BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mental, tidak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan, kecacatan serta
sehat sosial konomi (Effendi 1998, p.156). Untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, maka salah satu
aspek yang tidak boleh diabaikan adalah kesehatan jiwa, dimana dalam
jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik
pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Hawari 2006).
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
1
2
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Hawari 2006,p.2).
penduduk. Lebih dari 2 juta orang Amerika menderita skizofrenia pada waktu
dari pasien gangguan jiwa yang di rawat di RS Jiwa adalah pasien dengan
skizofrenia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010, 237,6 juta. Dengan
berat sebesar 2,5 Juta jiwa, yang diambil dari data RSJ se-Indonesia.
Sementara itu 10% dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa maka
gangguan jiwa dan 50% adalah akibat dari kehilangan pekerjaan. Dengan
yang ada di Kota Solok pada tahun 2013 dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini:
3
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Pasien Gangguan Jiwa Berdasarkan Puskesmas
Kota Solok Tahun 2013
No Puskesmas Jumlah %
1 Tanah Garam 154 20
2 KTK 245 32
3 Nan Balimo 76 10
4 TanjungPaku 287 38
Jumlah 608 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa pasien gangguan jiwa terbanyak yang
ada di Kota Solok adalah Puskesmas Tanjung Paku yaitu sebanyak 287 orang
jiwa per kelurahan di wilayah kerja Puskesmas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Pasien Gangguan Jiwa Berdasarkan Kelurahan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok
Tahun 2013
No Kelurahan Jumlah
1 Tanjung Paku 102
2 Pasar Pandan Air Mati 95
3 Koto Panjang 17
4 Kampung Jawa 73
Jumlah 287
Dari tabel di atas terlihat bahwa pasien gangguan jiwa yang terbanyak
adalah di kelurahan Tanjung Paku yaitu sebanyak 102 orang. Dengan jumlah
secara holistik dan melibatkan anggota keluarga. Tanpa itu, sama halnya
asuhan keperawatan pasien dengan gangguan jiwa. Oleh karena itu, asuhan
1996,p.23).
pasien jiwa. Ketika penderita gangguan jiwa melakukan rawat jalan atau inap
di rumah sakit jiwa, keluarga harus tetap memberikan perhatian dan dukungan
sesuai dengan petunjuk tim medis rumah sakit. Dukungan keluarga sangat
yang dialami oleh pasien, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak
dari dokter. Selain itu, pasien sering mengatakan sudah minum obat, padahal
obatnya disimpan disaku baju, terkadang dibuang, dan beberapa pasien sering
Menurut Carpenito L.j. (2000) yang dikutip oleh Niven (2002, p.194)
adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak
keperawatan.
penderita gangguan jiwa dapat dilihat bahwa dalam pemberian obat keluarga
hanya memberikan obat, tetapi tidak mengawasi obat tersebut dimakan atau
belum oleh klien. Keluarga juga mengasingkan klien gangguan jiwa dengan
menempatkan klien dikamar belakang dan terpisah dari kamar yang lain.
B. Perumusan Masalah
Kelurahan Tanjung Paku wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku tahun 2013.
6
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2013
2. Tujuan Khusus
2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
keluarga pasien jiwa serta sebagai bahan informasi dan umpan balik dalam
rumah.
8
3. Bagi keluarga
berbeda.
5. Ruang Lingkup
klien gangguan jiwa dalam mengkonsumsi obat di rumah, dimana variabel yang
dan ekonomi. populasi adalah keluarga klien gangguan jiwa sebanyak 278 orang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor
dibedakan atas:
9
10
a. Sebab-sebab jasmaniah/biologic
1) Keturunan
2) Jasmaniah
skizofrenia.
3) Temperamen
rendah diri.
b. Sebab Psikologik
Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan
1) Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2-3 tahun, dasar
dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan
sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin
dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam
dikemudian hari.
oleh si anak.
4) Masa Remaja
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial
diri.
7) Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini
cukup hebat.
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat
tersebut.
orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah
2) Sistem Nilai
satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering
di masyarakat sehari-hari.
