Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
hingga alveoli, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Irianto,2015).
ISPA masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di
Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA
terutama pada bayi dan balita. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai dan merupakan penyebab
kematian paling tinggi pada anak balita. Kejadian ISPA dipengaruhi oleh
banyak faktor terutama status gizi. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar
hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA(Febri,2016).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan
berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau
infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada
pathogen penyebabnya, factor lingkungan. Namun demikian, sering juga
ISPA didefenisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang
disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia.
Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri
tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas
(Yolanda,2015).
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita
di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada usia

1 STIKes Prima Nusantara


2

balita. Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu


menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan
balita.Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2016 di Indonesia telah mencapai
25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % - 41,4 % dengan 16
provinsi diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu
ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.
Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2016 menempatkan
ISPA/ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan
persentase 32,10% dari seluruh kematian balita)
Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir menempati urutan
pertama penyebab kematian bayi yaitu sebesar 24,46% (2013), 29,47% (2014)
dan 63,45% (2015). Selain itu, penyakit ISPA juga sering berada pada daftar
10 penyakit terbanyak di rumah sakit (Kemenkes RI, 2015). Terdapat lima
Provinsi dengan ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur
(28,3%). Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi berdasarkan
umur terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%). Penyakit ini lebih
banyak dialami pada kelompok penduduk kondisi ekonomi menengah ke
bawah (Kemenkes, 2015).
ISPA dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti kondisi perumahan,
karakteristik balita (umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, ASI
Ekslusif, status imunisasi), kepadatan hunian, polusi udara luar, sumber
pencemaran udara dalam ruang (penggunaan anti nyamuk bakar, bahan bakar
untuk memasak dan keberadaan perokok). Selain itu juga konsumsi vitamin A
memiliki pengaruh terhadap timbulnya ISPA pada balita (Depkes, 2016).
Propinsi Sumatera Barat menempati urutan 7 kejadian ISPA terbanyak.
Pada tahun 2015 tercatat kasus ISPA pada balita sebanyak 11.326 kasus
(22,94%), kemudian pada tahun 2016 kasus ISPA pada balita meningkat
menjadi 13.384 (27,11%). Kabupaten Sijunjung menduduki peringkat ke 6

STIKes Prima Nusantara


3

sebagai daerah penderita ISPA balita terbanyak dari seluruh Kabupaten/Kota


yang ada di Sumatera Barat yaitu sebanyak 15.123 kasus (40,9%).
Pada tahun 2018, situasi terkini Penyakit ISPA memang terdapat
peningkatan kasus ISPA sebesar 10%-20 % selama terjadi cuaca yang kurang
baik.Fenomena yang ada pada Puskesmas Simpati dari opservasi pada 10
orang balita pada status imunisasi mereka tidak lengkap dan asi ekslusif tidak
sampai umur balita 6 bulan mereka telah diberi susu formula.Kasus ISPA
terbanyak terjadi di Puskesmas Simpati dengan jumlah kasus 608 kasus,
pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia dimana mayoritas dari kasus
ispa adalah batuk bukan pneumonia (61,79 %) dengan jumlah kasus 470.
Sedangkan berdasarkan kelompok umur, kasus Pneumonia banyak diderita
pada usia Balita sebanyak 312 penderita (52 %) (Puskesmas Simpati, 2018).
Pada bulan Januari 2019 terdapat 70 kasus ISPA pada anak Balita di
Puskesmas Simpati.
Berdasarkan latar belakng di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan
sebuah penelitian tentang ”Faktor - Faktor Yang MempengaruhiTerjadinya
Penyakit Ispa Pada Anak Balita Di Puskesmas Simpati Kabupaten Pasaman
Tahun 2019”

1.2 Rumusan Masalah


Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom).
Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial). Meskipun organ
saluran pernapasan yang terlibat adalah hidung, laring, tenggorokan, bronkus,
trakea dan paru-paru, tetapi yang menjadi fokus adalah paru-paru. Pada tahun
2018 kunjungan pasien penderita ISPA di Puskesmas Simpati sebanyak 608
kasus Tingginya kasus ISPA pada balita sehingga penting untuk meneliti
faktor-faktor yang mepengaruhi kejadian ISPA.

STIKes Prima Nusantara


4

Dari rumusan yang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit ISPA Pada
Anak Balita Di Puskesmas Simpati Kabupaten Pasaman Tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dilakukan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan akut
pada anak balita di Puskesmas Simpati Kabupaten Pasaman Tahun 2019
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan Status Imunisasi balita dengan
terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada anak balita
di Puskesmas Simpati Kabupaten Pasaman Tahun 2019
b. Untuk mengetahui hubungan berat lahir balita dengan terjadinya
penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada anak balita di
Puskesmas Simpati Kabupaten Pasaman Tahun 2019
c. Untuk mengetahui hubungan status gizi balita dengan terjadinya
penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada anak balita di
Puskesmas Simpati Kabupaten Pasaman Tahun 2019
d. Untuk mengetahui hubungan ASI Ekslusif dengan terjadinya
penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada anak balita di
Puskesmas Simpati Kabupaten Pasaman Tahun 2019

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi Puskemas Simpati Kabupaten
Pasaman dan menjadikan balita yang sehat dan berkualitas serta
sejahtera.

STIKes Prima Nusantara


5

1.4.2 Bagi Peneliti


Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama
mengikuti perkuliahan di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Nusantara, menambah wawasan,
pengetahuan serta keterampilan dalam menganalisa masalah kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan anak dan Keluarga.
1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan.
Sebagai literatur di Perpustakaan STIKes Prima Nusantara, untuk
menambah wawasan, pengetahuan serta keterampilan dalam
menganalisa masalah kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan
anak dan Keluarga.
1.4.4 Bagi Responden
Sebagai sumber pengetahuan jika ada anggota keluarga menderita
penyakit ISPA.

STIKes Prima Nusantara

Anda mungkin juga menyukai