15
muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat
berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa
bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau
dan acak-acakan.
pengusaha, orang kaya, titisan Bung Karno tetapi di lain waktu ia bisa
17
merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide
a. Terapi psikofarmaka
selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan rnempunyai efek utama
b. Terapi somatic
tubuh lain. Salah sata bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive
2006,p.21).
c. Terapi Modalitas
1) Terapi Individual
2) Terapi Lingkungan
dan interaksi.
3) Terapi Kognitif
4) Terapi Keluarga
fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga
5) Terapi Kelompok
sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
Menurut Carpenito L.j. (2000) yang dikutip oleh Niven (2002, p.194)
segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu
1. Pengetahuan
a. Definisi
2007, p.140).
1. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (know)
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
2) Memahami
orang yang telah paham. Terhadap objek atau materi harus dapat
p.140).
3) Aplikasi (Aplication)
rumus, metode dan prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
p.141)
4) Sintesis (Synthesis)
dan sebagainya. Terdapat suatu teori atau rumus-rumus yang telah ada
5) Evaluasi (Evaluation)
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan sabjek
2. Dukungan Keluarga
a. Pengertian Keluarga
salah satu faktor dan tiga faktor yang melatar belakangi individu
bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Bila salah satu
satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka
saudara kandung.
(1998) adalah:
d. Memelihara lingkungan.
kesehatan.
1999).
kegiatan sehari-hari.
berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau
3. Dukungan Petugas
perilaku sehat tersebut merupakan hal yang penting. Begitu juga mereka dapat
terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan
pengobatannya.
28
yang ditunjuk untuk mendampingi penderita ketika meminum obat juga factor
(Purwanta 2005,p.35)
terutama seperti obat yang dikehendaki, aturan minum obat sangat berpengaruh
4. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Terdapat berbagai pengertian mengenai persepsi yang
menghayati tentang hal yang di amati, baik yang ada diluar maupun di
Dengan demikian, rangsangan yang diterima alat indra setiap individu tiap
keluarga yang kemudian diterima oleh otak menjadi sebuah informasi dan
b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
datang dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek
persepsi.
jiwa berawal dari adanya obyek, dimana ada anggota keluarga yang
c. Proses Psikologis adalah proses yang terjadi di dalam otak dalam pusat
kesadaran.
apa yang dilihat, dirasakan atau apa yang diraba sebagai rangsangan yang
melalui alat reseptornya. Seperti apa yang terjadi dalam keadaaan nyata
ketika seseorang bersikap aneh, hal inilah yang awal diterima sebagai
31
rangrangan pertama yang diterima tiap individu. Namun proses itu tidak
pusat susunan syaraf pusat yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis,
tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan
5. Gangguan Persepsi
(Maramis 1990,p.12).
oleh emosi pada suatu waktu terntentu dan biasanya yang bersangkutan
(Maramis 1990,p.12).
(Maramis 1990,p.12).
yang disarafi oleh susunan saraf vegetative dan yang disebabkan oleh
obyek. Oleh panca indra diteruskan ke dalam pikiran tiap individu sebagai
individu akan berbeda. Oleh karena itu, informasi yang diterima keluarga
jiwa.
33
5.Pengertian Kepatuhan
a. Pendidikan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
b. Akomodasi
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-
kesehatan saat hamil. Keluhan yang diderita ibu akan membuat ibu
suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah
f. Pengetahuan
konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata
g. Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
2007).
h. Dukungan Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Menurut Carpenito L.j. (2000) yang dikutip oleh Niven (2002, p.194)
segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu
Pengetahuan
keluarga
Persepsi
keluaraga Kepatuhan pasien
jiwa
Dukungan
keluarga
Dukungan petugas
36
38
B. Defenisi Operasional
N Defenisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasi Ukur
o Operasional Ukur
Variabel
Independen
1 Suatu Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Rendah
Penegatahuan bila < bila
informasiyang
diperoleh mean
respondenbaik 2. Tinggi bila
formal maupun mean
informal tentang
gangguan jiwa
2 Dukungan Dukungan yang Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Kurang
Keluarga diberikan oleh bila <
anggota mean
keluarga/orang 2. baik bila
terdekatkepada mean
klien dalam
mengkonsumsi
obat
3 Dukungan Dukungan yang Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Tidak ada
Petugas diberikan oleh bila <
tenaga mean
kesehatan klien 2. Ada bila
dalam mean
mengkonsumsi
obat
3 Persepsi informasi dan kuesioner Wawancara Ordinal 1. Negatif
merupakan
bila <
interpretasi yang
dimiliki oleh mean
keluarga
terhadap 2. Positif bila
anggota
mean
keluarga yang
menderita
gangguan jiwa
mengkonsumsi
obat
4 Kepatuhan klien Suatu tindakan kuesioner Wawancara Ordinal 1. Tidak
dalam dimana patuh bila
mengkonsumsi seseorang pasien tidak
obat mengikuti mengkons
ketentuan umsi obat
39
C. Hipotesa
BAB V
HASIL PENELITIAN
Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok pada 30 Desember 2013 sampai dengan 12
Januari 2014 dengan jumlah sampel 43 orang. Adapun hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Kelurahan Tanjung Paku adalah salah satu Kelurahan yang berada dalam
Harapan Kota Solok. Luas daerah 42,35 Ha. Batas Kelurahan Tanjung Paku
sebelah Utara berbatasan dengan Aripan, sebelah Selatan berbatasan dengan Aro
dan Simpang Rumbio, sebelah Barat berbatasan dengan Lubuak Sikarah, dan
terdapat 8.782 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 24.465 jiwa. Jumlah
Pustu 9 buah, Nan Balimo 2, PPA 1, Kampung Jawa 3, Laing 2, Koto Panjang 1.
Jumlah Kader Posyandu 156 orang. Puskesmas Tanjung Paku mempunyai 1 orang
perawat jiwa dan 1 orang dokter jiwa yang hadir 3 kali seminggu
41
B. Analisa Univariat
Dari pengumpulan data yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut :
1. Pengetahuan Responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di
Kelurahan Tanjung Paku wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2013
Pengetahuan F %
Rendah 10 29,4
Tinggi 24 70,6
Jumlah 43 100,0
Dari tabel 5.1 dapat dilihat dari 34 responden, bahwa lebih dari sebahagian
2. Persepsi Responden
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Persepsi di
Kelurahan Tanjung Paku wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2013
Persepsi F %
Negatif 10 29,4
Positif 24 70,6
Jumlah 34 100,0
3. Dukungan Keluarga
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di
Kelurahan Tanjung Paku wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2013
Dukungan Keluarga F %
tidak 7 20,6
ada 27 80,4
Jumlah 34 100,0
4. Dukungan Petugas
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Petugas di
Kelurahan Tanjung Paku wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2013
Dukungan Petugas F %
Tidak 15 44,1
Ada 19 55,9
Jumlah 34 100,0
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat
di Kelurahan Tanjung Paku wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2013
Tidak 20 58,8
Ya 14 41,2
Jumlah 34 100,0
C. Analisis Bivariat
Tabel 5.6
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat di Kelurahan
Tanjung Paku wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2013
n % n %
Rendah 9 90,0 1 10, 10 100,
% 0% 0
Tinggi 11 45,8 1 54, 24 100, 0,045 10,63
6
3 2 0
Jumlah 20 58,8 1 41, 34 100,
4 2 0
Tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 10 responden yang memiliki
tingkat pengetahuan rendah 9 (90,0%) tidak pauh minum obat. Dari 24 orang
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,024 (p<0,05) hal ini berarti
Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2013. Denngan nilai OR 10,636 ini berarti
Tabel 5.7
Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Minum Obat di Kelurahan
Tanjung Paku wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2013
Tidak Patuh
patuh
n % n % N %
Tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 10 responden yang tidak
mempunyai persepsi 9 (90,0%) tidak pauh minum obat. Dari 24 orang responden
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,024 (p<0,05) hal ini berarti
Tanjung Paku Tahun 2013. Denngan nilai OR 10,636 ini berarti responden yang
berpersepsi negatif mempunyai peluang10,6 kali untuk tidak patuh minum obat
Tabel 5.8
n % n % N %
Tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 7 responden yang tidak ada
dukungan Keluarga 7 (100%) tidak pauh minum obat. Dari 27 orang responden
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,026 (p<0,05) hal ini berarti
Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2013. Denngan nilai OR 5,571 ini berarti
responden yang kurang dukungan keluarganya mempunyai peluang 5,5 kali untuk
tidak patuh minum obat jiwa dibandingkan responden yang baik dukungan
keluarganya.
47
Tabel 5.8
n % n % N %
Tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 15 responden yang tidak ada
dukungan petugas 13 (86,7%) tidak pauh minum obat. Dari 19 orang responden
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,010 (p<0,05) hal ini berarti
Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2013. Denngan nilai OR 11,143 ini berarti
untuk tidak patuh minum obat jiwa dibandingkan responden yang baik dukungan
petugasnya
48
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Tingkat Pendidikan
Dari tabel 5.1 dapat dilihat dari 34 responden, bahwa lebih dari sebahagian
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
pengetahuan, persepsi dan tindakan keluarga dengan kepatuhan pada pasien jiwa
B. Persepsi
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 34 orang responden, bahwa
yang di amati, baik yang ada diluar maupun di dalam diri individu.
obat pada pasien gangguan jiwa disebabkan karena banyak keluarga yang sudah
setuju bahwa penyakit jiwa adalah penyakit kutukan atau karena guna-guna dan
C. Dukungan Keluarga
dalam merawat anggota keluarga. (Friedman 2002, p.6) Menurut Green yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2003, p.13) menjelaskan bahwa salah satu faktor dan
tiga faktor yang melatar belakangi individu berprilaku adalah faktor pendorong
(reinforcing factor) antara lain adalah dukungan keluarga yang meliputi suami,
pengetahuan, persepsi dan tindakan keluarga dengan kepatuhan pada pasien jiwa
dalam minum obat pasien gangguan jiwa disebabkan karena keluarga sudah bisa
memastikan obat yang diberikan diminum sesuai aturan dan keluarga juga
D. Dukungan Petugas
Tabel 5.4 dapat dilihat dari 34 responden, bahwa lebih dari sebahagian 19
mendampingi penderita ketika meminum obat juga factor yang perlu dievaluasi
pengetahuan, persepsi dan tindakan keluarga dengan kepatuhan pada pasien jiwa
untuh patuh minum obat. Dukungan yang diberikan petugas salah satunya adalah
agar menjemput obat kepuskesmas jika sudah habis. Dan mengingat oba sudah
habis diminum.
51
Tabel 5.5 dapat dilihat dari 34 responden, bahwa lebih dari sebahagian 20
Asumsi peneliti banyak pasien gangguan jiwa tidak patuh minum obat
bukan karena keluarga responden yang tidak ada mendampingi minum obat tetapi
kurang memperhatikan tanggal berapa minum obat dan kapan jadwal minum obat
sehingga sewaktu peneliti melihat sisa obat sewaktu peneliian masih ada yang
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,024 (p<0,05) hal ini berarti
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
minum obat, belum paham perawatan apa yang benar untuk pasien jiwa.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,024 (p<0,05) hal ini berarti
yang di amati, baik yang ada diluar maupun di dalam diri individu.
obat karena responden masih beranggapan bahwa penyakit jiwa adalah penyakit
kutukan dan penyakit karena diguna-guna jadi pengobatan jiwa masih diiringi
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,026 (p<0,05) hal ini berarti
dalam merawat anggota keluarga. (Friedman 2002, p.6) Menurut Green yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2003, p.13) menjelaskan bahwa salah satu faktor dan
tiga faktor yang melatar belakangi individu berprilaku adalah faktor pendorong
(reinforcing factor) antara lain adalah dukungan keluarga yang meliputi suami,
dan keluarga juga memastikan obat habis atau tidak membantu menjemput obat
jika habis
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,010 (p<0,05) hal ini berarti
yang ditunjuk untuk mendampingi penderita ketika meminum obat juga factor
(Purwanta 2005,p.35)
kepatuhan karena keluraga sudah membatu menjelaskan tentang cara minum obat,
sesuai aturan
54
BAB VII
A. Kesimpulan
Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2013, maka hasil penelitian ini dapat
Keluran Tanjung Paku Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok
tahun 2013
Tanjung Paku Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun
2013
Keluran Tanjung Paku Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok
tahun 2013
Keluran Tanjung Paku Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok
tahun 2013
5. Lebih dari sebahagian responden 20 (58,8%) ada tidak patuh minum obat di
Keluran Tanjung Paku Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok
tahun 2013
55
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
tentang kepatuhan minum obat dengan dengan variabel, jenis dan desain
masa mendatang.